Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laboratorium merupakan salah satu sarana yang penting dalam proses belajar
mengajar, sebagai tempat belajar atau sebagai sumber belajar, laboratorium harus
mempunyai sifat yang nyaman dan aman. Laboratorium yang bersifat nyaman artinya
semua kebutuhan atau keperluan untuk melakukan kegiatan telah tersedia di tempat
yang semestinya atau mudah di akses bila digunakan. Sedangkan laboratorium yang
bersifat aman artinya segala penyimpanan material berbahaya dan kegiatan berbahaya
telah dipersiapkan keamanannya.
Suatu laboratorium dapat dikelola dengan baik sangat ditentukan oleh beberapa faktor
yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Beberapa alat-alat laboratorium yang
canggih, dengan staf profesional yang terampil belum tentu dapat berfungsi dengan
baik, jika tidak didukung oleh adanya Manajemen Laboratorium yang baik. Oleh
karena itu Manajemen Laboratorium adalah suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari kegiatan yang dilakukan di laboratorium sehari-hari.
Manajemen memiliki kata dasar To Manage yang artinya mengurus,
mengelola, mengatur, memperlakukan dan melaksanakan. Manajemen meliputi
pimpinan, ketatalaksanaan, tata pimpinan, dan pengelolaan. Manajemen meliputi
berbagai aspek kehidupan manusia seperti, bisnis, pemerintahan, pendidikan, dan
bahkan didalam keluarga dibutuhkan sebuah manajemen. Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa Manajemen Laboratorium adalah suatu proses untuk melakukan
kegiatan dengan cara melaksanakan POAC ( Planning, Organizing, Actuating,
Controlling ) dan pengawasan sehingga tenaga kerja/staff dapat melakukan aktivitas
sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan dengan menggunakan Sumber Daya
Organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan adanya manajemen pekerjaan
kita akan terlaksana dengan baik, hambatan-hambatan pekerjaan kita dapat
diminimalisir, dan tujuan kita akan mudah tercapai dengan efektif dan efisien.
Dalam setiap kegiatan tentu lebih baik bila didahului dengan penyusunan
suatu rencana, sehingga apa yang diinginkan dapat terlaksana dengan baik serta hasil
yang diperoleh akan baik pula. Membuat perencanaan untuk mengoperasionalkan
strategi yang sudah dimiliki dan diterjemahkan ke dalam realisasi kegiatan dalam
1

proses implementasi adalah bagian dari penyusunan rencana kegiatan operasional. Hal
itulah yang disebut dengan POA ( Planning of Action ).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian POAC dan POA ?
2. Apa makna dari masing-masing fungsi POAC dan POA ?
3. Bagaimanakah prinsip dalam melaksanakan POAC dan POA ?
4. Bagaimanakah Langkah-langkah dalam melaksanakan POAC dan POA ?
5. Apa sajakah contoh implementasi dari POAC dan POA dalam suatu manajemen
Laboratorium ?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari POAC dan POA
2. Mahasiswa dapat mengetahui sekaligus memahami makna dari masing-masing
fungsi POAC dan POA
3. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip dalam melaksanakan POAC dan POA
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami langkah-langkah dalam
melkasanakan POAC dan POA
5. Mahasiswa dapat memberikan contoh penyusunan POAC dan POA khususnya
dalam suatu Manajemen Laboratorium

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian POAC dan POA
Istilah POAC adalah kepanjangan dari Planning (perencanaan), Organizing
(mengelompokkan dengan membuat struktur), Actuating (peran manajer), Controlling
(melakukan pengawasan) merupakan suatu komponen/prinsip atau fungsi manajemen
yang harus ada di dalam suatu organisasi. Sedangkan POA ( Planning Of Action )
merupakan kumpulan aktivitas atau kegiatan dan pembagian tugas diantara para
pelaku atau penanggung jawab suatu program. Selain itu, Planning Of Action
merupakan penghubung antara tataran konsep dengan kumpulan kegiatan dalam
jangka panjang, menengah maupun jangka pendek. Planning Of Action adalah
rencana yang sifatnya arahan yang bisa dilaksanakan.
B.
1.

Makna dari masing-masing fungsi POAC dan POA


POAC
Fungsi POAC sendiri dalam suatu organisasi adalah untuk meningkatkan
efektifitas dan efisiensi suatu organisasi dalam pencapaian tujuannya. Berikut adalah
pemaparan tentang masing-masing bagian dari POAC, yaitu:

A.

Planning
Planning telah dipertimbangkan sebagai fungsi utama manajemen dan
meliputi segala sesuatu yang manajer kerjakan. Di dalam planning, manajer
memperhatikan masa depan, mengatakan Ini adalah apa yang ingin kita capai dan
bagaimana kita akan melakukannya.
Planning adalah sebuah proses di mana seorang manajer memutuskan tujuan,
menetapkan aksi untuk mencapai tujuan (strategi) itu, mengalokasikan tanggung
jawab unutk menjalankan strategi kepada orang tertentu, dan mengukur keberhasilan
dengan membandingkan tujuan. Planning meliputi pengaturan tujuan dan mencari
cara bagaimana untuk mencapai tujuan tersebut.
Membuat keputusan biasanya menjadi bagian dari perencanaan karena setiap
pilihan dibuat berdasarkan proses penyelesaian setiap rencana. Planning penting
karena banyak berperan dalam menggerakan fungsi manajemen yang lain. Contohnya,
3

setiap manajer harus membuat rencana pekerjaan yang efektif di dalam kepegawaian
organisasi.
B. Organizing
Organizing atau dalam bahasa Indonesia pengorganisasian merupakan proses
menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan
didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan
lingkungan organisasi yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua pihak
dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan
organisasi.
Definisi sederhana dari pengorganisasian ialah seluruh proses pengelompokan
orang, alat, tugas, serta wewenang dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga
tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan yang utuh dan
bulat dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Fungsi pengorganisasian adalah untuk menentuan pekerjaan yang harus
dilakukan, pengelompokan tugas dan membagi pekerjaan kepada setiap karyawan,
penetapan berbagai departemen serta penentuan hubungan. Tujuan pengorganisasian
ini adalah menetapkan peran serta struktur dimana karyawan dapat mengetahui apa
tugas dan tujuan mereka.
Aspek utama lain dari organizing adalah pengelompokan kegiatan ke departemen
atau beberapa subdivisi lainnya.
C. Actuating
Actuating, dalam bahasa Indonesia artinya adalah menggerakkan. Maksudnya,
suatu tindakan untuk mengupayakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk
mencapai sasaran sesuai dengan tujuan organisasi. Jadi, Actuating bertujuan untuk
menggerakkan orang agar mau bekerja dengan sendirinya dan penuh dengan
kesadaran secara bersama- sama untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan
efisien. Dalam hal ini dibutuhkan kepemimpinan (leadership) yang baik.
Fungsi Actuating adalah upaya untuk merealisasikan suatu rencana. Dengan
berbagai arahan dengan memotivasi setiap karyawan untuk melaksanakan kegiatan
dalam organisasi, yang sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawab. Maka dari itu,
actuating tidak lepas dari peranan kemampuan Leadership.
Leadership dan Actuating

