Oleh :
Nama
NIM
: 410015006
Kelas
: km.3.1
DAFTAR ISI
Halaman judul..
Daftar isi..
Kata pengantar.
BAB I Pendahuluan.
1.1 Latar belakang ..
1.2 Maksud dan tujuan
a. Analisa Granulometri..
b. Analisa bentuk kerakal.
c. Analisa komposisi butir sedimen.
BAB II Lokasi (Letak & kesampaian)
2.1 Lokasi (data utama ditambah data pendukung).
2.2 Kesampaian (data utama ditambah data pendukung)
BAB III Dasar Teori
3.1 Analisa Granulometri
3.2 Analisa bentuk kerakal..
3.3 Analisa komposisi butir sedimen..
BAB IV Hasil dan Pembahasan.
4.1 Keadaan Lokasi utama dan pendukung ( Foto, arah sungai, keadaan
system DAS sungai) visual & narasi
4.2 Hasil Granulometri.
Hasil (perhitungan dan grafik dari data utama dan data pendukung)
Interpetasi data utama dan data pendukung
Hasil (perhitungan dan grafik dari data utama dan data pendukung)
Interpetasi data utama dan data pendukung
4.5 Interpetasi mekanisme sedimentasi pada system sungai data utama dan
data pendukung
BAB V Penutup..
5.1 Kesimpulan..
5.2 Kritik & Saran..
Daftar Pustaka
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga laporan ini dapat di
pergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuh puluh persen batuan yang menutupi permukaan bumi ini terdiri dari
batuan sedimen. Yaitu batupasir, batugamping, lanau, lempung, breksi,
konglomerat, dan batuan sedimen lainnya.
Batuan tersebut terbentuk secara proses fisika, kimia, dan biologi yang
terendapkan secara alamiah di berbagai lingkungan pengendapan dan terus
berjalan hingga saat ini. Pembelajaran tentang batuan sedimen sangat besar
kontribusinya terhadap penentuan dan pembelajaran batuan batuan sedimen purba
atau yang berumur tua dalam skala waktu geologi.
Banyak batuan sedimen purba yang diperkirakan sistem dan lingkungan
pengendapannya dianalogikan dengan proses proses sedimentasi yang terjadi pada
saat ini. Proses proses sedimentasi (fisika, kimia, biologi) sangat berhubungan erat
dengan kompaksi, sementasi, rekristalisasi.
Endapan sedimen (sedimentary deposit) adalah tubuh material padat yang
terakumulasi di permukaan bumi atau di dekat permukaan bumi, pada kondisi
tekanan dan temperatur yang rendah. Sedimen umumnya (namun tidak selalu)
diendapkan dari fluida dimana material penyusun sedimen itu sebelumnya berada,
baik sebagai larutan maupun sebagai suspensi. Definisi ini sebenarnya diterapkan
untuk semua jenis batuan sedimen karena ada beberapa jenis endapan yang telah
disepakati oleh para ahli sebagai endapan sedimen: (1) diendapkan dari udara
sebagai benda padat di bawah temperatur yang relatif tinggi, misalnya material
fragmental yang dilepaskan dari gunungapi; (2) diendapkan di bawah tekanan
yang relatif tinggi, misalnya endapan lantai laut-dalam.
Sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari sedimen atau endapan
(Wadell, 1932). Sedangkan sedimen atau endapan pada umumnya diartikan
sebagai hasil dari proses pelapukan terhadap suatu tubuh batuan, yang kemudian
mengalami erosi, tertansportasi oleh air, angin, dll, dan pada akhirnya terendapkan
atau tersedimentasikan.
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh
media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Sedangkan batuan sedimen
adalah suatu batuan yang terbentuk dari hasil proses sedimentasi, baik secara
mekanik maupun secara kimia dan organik.
a. Secara mekanik
Terbentuk dari akumulasi mineral-mineral dan fragmen-fragmen batuan. Faktorfaktor yang penting antara lain :
Sumber material batuan sedimen :
Sifat dan komposisi batuan sedimen sangat dipengaruhi oleh material-material
asalnya. Komposisi mineral-mineral batuan sedimen dapat menentukan waktu dan
jarak transportasi, tergantung dari prosentasi mineral-mineral stabil dan nonstabil.
Lingkungan pengendapan :
Secara umum lingkungan pengendapan dibedakan dalam tiga bagian yaitu:
Lingkungan Pengendapan Darat, Transisi dan Laut. Ketiga lingkungan
pengendapan ini, dimana batuan yang dibedakannya masing-masing mempunyai
sifat dan ciri-ciri tertentu.
