Anda di halaman 1dari 2

Filosofi Rupiah dan Manfaat Sedekah

Konon, Bank Indonesia sebagai yang punya otoritas penerbitan pecahan mata uang
rupiah, sudah menanamkan satu filosofi dan maksud tertentu dari pengalokasian pecahan uang
berdasarkan gambar dari uang tersebut (terutama pada uang kertas). Harapannya, para pengguna
uang itu sesuai dengan filosofi dan maksud yang sudah ditanamkan lebih dulu.
Coba kita saksikan gambar uang kertas yang setiap hari kita lihat. Ada pecahan uang
kertas Rp. 1.000, Rp. 2.000, Rp. 5.000, Rp. 10.000, Rp. 20.000, Rp. 50.000, dan pecahan
terbesar yaitu Rp. 100.000. Kalau disaksikan pada gambar masing-masing uang tersebut, terlihat
gambar para pahlawan yang sudah berjasa untuk bangsa ini. Akan tetapi, pose mereka inilah
yang mengandung filosofi yang berbeda-beda bila dikaitkan dengan nilai nominal uangnya. Mari
kita lihat pada pecahan terkecil yaitu Rp. 1.000,- dan pecahan terbesar yaitu Rp. 100.000,- dan
boleh juga Rp. 50.000,-.
Mari lihat uang pecahan Rp. 1.000,- Pecahan ini bergambar pahlawan kebangaan
Masyarakat Maluku yaitu Kapitan Pattimura dengan pose menenteng sebilah senjata GOLOK.
Mari lihat uang pecahan Rp. 100.000,- dan Rp. 50.000,- . Pecahan ini bergambar pahlawan
kebangaan Masyarakat Bali yaitu I Gusti Ngurah Rai pada pecahan Rp. 50.000,- dan Duet
Founding Fathers Republik Indonesia yaitu Soekarno dan Moehammad Hatta pada uang pecahan
Rp. 100.000,- dengan pose mengenakan PECI.
Kenapa uang pecahan Rp. 1.000,- bergambar Pattimura menenteng GOLOK?
Ini dimaksudkan bahwa uang pecahan Rp. 1.000,- ini memang pantasnya
dibawa/diperuntukkan ketika kita sedang membawa alat kerja/senjata. Diamanakah biasanya
orang bawa alat kerja?
Ya bisa ditempat kerja kita atau ke pasar. Sehingga ini dimaksudkan, supaya ketika kita
bekerja atau belanja ke pasar, kita tidak boros menghamburkan uang. Karena yang dibawa
pecahan Rp. 1.000,-. Maka jadilah masyarakat Indonesia pecinta uang ini bijak dalam
pembelanjaan uangnya, tidak boros menghambur-hamburkan rupiah.
Bagaimana dengan pecahan Rp. 50.000,- atau Rp. 100.000,-?, Kenapa memakai PECI?,
Kemanakah biasanya orang-orang pergi dengan memakai PECI?. Tentu kita semua paham bahwa
orang pergi pakai PECI itu biasanya ke tempat Ibadah (Masjid, Musholla dan tempat ibadah lain)
dengan performa keIndonesiaan, atau ke tempat-tempat kegiatan sosial dan forum formal
lainnya. Apa maksud dari semua ini?
Maksudnya, uang tersebut (pecahan Rp. 50.000,- atau Rp. 100.000,-) sepantasnyalah kita
bawa ke tempat-tempat ibadah dan kegiatan sosial. Keluarkanlah itu untuk kita belanjakan di
tempat Ibadah dan kegiatan sosial sebagai amal jariyah.
Masalahnya, sekarang karena tidak memahami filosofinya, maka kebanyakan kita salah
dalam memaknai uang tersebut. Jadilah ekspresinya terbalik-balik. Ketika kita ke tempat Ibadah
dan kegiatan sosial, yang kita bawa adalah pahlawan Pattimura dengan Goloknya. Dan ketika
kita ke tempat perbelanjaan, justru yang kita bawa biasanya I Gusti Ngurah Rai atau Duet Bung
Karno dan Bung Hatta. Jadilah kita manusia pemboros dan tidak bisa mengerem nafsu belanja
kita. Seandainya kita memahami dengan baik filosofi dari uang tersebut dan mengaplikasikannya
pada tempat yang tepat, tentu kita semua akan menjadi manusia-manusia yang lebih makmur dan
berkah.
Karena, tidak ada ceritanya orang yang bangkrut gara-gara selalu mengajak I Gusti
Ngurah Rai atau Duet Bung Karno dan Bung Hatta ke tempat-tempat ibadah. Karena Allah
berjanji akan melipatgandakannya bagi siapa yang ikhlas. Berlipat ganda menjadi 10 kali, 100
kali, 700 kali bahkan beribu-ribu kali. Terserah Allah mau melipatgandakannya jadi berapa kali.
Agar rezeki yang Allah SWT berikan kepada kita menjadi berkah, Rasulullah SAW
menganjurkan kepada umatnya untuk memperbanyak sedekah. Kata Rasulullah SAW, ''Belilah
semua kesulitanmu dengan sedekah.'' Dalam hadis lain, Rasulullah SAW menjelaskan, ''Setiap

