Ileus Obstruktif
Ileus Obstruktif
ILEUS OBSTRUKTIF
Penyaji :
Nurdianty Budi Setiani, S.Ked
Pembimbing :
dr. Silman Hadori, Sp. Rad., MH. Kes
BAB I
PENDAHULUAN
Ileus obstruktif adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa
disalurkan ke distal karena adanya sumbatan atau hambatan mekanis yang disebabkan
oleh adanya kelainan dalam lumen usus, dinding usus, atau luar usus yang menekan,
atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrosis pada
segmen usus tersebut.1 Ileus obstruktif merupakan salah satu kegawatdaruratan
abdominal dengan tingkat mortalitas yang berkisar antara 2-8% yang dapat
meningkat hingga 25% bila terdapat iskemik dan keterlambatan penanganan.2-7
Menurut letak sumbatannya, ileus obstruktif dibedakan menjadi ileus letak
tinggi dan ileus letak rendah dengan angka kejadian ileus letak tinggi lima kali lebih
banyak dibandingkan ileus letak rendah.8 Adanya peningkatan angka kejadian operasi
abdomen dan pelvis menciptakan penyebab baru dari ileus letak tinggi, yakni adhesi
paska operasi. Di negara-negara industri, adhesi menjadi penyebab utama ileus letak
tinggi (~70%) diikuti dengan keganasaan, inflammatory bowel disease, dan hernia.9
Sedangkan penyebab utama ileus letak rendah adalah keganasan (60%-80%), diikuti
dengan volvulus (11-15%), diverculitis (4-10%), dan <5% karena hernia,
inflammatory bowel disease, kompresi ekstrinsik, adanya feses yang terjepit, dan
adanya massa asing.10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Usus
Usus terdiri dari usus halus dan usus besar. Usus halus memiliki 3 bagian
yaitu duodenum, jejunum dan ileum. Sedangkan usus besar terdiri dari caecum,
appendix vermiformis, colon ascenden, colon descenden, colon sigmoid dan
rectum.11
1. Usus Halus
Dinding usus halus terdiri dari lapisan mukosa, submukosa,
muskularis dan serosa. Lapisan mukosa tebal dan sangat vaskular di bagian
proksimal namun tipis dan kurang vaskular di bagian distal. Bagian mukosa
dan submukosa membentuk lekukan-lekukan yang disebut vili intestinalis di
seluruh permukaannya.12
Usus halus merupakan tabung kompleks, berlipat-lipat yang
membentang dari pilorus sampai katup ileosekal.Pada orang hidup panjang
usus halus sekitar 12 kaki (22 kaki pada kadaver akibat relaksasi).Usus ini
mengisi bagian tengah dan bawah rongga abdomen. Ujung proksimalnya
bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin ke bawah lambat laun garis
tengahnya berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm.1
a. Duodenum
Duodenum terletak di regio epigastrium dan regio
umbilicalis.
(ductus
choledochus
dan
saluran
pankreas
(ductus
pancreaticoduodenale
superior
dan
inferior.12
Sedangkan
lagi ke dalam ileum. Ileum tidak memiliki batas yang jelas dengan
jejunum. Pada mukosa ileum terdapat kelompokan limfonodi (agmen
Peyer). Ileum divaskularisasi oleh arteri ile.11
2. Usus besar
Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan panjang
sekitar 5 kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai ke anus.