Actuating jelas membutuhkan adanya kematangan pribadi dan pemahaman


terhadap karakter manusia yang memiliki kecenderungan berbeda dan sifatnya
dinamis. Maka dari itu, fungsi actuating ternyata jauh lebih rumit dari kelihatannya,
karena harus melibatkan fungsi dari leadership.
D. Controlling
Fungsi dari controlling adalah menentukan apakah rencana awal perlu direvisi,
melihat hasil dari kinerja selama ini. Jika dirasa butuh ada perubahan, maka seorang
manajer akan kembali pada proses planning. Di mana ia akan merencanakan sesuatu
yang baru, berdasarkan hasil dari controlling.
Controlling juga berfungsi untuk memastikan bahwa kinerja sesuai dengan
rencana. Hal ini membandingkan antara kinerja aktual dengan standar yang telah
ditentukan. Jika terjadi perbedaan yang signifikan antara kinerja aktual dan yang
diharapkan, manajer harus mengambil tindakan yang sifatnya mengoreksi. Misalnya
meningkatkan periklanan untuk meningkatkan penjualan.
2.

POA
Menurut Kamus Bisnis, fungsi POA adalah sebagai gambaran atas Rencana aksi
untuk individu atau tim tentang bagaimana kesuksesan mereka akan mempengaruhi
pencapaian tujuan seluruh organisasi. Dengan adanya POA, diharapkan agar :
1)Tahap pelaksanaan bisa berjalan runtut.
2)Tidak ada tahapan penting terlewati.
3)Memudahkan yang terkait agar jelas posisinya dan kewajibannya.
Dengan POA yang tercatat, akan bisa dievaluasi untuk dapat meningkatkan mutu
pelayanan. Namun, perlu diingat bahwa suatu konsep tanpa tindak lanjut atau
pelaksanaan diibaratkan wacana atau yang tidak memberikan nilai tambah bagi
kebaikan dan kemajuan organisasi. Sedangkan pelaksanaan/ kegiatan tanpa konsep,
akuntabilitas pihak pelaksana dan target-target dan ukuran akan mengundang
kekacauan, ibarat nahkoda tanpa haluan, kegiatan-kegiatan yang dijalankan diatas
menjadi semacam kumpulan kegiatan reaktif, tidak berpola. Sehingga dalam jangka
panjang akan mengakibatkan demotivasi para anggota organisasi dan bahkan akan
5

menyebabkan organisasi berhenti bertumbuh, dimana organisasi hanyut kedalam


pusaran ritual yang berputar di satu tempat.

C. Prinsip Dalam Melaksanakan POAC dan POA


1.

POAC

Planning

Berikut adalah prinsip perencanaan :


A.

Prinsip Kontribusi
Tujuan perencanaan adalah untuk memastikan pencapaian efektif dan efisien

tujuan organisasi, dalam kenyataannya, kriteria dasar untuk perumusan rencana


untuk mencapai Tujuan utama perusahaan. Pencapaian tujuan selalu tergantung
pada rencana dan jumlah kontribusi organisasi terhadap perencanaan.
B.

Prinsip Suara dan Konsisten Premising


Bangunan adalah asumsi mengenai kekuatan lingkungan seperti kondisi

ekonomi dan pasar, sosial, politik, aspek hukum dan budaya, tindakan pesaing, dll
Ini adalah lazim selama periode pelaksanaan rencana. Oleh karena itu, Rencana
yang dibuat atas dasar tempat sesuai, dan masa depan perusahaan tergantung pada
tingkat kesehatan rencana yang mereka buat sehingga untuk menghadapi keadaan
tempat.

Organizing
Proses pengorganisasian dapat dilakukan secara efisien jika manajer

memiliki pedoman tertentu sehingga mereka dapat mengambil keputusan dan


dapat bertindak. Untuk mengatur secara efektif, prinsip-prinsip organisasi berikut
dapat digunakan oleh seorang manajer, yaitu :
A. Prinsip Spesialisasi
Menurut prinsip, pekerjaan seluruh perhatian harus dibagi di antara bawahan
atas dasar kualifikasi, kemampuan dan keterampilan. Ini adalah melalui
pembagian

kerja dapat dicapai yang menghasilkan organisasi yang efektif.

Pembagian kerja adalah pemecahan tugas kompleks menjadi komponenkomponennya sehingga setiap orang bertanggung jawab untuk beberapa aktivitas
terbatas bukannya tugas secara keseluruhan.
Tidak semua orang secara fisik dan psikologi mampu melaksanakan semua
operasi yang menyusun kebanyakan tugas kompleks, bahkan dengan anggapan
6

