Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
II.1.1 Limbah
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan
tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak
mempunyai nilai ekonomi. Limbah mengandung bahan pencemar yang
bersifat racun dan bahaya. Limbah ini dikenal dengan limbah B3 (bahan
beracun dan berbahaya). Bahan ini dirumuskan sebagai bahan dalam
jumlah
relatif
sedikit
tapi
mempunyai
potensi
mencemarkan/merusakkan lingkungan kehidupan dan sumber daya.
Sebagai limbah, kehadirannya cukup mengkhawatirkan terutama yang
bersumber dari pabrik industri (Simanjutak, 2010)

II.1.2 Karakteristik Limbah


Menurut Soeprijanto (2006), karakteristik air limbah dapat
digolongkan menjadi dua yaitu karakteristik fisika dan kimia.
II.1.2.1 Karakteristik Fisika Air Limbah
a. Bau
Bau dalam air limbah domestik biasanya disebabkan oleh gasgas hasil dekomposisi bahan organik atau oleh bahan-bahan yang
ditambahkan pada proses produksi suatu industri. Bau ini seringkali
disebabkan oleh senyawa S dan N.
b. Rasa
Adanya rasa dalam air limbah disebabkan oleh matinya
mikroorganisme atau alga. Rasa juga bisa karena konsentrasi garam
yang tinggi seperti Ca2+, Mg2+ dan Cl-.
c. Temperatur
Temperatur air limbah umumnya lebih tinggi daripada
temperatur air suplai. Hal ini disebabkan oleh penambahan air hangat
pada aktivitas produksi suatu industri. Temperatur berpengaruh pada
reaksi kimia, kecepatan reaksi, kehidupan air dan kecocokan air untuk
keperluan-keperluan yang menguntungkan. Kenaikan temperatur,
misalnya dapat menyebabkan perubahan spesies ikan yang berada
dalam badan air. Semakin meningkatnya suhu maka kelarutan
oksigen dalam larutan tersebut akan semakin rendah. Itulah yang
II-1

II- 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
menyebabkan air dengan suhu tinggi bila dibuang kelingkungan
disebut limbah, karena dapat mengurangi kelarutan oksigen dalam air
yang menyebabkan matinya biota dalam air.
d. Densitas
Densitas air limbah didefinisikan sebagai massa per satuan
volume yang dinyatakan sebagai kg/m 3. Densitas berpotensial untuk
pembentukan arus densitas (density currents) dalam tanki
sedimentasai dan dalam unit-unit pengolahan lain. Densitas air
limbah domestik yang tidak mengandung signifikan jumlah limbah
industri adalah sama dengan air pada temperatur yang sama.
e. Warna
Warna dalam air limbah disebabkan oleh mineral-mineral yang
terlarut, zat warna atau asam-asam humik dari tanaman. Peruaraian
lignin menghasilkan senyawa-senyawa tanin dan asam humik. Warna
air limbah, termasuk zat warna atau pulp dan industri kertas juga
menyebabkan warna, adanya besi, magnesium dan plankton. Warna
air disebabkan oleh bahan-bahan yang terlarut atau koloid yang
terikut dalam filtrat setelah penyaringan melalui filter 0,45 mm
dinamakan true colour.
f. Kekeruhaan
Pengukuran kekeruhan didasarkan pada perbandingan intensitas
sinar tersebar pada sampel terhadap sinar yang disebarkan oleh
suspensi sebagai referen dibawah kondisi yang sama. Kekeruhan
disebabkan oleh adanya bahan tersuspensi yang menyebar dan
menyerap cahaya. Kekeruhan diukur dalam satuan mg/l SiO2.
g. Padatan (solids)
Jumlah, ukuran dan tipe padatan bergantung pada spesifik air.
Padatan diklasifikasikan menjadi 5 golongan yaitu suspensi, koloid
dan padatan terlarut (golongan I), bahan organik dan anorganik
(golongan II), dapat tersaring dan tidak dapat tersaring (golongan III),
dapat mengendap dan tidak dapat mengendap (golongan IV), volatil
dan tidak volatil (golongan V). Kemampuan padatan dalam
mengendap dapat diukur dengan kontainer yang bernama Imhof
Cone.
II.1.2.2 Karakteristik Kimia Air Limbah
1. Bahan Anorganik
a. pH
Air limbah dengan konsentrasi ion-hidrogen yang buruk dapat
mempersulit pengelolaan air limbah secara biologi.

Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS

II- 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

b.

c.

d.

e.

2.

Untuk mengekspresikan konsentrasi ion hidrogen adalah dengan pH.


pH dapat diukur dengan pH meter, kertas lakmus dan kertas warna
pH.
Alkalinitas dan Asiditas
Alkalinitas adalah pengukuran kapasitas untuk menetralisir asam
dan sering digambarkan sebagai kapasitas bufer. Asiditas adalah
pengukuran kapasitas menetralisir basa.
Nitrogen
Nitrogen adalah salah satu dasar komponen protein dan dalam
air nitrogen digunakan oleh produser primer dalam produksi sel.
Senyawa nitrogen dapat membentuk ikatan organik (NH 3, NO2-, NO3-)
dan ikatan anorganik (N2, NH3 dan NO3-). Nitrogen dibutuhkan oleh
mikroba untuk pertumbuhan selama proses pengolahan biologi.
Fosfat
Fosfat juga merupakan salah satu nutrien utama untuk
pertumbuhan mikoorganisme dalam plant pengolahan air limbah.
Sulfur
Sulfur digunakan dalam sintesis protein dan dilepaskan dalam
proses degradasi. Sulfat direduksi secara biologi dibawah kondisi
anaerobik menjadi sulfida yang kemudian bereaksi dengan hidrogen
membentuk hidrogen sulfida.

Bahan Organik
a. Protein
Protein secara prinsip tersusun dari organ tubuh binatang
sedangkan yang terjadi pada tumbuh-tumbuhan jumlahnya sangat
kecil. Semua protein mengandung karbon, semua bahan organik,
hidrogen, nitrogen dan oksigen bila kandungan protein dalam air
limbah cukup tinggi, maka bau yang dihasilkan cukup tinggi dari hasil
dekomposisi protein.
b. Karbohidrat
Secara alami karbohidrat merupakan kontribusi yang cukup
besar dan yang termasuk senyawa ini adalah gula, pati, selulosa dan
fiber kayu. Semua senyawa ini didapatkan dalam air limbah.
Karbohidrat mengandung karbon, hidrogen dan oksigen.
c. Lemak, Oil dan Grease
Lemak, oil dan grease tidak dapat larut dalam air sehingga
menyebabkan masalah bila dikeluarkan ke lingkungan.
d. Surfactant

Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS

II- 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Adalah suatu molekul organik yang besar yang sedikit larut
dalam air dan menyebabkan foaming dalam plant pengolahan air
limbah dan dalam permukaan air terikut pada effluent untuk dibuang.
e. Volatile Organic Compounds
Bahan organik mempunyai titik didih (boiling point) 100oC dan
tekanan uap > 1 mmHg pada suhu 25oC umumnya dianggap
senyawa-senyawa organik mudah menguap (VOCs), misalnya vinyl
chloride.
II.1.3 Adsorpsi dan Absorpsi
Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida
(cairan maupun gas) terikat pada suatu padatan dan akhirnya
membentuk suatu film (lapisan tipis) pada permukaan padatan tersebut.
Berbeda dengan absorpsi dimana fluida terserap oleh fluida lainnya
dengan membentuk suatu larutan. Adsorpsi secara umum adalah proses
penggumpalan substansi terlarut (soluble) yang ada dalam larutan, oleh
permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu ikatan kimia
fisika antara substansi dengan penyerapnya.
Sedangkan absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu
campuran gas dengan cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan
sorben cair diikuti dengan pelarutan.
II.1.4 Macam-macam Adsorpsi
Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu adsorpsi fisika
disebabkan oleh gaya Van Der Waals (penyebab terjadinya kondensasi
gas untuk membentuk cairan) yang ada pada permukaan adsorbens)
dan adsorpsi kimia (terjadi reaksi antara zat yang diserap dengan
adsorben, banyaknya zat yang teradsorbsi tergantung pada sifat khas
zat padatnya yang merupakan fungsi tekanan dan suhu).
1. Adsorpsi fisika
P h y s i s o r p t i o n ( a d s o r p s i fi s i k a ) t e r j a d i k a r e n a g a y a
Va n d e r Wa l l s d i m a n a k e t i k a g a y a t a r i k m o l e k u l a n t a r a
l a r u t a n d a n permukaan media lebih besar daripada gaya tarik
substansi terlarut dan larutan, maka substansi terlarut akan diadsorpsi
oleh permukaan media. Physisorption ini memiliki gaya tarik Van
der Walls yang kekuatannya relatif kecil (Hamzah, 2009)
2. Adsorpsi Kimia
Adsorpsi kimia merupakan reaksi yang terjadi antara zat padat
dengan zat terlarut yang teradsorpsi. Chemisorption (adsorpsi kimia)
Chemisorption terjadi ketika terbentuknya ikatan kimia antara substansi
terlarut dalam larutan dengan molekul dalam media. Contoh : Ion
Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS

II- 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
exchange. Adsorbat substansi yang akan disisihkan Adsorben. Padatan
dimana di permukaannya terjadi pengumpulan substansi yang
disisihkan (Hamzah, 2009)
II.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Adsorpsi
Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi
adalah sebagai berikut:
1. Luas permukaan
Semakin luas permukaan adsorben, maka makin banyak zat
yang teradsorpsi. Luas permukaan adsorben ditentukan oleh ukuran
partikel dan jumlah dari adsorben

2. Jenis adsorbat
a. Peningkatan
polarisabilitas
adsorbat
akan
meningkatkan
kemampuan adsorpsi molekul yang mempunyai polarisabilitas
yang tinggi (polar) memiliki kemampuan tarik menarik terhadap
molekul lain dibdaningkan molekul yang tidak dapat membentuk
dipol (non polar);
b. Peningkatan berat molekul adsorbat dapat meningkatkan
kemampuan adsorpsi
c. Adsorbat dengan rantai yang bercabang biasanya lebih mudah
diadsorb dibandingkan rantai yang lurus.
3. Struktur molekul adsorbat
Hidroksil dan amino mengakibatkan mengurangi kemampuan
penyisihan
sedangkan
Nitrogen
meningkatkan
kemampuan
penyisihan
4. Konsentrasi Adsorbat
Semakin besar konsentrasi adsorbat dalam larutan maka
semakin banyak jumlah substansi yang terkumpul pada permukaan
adsorben
5. Temperatur
a. Pemanasan atau pengaktifan adsorben akan meningkatkan daya
serap adsorben terhadap adsorbat menyebabkan pori-pori
adsorben lebih terbuka

Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS

II- 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
b. Pemanasan yang terlalu tinggi menyebabkan rusaknya adsorben
sehingga kemampuan penyerapannya menurun
6. pH
pH larutan mempengaruhi kelarutan ion logam, aktivitas gugus
fungsi pada biosorben dan kompetisi ion logam dalam proses adsorpsi
7. Kecepatan pengadukan
Menentukan kecepatan waktu kontak adsorben dan adsorbat.
Bila pengadukan terlalu lambat maka proses adsorpsi berlangsung
lambat pula, tetapi bila pengadukan terlalu cepat kemungkinan
struktur adsorben cepat rusak, sehingga proses adsorpsi kurang
optimal
8. Waktu Kontak
Penentuan waktu kontak yang menghasilkan kapasitas adsorpsi
maksimum terjadi pada waktu kesetimbangan.
9.
a.
b.
c.
d.

Waktu kesetimbangan dipengaruhi oleh


tipe biomasa (jumlah dan jenis ruang pengikatan),
ukuran dan fisiologi biomasa (aktif atau tidak aktif),
ion yang terlibat dalam sistem biosorpsi
konsentrasi ion logam.

