Anda di halaman 1dari 14

GESER KE BAWAH

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada
keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka. Menteri menetapkan dan mencabut daerah tertentu dalam wilayah
Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah. (PMK No.949, Tahun 2004).
Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya
kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu dan merupakan keadaan yang dapat menjurus
pada

terjadinya

wabah.

menurut

Peraturan

Menteri

Kesehatan

RI

No.

1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat


Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangannya.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun beberapa rumusan masalah, yaitu:
1. Bagaimana pengorganisasian pelayanan kesehatan dalam penanggulangan
wabah/KLB ?
2. Bagaimana epidemiologi penyelidikan wabah/KLB ?
3. Peraturan-peraturan dalam penyelidikan dan penanggulanagn wabah/KLB?

1.3 Tujuan Penulisan


Mengetahui dan memahami organisasi, prosedur

dan peraturan dalam

penyelidikan wabah/KLB.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar khususnya mahasiswa di
bidang ilmu kesehatan masyarakat dapat memahami organisasi, prosedur dan
peraturan dalam penyelidikan wabah/KLB.

BAB 2 : PEMBAHASAN

2.1 Organisasi Pelayanan Kesehatan Kedaruratan (Sistem Penanggulangan


Gawat Darurat/SPGDT).
2.1.1 Definisi
SPGDT merupakan suatu sistem dimana koordinasi merupakan unsur utama
yang bersifat multi sektor dan harus ada dukungan dari berbagai profesi bersifat
multidisiplin dan multim profesi untuk melaksanakan dan penyelenggaraan suatu
bentuk layanan terpadu bagi penderita gawat darurat baik dalam keadaan sehari-hari
maupun dalam keadaan bencana dan keajadian luar biasa.
Didalam memberikan pelayanan medis SPGDT dibagi menjadi 3 sub sistem
yaitu : sistem pelayanan pra rumah sakit, sistem pelayanan pelayanan di rumah sakit
dan sistem pelayanan antar rumah sakit. Ketiga sub sistem ini tidak dapat di pisahkan
satu sama lain, dan bersifat saling terkait dalam pelaksanaan sistem. Prinsip SPGDT
adalah memberikan pelayanan yang cepat, cermat, dan tepat, dimana tujuannya
adalah untuk menyelamatkan jiwa dan mencegah kecacatan (time saving is life and
limb saving) terutama ini dilakukan sebelum dirujuk ke rumah sakit yang dituju.
Berpedoman pada respon cepat yang menekankan time saving is life and limb
saving, yang melibatkan masyarakat awam umum dan khusus, petugas medis,
pelayanan ambulans gawat darurat dan komunikasi.
2.1.2 Subsistem Pelayanan Medis SPGDT
1) Sistem Pra RS
2

Dengan mendirikan PSC, BSB dan pelayanan ambulans dan komunikasi.


Terbagi atas dua pelayanan yaitu:
a. Sistem Pra RS Sehari-hari
1. PSC
Didirikan masyarakat untuk kepentingan masyarakat. Pengorganisasian
dibawah Pemda. SDM berbagai unsur tsb. ditambah masyarakat yang
bergiat dalam upaya pertolongan bagi masyarakat. Biaya dari masyarakat.
Kegiatan menggunakan perkembangan teknologi, pembinaan untuk
memberdayakan potensi masyarakat, komunikasi untuk keterpaduan
kegiatan. Kegiatan lintas sektor. PSC berfungsi sebagai respons cepat
penangggulangan gadar.
2. BSB
Unit khusus untuk penanganan pra RS, khususnya kesehatan dalam
bencana. Pengorganisasian dijajaran kesehatan (Depkes, DInkes, RS),
petugas medis (perawat, dokter), non medis (sanitarian, gizi, farmasi dll).
Pembiayaan dari instansi yang ditunjuk dan dimasukkan APBN/APBD.
3. Pelayanan Ambulans
Terpadu dalam koordinasi dengan memanfaatkan ambulans Puskesmas,
klinik, RB, RS, non kesehatan. Koordinasi melalui pusat pelayanan yang
disepakati bersama untuk mobilisasi ambulans terutama dalam bencana.
4. Komunikasi
Terdiri dari jejaring informasi, koordinasi dan pelayanan gadar hingga
seluruh kegiatan berlangsung dalam sistem terpadu.
5. Pembinaan
Berbagai pelatihan untuk meningkatan kemampuan dan keterampilan bagi
dokter, perawat, awam khusus. Penyuluhan bagi awam.
b. Sistem Pra RS Pada Bencana
SPGDT-B (Bencana)SPGDT-B adalah kerja sama antar unit pelayanan Pra
Rumah Sakit dan Rumah Sakit dalam bentuk pelayananan gawat darurat
terpadu sebagai khususnya pada terjadinya korban massal yg memerlukan
peningkatan (eskalasi) kegiatan pelayanan sehari-hari. Bertujuan umum untuk
menyelamatkan korban sebanyak banyaknya.