seseorang dapat memperoleh semua keterampilan yang diperlukan untuk


melaksanakan tugas tadi. Sebaliknya, pembagian pekerjaan menciptakan tugas
yang lebih sederhana yang dapat dipelajari dan diselesaikan dengan relatif cepat.
Jadi hal ini memperkuat spesialisasi, ketika setiap orang menjadi pakar dalam
pekerjaan tertentu. Karena tindakan ini menciptakan variasi pekerjaan, orang
dapat memilih atau ditugaskan pada suatu posisi yang sesuai dengan bakat dan
minat mereka.
B. Prinsip Definisi Fungsional
Menurut prinsip ini, semua fungsi dalam kekhawatiran harus benar dan jelas
kepada manajer dan bawahan. Hal ini dapat dilakukan dengan jelas
mendefinisikan tugas-tugas, tanggung jawab, wewenang dan hubungan orang
terhadap satu sama lain. Klarifikasi dalam otoritas-tanggung jawab membantu
dalam mencapai hubungan koordinasi dan dengan demikian organisasi dapat
berlangsung efektif. Sebagai contoh, fungsi utama dari produksi, pemasaran dan
keuangan dan hubungan tanggung jawab wewenang dalam departemen ini harus
jelas didefinisikan untuk setiap orang agar melekat dalam pemikiran karyawan.
Klarifikasi dalam hubungan otoritas- tangggung jawab membantu dalam
organisasi yang efisien.
C. Prinsip Rentang Pengendalian atau Pengawasan
Menurut prinsip ini, rentang kendali adalah rentang pengawasan yang
menggambarkan jumlah karyawan yang dapat ditangani dan dikontrol secara
efektif oleh seorang manajer tunggal. Menurut prinsip ini, seorang manajer harus
dapat menangani jumlah karyawan yang dibawahinya. Keputusan ini dapat
diambil dengan memilih baik rentang lebar atau sempit froma. Ada dua jenis
rentang kendali: 1)
Rentang kendali yang luas adalah salah satu di mana seorang manajer
dapat mengawasi dan mengendalikan secara efektif sebuah kelompok besar orang
pada satu waktu.
2)
Rentang kendali yang sempit rentang ini, pekerjaan dan wewenang
dibagi antara banyak bawahan dan manajer tidak mengawasi dan mengendalikan
kelompok yang sangat besar dari orang di bawah dia. Manajer sesuai dengan
rentang yang sempit mengawasi sejumlah karyawan yang dipilih pada satu waktu.
D. Prinsip Rantai Skalar
Rantai skalar adalah rantai komando atau otoritas yang mengalir dari atas ke
bawah. Otoritas dan tanggung jawab harus berjalan dalam garis yang tegas dan
tidak terputus dari eksekutif tertinggi sampai yang paling rendah. Sebuah rantai
7

skalar memfasilitasi alur kerja di sebuah organisasi yang membantu dalam


pencapaian hasil yang efektif. Sebagai otoritas mengalir dari atas ke bawah, hal itu
akan menjelaskan posisi kewenangan untuk manajer di semua tingkatan dan yang
memfasilitasi organisasi yang efektif.
E. Prinsip Kesatuan Perintah
Ini menyiratkan satu bawahan-satu hubungan yang superior. Setiap bawahan
bertanggung jawab kepada satu manajer. Hal ini membantu dalam menghindari
kesenjangan komunikasi dan kesimpangan tanggung jawab. Jika atasan yang lebih
tinggi ingin memberikan perintah atau hal-hal lain kepada para bawahan yang
berada beberapa tangga di bawah dalam hierarki organisasi, seyogianya hal itu
dilakukan melalui atasan langsung orang yang bersangkutan. Paling tidak dengan
sepengetahuan atasan langsung tersebut.

Actuating

A.

Pelaksanaan dan Penugasan


Langkah lanjutan dari penetapan program kerja pengawasan adalah

pelaksanaan pengawasan dalam bentuk pemberian tugas. Tjuan utama penugasan


adalah untuk mencapai keseimbangan antara beberapa faktor: persyaratan dan
kualifikasi personal, keseimbangan untuk pengembangan profesi, dan lain-lain.
B. Pengawasan Pengelolaan Dana
Pengelolaan terhadap dana atau anggaran yang digunakan oleh organisasi
penting dilakukan agar dana tidak disia-siakan
C. Penyediaan dan Pemanfaatan Sarana Pengawasan.
Pengawasan juga membutuhkan saran dan alat untuk melakukan pengawasan,
misalnya teknologi yang digunakan untuk memantau kerja anggota organisasi atau
pekerja.
D. Dokumentasi Pengawasan
Hal ini diperlukan unutuk mendapatkan bukti yang nyata bila terjadi
pelanggaran, kesalahan dalam melakukan aktivitas di dalam organisasi.
E. Supervisi Audit

Controlling
Ada beberapa dasar proses dalam Controlling atau pengawasan, diantaranya

adalah teknik pengendalian dan sistem yang pada dasarnya sama untuk kas,
prosedur kantor, moral, kualitas produk atau apa pun. Bisa diasumsikan bahwa
baik rencana dan struktur organisasi yang jelas, lengkap, dan terintegrasi akan
8

tercipta jika manajer yakin akan tugasnya. Jika manajer tidak yakin dari tugasnya
atau bawahan tidak memiliki kemampuan atau tidak tahu bahwa dia memiliki
kemampuan untuk melaksanakan tugasnya, akan menjadi sulit untuk menentukan
siapa yang akan bertanggung jawab.
2.

POA
Prinsip dalam menyusun POA atau Planning Of Action adalah dengan
memperhatikan komponen dan juga unsur-unsur dalam perencanaan. Komponen
yang dimaksud ialah :
1)

Kelengkapan rencana

2)

Urutan tahapan yang urut

3)

Jelas apa yag harus dikerjakan

Sedangkan unsur-unsur perencanaan yang dimaksud ialah :


1. Tindakan apa yang harus dikerjakan
2. Apa sebabnya tindakan tersebut harus dilakukan
3. Dimana tindakan tersebut dilakukan
4. Kapan tindakan tersebut dilakukan
5. Siapa yang akan melakukan tindakan tersebut
6. Bagaimana cara melaksanakan tindakan tersebut.
Selain itu, prinsip dalam melakukan Planning Of Action adalah In
action 3 modal dasar (keterampilan, komitmen, motivasi) secara berimbang.
Proses action planning memerlukan keterampilan, komitmen dan motivasi tinggi
dari para pelaksana. Keterampilan, keahlian, competency, pengalaman yang
didapat merupakan modal dasar penentu bagi sukses atau tidaknya pelaksanaan
cetak biru tersebut.tanpa bekal keterampilan, keahlian, competency yang
dibutuhkan serta pengalaman yang memadai, maka pencapaian target terhadap
hasil yang diharapkan oleh atasan akan jauh.

Komitmen di sisi lain diperlukan, meskipun si pelaksana memiliki


keterampilan yang mumpuni.Namun tanpa komitmen,integritas,loyalitas si
pelaksana pada pekerjaan, maka pencapaian target akan menyimpang dari yang
diharapkan. Motivasi, semangat,spirit untuk menjalankan pekerjaan hingga tuntas
sangat diperlukan untuk memastikan tidak ada waktu/ tenaga yang terbuang (tidak
terarah) untuk mengerjakan hal-hal yang tidak memberikan kontribusi bagi
organisasi.

D. Langkah-langkah pelaksanaan POAC dan POA

1.

POAC
Planning
A.