Pengangkutan (transportasi) :
Media transportasi dapat berupa air, angin maupun es, namun yang memiliki
peranan yang paling besar dalam sedimentasi adalah media air. Selama
transportasi berlangsung, terjadi perubahan terutama sifat fisik material-material
sedimen seperti ukuran bentuk dan roundness. Dengan adanya pemilahan dan
pengikisan terhadap butir-butir sedimen akan memberi berbagai macam bentuk
dan sifat terhadap batuam sedimen.
Pengendapan :
Pengendapan terjadi bilamana arus/gaya mulai menurun hingga berada di bawah
titik daya angkutnya. Ini biasa terjadi pada cekungan-cekungan, laut, muara
sungai, dll.
Kompaksi :
Kompaksi terjadi karena adanya gaya berat/grafitasi dari material-material
sedimen sendiri, sehingga volume menjadi berkurang dan cairan yang mengisi
pori-pori akan bermigrasi ke atas.
Lithifikasi dan Sementasi :
Bila kompaksi meningkat terus menerus akan terjadi pengerasan terhadap
material-material sedimen. Sehingga meningkat ke proses pembatuan (lithifikasi),
yang disertai dengan sementasi dimana material-material semen terikat oleh
unsur-unsur/mineral yang mengisi pori-pori antara butir sedimen.
Diagenesis :
Diagenesis adalah perubahan yang terjadi setelah pengendapan berlangsung, baik
tekstur maupun komposisi mineral sedimen yang disebabkan oleh kimia dan
fisika.
b. Secara Kimia dan Organik
Terbentuk oleh proses-proses kimia dan kegiatan organisme atau akumulasi dari
sisa skeleton organisme. Sedimen kimia dan organik dapat terjadi pada kondisi
darat, transisi, dan lautan, seperti halnya dengan sedimen mekanik.
Masing-masing lingkungan sedimen dicirikan oleh paket tertentu fisik, kimia, dan
biologis parameter yang beroperasi untuk menghasilkan tubuh tertentu sedimemen
dicirikan oleh tekstur, struktur, dan komposisi properti. Kita mengacu kepada
badan-badan khusus seperti endapan dari batuan sedimen sebagai bentuk. Istilah
bentuk mengacu pada unit stratigrafik dibedakan oleh lithologic, struktural, dan
karakteristik organik terdeteksi di lapangan. Sebuah bentuk sedimen dengan
demikian unit batu itu, karena deposisi dalam lingkungan tertentu, memiliki
pengaturan karakteristik properti. Lithofacies dibedakan oleh ciri-ciri fisik seperti
warna, lithology, tekstur, dan struktur sedimen. Biogfacies didefinisikan pada
karakteristik palentologi dasar. Inti penekanannya adalah bahwa lingkungan
depositional menghasilkan bentuk sedimen. Karakteristik properti dari bentuk
sedimen yang pada gilirannya merupakan refleksi dari kondisi lingkungan
deposional.
Stratigrafi adalah studi batuan untuk menentukan urutan dan waktu
kejadian dalam sejarah bumi. Dua subjek yang dapat dibahas untuk membentuk
rangkaian kesatuan skala pengamatan dan interpretasi. Studi proses dan produk
sedimen memperkenankan kita menginterpretasi dinamika lingkungan
pengendapan. Rekaman-rekaman proses ini di dalam batuan sedimen
memperkenankan kita menginterpretasikan batuan ke dalam lingkungan tertentu.
Untuk menentukan perubahan lateral dan temporer di dalam lingkungan masa
lampau ini, diperlukan kerangka kerja kronologi.
Ilmu bumi secara tradisional telah dibagi kedalam sub-disiplin ilmu yang terfokus
pada aspek-aspek geologi seperti paleontologi, geofisika, mineralogi, petrologi,
geokimia, dan sebagainya. Di dalam tiap sub-disiplin ilmu ini, ilmu pengetahuan
telah dikembangkan sebagai teknik analitik baru yang telah diaplikasikan dan
dikembangkannya teori-teori inovatif. Diwaktu yang sama karena kemajuankemajuan di lapangan, maka diperkenalkannya integrasi kombinasi ide-ide dan
keahlian dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda-beda. Geologi adalah ilmu
multidisiplin yang sangat baik dipahami jika aspek-aspek berbeda terlihat
berhubungan antara satu dengan lainnya. Sedimentologi perhatiannya tertuju pada
pembentukan batuan sedimen. Kemudian batuan sedimen dibahas hubungan
BAB II
LOKASI (LETAK DAN KESAMPAIAN)
BAB III
DASAR TEORI
Dengan banyaknya variasi ukuran butir tersebut maka perlu diadakan klasifikasi
ukuran butir. Dikenal beberapa klasifikasi ukuran butir yang dibuat oleh beberapa
ahli. Diantara beberapa klasifikasi ukuran butir yang ada, skala penentuan ukuran
butir yang diajukan oleh J.A Udden dan C.K Wentworth yang sering digunakan,
selanjutnya disebut skala Udden-Wentworth sebagai skala geometri (1,2,4,8.)
