Anda di halaman 1dari 8

Pondasi Tiang Pancang (Pile Cap Foundation)

Dalam merencanakan pondasi untuk suatu konstruksi dapat digunakan beberapa macam tipe
pondasi. Pemilihan tipe pondasi ini didasarkan atas :
1.
Fungsi bangunan atas (upper structure) yang akan dipikul oleh pondasi tersebut.
2.
Besarnya beban dan berat dari bangunan atas.
3.
Kondisi tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan.
4.
Biaya pondasi dibandingkan dengan bangunan atas.
Seperti yang kita ketahui bahwa tipe pondasi cukup banyak macamnya, dan tergantung dari
fungsi serta kegunaannya. Nah.. salah satu di antara tipe pondasi yang dapat digunakan adalah
pondasi tiang pancang. Konstruksi pondasi tersebut bisa terbuat dari kayu, baja, atau beton
yang berfungsi untuk meneruskan beban- beban dari struktur bangunan atas ke lapisan tanah
pendukung (bearing layers) dibawahnya pada kedalaman tertentu

Mengapa harus Pondasi Tiang Pancang ?


Tiang pancang saat ini banyak digunakan di Indonesia sebagai pondasi bangunan, seperti
jembatan, gedung bertingkat, pabrik atau gedung-gedung industri, menara, dermaga, bangunan
mesin-mesin berat, dll. Dimana semuanya merupakan konstruksi-konstruksi yang memiliki dan
menerima beban yang relatif berat. Penggunaan tiang pancang untuk konstruksi biasanya
bertitik tolak pada beberapa hal mendasar seperti anggapan adanya beban yang besar sehingga
pondasi langsung jelas tidak dapat digunakan, kemudian jenis tanah pada lokasi yang
bersangkutan relatif lunak (lembek) sehingga pondasi langsung tidak ekonomis lagi untuk
dipergunakan.
Dikarenakan begitu pentingnya peranan dari pondasi tiang pancang tersebut, maka jika
pembuatannya dibandingkan dengan pembuatan pondasi lain, pondasi tiang pancang ini
mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut :
1.
Biaya pembuatannya kemungkinan besar (dengan melihat letak lokasi dan lainnya), lebih
murah bila dikonversikan dengan kekuatan yang dapat dihasilkan.
2.
Pelaksanaannya lebih mudah.
3.
Di Indonesia, peralatan yang digunakan tidak sulit untuk didapatkan.
4.
Para pekerja di Indonesia sudah cukup terampil untuk melaksanakan bangunan yang
mempergunakan pondasi tiang pancang.
5.
Waktu pelaksanaannya relatif lebih cepat.
Secara umum pemakaian pondasi tiang pancang dipergunakan apabila tanah dasar dibawah
bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung (bearing capacity) yang cukup untuk memikul
berat bangunan dan beban diatasnya, dan juga bila letak tanah keras yang memiliki daya
dukung yang cukup untuk memikul berat dari beban bangunan diatasnya terletak pada posisi
yang sangat dalam. Dari alasan itulah maka dalam mendesain Pondasi tiang pancang mutlak
diperlukan informasi mengenai :
1.
Data tanah dimana bangunan akan didirikan.
2.
Daya dukung dari tiang pancang itu sendiri (baik single pile ataupun group pile).
3.
Analisa negative skin friction (karena mengakibatkan beban tambahan).

Gaya geser negatif (negative skin friction) adalah suatu gaya


yang bekerja pada sisi tiang pancang dimana gaya tersebut justru bekerja kearah bawah
sehingga malah memberikan penambahan beban secara vertikal selain beban luar yang
bekerja.Negative skin friction berbeda dengan Positif skin friction, karena positif skin
friction justru membantu memberikan gaya dukung pada tiang dalam melawan beban
luar/vertikal yang bekerja dengan cara memberikan perlawanan geser disisi-sisi tiang, dengan
arah kerja yang berlawanan dari arah gaya luar yang bekerja ataupun gaya dari negative skin
friction tersebut.
Negatif skin friction terjadi ketika lapisan tanah yang diperkirakan mengalami penurunan yang
cukup besar akibat proses konsolidasi, dimana akibat proses konsolidasi ini, tiang mengalami
gaya geser dorong kearah bawah yang bekerja pada sisi sisi tiang (karena terbebani). keadaan
ini disebut sebagai keadaan dimana tiang mengalami gaya geser negatif (negative skin friction).
Nah....jika jumlah gaya gaya sebagai akibat dari beban luar dan gaya geser negatif ini melebihi
gaya dukung tanah yang diizinkan, maka akan terjadilah penurunan tiang yang disertai dengan
penurunan tanah disekitarnya.
Keadaan ini bisa terjadi karena tanahnya yang lembek, pemancangan pondasi pada daerah
timbunan baru, atau akibat penurunan air tanah pada tanah yang lembek, dimana kondisi
tersebut memungkinkan terjadinya penurunan atau konsolidasi tanah yang cukup besar. Pondasi
tiang pancang hendaknya direncanakan sedemikian rupa sehingga gaya luar yang bekerja pada
kepala tiang tidak melebihi gaya dukung tiang yang diizinkan. Adapun yang dimaksud dengan
gaya dukung tiang yang diizinkan adalah meliputi aspek gaya dukung tanah yang diizinkan,
tegangan pada bahan tiang perpindahan kepala tiang yang diizinkan, dan gaya- gaya lain
(seperti perbedaan tekanan tanah aktif dan pasif).
Perhitungan serta pengevaluasian tersebut tidak saja dilaksanakan terhadap tiang secara
individu (single pile) tetapi juga harus dilaksanakan terhadap tiang-tiang dalam kelompok (group
pile). Umumnya pondasi tiang pancang dapat ditinjau dari :
1.
Jenis / bahan yang digunakan, meliputi : kayu, baja, beton, atau komposit (perpaduan
dari beberapa bahan).
2.
Cara Penyaluran Beban.