Tujuan Khusus :
1. Mencegah kematian dan cacat, hingga dapat hidup dan berfungsi kembali
dalam masyarakat sebagaimana mestinya.
2.

Merujuk melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang


lebih memadai.

3.

Menanggulangi korban bencana.

Prinsip mencegah kematian dan kecacatan :


1. Kecepatan menemukan penderita.
2. Kecepatan meminta pertolongan.
Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan :
1. Ditempat kejadian.
2. Dalam perjalanan kepuskesmas atau rumah-sakit.
3. Pertolongan dipuskesmas atau rumah-sakit.
Keberhasilan Penanggulangan Pasien Gawat Darurat Tergantung 4 Kecepatan :
1. Kecepatan ditemukan adanya penderita GD
2. kecepatan Dan Respon Petugas
3. Kemampuan dan Kualitas
4. Kecepatan Minta Tolong
Organisasi Sistem Pra RS pada Bencana yaitu :
1. Koordinasi komando
Melibatkan unit lintas sektor. Kegiatan akan efektif dan efisien bila dalam
koordinasi dan komando yang disepakati bersama.
2. Eskalasi dan mobilisasi sumber daya
Dilakukan dengan mobilisasi SDM, fasilitas dan sumber daya lain sebagai
pendukung pelayanan kesehatan bagi korban.
3. Simulasi
Diperlukan protap, juklak, juknis yang perlu diuji melalui simulasi apakah
dapat diimplementasikan pada keadaan sebenarnya.
4. Pelaporan, monitoring, evaluasi.
Penanganan bencana didokumentasikan dalam bentuk laporan dengan
sistematika yang disepakati. Data digunakan untuk monitoring dan evaluasi
keberhasilan atau kegagalan, hingga kegiatan selanjutnya lebih baik.

2) SPGDT Intra RS
a. Perlu sarana, prasarana, BSB, UGD, HCU, ICU, penunjang dll.
b. Perlu Hospital Disaster Plan, Untuk akibat bencana dari dalam dan luar RS.
c. Transport intra RS.
d. Pelatihan, simulasi dan koordinasi adalah kegiatan yang menjamin
peningkatan kemampuan SDM, kontinuitas dan peningkatan pelayan medis.
e. Pembiayaan diperlukan dalam jumlah cukup.
3) SPGDT Antar RS
a. Jejaring rujukan dibuat berdasar kemampuan RS dalam kualitas dan
kuantitas.
b. Evakuasi. Antar RS dan dari pra RS ke RS.
c. Sistem Informasi Manajemen, SIM. Untuk menghadapi kompleksitas
permasalahan dalam pelayanan. Perlu juga dalam audit pelayanan dan
hubungannya dengan penunjang termasuk keuangan.
d. Koordinasi dalam pelayanan terutama rujukan, diperlukan pemberian
informasi keadaan pasien dan pelayanan yang dibutuhkan sebelum pasien
ditranportasi ke RS tujuan.
4) Geomedic Mapping
a. Manfaat
1. Keterpaduan konsep penyusunan pelayanan kesehatan dalam bencana
2. Memudahkan mobilisasi sumberdaya (SDM, logistik medik, ambulans)
b. Tujuan penyusunan mapping
Umum : Gambaran kekuatan sumberdaya (SDM, sarana-prasarana, fasilitas
kesehatan) dan lokasi potensi bencana untuk menunjamg SPGDT.
Khusus : Identifikasi kekuatan dalam upaya preparednes
Mengetahui Potensi bencana dan penanggulangannya
Dapat mengambil langkah sesuai potensi yang ada
Pedoman pada gawat darurat bencana
c. Kandungan mapping
1. Resource map : informasi sumber daya
2. Hazard map : informasi jenis dan karakter hazard
3. Vulnerability map : distribusi elemen masyarakat yang terancam

4. Community & environtmental map : informasi mengenai komunitas


d. Prinsip mapping
1. Potensi ancaman gawat darurat
2. Bagaimana penanggulangan potensi saat ini dan yad
3. Simbol seragam agar tidak terjadi miskomunikasi
4. Didistribusikan dan disosialisasikan
5. Termasuk sarana transport dan komunikasi
6. Tentukan koordinator intra dan lintas sektor serta pusat informasi bersama
7. Tentukan kerjasama didaerah perbatasan
8. Perbaharui setiap 6 bulan
9. Perlu komitmen pihak terkait dalam kerjasama lintas sektor.