Diameter usus besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata
sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus diameternya semakin
kecil. Usus besar ditandai oleh adanya taeniae coli. Taeniae coli adalah lapisan
otot longitudinal yang melapisi usur besar colon dan caecum. Taeniae coli
terdiri dari 3 pita yang memanjang. Pita ini lebih pendek dari usus besar,
sehingga meyebabkan usus besar tertarik dan menimbulkan struktur berupa
kantong-kantong yang di sebut haustra.1 Usus
besar mendapatkan
1/3 colon transversum, colon descenden, colon sigmoid dan rectum berasal
dari segmen lumbal dan segmen sacral atas. Sedangkan parasimpatis
dipersarafi oleh nervus erigentes.12
d. Colon Transversum:
Colon transversum merupakan kelanjutan dari colon ascenden. Colon
transversum memiliki panjang sekitar 38 cm terletak di regio umbilicalis
dan hipogastrium. Colon transversum berjalan ke atas sampai flexura coli
sinistra tepat di inferior dari lien.11
e. Colon Desenden
Colon descenden memiliki panjang sekitar 25 cmdan terletak pada regio
iliaca sinistra. Colon descenden berjalan dari flexura coli sinistra sampai
pinggir pervis. Kemudian berlanjut menjadi colon sigmoid yang
berbentuk S dan bermuara di rectum.11
3. Rektum
Rectum merupakan kelanjutan dari colon descenden, terletak setinggi vertebra
sacralis 3. Saluran ini memiliki panjang 12-13 cm. Rektum berakhir pada
saluran anal dan membuka ke eksterior di anus.12
B. Definisi Obstruksi Usus18-21
Ileus Obstruktif disebut juga Ileus Mekanis (Ileus Dinamik).19 Suatu penyebab
fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik baik sebahagian
maupun total. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau
kronis akibat karsinoma yang melingkari.18,20,22
kongenital
(malrotasi),
inflamasi
(Chrons
disease,
ion
hidrogennya
yang
tinggi
menyebabkan
alkalosis
metabolik.Berbeda pada ileus obstruktif usus besar, muntah bisa muncul lebih
lambat
(jika
ada).Bila
timbul,
biasanya
kehilangan
isotonik
dengan
dieksudasi
dari
sisi
serosa
dinding
usus
ke
dalam
cavitas
dengan endotoksin dan eksotoksin) bisa masuk melalui dinding usus ke dalam
cavitas peritonealis.23
Disamping itu, kehilangan darah dan plasma maupun air ke dalam lumen
usus cepat menimbulkan syok.Jika kejadian ini tidak dinilai dini, maka dapat
menyebabkan kematian.23Ileus obstruktif gelung tertutup timbul bila jalan masuk
dan jalan keluar suatu gelung usus tersumbat. Jenis ileus obstruktif ini lebih
bahaya dibandingkan ileus obstruksi yang lainnya, karena ia berlanjut ke
strangulasi dengan cepat sebelum terbukti tanda klinis dan gejala ileus obstruktif.
Penyebab ileus obstruktif gelung tertutup mencakup pita lekat melintasi suatu
gelung usus, volvulus atau distensi sederhana. Pada keadaan terakhir ini, sekresi
ke dalam gelung tertutup dapat menyebabkan peningkatan cepat tekanan
intalumen, yang menyebabkan obstruksi aliran keluar ke vena.23
Ileus obstruktif kolon biasanya kurang akut (kecuali bagi volvulus)
dibandingkan ileus obstruksi usus halus. Karena kolon bukan organ pensekresi
cairan dan hanya menerima sekitar 500 ml cairan tiap hari melalui valva
ileocaecalis, maka tidak timbul penumpukan cairan yang cepat. Sehingga
dehidrasi cepat bukan suatu bagian sindroma yang berhubungan dengan ileus
obstruksi kolon. Bahaya paling mendesak karena obstruksi itu karena distensi.
Jika valva ileocaecalis inkompeten maka kolon terdistensi dapat didekompresi ke
dalam usus halus. Tetapi jika valva ini kompeten, maka kolon terobstruksi
membentuk gelung tertutup dan distensi kontinu menyebabkan ruptura pada
tempat berdiameter terlebar, biasanya di sekum. Hal didasarkan atas hukum
Laplace, yang mendefinisikan tegangan di dalam dinding organ tubular pada
12
Akumulasi gas dan cairan di dalam lumen sebelah proksimal dari letak obstruksi
Distensi
Tekanan intralumen
bakteri dari toksin dari usus yang nekrotik ke dalam peritoneum dan sirkulasi sistematik
volemik
Peritonitis septikemia
Gambar 2.1. . Patofisiologi ileus obstruktif
E. Manifestasi Klinis24
1. Obstruksi sederhana
Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang
banyak, yang jarang menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung
lama. Nyeri abdomen bervariasi dan sering dirasakan sebagai perasaan tidak
enak di perut bagian atas.