awal pagi, semasa terbit matahari, ada dua malaikat menyeru kepada manusia di bumi. Yang satu
menyeru, 'Ya Tuhanku, karuniakanlah? ganti kepada orang yang membelanjakan hartanya kerena
Allah'. Yang satu lagi menyeru, 'Musnahkanlah orang yang menahan hartanya'.''
Sedekah walaupun kecil tetapi amat berharga di sisi Allah SWT. Orang yang bakhil dan
kikir dengan tidak menyedekahkan sebagian hartanya akan merugi di dunia dan akhirat karena
tidak ada keberkahan. Jadi, sejatinya orang yang bersedekah adalah untuk kepentingan dirinya.
Sebab, menginfakkan (belanjakan) harta akan memperoleh berkah, dan sebaliknya menahannya
adalah celaka.
Sedekah memiliki beberapa keutamaan bagi orang yang mengamalkannya. Pertama,
mengundang datangnya rezeki. Allah SWT berfirman dalam salah satu ayat Alquran bahwa Dia
akan membalas setiap kebaikan hamba-hamba-Nya dengan 10 kebaikan. Bahkan, di ayat yang
lain dinyatakan 700 kebaikan. Khalifah Ali bin Abi Thalib menyatakan, ''Pancinglah rezeki
dengan sedekah.'' Kedua, sedekah dapat menolak bala. Rasulullah SAW bersabda, ''Bersegeralah
bersedekah, sebab yang namanya bala tidak pernah bisa mendahului sedekah.''
Ketiga, sedekah dapat menyembuhkan penyakit. Rasulullah SAW menganjurkan,
''Obatilah penyakitmu dengan sedekah.'' Keempat, sedekah dapat menunda kematian dan
memperpanjang umur. Kata Rasulullah SAW, ''Perbanyaklah sedekah. Sebab, sedekah bisa
memanjangkan umur.''
Mengapa semua itu bisa terjadi? Sebab, Allah SWT mencintai orang-orang yang
bersedekah. Kalau Allah SWT sudah mencintai seorang hambanya, maka tidak ada persoalan
yang tidak bisa diselesaikan, tidak ada permintaan dan doa yang Allah tidak kabulkan, serta tidak
ada dosa yang Allah tidak ampuni, dan hamba tersebut akan meninggal dunia dalam keadaan
husnul khatimah (baik).
Janganlah takut untuk bersedekah, uang takkan dibawa sampai mati.. kita takkan tahu
kapan terakhir di muka bumi ini.. mentari pagi belum tentu kita dapati esok hari.. lihat diri dan
bercerminlah pada diri sendiri.. sudahkah pahala kita cukup untuk menghadap Ilahi...
Kekuatan dan kekuasaan Allah jauh lebih besar dari persoalan yang dihadapi manusia.
Lalu, kalau manfaat sedekah begitu dahsyatnya, masihkah kita belum juga tergerak untuk
mencintai sedekah? Wallahu a'lam bis-shawab.

Anda mungkin juga menyukai