2.2 Penyelidikan Epidemiologi


2.2.1 Definisi
Penyelidikan Epidemiologi merupakan suatu kegiatan penyelidikan atau
survey yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran terhadap masalah kesehatan
atau penyakit secara lebih menyeluruh. Sedangkan Penyelidikan Wabah adalah suatu
kegiatan untuk memastikan adanya KLB/Wabah, mengetahui penyebab, mengetahui
sumber

penyebaran,

mengetahui

faktor

resiko

dan

menetapkan

program

penanggulangan KLB
Perbedaan keduanya penyelidikan epidemiologi dilakukan secara menyeluruh
sedangkan penyelidikan wabah dilakukan untuk memastikan adanya wabah.
Fungsi penyelidikan wabah/ KLB, yaitu:
1.

Mencegah meluasnya Wabah/ KLB

2. Mencegah terulangnya Wabah/ KLB dimasa yang akan datang


3. Diagnosis kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit.
4. Memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan KLB
5. Mengidentifikasi sumber dan cara penularan
6. Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB
7. Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang beresiko

2.2.2 Tujuan
a. Mendapatkan besaran masalah yang sesungguhnya
b. Mendapatkan tentang gambaran klinis
c. Mendapatkan gambaran kasus menurut variabel epidemiology
d. Mendapatkan informasi tentang etiologi dan

faktor risiko (lingkungan,

vector, perilaku, dll).


2.2.3 Kegiatan dalam Penyelidikan Epidemiologi
1. Investigate, merupakan proses mencari informasi langsung ke tempat yang
terindiaksi wabah penyakit.
2. Collecting, adalah mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan
kejadian wabah tersebut.
3. Analyze, adalah menganalisis informasi yang telah didapat
4. Conclusion, adalah menyimpulkan informasi dari analisis yang telah
dilakukan.

Contoh :
a) Malaria
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh suatu parasit yang bernama
Plasmodium (sejenis hewan bersel satu) dengan perantaraan (vector)
gigitan nyamuk Anopheles. Malaria bisa menular dari manusia yang satu
ke manusia yang lain hanya dengan gigitan nyamuk Anopheles yang
mengandung Plasmodium. Tak hanya oleh gigitan nyamuk Anopheles
saja, malaria juga bisa menular dari ibu hamil terhadap bayinya serta bisa
juga melalui transfusi darah.
Adapun penyelidikan epidemiologi malaria yaitu :
1. Memastikan terlebih dahulu, apakah penyakit tersebut penyakit
malaria atau bukan.
2. Mencari informasi di daerah yang terindikasi penyakit malaria dengan
datang langsung ke lokasi kejadian dan mewawancarai penderita
malaria.

3. Bagi warga yang sudah positif terkena malaria maka dilakukan


pengobatan. Pengobatan pada penderita malaria menggunakan
Combination Therapy/ ACT.
4. Mengumpulkan data yang berkaitan dengan tingkat penyebaran
penyakit ini.
5. Setelah diketahui tempat-tempat penyebaran dan juga sarang nyamuk
Anopheles maka dapat dilakukan upaya pencegahan dan juga
pemberantasan.
b) Campak
Suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan
demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva)
dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak
golongan Paramixovirus. Penularan infeksi terjadi karena menghirup
percikan ludah penderita campak. Penderita bisa menularkan infeksi ini
dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah
ruam kulit ada. Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas,
wabah campak terjadi setiap 2-3 tahun, terutama pada anak-anak usia prasekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah menderita campak,
maka seumur hidupnya biasanya dia akan kebal terhadap penyakit ini.
Penyelidikan Epidemiologi Penyelidikan KLB campak bertujuan
untuk mengetahui gambaran epidemiologi KLB berdasarkan waktu
kejadian, umur dan status imunisasi penderita, sehingga dapat diketahui
luas wilayah yang terjangkit dan kelompok yang berisiko. Di samping itu
juga untuk mendapatkan faktor risiko terjadinya KLB sehingga dapat
dilakukan tindak lanjut. Jika ada 1 kasus suspek campak, yang dilaporkan
dari rumah sakit, puskesmas maupun laporan masyarakat, harus dilakukan
pelacakan untuk memastikan apakah di tempat tinggal kasus, di sekolah,
dan lain-lain, ada kasus serupa. Jika dilaporkan KLB tersangka campak,
maka dilakukan kunjungan dari rumah ke rumah (rumah yang ada kasus
campak dan rumah yang tidak ada kasus campak) di wilayah tersebut,
dengan mengisi format C1. Ini dilakukan untuk mencari kasus tambahan,
populasi berisiko dan untuk melihat status imunisasi campak pada