13
14
femoralis ataupun umbilikalis dan penyakit Crohn. Obstruksi pada pasien umur
lanjut sering disebabkan karsinoma usus besar, divertikel, hernia strangulasi, tinja
membatu, perlengketan dinding usus dan volvulus.21
Tabel 2.1.Penyebab Obstruksi Menurut Kelompok Umur21
Kelompok
Penyakit
umur
Bayi/neonates
Anak-anak
Intususepsi,
Dewasa
hernia
inguinalis, femoralis
Orang tua
strangulasi
inguinalis,
hernia
kelainan
strangulasi
Hirschsprung
Karsinoma usus besar, penyakit divertikulum kolon, hernia
strangulasi, fecalith (tinja membatu), adhesi dan volvulus
G. Penegakkan Diagnosis
Gejala permulaan pada obstruksi kolon adalah perubahan kebiasaan buang
air besar terutama berupa obstipasi dan kembung yang kadang disertai nyeri pada
perut bagian bawah. Nyeri yang dirasakan bersifat kolik, umunya berlokasi di
16
sekitar umbilikus atau suprapubik dan dapat disertai dengan peningkatan suara
peristaltik usus.25
Adanya benjolan di perut, inguinal, dan femoral yang tidak dapat kembali
menandakan adanya hernia inkarserata. Invaginasi dapat didahului oleh riwayat
buang air besar berupa lendir dan darah. Pada ileus paralitik e.c. peritonitis dapat
diketahui riwayat nyeri perut kanan bawah yang menetap. Riwayat operasi
sebelumnya dapat menjurus pada adanya adhesi usus.25Onset keluhan yang
berlangsung cepat dapat dicurigai sebagai ileus letak tinggi dan onset yang
lambat dapat menjurus kepada ileus letak rendah.26
Tabel 2.2 Pemeriksaan Fisik
Palpasi
Perkusi
Hipertimpani.
Auskultas
Rectal
Toucher
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Nilai laboratorium pada awalnya normal, kemudian akan terjadi
hemokonsentrasi. Pada urinalisa, berat jenis dapat meningkat dan ketonuria
yang menunjukkan adanya dehidrasi dan asidosis metabolik. Leukosit
normal atau sedikit meningkat , jika sudah tinggi kemungkinan sudah terjadi
peritonitis. Kimia darah sering adanya gangguan elektrolit.
2. Pemeriksaan radiologis
a. Foto Polos Abdomen
Pada kasus abdomen akut diperlukan pemeriksaan 3 posisi, yaitu :
i. Posisi terlentang (supine)
Gambaran yang diperoleh yaitu pelebaran usus di proksimal
daerah obstruksi, penebalan dinding usus, gambaran seperti duri
ikan (Herring Bone Appearance). Gambaran ini didapat dari
pengumpulan gas dalam lumen usus yang meleba
18
19
tinggi,
sedangkan
jika panjang-panjang
kemungkinan
20
21
Ileus
obstruktif letak rendah
Pada ileus obstruktif letak rendah tampak dilatasi usus di
proksimal sumbatan (sumbatan di kolon) dan kolaps usus di
bagian distal sumbatan. Penebalan dinding usus halus yang
mengalami dilatasi memberikan gambaran herring bone
appearance, karena dua dinding usus halus yang menebal dan
menempel membentuk gambaran vertebra dan muskulus yang
sirkuler menyerupai kosta dan gambaran penebalan usus besar
yang juga distensi tampak pada tepi abdomen. Tampak
gambaran air fluid level yang pendek-pendek yang berbentuk
seperti tangga disebut juga step ladder appearance karena
22
Barium Enema
Barium enema adalah sebuah pemeriksaan radiologi dengan
menggunakan kontras positif. Kontras positif yang biasanya digunakan
dalam pemeriksaan radiologi alat cerna adalah barium sulfat (BaSO4).
23
Bahan ini adalah suatu garam berwarna putih, berat dan tidak mudah
larut dalam air. Garam tersebut diaduk dengan air dalam perbandingan
tertentu sehingga menjadi suspensi. Suspensi tersebut diminum oleh
pasien pada pemeriksaan esophagus, lambung dan usus halus atau
dimasukkan lewat kliasma pada pemeriksaan kolon (lazim disebut
enema).