sebagai unit phi oleh W.C Krumbein, dimana phi merupakan transformasi
logaritma dari skala Udden-Wentworth, yaitu phi=-log2 d, dengan d adalh ukuran
butir dalam mm. (Tabel 1.1)
Tabel 1.1 Skala dan Konversi Ukuran Butir (modifikasi Wentworth, 1922 dalam
Boggs, 2006)
Dalam acara ini dilakukan pemisahan ukuran butir dari suatu contoh pasir lepas.
Seperti diketahui analisis ini untuk mengetahui koefisiensi sortasi, skewness dan
kurtosis. Untuk mengetahui harga-harga tersebut dapat dilakukan secara grafis dan
matematis. Pada praktikum ini yang di pergunakan adalah cara grafis.
Cara Grafis
Untuk melakukan perhitungan secara grafis, maka yang
harus dilakukan terlebih dahulu adalah melakukan plotting data,
sebagai histogram dan kurva distribusi frekuensi sehingga didapat
gambaran
visual
data.
Kemudian
melakukan
perhitungan
ukuran
butir
sedimen
yang
frekuensi
Mz =
a. Sortasi
Merupakan
nilai
standar
deviasi
1 =
yang
menunjukkan
Kategori
< 0.35
0.35 0.50
0.50 0.71
0.71 1.00
1.00 2.00
2.00 4.00
> 4.00
Well sorted
Moderately well
sorted
Moderately sorted
Poorly sorted
Very poorly sorted
Extremely poorly
sorted
b. Skewness
Sk 1 =
Kategori
> +0.3
Very fine-skewed
+0.3 - +0.1
Fine-skewed
+0.1 - -0.1
Near-symmetrical
-0.1 - -0.3
Coarse-skewed
< -0.3
Very coarse-skewed
c. Kurtosis
Merupakan nilai yang menunjukkan kepuncakan
kurva
Nilai
Kategori
< 0.67
Very platykurtic
0.67 0.90
Platykurtic
0.90 1.11
Mesokurtic
1.11 1.50
Leptokurtic
1.50 3.00
Very leptokurtic
> 3.00
Extremely leptokurtic
b/a
c/b
Kelas
>2/3
< 2/3
Oblate (discoidal)
II
> 2/3
> 2/3
Equant (Equiaxial/spherical)
III
< 2/3
< 2/3
Bladed (Triaxial)
IV
< 2/3
> 2/3
Prolate (Rod-shaped)
Sphericity
Sphericity () didefinisikan secara sederhana sebagai ukuran
bagaimana suatu butiran mendekati bentuk bola. Dengan demikian,
semakin
Dimana Vp: volume butiran yang diukur dan Vcs: volume terkecil
suatu bola yang melingkupi partikel tersebut (circumscribing sphere).
Krumbein (1941) kemudian menyempurnakan persamaan tersebut
3
dengan memberikan nilai volume bola dengan /6D , dimana D adalah
diameter bola. Dengan menggunakan asumsi bahwa butiran secara tiga
dimensi dapat diukur panjang sumbu-sumbunya, maka diameter butiran
dijabarkan dalam bentuk DL, DI, dan DS, dimana L, I, S menunjukkan
sumbu panjang, menengah, dan pendek. Setelah memasukkan niali pada
perhitungan Wadell, maka sphericity dapat dirumuskan sebagai berikut:
sphericity
dari
hitungan
matematis,
Folk
(1968)
Kelas
<0.75
Very Elongate
0.60-0.63
Elongate
0.63-0.66
Subelongate
0.66-0.69
Intermediete Shape
0.69-0.72
Subequent
0.72-0.75
Equent
>0.75
Very Equent
Roundness
Roundness merupakan morfologi butir yang berkaitan dengan
ketajaman pinggir dan sudut suatu partikel sedimen klastik. Secara
matematis, Wadell (1932) mendefinisikan roundness Sebagai rata-rata
aritmetik roundness masing-masing sudut butiran pads bidang pengukuran.