II.1.6 Jenis Adsorben


Beberapa jenis adsorben yang biasa digunakan yaitu :
a. Arang aktif
Arang aktif adalah bahan berupa karbon bebas yang masingmasing berikatan secara kovalen atau arang yang telah dibuat dan
diolah secara khusus melalui proses aktifasi, sehingga pori-porinya
terbuka dan dengan demikian mempunyai daya serap yang besar
terhadap zat-zat lainnya, baik dalam fase cair maupun dalam fase gas.

Gambar II.1 Arang Aktif


Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS

II- 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
b. Gel Silika
Merupakan bahan yang terbuat dari add treatment dari larutan
sodium silikat yang dikeringkan. Luas permukaanya 600-800 m 2/g
dengan diameter pori antara 20-50. Gel silika cocok digunakan untuk
mengadsorpsi gas dehidrat dan untuk memisahkan hidrokarbon.

Gambar II.2 Gel Silika


c. Bleaching Earth
Bleaching Earth atau biasa juga disebut bentonit, bukan bahan
untuk makanan maupun minuman. Ia merupakan bahan tambang yang
digali dari perut bumi. Bahan ini banyak dipergunakan, terutama untuk
mencegah kerusakan minyak dengan mengadsorpsi atau menyerap
kotoran yang terdapat dalam CPO (bahan baku untuk membuat minyak
sawit) seperti sisa tandan, sejumlah kecil logam, dan pengotor hasil
oksidasi minyak yang biasanya berwarna gelap. Juga sebagai bahan
untuk penjernihan minyak goreng, dan berbagai jenis minyak lainnya.

Gambar II.3 Bleaching Earth


c. Alumina Aktif
Alumina aktif cocok digunakan untuk mengadsorpsi gas kering
dan Liquid. Luas permukaannya 200-500 m2/g dan diameter porinya 20140.

Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS

II- 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Gambar II.1 Alumina Aktif
II.1.7 Pengolahan limbah secara adsorpsi di industri
Pengolahan limbah cair tekstil secara fisika dapat dilakukan
dengan cara adsorpsi yang dilakukan dengan penambahan adsorban,
karbon aktif atau sejenisnya. Terdapat dua metoda adsorpsi, yaitu
adsorpsi secara fisik dan adsorpsi secara kimia. Adsorpsi secara fisik
terjadi jika molekul adsorbat terikat secara fisik pada molekul adsorben
yang diakibatkan oleh perbedaan energy atau gaya Van der Waals.
Adsorpsi ini akan membentuk lapisan-lapisan. Jumlah lapisan sebanding
dengan konsentrasi pencemar. Hal ini berarti dengan semakin tinggi
konsentrasi pencemar dalam larutan menyebabkan meningkatnya
lapisan molekul. Proses adsorpsi fisik ini bersifat reversible dan
reversibilitasnya tergantung pada kekuatan tarik menarik anatara
molekul adsorbat dengan molekul adsorben. Adsorpsi secara kimia
terjadi jika senyawa kimia dihasilkan dari reaksi antar molekul adsorbat
dan molekul adsorben. Proses ini membentuk lapisan molekul yang
tebal dan bersifat irreversible. Untuk membentuk senyawa kimia
diperlukan energy dan energy juga diperlukan untuk membalikan proses
ini, sehingga proses adsorpsi kimia ini bersifat irreversible.
II.1.8 Adsorbsi Isoterm
Perubahan konsentrasi adsorbat oleh proses adsorpsi sesuai
dengan mekanisme adsorpsinya dapat dipelajari melalui penentuan
isoterm adsorpsi yang sesuai. Isoterm Langmuir dan Isoterm BET adalah
dua diantara isoterm-isoterm adsorpsi yang dipelajari:
a. Isotherm Langmuir.
Meskipun terminology adsorpsi pertama kali diperkenalkan oleh
Kayser (1853-1940), penemu teori adsorpsi adalah Irving Langmuir
(1881-1957), Nobel laureate in Chemistry (1932). Isoterm adsorpsi
Langmuir didasarkan atas beberapa asumsi,yaitu :
(1) Adsorpsi hanya terjadi pada lapisan tunggal (monolayer),
(2) Panas adsorpsi tidak tergantung pada penutupan permukaan,
dan
(3) Semua situs dan permukaannya
b. Persamaan Isoterm Adsorpsi Freundlich
Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich didasarkan atas
terbentuknya lapisan monolayer dari molekul-molekul adsorbat pada
permukaan adsorben. Namun pada adsorpsi Freundlich situs-situs
aktif pada permukaan adsorben bersifat heterogen. Persamaan
Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS

II- 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
isoterm adsorpsi Freundlich dapat dituliskan sebagai berikut : Log
(x/m) = log k + 1/n log c

II.1.9 Baku Mutu Limbah Cair Industri Tekstil

II.2 Aplikasi Industri


APLIKASI KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.)
SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA KAIN KATUN SECARA PREMORDANTING
Manuntun Manurung
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran

Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS

II- 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Meningkatnya persaingan dalam industri tekstil, menyebabkan
adanya tuntutan terhadap variasi warna. Kemajuan teknologi mampu
menciptakan zat warna sintetis dengan berbagai variasi warna. Namun
limbah zat warna sintetis ini menimbulkan pencemaran lingkungan,
sehingga pewarna alam kembali dilirik menjadi suatu alternatif. Di
Indonesia ditemukan berbagai macam tanaman yang berpotensi
sebagai pewarna alam (Kusriniati, et al, 2008).
Zat warna alam telah direkomendasikan sebagai pewarna yang
ramah baik bagi lingkungan maupun kesehatan karena kandungan
komponen alaminya mempunyai nilai beban pencemaran yang relatif
rendah, mudah terdegradasi secara biologis dan tidak beracun.
Tumbuhan yang digunakan sebagai pewarna dapat diperoleh di sekitar
lingkungan kita sehingga hemat biaya. Namun dibalik kelebihan
tersebut tersimpan beberapa kelemahan, salah satunya adalah tidak
semua zat warna alam dapat langsung mewarnai serat kain, oleh karena
itu diperlukan zat pembantu yang disebut mordan (Atmaja, 2011).
Metodologi yang perlu dilakukan adalah kain katun dengan kode A
(A1, A2, dan A3) digunakan sebagai kontrol, terlebih dahulu ditimbang
dan warna dasar dicatat. Kemudian dicelupkan ke dalam larutan zat
warna alam selama 30 menit pada suhu kamar. Selanjutnya kain katun
diangkat dan dikeringkan dibawah sinar matahari. Setelah kering
ditimbang kembali dan warnanya dicatat. Akhirnya diuji ketahannya
dengan merendam kain tersebut dalam larutan detergen 1% selama 15
menit, lalu diangkat, dikeringkan dan ditimbang kembali.
Proses ektraksi zat warna dilakukan pada suhu 60 oC, selama 1 jam
menggunakan pelarut air. Pemanasan diharapkan dapat memudahkan
ekstraksi, sebab akan meningkatkan kelarutan zat warna sekaligus
membuka dinding sel. Sedangkan penggunaan pelarut air karena murah
dan aman, serta diperkirakan mampu mengekstrak senyawa-senyawa
polar seperti tanin dan antosianin atau kelompok lain yang polar
terdapat dalam kulit buah manggis.( Meiyanto,2008;Hermawan,2007).
Ekstrak
zat
warna
yang
diperoleh
berwarna
merah
kecoklatan.Masalahnya belum dipastikan kelompok/golongan senyawa
apa saja yang mampu terekstrak dengan metode tersebut. Pewarna
mampu mengubah warna kain dari putih menjadi coklat muda.Besarnya
adsorpsi zat warna pada kain katun dapat ditentukan dengan dengan
menentukan massa kain sebelum dan sesudah pewarnaan.

Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS

Anda mungkin juga menyukai