Sinar rontgen tidak dapat menembus barium sulfat tersebut,
sehingga menimbulkan bayangan dalam foto rontgen. Setelah pasien
meminum suspensi barium dan air, dengan fluroskopi diikuti kontrasnya
sampai masuk ke dalam lambung, kemudian dibuat foto foto dalam
posisi yang di perlukan. Pemeriksaan radiologi dengan Barium
Enema mempunyai suatu peran terbatas pada pasien dengan obstruksi
usus halus. Pengujian Enema Barium terutama sekali bermanfaat jika
suatu obstruksi letak rendah yang tidak dapat pada pemeriksaan foto
polos abdomen.
c. CT-Scan Abdomen
24
I. Diagnosis Banding31
1. Ileus obstruktif
25
2. Ileus paralitik
Obstruktif
Paralitik
Nyeri perut
(-)
Riwayat pengobatan
Obat antidiare
Inspeksi
Distensi hebat
Auskultasi
Palpasi
Nyeri
Usus
Distensi
Muntah
borborigm
i
Bising
Usus
Keteganga
n abdomen
Obstruksi
simple
tinggi
++ (kolik)
+++
26
Obstruksi
simple
rendah
+++ (kolik)
+++
+ (lambat,
fekal)
Obstruksi
strangulas
i
++++
(terusmenerus,
terlokalisir)
++
+++
Tak tentu
(umum )
Paralitik
++++
Oklusi
vaskuler
+++++
+++
+++
J. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan ileus obstruktif adalah dekompresi bagian yang
mengalami obstruksi untuk mencegah perforasi serta menghilangkan penyebab
obstruksi.33
Terapi untuk ileus obstruktif adalah konservatif dan operatif. Terapi
konservatif berupa dekompresi dan rehidrasi, kemudian terapi operatif diperlukan
setelahnya.34
1. Obstruksi usus halus (letak tinggi)
Terapi operatif biasanya dilakukan karena adanya risiko strangulasi.
Selama masih terdapat obstruksi, kecurigaan akan adanya strangulasi tidak
dapat disingkirkan.
Persiapan sebelum operasi:
a. Pemasangan NGT (nasogastric tube) yang bertujuan untuk mengurangi
muntah, mencegah
aspirasi serta
(dekompresi).
27
mengurangi
distensi abdomen
Operasi:
Tindakan ini dapat dilakukan bila rehidrasi sudah tercapai dan organ-organ
vital berfungsi secara optimal. Prosedur operasi yang akan dilakukan
tergantung dari penyebab obstruksi. Perlengketan dilepaskan atau bagian
yang menyebabkan obstruksi dibuang. Terkadang suatu penyumbatan
sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika disebabkan oleh
perlengketan. Usus yang mengalami strangulasi dipotong. Berikut adalah
indikasi operasi:
29
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI
II.
Nama
: Ny. S
Umur
: 60 tahun
Alamat
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Petani
Status
: Menikah
Suku Bangsa
: Jawa
MRS
: 31 Agustus 2015
ANAMNESA
Keluhan utama:
Nyeri perut sejak 2 SMRS
Keluhan tambahan:
Mual muntah (+) sulit BAB dan buang angin, badan lemas dan nafsu makan
menurun.
Riwayat perjalanan penyakit:
30
Os datang dengan keluhan Nyeri perut sejak 2 SMRS. Nyeri perut dirasakan
hilang timbul. Os juga mengeluhkan mual (+), muntah (+) > 10 kali. Setiapkali
os makan atau minum os selalu memuntahkannya. Sehingga menyebabkan
badan os lemas dan nafsu makan os menurun.Os juga mengalami kesulitan
dalam BAB keluhan ini dirasakan sudah berbulan-bulan,os juga mengalami
kesulitan untuk buang angin. BAK normal.
Riwayat penyakit dahulu:
a. Riwayat hipertensi (+) terkontrol.
b. Riwayat kencing manis disangkal.
c. Riwayat penyakit jantung disangkal
d. Riwayat alergi obat dan makanan disangkal
Riwayat penyakit keluarga:
a. Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama.