Berdasarkan cara penyaluran beban dapat


dibedakan atas :
a. Tumpuan Ujung (End Bearing Pile) :

Penyaluran beban dimana sebagian besar daya dukungnya adalah akibat dari
perlawanan tanah keras pada ujung tiang. Tiang yang dimasukan sampai lapisan tanah keras,
secara teoritis dianggap bahwa seluruh beban tiang dipindahkan kelapisan keras melalui ujung
tiang.
Anggapan tanah keras yang dimaksudkan disini sebetulnya relatif dan tergantung dari beberapa
faktor, antara lain seperti besar beban yang harus dipikul oleh tiang. Sehingga bisa saja ada
anggapan asalkan pada posisi dimana daya dukung tanahnya sudah mumpuni untuk
mengimbangi besarnya beban yang dipikul tiang, maka disitu diasumsikan letak tanah keras
berada. Anggapan ini tidak salah tapi juga tidak betul, namun supaya tidak terjadi perbedaan
yang tajam dalam perspektif anggapan, maka untuk dianggap sebagai lapisan tanah pendukung
yang baik, dapat digunakan ketentuan sebagai berikut :
1.
Lapisan non kohesif (pasir, kerikil) mempunyai harga standard penetration test (SPT), N
> 35.
2.
Lapisan kohesif mempunyai harga kuat tekan bebas (Unconfined compression strength)
qu antara 3 s/d 4 kg/cm2 atau N > 15 s/d 20.
Dari hasil sondir dapat dipakai kira- kira harga perlawanan konis S 150 kg/cm2 untuk lapisan
non kohesif, dan S 70 kg/cm2 untuk lapisan kohesif.
b. Tumpuan Geser/Sisi (Friction Pile)

Penyaluran beban dimana sebagian besar daya dukungnya adalah akibat dari gesekan antara
tanah dengan sisi- sisi tiang pancang, atau dengan kata lain kemampuan tiang pancang dalam
menahan beban hanya mengandalkan gaya geseran antara tiang dengan tanah disekelilingnya.
Hal ini bisa terjadi karena pada dasarnya kenyataan dilapangan mengenai data kondisi tanah
tidak bisa diprediksi, sehingga sering kita menjumpai suatu keadaan dimana lapisan yang
memenuhi syarat sebagai lapisan pendukung yang baik ditemui pada kedalaman yang dalam,
sehingga untuk mendapatkan tumpuan ujungnya kita perlu merogoh kocek lebih dalam
dikarenakan biayanya sangat mahal.
Pada kenyataan seperti ini praktis daya dukung yang didapat adalah dari gesekan antara sisi
tiang dengan tanah disekelilingnya namun bukan berarti perlawanan diujungnya kita anggap
melempem atau tidak ada, tapi pada kenyataannya tumpuan diujung ini juga memiliki andil
dalam memberikan sumbangan daya dukung walaupun itu kecil.
Perbedaan dari kedua jenis tiang pancang ini, semata-mata hanya dari segi kemudahan, karena
pada umumnya tiang pancang berfungsi sebagai kombinasi antarafriction pile (tumpuan sisi)
dan end bearing pile (tumpuan ujung). Kecuali tiang pancang yang menembus tanah yang
sangat lembek sampai lapisan tanah dasar yang padat.
Berikut ini adalah beberapa contoh rangkaian pekerjaan pondasi tiang pancang di lapangan :

Gambar 1. Tampak Kepala Tiang Pancang Sebelum Dipecah

Gambar 2. Pemecahan Kepala Tiang Pancang

Gambar 3.Penyusunan Bata Hebel (sebagai pengganti bekisting), untuk Poer Pondasi

Gambar 4. Perakitan Tulangan Untuk Poer Pondasi

Gambar 5. Perakitan Tulangan Untuk Sloof ke Poer Pondasi

Gambar 6. Pondasi yang Telah di Cor Beton

Gambar 7. Tulangan Sisa dari Pondasi Untuk Disambung ke Kolom

Anda mungkin juga menyukai