Menyadari kesempatan.
Penting sekali bagi seorang manajer untuk mengetahui kesempatan atau

peluang di lingkungan eksternal dengan sangat baik dalam organisasi sebagai awal
perencanaan. Menjadi bagian penting melihat terhadap kesempatan masa depan.
Manajer harus tahu di mana kondisi pasar, kompetisi antar organisasi,
permintaan konsumen atau pelanggan, kekuatan mereka sendiri, dan kelemahan.
B. Menentukan tujuan.
Langkah kedua adalah menetukan tujuan untuk seluruh organisasi dan setiap
sub unit di dalamnya. Tujuan memberikan arahan terhadap setiap departemen atau
sub unit di dalamnya.
C. Mengembangkan dasar pikiran.
Dasar pikiran di sini adalah sebuah asumsi yang ada dalam pikiran organisasi.
Mengenal dan memahami dengan baik rencana akan berjalan di lingkungan yang
sesuai, eksternal maupun internal.
D. Menentukan tindakan alternatif.
Memikirkan tindakan alternatif jika dalam pelaksanaan perencanaan terdapat
permasalahan hambatan.
E. Mengevaluasi tindakan alternatif.
Langkah selanjutnya adalah mengevaluasi tindakan alternatif dengan
menimbang dengan cermat, tindakan alternatif yang memberikan peluang yang
paling bagus tentang pencapaian tujuan, biaya yang paling murah dan keuntungan
yang paling tinggi.
F.
Memilih tindakan alternatif yang telah ditentukan atau dirumuskan dan
dievaluasi.
G. Merumuskan pendukung tujuan. Saat keputusan telah dibuat, perencanaan
telah selesai, dan tujuah langkah telah dilakanakan, maka memerlukan daftar atau
hal yang diperlukan untuk mendukung tujuan. Contoh pendukung tujuan adalah
10

alat, bahan, memperkerjakan dan melatih pegawai, dan mengembangkan sebuah


produk baru.
H.
Penghitungan anggaran dana perencanaan, seperti volum dan harga
penjualan, biaya operasi perencanaan, pengeluaran untuk peralatan dan lainnya.

Organizing
Hal pertama yang dilakukan dalam thap/langkah pengorganisasian adalah

dengan mengetahui tujuan terlebih dahulu, kemudian membagi habis pekerjaan


kepada masing-masing bagian, melakukan penugasan personal yang cakap dan
mendelegasikan wewenang.
Wewenang adalah kekuasaan atau hak untuk memerintah atau meminta orang
lain yuntuk berbuat sesuatu. Sumber wewenang dapat diperoleh dari dua
pendekatan,

yaitu

pendekatan

institusional

dan

pendekatan

kepatuhan.

Institusional diperoleh melalui hak milik atas masyarakat, hukum, dan undangundang. Pendekatan kepatuhan diperoleh dari atasan ke bawahan.
Manajer harus mendelegasikan wewenang karena dia menanggung lebih
banyak pekerjaan dari yang dapat dia kerjakan sendiri, dan kemampuan pikiran
manusia semakin lama bisa semakin bertambah atau berkurang, untuk itulah
manajer mendelegasikan wewenang.
A. Langkah-langkah mendelegasikan wewenang diantaranya :

Ciptakan suasana kerja yang nyaman

Berikan penjelasan yang mudah dipahami

Tentukan tugas yang harus dikerjakan

Pilih orang yang tepat untuk menjalankannya

Berikan wewenang secara penuh

Berikanlah bantuan kepada orang yang diberikan wewenang

bila.diperlukan. Dalam pengorganisasian, ada istilah hubungan organisatoris, yaitu


hubungan yang timbul dari adanya hubungan yang diarahkan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Dalam manajemen dikenal sebuah system wewenang lini
(line authority) yaitu hubungan wewenang yang mengalir dari atasan ke bawahan
secara langsung.
B. Langkah-langkah untuk melakukan departemantasi antara lain :

Tempatkan pekerjaan dalam satuan yang sering beroprasi

Pisahkan pekerjaan dalam dua satuan kerja


11

Dorong adanya kompetisi antar unit

Bekerjalah dengan serasi dan kerjasama yang baik

Ikutilah kepentingan manajer

Actuating
Hal penting yang dipertimbangkan dalam melakukan actuating adalah untuk

memotivasi seorang karyawan untuk melakukan sesuatu, misalnya saja:


A.

Merasa yakin dan mampu melakukan suatu pekerjaan,

B.

Percaya bahwa pekerjaan telah menambahkan nilai untuk diri mereka


sendiri,

C.

Tidak terbebani oleh masalah pribadi atau tugas lain yang lebih penting
atau mendesak,

D. Tugas yang diberikan cukup relevan,


E.

Hubungan harmonis antar rekan kerja.

Controlling
Dalam controlling ada beberapa langkah dan proses, yaitu pengawasan. Proses

pengawasan dilakukan secara bertahap dan sistematis melalui langkah sebagai


berikut:
A.
B.
C.

Menentukan standar yang akan digunakan sebagai dasar pengendalian.


Mengukur pelaksanaan atau hasil yang sudah dicapai.
Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar dan menentukan

penyimpangan jika ada.


D.
Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan agar
pelaksanaan dan tujuan sesuai dengan rencana.
E. Meninjau dan menganalisis ulang rencana, apakah sudah realistis atau
tidak. Jika ternyata belum realistis maka perlu diperbaiki.
Pengawasan juga bisa dibedakan menurut sifat dan waktunya:
A.

Preventive control, adalah pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan

dilakukan untuk menghindari terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaannya.


Pengawasan ini merupakan pengawasan terbaik karena dilakukan sebelum terjadi
kesalahan namun sifatnya prediktif.
B.

Repressive control, adalah pengawasan yang dilakukan setelah terjadinya

kesalahan dalam pelaksanaanya. Dengan maksud agar tidak terjadi pengulangan


kesalahan, sehingga hasilnya sesuai dengan yang diinginkan.
12

C.

Pengawasan saat proses dilakukan, sehingga dapat segera dilakukan

perbaikan.
D.

Pengawasan berkala, adalah pengawasan yang dilakukan secara berkala,

misalnya perbulan, persmester, dll.


E.

Pengawasan mendadak (sidak), adalah pengawasan yang dilakukan

secara mendadak untuk mengetahui apa pelaksanaannya dilakukan dengan baik


atau tidak.
F.

Pengawasan Melekat (waskat), adalah pengawasan/pengendalian yang

dilakukan secara integratif mulai dari sebelum, pada saat, dan sesudah kegiatan
dilakukan.
2. POA
Menurut T. Hani Handoko (1999) kegiatan perencanaan pada dasarnya melalui
empat tahap sebagai berikut :
1.

Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan

2.

Merumuskan keadaan saat ini

3.

Mengidentifikasikan segala kemudhan dan hambatan

4.

Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian

tujuan

Berikut ini adalah 9 langkah untuk membuat Planning Of Action (Strategi


goal) :
1.

Kemukakan solusi anda dalam rangkaian goal.

Setelah anda menyepakati sebuah masalah tertentu di dalam organisasi anda,


pertama anda perlu mendefinisikan solusi tersebut kedalam sejumlah goal dan
objektif. Sebagai contoh , setiap goal dapat diekspresikan sebagai berikut : agar
kita dapat . . . . kita harus . . catat setiap goal dibagian atas papan tulis atau
selembar kertas.
2.

Hasilkan sebuah daftar berbagai tindakan untuk setiap goal.

Gunakan brain storming untuk menghasilkan sebuah daftar tindakan untuk


mencapai sebuah goal dan catat ini dibawah goal. Atur daftar tindakan yang
diusulkan secara berurutan.
3.

Siapkan time line


13

Dimulai dengan sebuah titik waktu berlabel sekarang dan berakhir dengan
titik berlabel tujuan tercapai, buat time line untuk mengalokasikan tanggal date
line disetiap tindakan yang telah diurutkan, yang terdaftar di bawah goal tertentu.
Penting sekali bagi anda menyelesaikan urutan dan waktu secara tepat jika anda
ingin meraih tujuan tercapai secara efektif.
4.

Alokasikan sumber-sumber yang ada

Sumber daya finansial dan SDM harus dialokasikan untuk setiap langkah
tindakan. Jika sumber yang ada terbatas atau selalu kurang dari kebutuhan pada
tiap apapun, mungkin sebaiknya anda kembali ke langkah sebelumnya dan
merevisi action plan anda.
5.

Identifikasi masalah yang kemungkinan akan muncul.

Pertimbangankan berbagai hal yang kemungkinan tidak berjalan sesuai


rencana dalam proses pencapaian goal tertentu. Daftarkan masalah-masalah
tersebut dan identifikasi penyebabnya dan tindakan yang tepat untuk
mengatasinya. Tindakan ini mungkin perlu ditambahkan ke slot yang sesuai di
dalam time line.
6.

Kembangkan strategi untuk memantau kemajuan

Daftarkan cara untuk memantau kemajuan dari action plan yang telah dibuat.
Tahapan-tahapan pemantauan harus disertakan juga dalam time line.
7.

Delegasikan tugas-tugas.

Ambil setiap titik pada time line secara bergantian dan tanyakan : siapa yang
akan melakukan apa, pada tanggal yang telah ditentukan untuk melakukan tugas
yang telah ditetapkan ? bagikan tugas-tugas ini kepada setiap individu atau tim
yang sesuai.
8.

Perkiraan berbagai biaya

Berikan pertimbangan pada ekspenditur yang diperlukan untuk menyelesaikan


tugas-tugas yang ada. Semua biaya yang harus dimasukkan pada saat penyusunan
anggaran. Jika dana tidak tersedia, tugas harus ditinjau ulang dan bila perlu
direvisi atau dihilangkan.
9.

Implementasikan rencana

Terjemahkan semua informasi anda ke kertas baru, daftarkan semua tindakan


yang diperlukan, orang yang bertanggung jawab untuk tugas tertentu, dan kapan
tugas tersebut harus diselesaikan. Setelah action plan sudah diselesaikan,
informasi ini sekarang dapat diberikan kepada semua yang terlibat.
14

E. Contoh implementasi POAC dan POA


1.

POAC
Dalam usaha melaksanakan program-program di puskesmas atau pusat
kesehatan harus dimulai dengan manajemen atau administrasi. Administrasi
adalah proses penyelenggaraan kerja yang dilakukan bersama-sama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. administrasi, baik dalam pengertian luas
maupun sempit di dalam penyelenggaraannya diwujudkan melalui fungsi-fungsi
manajemen, yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan.

Planning (perencanaan)
Perencanaan merupakan proses penyusunan rencana tahunan Puskesmas untuk

mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Perencanaan akan


memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang
akan dijalankan, siapa yang akan melakukan dan kapan akan dilakukan.
Puskesmas merupakan unit pelaksana pelayanan kesehatan masyarakat tingkat I
yang dibina oleh DKK, yang bertanggungjawab untuk melaksanakan identifikasi
kondisi masalah kesehatan masyarakat dan lingkungan serta fasilitas pelayanan
kesehatan meliputi cakupan mutu pelayanan, identifikasi mutu sumber daya
manusia dan provider, serta menetapkan kegiatan untuk menyelesaikan masalah.
Perencanaan meliputi kegiatan program dan kegiatan rutin puskesmas yang
berdasarkan visi dan misi puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan primer
dimana visi dan misi digunakan sebagai acuan dalam melakukan setiap kegiatan
pokok puskesmas.
Budgeting dalam perencanaan menejemen keuangan dikelola sendiri oleh
puskesmas sesuai tatacara pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan,
adapun sumber biaya didapatkan dari pemerintah daerah, retribusi puskesmas,
swasta atau lembaga sosial masyarakat dan pemerintah adapun pembiayaan
tersebut ditujukan untuk jemis pembiayaan layanan kesehatan yang mempunyai
cirri-ciri barang atau jasa publik seperti penyuluhan kesehatan, perbaikan gizi,
P2M dan pelayanan kesehatan yang mempunyai ciri-ciri barang atau jasa swasta
seperti pengobatan individu.

15

Organizing (Pengorganisasian)
Dinas Kesehatan Kota mempunyai tugas untuk menenetukan

menetapkan struktur organisasi puskesmas dengan pertimbangan sebagai fasilitas


pelayanan kesehatan masyarakat tingkat I. Pola organisasi meliputi kepala, wakil
kepala, unit tata usaha, unit fungsional agar tidak terjadi tumpang tindih dalam
pelaksanaan kegiatan yang nantinya akan berpengaruh terhadap kualitas program
yang ditangani.
Struktur organisasi puskesmas
Unsur pimpinan : Kepala Puskesmas
Unsur pembantu pimpinan : Tata usaha
Unsur pelaksana : Unit I, II, III, IV, V, VI, VII.
Tugas pokok;
Kepala Puskesmas : bertugas memimpin, mengawasi dan mengkoordinasikan
kegiatan puskesmas yang dapat dilakukan dalam jabatan struktural, dan jabatan
fungsional
Kepala urusan tata usaha : bertugas dibidang kepegawaian, keuangan
perlengkapan dan surat menyurat serta pencatatan dan pelaporan
Unit I : bertugas melaksanakan kegiatan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga
berencana dan perbaikan gizi
Unit II : Melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular khususnya imunisasi, kesehatan lingkungan dan laboratorium
sederhana
Unit III : Melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut, kesehatan tenaga
kerja dan manula
Unit IV : Melaksanakan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat, kesehatan
sekolah dan olahraga, kesehatan jiwa, kesehatan mata dan kesehatan khusus
lainnya
Unit V : Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan upaya
masyarakat dan penyuluhan kesehatan masyarakat, kesehatan remaja dan dana
sehat
Unit VI : Melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan rawat inap
Unit VII : Melaksanakan kegiatan kefarmasian.