b. Riwayat hipertensi disangkal
c. Riwayat kencing manis disangkal.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
- Keadaan umum
: Tampak Sakit Sedang
- Kesadaran
: compos mentis
- GCS
: E4V5M6
- Tanda vital
:
Tekanan darah
: 150/100 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Pernapasan
: 24 x/menit
Suhu
: 36,7oC
Status Generalis
a. Kulit
b. Kepala
Mata
31
Hidung
Telinga
Mulut
Tenggorokan
c. Leher
a) Inspeksi
b) Palpasi
d. Toraks
Jantung
a) Inspeksi
b) Palpasi
c) Perkusi
32
b) Palpasi
e. Abdomen
a) Inspeksi
: cembung
b) Auskultasi
c) Perkusi
: Hipertimpani
d) Palpasi
f. Ekstremitas
a) Superior : Tidak terdapat jejas, bekas trauma, massa, dan sianosis
(-/-) akral hangat (+/+), odem (-/-)
b) Inferior
33
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
Darah lengkap
Hemoglobin : 14,8 Gr%
Leukosit
: 6.100 /mm3
Eritrosit
: 5,3 ul
Hematokrit : 43%
Trombosit : 244.000 /mm3
MCC
: 82ul
MCH
: 28fi
MCHC
: 34pg
Hitung jenis leukosit:
- Basofil : 0% (0-1%)
- Eosinofil: 0% (1-3%)
- Batang : 1% (2-6%)
(12-14Gr%)
(4500-10.500 /mm3)
(6,2-6,4 ul)
(38-57%)
(159-420 /mm3)
(80-96ul)
(27-31fi)
(32-36pg)
Segmen: 70% (50-70%)
Limfosit: 25% (20-40%)
Monosit: 4% (2-8%)
b. Rontgen BNO
Ekspertise:
Pre peritoneal fat normal
Psoas line normal
Kontur ginjal kanan dan kiri tidak jelas
34
V.
perlu dipertimbangkan.
Osteofit a/r endplate corpora vertebra lumbalis.
DIAGNOSIS BANDING
1. Ileus obstruktif
2. Ileus paralitik
VI.
DIAGNOSIS KERJA
Ileus obstruktif
VII.
PENATALAKSANAAN
1. Pasang Nasogastric Tube (NGT)
2. IVFD RL 30 tpm
3. Inj. Ceftriaxone 1 g/12 jam
4. Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam
5. Inj. Alinamin F 1 amp/ 8 jam
6. Pronalges supp (k/p)
7. Pasien dipuasakan
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam
: Ad Bonam
Ad fungsionam : Ad Bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
35
BAB IV
ANALISA KASUS
Seorang wanita berusia 60 tahun datang ke UGD RS. Pertamina Bintang Amin
dengan keluhan Nyeri perut sejak 2 SMRS. Nyeri perut dirasakan hilang
timbul. Os juga mengeluhkan mual (+), muntah (+) > 10 kali. Setiapkali os
makan atau minum os selalu memuntahkannya. Sehingga menyebabkan badan
os lemas dan nafsu makan os menurun.Os juga mengalami kesulitan dalam
BAB keluhan ini dirasakan sudah berbulan-bulan,os juga mengalami kesulitan
untuk buang angin. BAK normal.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis dengan GCS 15. Tanda vital pasien : TD: 150/ 100.
Status generalis pasien pada abdomen inspeksi: cembung, auskultasi :bising
usus (+) , perkusi: hipertimpani, palpasi: supel, defans muskular (-).
Pada tanggal 3 september, dilakukan pemeriksaan BNO terhadap pasien dan
didapatkan tanda-tanda ileus obstruktif yaitu Tampak gambaran udara berlebih
dalam usus halus disertai penebalan dinding dan distensi pada usus halus di
abdomen atas sampai tengah, coil spring appearance (+).
36
BAB V
KESIMPULAN
Pasien mengeluh Nyeri perut sejak 2 SMRS. Nyeri perut dirasakan hilang
timbul. Os juga mengeluhkan mual (+), muntah (+) > 10 kali. .Os juga
mengalami kesulitan dalam BAB keluhan ini dirasakan sudah berbulan-bulan,os
juga mengalami kesulitan untuk buang angin. Os memiliki riwayat hipertensi
dan terkontrol.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital pasien : TD: 150/ 100. Status
generalis pasien pada abdomen inspeksi: cembung, auskultasi:bising usus (+) ,
perkusi: hipertimpani, palpasi: supel, defans muskular (-).
Pada pemeriksaan penunjang BNO di dapatkan :
Ekspertise:
Pre peritoneal fat normal
Psoas line normal
Kontur ginjal kanan dan kiri tidak jelas
Tampak gambaran udara berlebih dalam usus halus disertai penebalan
dinding dan distensi pada usus halus di abdomen atas sampai tengah, coil
spring appearance (+)
Tidak tampak gambaran udara dalam kolon
Tidak tampak kongkramen opak sepanjang traktus urinarius
Skletal : osteofit pada endpleate corpora vertebra lumbalis.