Roundness masing-masing sudut diukur dengan membandingkan jari-jari
iengkungan sudut tersebut dengan jari-jari lingkaran maksimum yang
dapat dimasukkan pada butiran tersebut. Dengan demikian tingkat
roundness butiran menurut Wadell (1932) adalah:
r
R
w
R
N
(r)
RN
Visual kelas
(Wadell, 1932)
(Power, 1953)
0.12 0.17
Very angular
0.17 0.25
Angular
0.25 0.35
Subangular
0.35 0.49
Subrounded
0.49 0.70
Rounded
0.70 1.00
Well rounded
Tabel 3.1 mineral dan fragmen batuan yang sering hadir pada batuan sedimen
(Boggs, 2006).
Mineral utama (kelimpahan >1-2%)
Mineral stabil (memiliki resistensi yang besar terhadap dekomposisi secara
kimiawi) :
Kuarsa-menyusun sekitar 65% dari keseluruhan butiran pada batupasir dan sekitar
30% pada serpih.
Mineral kurang stabil
Feldspar termasuk K-feldspar (orthoclase, micrroline, sanidine, anorthoclase )
dan plagioklas (albit, oligoklase, andesine, labradorite, bytownite, anorthite),
menyusun sekitar10-15% dari total butiran pada batu pasir dan sekitar 5% pada
serpih.
Mineral lempung dan mika halus mineral lempung termasuk grup kaolin, grup
illite, grup smectite dan grup klorit. Mika halus pada prinsipnya adalah muskovit
(serisit) dan biotit; kelimpahannya sedikit pada batupasir sebagai matrik, namun
Iklim : Pelarutan mineral lebih intensif pada daerah dengan iklim yang
kemudian tertransport.
Proses sedimentasi : Seperti sistem arus yang membawa partikel, adanya
benturan saat transportasi dan factor hidrolik misalnya berat jenis mineral.
ini adalah studi mengenai asal usul atau kemunculan sedimen (Pettijohn et
al.,1987). Untuk studi provenance umumnya digunakan analisa kehadiran mineral
berat dan mineral ringan. Pada praktikum ini untuk studi provenance
dipergunakan mineral ringan dalam hal ini adalah kuarsa, feldspar, dan fragmen
batuan.
Tipe batuan dan indek kematangan dapat diturunkan dari perbandingan (rasio)
kuarsa / feldspar dan kuarsa / (feldspar + fragmen batuan) atau Q/F dan Q/(F+L)
seperti yang diusulkan oleh Pettijohn (1957) pada table 3.2. serta dengan melihat
contoh aplikasi studi provenance dengan menggunakan rasio Q:F:L adalah seperti
pada gambar 3.1 dan 3.2.
Tabel 3.2. rasio Q/F dan Q/ (F+L) yang menunjukan tipe batuan dan indek
kematangan (Pettijohn, 1957).
Average
Rock Type
Q/F
Q (kuarsa + chert) /
(F+L)
Arkosic sandstone
1.1
1.1
Graywack
2.7
1.2
Lithic sandstone
9.8
2.3
Orthoquarzite
Sandstone
>10.0
5.8
9.6
Dalam menggunakan table rasio Q/F perlu dicatat bahwa rasio tersebut tidak
terlalu sesuai untuk pasir yang berasal dari daerah dengan batuan yang miskin
feldspar. Kurangnya kandungan feldspar akan mengakibatkan tingginya rasio Q/F.
Batuan dengan tingkat kematangan tinggi akan memiliki prosentase kuarsa yang
tinggi seperti pada orthoquarzite (quartzite arenite). Kematangan ini juga akan
berkaitan dengan nilai sortasi dan kebundaran dari partikel (roundness). Semakin
matang maka sortasi semakin baik dan semakin membundar.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Lokasi utama dan pendukung ( Foto, arah sungai, keadaan
system DAS sungai) visual & narasi
Hasil (perhitungan dan grafik dari data utama dan data pendukung)
Interpetasi data utama dan data pendukung
Hasil (perhitungan dan grafik dari data utama dan data pendukung)
Interpetasi data utama dan data pendukung
Hasil (perhitungan dan grafik dari data utama dan data pendukung)
Interpetasi data utama dan data pendukung
4.5 Interpetasi mekanisme sedimentasi pada system sungai data utama dan
data pendukung
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Kritik & Saran
DAFTAR PUSTAKA