Actuating (Pelaksanaan/peran manejer)


16

Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi penggerak semua kegiatan yang


telah dituangkan dalam fungsi pengorganisasian untuk mencapai tujuan organisasi
yang telah dirumuskan pada fungsi perencanaan. Fungsi manajemen ini lebih
menekankan tentang bagaimana manajer mengarahkan dan menggerakkan semua
sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Dalam menggerakkan
dan mengarahkan sumber daya manusia dalam suatu organisasi, peranan
pemimpin, motivasi staf, kerjasama dan komunikasi antar staf merupakan hal-hal
pokok yang perlu diperhatikan oleh seorang manjer. Secara praktis fungsi
pelaksanaan ini merupakan usaha untuk menciptakan iklim kerjasama di antara
staf pelaksana program sehingga tujuan organisasi tercapai secara efektif dan
efisien. Fungsi pelaksanaan ini haruslah dimulai dari diri manajer, di mana
manajer harus menunjukkan kepada stafnya bahwa ia mempunyai tekad untuk
mencapai kemajuan dan peka terhadap lingkungannya. Ia harus mempunyai
kemampuan bekerjasama dengan orang lain secara harmonis.
Tujuan fungsi pelaksanaan:
Menciptakan kerjasama yang lebih efisien
Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan staf
Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan ini
Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan
prestasi kerja staf
Membuat organisasi berkembang lebi dinamis

Controlling (Pengawasan)
Pengawasan (controlling) dalam manajemen puskesmas merupakan fungsi

terakhir yang berkait erat dengan fungsi manajemen yang lainnya. Melalui fungsi
pengawasan dan pengendalian, standard keberhasilan selalu dibandingkan dengan
hasil yang telah dicapai atau yang mampu dikerjakan. Jika ada kesenjangan atau
penyimpangan diupayakan agar penyimpangannya dapat dideteksi secara dini,
dicegah, dikendali atau dikurangi. Kegiatan fungsi pengawasan dan pengendalian
bertujuan agar efisiensi penggunaan sumber daya dapat lebih berkembang, dan
efektifitas tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan program dapat lebih terjamin.
Beberapa cara pengendalian yang harus dilakukan oleh seorang manajer yang
meliputi pengawasan langsung, adalah pengawasan yang dilakukan sendiri secara
langsung oleh seorang manejer. Manajer memeriksa pekerjaan yang sedang
17

dilakukan untuk mengetahui apakah dikerjakan dengan benar dan hasilnya sesuai
dengan yang dikehendakinya.
Pengawasan tidak langsung, adalah pengawasan jarak jauh, artinya dengan
melalui laporan secara tertulis maupun lisan dari karyawan tentang pelaksanaan
pekerjaan dan hasil yang dicapai. Pengawasan berdasarkan pengecualian, adalah
pengawasan yang dikhususkan untuk kesalahan yang luar biasa dari hasil atau
standar yang diharapkan. Pengawasan ini dilakukan dengan cara kombinasi langsung
dan tidak langsung oleh manajer.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Manajemen merupakan seni untuk mengatur system kinerja perusahaan yang meliputi
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (aktuasi), dan
pengontrolan (controlling), untuk mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien.

18

19

CONTOH KASUS
Penentuan Prioritas Alternatif Solusi untuk Masalah ISPA dengan Metode Reinke
Latar Belakang Masalah
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak.
Insidens menurut kelompok umur Balita diperkirakan 0,29 episode per anak/tahun di Negara
berkembang dan 0,05 episode per anak/tahun di negara maju. Ini menunjukkan bahwa terdapat
156 juta episode baru di dunia per tahun dimana 151 juta episode (96,7%) terjadi di Negara
berkembang. Kasus terbanyak terjadi di India (43 juta), China (21 juta) dan Pakistan (10juta) dan
Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing-masing 6 juta episode. Dari semua kasus yang terjadi di
masyarakat, 7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. Episode batuk-pilek
pada Balita di Indonesia diperkirakan 2-3 kali per tahun (Rudan et al Bulletin WHO 2008). ISPA
merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas (40%-60%) dan rumah
sakit (15%-30%). (Kementerian Kesehatan, 2012).
Identifikasi Masalah
Misalkan puskesmas yang akan digunakan dalam tulisan ini yaitu Puskesmas X. Berdasarkan
data rekap penyakit yang diperoleh selama kegiatan magang khususnya di bidang Pencegahan
dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Puskesmas X, ditemukan permasalahan yang dialami. Salah
satunya adalah masih banyak kasus ISPA yang terjadi di wilayah Kecamatan X. Walaupun jumlah
kasus ISPA di wilayah ini menurun, tetapi jumlah penderitanya masih banyak dan semua
penderitanya adalah balita. Hingga saat ini, ISPA masih menduduki peringkat pertama dari 10
besar penyakit dengan angka kesakitan tertinggi di wilayah kecamatan tersebut .
Tabel 1. Jumlah Penderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas X Selama