populasi di daerah KLB. Cari faktor resiko KLB Campak dengan form
C2, dan berikan rekomendasi.
2.3 Peraturan dalam Peyelidikan dan Penanggulangan KLB
a. UU No. 1 Tahun 1962 tentang Karantina Laut
b. UU No. 2 Tahun 1962 tentang Karantina Udara
c. UU RI No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
d. UU RI No. 6 Tahun 1962 tentang Wabah
e. UU RI No.7 Tahun 1968 tentang Perubahan Pasal 3 UU No. 6 Tahun 1962
tentang Wabah.
f. PP No. 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular
g. Peraturan

Menteri

Kesehatan

No.949/Menkes//SK/VIII/2004

tentang

Republik
Pedoman

Indonesia
Penyelenggaraan

Kewaspadaan Dini KLB


h. Peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

No.

1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang


Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan.

1) PP No. 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular


Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :
1. Wabah Penyakit Menular yang selanjutnya disebut wabah adalah
pengertian Wabah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular.
2. Daerah Wabah adalah suatu wilayah yang dinyatakan terjangkit wabah.
3. Wilayah adalah wilayah administratif sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang

Nomor

Tahun

1974

tentang

Pokok-Pokok

Pemerintahan Di Daerah.
4. Data Epidemi adalah data yang berisikan keadaan wabah penyakit
menular pada suatu wilayah.

5. Penyelidikan Epidemiologis adalah penyelidikan terhadap seluruh


penduduk dan makhluk hidup lainnya, benda dan lingkungan yang diduga
ada kaitannya
dengan terjadinya wabah.
6. Upaya Penanggulangan adalah segala upaya yang ditujukan untuk
memperkecil angka kematian, membatasi penularan serta penyebaran
penyakit agar wabah tidak meluas ke daerah lain.
7. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya
kejadian kesakitan/kematian yang bermakna. secara epidemiologis pada
suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang
dapat menjurus pada terjadinya wabah.
8. Kepala Wilayah/Daerah adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I atau
Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II atau Camat.
9. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.
2) UU No. 2 Th 1962 tentang Karantina Udara
a. Penyakit karantina ialah:
1. Pes (Plague);
2. Kolera (Cholera);
3. Demam kuning (Yellow fever);
4. Cacar (Smallpox);
5. Tifus bercak wabahi - Typhus exanthematicus infectiosa (Louse borne
Typhus);
6. Demam balik-balik (Louse borne Relapsing fever)
b. Masa tunas penyakit karantina ialah untuk:
1. Pes : enam hari;
2. Kolera : lima hari;
3. Demam kuning : enam hari;
4.

Cacar : empat belas hari;

5. Tifus bercak wabahi : empat belas hari;


6.

Demam balik-balik : delapan hari.

10

c. Tindakan karantina : ialah tindakan-tindakan terhadap kapal beserta isinya


dan daerah pelabuhan untuk mencegah penjangkitan dan penjalaran
penyakit karantina.
d. Dalam karantina : ialah suatu keadaan kapal yang berada di suatu tempat
yang tertentu untuk dapat menyelenggarakan tindakan karantina.
e. Isyarat karantina : ialah isyarat menurut buku"Peraturan Isyarat
Internasional".
f. Pemeriksaan kesehatan : ialah pengunjungan dan pemeriksaan kesehatan
oleh dokter pelabuhan dan/atau stafnya terhadap keadaan kapal dengan
isinya.
g. Wabah : ialah penjalaran atau penambahan banyak nya peristiwa penyakit
karantina.
h. Seorang terjangkit : ialah seorang yang menderita atau yang dianggap oleh
dokter pelabuhan menderita penyakit karantina.
i. Seorang tersangka : ialah seorang yang dianggap oleh dokter pelabuhan
telah mengalami kemungkinan ketularan suatu penyakit karantina.
j.

Pelabuhan : ialah suatu daerah yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai


tempat kapal berlabuh.

k. Kapal : ialah semua alat pengangkut, juga terma suk kepunyaan Angkatan
Bersenjata, yang dapatberlayar.
l. Awak kapal : ialah para pegawai suatu kapal yang dipekerjakan untuk
bertugas di atasnya.
m. Dokter pelabuhan : ialah dokter yang berwenang untuk menjalankan
Undang-undang ini.
n. Isolasi : ialah pengasingan seseorang atau beberapa orang dari yang lain
dalam suatu stasion karantina, rumah sakit atau tempat lain oleh
dokterpelabuhan untuk mencegah penularan penyakit.
o. Pengawasan : ialah suatu tindakan karantina yang mewajibkan seseorang
memenuhi

syarat-syarat

tertentu

perjalanannya.