KESAN :
37
Foto BNO saat ini menunjukkan adanya ileus obstruktif letak tinggi,
perlu dipertimbangkan.
Osteofit a/r endplate corpora vertebra lumbalis.
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Sylvia, A., Wilson L (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit.Edisi 4.EGC: Jakarta.
2. Lopez-Kostner F, Hool GR, Lavery IC. Management and causes of acute largebowel obstruction. Surg Clin North Am 1997;77(6): 12651290.
3. Sawai RS. Management of colonic obstruction: a review. Clin Colon Rectal Surg
2012; 25(4):200203.
4. Zalcman M, Sy M, Donckier V, Closset J, Gansbeke DV. Helical CT signs in the
diagnosis of intestinal ischemia in small-bowel obstruction. AJR Am J
Roentgenol 2000;175(6):16011607
5. Rubesin SE, Gore RM. Small bowel obstruction. In: Gore RM, Levine MS, eds.
Textbook of gastrointestinal radiology. 3rd ed. Vol 1. Philadelphia, Pa: Saunders
Elsevier, 2008; 871899
6. Jeffrey RB. Small bowel obstruction. In: Federle MP, Jeffrey RB, Woodward PJ,
Borhani AA, eds. Diagnostic imaging: abdomen, 2nd ed. Salt Lake City,
Utah: Amirsys, 2010; 4447.
7. Frager DH, Baer JW. Role of CT in evaluating patients with small-bowel
obstruction. Semin Ultrasound CT MR1995;16(2):127140
8. Gore RM, Levine MS. Textbook of gastrointestinal radiology. 3rd ed.
Philadelphia, Pa:Saunders/Elsevier, 2008.
9. Maung AA, Johnson DC, Piper GL, Barbosa RR, Rowel SE, Bokhari F, Collins
JN, et al. Evaluation and management of small bowel obstruction: an eastern
39
20. Mansjoer A, dkk (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 2. FK UI:
Jakarta
21. Fiedberg B., Antillon M (2004). Small-Bowel Obstruction. Editor: Vargas, J.,
Windle,
W.L.,
Li,
B.U.K.,
Schwarz,
S.,
and
Altschuler,
S.
http://www.emedicine.com.
22. Jackson, et.al (2011). Evaluation and Management of Intestinal Obstruction, Am
Fam Physician, 83 (2) : 159-165. Georgetown University Hospital, Washington
DC. Available on: www.aafp.org/afp/2011/0115/p159.html (diakses : 26 Mei
2015)
23. Basson, MD (2004). Colonic Obstruction. Editor: Ochoa, J.B., Talavera, F.,
Mechaber, A.J., and Katz, J. http://www.emedicine.com.
24. Mann, Gary MD (2015). Bowel Obstruction, Departement of Surgery UWMP.
Available on : www.med.unc.edu/surclerk/files/BowelObstruction.ppt(diakses :
26 Mei 2015)
25. Learningradiology
(2015).
Radiologic
sign.
Available
on:
http://learningradiology.com/radsigns/radsign
26. Learningradiology
(2012).
Recognizing
Obstruction.
Available
on:
http://learningradiology.com/medstudents/recognizingseries/Recognizing
%20Obstruction-2012/Recognizing%20Obstruction-2012.html (diakses : 29 Mei
2015)
27. Khan, Ali N, et.al.(2011). Small Bowel Obstruction Imaging.Available
on :http://emedicine.medscape.com/article/374962-overview (diakses : 29 Mei
2015)
41
28. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Lab/UPT Ilmu Bedah. Rumah Sakit Umum
Daerah Dokter Soetomo. Surabaya, 1994
29. WHO (2007). Country Health Information Profiles. http:// www.int/WHO/en
(Diakses pada 27 Mei 2015)
30. Loverock
MD.
(2008).
Ileus
Obstructive
Mechanic.http://www.MyMedicalJourney.com/ileus%obstructive%mechanic
%html
31. Shrock TR. (1993). Obstruksi Usus. Dalam Ilmu Bedah (Handbook of Surgery).
Alih Bahasa: Adji Dharma, dkk. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1993;
239-42
32. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. (2000). Ileus Obstruktif.
Dalam: Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Penerbit Media
Aesculapius. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta; 318-20
33. WHO.
(2008).
Global
Burden
of
Disease
in
2002WHO
Global
42