Bulan Januari sampai dengan Bulan Juli Tahun 2010 Bulan


Januari
Februari Maret
April
Mei
Juni
Jumlah 1224
1456
2048
1620
1526
1359

Juli
1250

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah penderita ISPA relatif mengalami penurunan
walaupun sempat mengalami peningkatan pada bulan Maret tahun 2010, akan tetapi jumlah
penderitanya masih banyak yaitu mencapai hingga ribuan balita. Pada bulan Agustus tahun 2010,
masih ditemukan kasus ISPA pada balita di Kecamatan X yaitu 18 kasus dan kasus tersebut hanya
untuk orang-orang yang melakukan kunjungan berobat di Puskesmas X. Beberapa hal yang
memungkinkan menjadi penyebab masih tingginya angka kesakitan ISPA di wilayah kerja
Puskesmas X di antaranya adalah :
Masalah tenaga kesehatan bidang P2P Puskesmas X. Masalah tenaga yang ada pada P2P
Puskesmas X, yaitu masalah tenaga berdasarkan keberadaan berbagai jenis tenaga kesehatan
secara kuantitas dan kualitasnya. Kenyataan yang terjadi di bidang P2P, meskipun tugas untuk
masing-masing karyawan (staf) sudah dibagi, tetapi beban kerja yang diberikan masih cukup
berat. Hal ini terjadi karena banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan dan jumlah tenaga yang
masih terbatas.
Proses pencatatan dan pelaporan data. Program pencegahan dan pemberantasan penyakit akan
sangat efektif bila didukung oleh sistem surveilans yang efektif pula. Dalam surveilans
dilaksanakan proses pengumpulan data, analisis, interpretasi dan penyebaran interpretasi serta
tindak lanjut perbaikan dan perubahan. Kecepatan dan ketepatan informasi yang dihasilkan dalam
sistem surveilans dapat menjamin pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan penyakit dengan
cepat dan tepat, sehingga

20

diperlukan adanya proses pengolahan data secara efektif dan efisien.Dalam melaksanakan
kegiatannya, staf pada bidang P2P menemui beberapa hal yang dapat menghambat kelancaran
proses kerja, salah satunya dalam proses pengolahan data. Proses pencatatan dan pelaporan data
penyakit di bidang ini sering terhambat disebabkan kurangnya sarana komputer, program
komputer yang bermasalah dan kurangnya tenaga untuk melaksanakan tugas tersebut, sehingga
dapat berakibat pada kurang tepatnya waktu penginformasian.
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran dari masyarakat. Bidang P2P merupakan salah satu
bidang di Puskesmas yang berperan aktif dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
secara optimal. Dimana dalam pelaksanaannya tidak lepas dari peran serta bidang-bidang lain
yang ada di Puskesmas X maupun peran serta (partisipasi) dari masyarakat Kecamatan X. Namun
selama pelaksanaan program yang telah dijalankan oleh Puskesmas X khususnya program
penanggulangan ISPA, peran serta (partisipasi) masyarakat masih kurang. Masih kurangnya peran
serta (partisipasi) masyarakat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat.
Prioritas Masalah
Metode yang digunakan untuk menentukan prioritas masalah adalah Metode Hanlon Kuantitatif.
Metode Hanlon Kuantitatif merupakan salah satu cara untuk menetapkan urutan pioritas masalah
dengan memperhatikan 4 kriteria yaitu:
1. Kelompok kriteria A : besarnya masalah
2. Kelompok kriteria B : tingkat kegawatan masalah
3. Kelompok kriteria C : kemudahan penanggulangan masalah
4. Kelompok kriteria D : PEARL, dimana:
Kelompok kriteria D : PEARL, dimana:
a) P : kesesuaian
b) E : secara ekonomi murah
c) A : dapat diterima
d) R : tersedia sumber
e) L : legalitas terjamin
Berdasarkan hasil identifikasi permasalahan di Bidang P2P Puskesmas X diperoleh masalah
bahwa angka kesakitan penyakit ISPA di wilayah kerja Puskesmas X masih tinggi, sehingga
dipilih prioritas masalah untuk mengatasi permasalahan tersebut, diantaranya sebagai berikut:
1) Masalah tenaga kesehatan bidang P2P Puskesmas X
2) Proses pencatatan dan pelaporan data
3) Kurangnya pengetahuan dan kesadaran dari masyarakat
Penentuan prioritas masalah terhadap permasalahan-permasalahan di Bidang P2P dengan Metode
Hanlon Kuantitatif sebagai berikut:
Tabel 2. Prioritas Masalah Metode Hanlon Kuantitatif Bidang P2P

No

Inventaris

Skor

Skor D
21

NPD

NPT

Prioritas

Masalah
1.

2.

3.

Masalah tenaga
kesehatan bidang
P2P Puskesmas
X
Proses pelaporan
dan pencatatan
data
Kurangnya
pengetahuan dan
kesadaran dari
masyarakat

Kriteria
A B C
3 3 3

P
1

E
1

A
1

R
1

L
1

18

18

III

21

21

II

24

24

Berdasarkan tabel 3.2 diketahui bahwa permasalahan-permasalahan


yang diperoleh berdasarkan hasil identifikasi permasalahan di Bidang P2P
Puskesmas X dengan Metode Hanlon Kuantitatif diperoleh bahwa kurangnya
pengetahuan dan kesadaran dari masyarakat merupakan prioritas pertama atau utama yang
harus dirumuskan pemecahannya guna menanggulangi penyakit ISPA di wilayah kerja Puskesmas
X.
Prioritas Alternatif Solusi
Berdasarkan gambaran permasalahan mengenai kejadian ISPA di wilayah kerja Puskesmas X,
didapat beberapa alternatif pemecahan masalah antara lain :
Penyuluhan dengan menggunakan leaflet ISPA
Sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang bertujuan untuk
menurunkan angka kesakitan ISPA di wilayah kerja Puskesmas X perlu dilakukan penyuluhan
dengan menggunakan media yaitu leaflet. Penggunaan media leaflet dapat membantu masyarakat
dalam meningkatkan pengetahuannya tentang ISPA karena dengan media ini masyarakat dapat
membaca sendiri tentang penyakit ISPA mulai dari definisi, penyebab (etiologi), faktor resiko,
dan cara pencegahannya.
Penyuluhan dengan media film ISPA
Media film ISPA perlu dibuat guna meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang
bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan ISPA di wilayah kerja Puskesmas X. Penggunaan
media film dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan pengetahuannya tentang ISPA
karena dalam media ini terdapat pesan-pesan kesehatan tentang ISPA. Selain itu, media film
menggunakan teknik audio visual sehingga masyarakat dapat lebih cepat menangkap pesan-pesan
dari film tersebut dan nantinya mereka sadar untuk mempraktekannya dalam kehidupan seharihari.
Penyuluhan dengan teknik ceramah dan tanya jawab
Metode ceramah dan Tanya jawab ialah cara penyuluhan dengan
Penyuluhan dengan teknik ceramah dan tanya jawab
Metode ceramah dan Tanya jawab ialah cara penyuluhan dengan penuturan atau penjelasan lisan
penyuluh secara langsung kepada peserta disertai kegiatan bertanya-menjawab peserta terhadap
penyuluh , dibuat