11

sehingga

ia

dapat

melanjutkan

p. Surat keterangan kesehatan : ialah keterangan kesehatan yang harus


diberikan kepada dokter pelabuhan oleh nakhoda mengenai keadaan
kesehatan di kapal yang memenuhi syarat- syarat internasional.
3) UU No. 4 Tahun 1984
a. Penyakit karantina atau penyakit wabah penting antara lain : DHF,
Campak, Rabies, Tetanus Neonatorum, Diare, Pertusis, Poliomyelitis.
b. Penyakit potensi wabah, KLB yang menjalar dalam waktu cepat atau
mempunyai mortalitas tinggi dan penyakit yang telah masuk program
eradikasi/eliminasi dan memerlukan tindakan segera: Malaria, Frambosia,
Influenza,

Anthrax,

Hepatotis,

Typhus

abdominalis,

Meningitis,

Keracunan, Encephalitis, dan Tetanus.


c. Penyakit-penyakit potensial wabah/ KLB lainnya dan beberapa penyakit
penting
d. Penyakit-penyakit menular yang tidak berpotensi menimbulkan wabah
dan KLB tetapi diprogramkan, ditingkat kecamatan dilaporkan secara
bulanan melalui RR terpadu Puskesmas ke Kabupaten, dan seterusnya
secara berjenjang sampai ke tingkat pusat. Penyakit-penyakit tersebut
meliputi : Cacing, Lepra, Tuberculosa, Syphilis, Gonorhoe, Filariasis,
AIDS, dll.
4) Peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

No.

1501/Menkes/Per/X/2010
Jenis dan epidemiologi singkat berbagai jenis penyakit menular tertentu yang
dapat menimbulkan wabah, antara laini berikut:
Kolera, Pes, Demam Berdarah Dengue, Campak, Polio, Difteri, Pertusis,
Rabies, Malaria, Avian Influenza H5N1, Antraks, Leptospirosis, Hepatitis,
Influenza A baru (H1N1)/Pandemi 2009, Meningitis, Yellow Fever, dan
Chikungunya.
BAB 3 : PENUTUP

12

3.1 Kesimpulan
SPGDT adalah Sistem penanggulangan pasien gawat darurat yang terdiri dari
unsur pelayanan pra RS, pelayanan di RS dan antar RS. Pelayanan berpedoman pada
respon cepat yang menekankan time saving is life and limb saving, yang melibatkan
pelayanan oleh masyarakat awam umum dan khusus, petugas medis, pelayanan
ambulans gadar dan sistem komunikasi. Berpedoman pada respon cepat yang
menekankan time saving is life and limb saving, yang melibatkan masyarakat awam
umum dan khusus, petugas medis, pelayanan ambulans gawat darurat dan
komunikasi.
Penyelidikan epidemiologi merupakan penyelidikan atau survei yang
bertujuan untuk mendapatkan gambaran terhadap masalah kesehatan atau penyakit
secara lebih menyeluruh. Kegiatan dalam penyelidikan epidemiologi yaitu
investigate, collecting, analyze dan conclusion.
Peraturan dalam Peyelidikan dan Penanggulangan diantaranya yaitu KLB UU
No. 1 Tahun 1962 tentang Karantina Laut, UU No. 2 Tahun 1962 tentang Karantina
Udara, UU RI No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular, UU RI No. 6
Tahun 1962 tentang Wabah, ,PP No. 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah
Penyakit

Menular,

Peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

No.949/Menkes//SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kewaspadaan


Dini

KLB,

dan

Peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

No.

1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat


Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan.
3.2 Saran
Penulis menyarankan agar pembaca dapat memahami dengan baik tentang
organisasi SPGDT, penyelidikan epidemiologi serta memahami peraturan dalam
penyelidikan dan penanggulangan KLB dengan benar.

DAFTAR PUSTAKA

13

Seri Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) / General Emergency Life


Support (GELS) : Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT).
Cetakan ketiga. Dirjen Bina Yanmed Depkes RI, 2006.
p://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/SPGDT_SC_PSC_RHA.html (diakses pada
tanggal 3 september 2015, pukul 13.25).
http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/SPGDT11.pdf (Diakses pada tanggal 3
September 2014, pukul 14.00).

14

Anda mungkin juga menyukai