22

guna meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang bertujuan untuk menurunkan
angka kesakitan ISPA di wilayah kerja Puskesmas X.
Penentuan prioritas pemecahan masalah berdasarkan kriteria matrik dengan metode
Reinke, yaitu dengan menetapkan nilai efektifitas untuk setiap alternatif jalan keluar, yakni
dengan memberi angka 1 (paling tidak efektif) sampai dengan angka 5 (paling efektif). Prioritas
jalan keluar adalah yang nilai efektifitasnya paling tinggi, sedangkan efisiensi untuk setiap
alternatif jalan keluar, yakni dengan memberikan angka 1 (paling tidak efisien) sampai dengan
angka 5 (paling efisien). Nilai efisiensi ini biasanya dikaitkan dengan biaya (cost) yang
diperlukan untuk melaksanakan jalan keluar.
Alternatif Jalan Keluar

no
Alternatif Jalan
Keluar

CONTOH POA

Friday, 23 March 2012


POA Program Puskesmas
POA ( Plan Of Action )
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945 alenia ke-4 adalah untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.Untuk mencapai tujuan tersebut di
selenggarakan program Pembangunan Nasional secara berkelanjutan, terencana dan terarah.
Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan Nasional.
Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal,
keberhasilan pembangunan Kesehatan berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing
sumber daya manusia Indonesia. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut
diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Puskesmas
adalah penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama. Dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan tersebut bagi setiap Puskesmas Wajib untuk menyusun Rencana
Kegiatan Tahunan yang disebut dengan PTP yaitu Perencanaan Tingkat Puskesmas, dimana secara
umum perencanaan tersebut adalah suatu proses penyusunan yang sistematis mengenai kegiatan
kegiatan yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah masalah yang dihadapi dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Sehingga Puskesmas dapat mewujudkan tujuan
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya yaitu tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang
setinggitingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat.

23

I.2 PENGERTIAN
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) dapat diartikan sebagai suatu proses yang sistematis untuk
menyusun atau mempersiapkan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh puskesmas pada tahun
berikutnya untuk meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam
upaya mengatasi masalah-masalah kesehatan
setempat.
I.3 TUJUAN
I.3.1 Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan manajemen Puskesmas dalam mengelola kegiatannya dalam upaya
meningkatkan fungsi Puskesmas sebagai Pusat Pengembangan, Pembinaan dan Pelaksanaan
Upaya Kesehatan di Wilayah Kerjanya.
I.3.2 Tujuan Khusus
1. Dapat disusunnya Rencana Usulan Kegiatan ( RUK ) Puskesmas yang akan dilaksanakan
pada tahun berikutnya.dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan
sesuai dengan kebutuhan dan keadaan di wilayah kerjanya.
2. Dapat disusunnya Rencana Pelaksanaan Kegiatan ( RPK ) Puskesmas yang akan
dilaksanakan setelah diterimanya alokasi sumber daya dari berbagai sumber dalam rangka
memantapkan penggerakan pelaksanaan kegiatan dalam tahun yang sedang berjalan
( Tahun 2011).
I.4 RUANG LINGKUP
Puskesmas adalah unit pelaksana pembangunan kesehatan di wilayah Kecamatan. Yang dimaksud
dengan unit pelaksana adalah Unit Pelaksana Tehknis Dinas (UPTD ) yakni organisasi dilingkungan
dinas kabupaten / Kota yang melaksanakan tugas teknis operasional.
Kriteria UPTD terdiri dari:
1. Tidak melaksanakan fungsi pengaturan, pembinaan, perizinan.
2. Mempunyai misi /tugas pokok yang jelas dan tidak berduplikasi atau tumpang tindih dengan
unit organisasi yg lain.
3. Didukung oleh 3 (tiga ) factor : SDM, anggaran,sarana/prasarana kerja.
4. Memiliki rencana Program dan kegiatan pengembangan yang berkelanjutan.
Fungsi Puskesmas adalah :
1. Pusat Pembangunan berwawasan Kesehatan.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat.
3. Pusat pelayanan Kesehatan strata pertama yang meliputi :
- Pelayanan Kesehatan Perorangan
- Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Dalam pelaksanaan ketiga fungsi diatas, Puskesmas memiliki beberapa program,
dimana program tersebut dikelompokkan menjadi :
a. Program Kesehatan Dasar (Upaya Kesehatan Wajib )

24

Upaya Promosi Kesehatan


Upaya Kesehatan Lingkungan
Upaya KIA KB
Upaya Perbaikan Gizi masyarakat.
Upaya P2M
Upaya Pengobatan Dasar
b. Program Kesehatan Pengembangan (Upaya Kesehatan Pengembangan )
Upaya Kesehatan Sekolah
Upaya Kesorga
Upaya Kesehatan Lansia
Upaya Kesehatan Gilut
Upaya Kesehatan Jiwa
Upaya Kesehatan Mata
Upaya Kesehatan THT
Upaya Kesehatan Kerja
Perkesmas
c. Upaya Kesehatan Penunjang
SP2TP
Laboratorium.
I.5 VISI, MISI DAN STRATEGI PROGRAM PUSKESMAS DAWAN I
I.5.1 VISI
Dengan Semangat Kebersamaan, Prima dalam Pelayanan Kesehatan Menuju
Masyarakat Dawan yang Sehat.
Semangat kebersamaan adalah kondisi dimana seluruh masyarakat hidup
dalam lingkungan dan prilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Prima adalah cepat, murah,
ramah, bermutu.
I.5.2 MISI
Untuk mewujudkan Visi tersebut diatas Puskesmas Dawan I memiliki Misi yaitu:
a. Mendorong kemandirian masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
b. Menyelenggarakan pelayanan Kesehatan secara terpadu dengan seluruh lapisan masyarakat
diwilayah kerjanya.
c. Meningkatkan profesionalisme SDM Puskesmas.
d. Meningkatkan kerjasama dengan lintas sector diwilayah kerja.
I.5.3 STRATEGI
Untuk mencapai Visi dan Misi Puskesmas tersebut diatas digunakan strategi
sebagai berikut :
a. Pertanggungjawaban wilayah.
b. Pemberdayaan masyarakat.
c. Keterpaduan Lintas program.
d. Keterpaduan Lintas Sektor
e. Sistem Rujukan :
Rujukan upaya kesehatan perorangan.
Rujukan upaya kesehatan masyarakat.

25

Anda mungkin juga menyukai