Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intra-seluler. Tulang berasal dari embrionic
hyaline cartilage yang mana melalui proses Osteogenesis menjadi tulang. Proses ini dilakukan
oleh sel-sel yang disebut Osteoblast. Proses mengerasnya tulang akibat penimbunan garam
kalsium. Ada 206 tulang dalam tubuh manusia.
Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang berdekatan dengan
persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial, misalnya patella (kap lutut).
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas tiga
jenis dasar-osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas berfungsi dalam pembentukan
tulang dengan mensekresikan matriks tulang. Matriks tersusun atas 98% kolagen dan 2%
subtansi dasar (glukosaminoglikan, asam polisakarida) dan proteoglikan). Matriks merupakan
kerangka dimana garam-garam mineral anorganik ditimbun.Osteosit adalah sel dewasa yang
terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks
tulang). Osteoklas adalah sel multinuclear (berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran,
resorpsi dan remosdeling tulang.
Osteon merupakan unik fungsional mikroskopis tulang dewasa. Ditengah osteon
terdapat kapiler. Dikelilingi kapiler tersebut merupakan matriks tulang yang dinamakan lamella.
Didalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi melalui prosesus yang berlanjut
kedalam kanalikuliyang halus (kanal yang menghubungkan dengan pembuluh darah yang
terletak sejauh kurang dari 0,1 mm).
Tulang diselimuti dibagian oleh membran fibrous padat dinamakanperiosteum.
Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan memungkinkannya tumbuh, selain sebagai tempat
perlekatan tendon dan ligamen. Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah, dan limfatik.
Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung osteoblast, yang merupakan sel
pembentuk tulang.
Endosteum adalah membran vaskuler tipis yang menutupi rongga sumsum tulang panjang
dan rongga-rongga dalam tulang kanselus. Osteoklast , yang melarutkan tulang untuk
memelihara rongga sumsum, terletak dekat endosteum dan dalam lacuna Howship (cekungan
pada permukaan tulang).
Otot
Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk kontraksi dan menghasilkan
pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh. Kelompok otot terdiri dari :
1)
Otot rangka (otot lurik) : didapatkan pada sistem skeletal danberfungsi untuk memberikan
Otot viseral (otot polos) : didapatkan pada saluran pencernaan, saluran perkemihan dan
pembuluih darah. Dipengaruhi oleh sistem saraf otonom dan kontraksinya tidak dibawah kontrol
keinginan.
3)
Otot jantung : didapat hanya pada jantung dan kontraksinya tidak kontorl keinginan.
Otot rangka merupakan otot yang mempunyai variasi ukuran dan bentuk dari panjang dan
tipis sampai dengan yang lebar dan datar atau dapat berbentuk massa-massa yang besar sekali.
Kontraksi otot rangka hanya dapat dirangsang. Energi kontraksi otot dipenuhi dari pemecahan
adenosin triphospate (ATP) dan kegiatan kalsium. Serat-serat dengan oksigenasi secara adekuat
dapat berkontraksi lebih kuat, bila dibandingkan dengan oksigenisasi tidak adekuat.
Pergerakan ditimbulkan oleh tarikan otot pada tulang yang berperan sebagai pengungkit
dan sendi berpungsi sebagai tumpuan/penopang. Otot rangka lebih besar dari pembuluh darah.
Selama kontraksi otot akan terjadi perubahan kimia. Akibatnya terjadi pembentukan produkproduk sisa metabolisme. Otot yang lelah dan nyeri terjadi pada saat otot kekurangan oksigen
dan produk buangan tidak dapat dikeluarkan.
Kartilago
Kartilago terdiri dari serat-serat dilekatkan pada suatu gelatin yang kuat. Kartilago sangat
kuat tetapi fleksible dan tidak bervaskuler. Nutrisi mencapai kesel-sel kartilago dengan
proses difusi melalui gelatin dari kapiler-kapiler yang berada di perichondrium (fibrous yang
menutupi kartilago ) atau sejumlah serat-serat kolagen didapatkan pada kartilago, dimana
tipenya: fibrous, hyaline, atau elastik. Fibrous atau (fifibrocartilago) mempunyai banyak seratserat dan oleh karena itu paling besar kekuatannya untuk merenggang . Fibrocartilagomenyusun
diskus intervertebralis. Arthicular (Hyaline) cartilage-halus, putih, putih, berkilau dan kenyal
membungkus permukaan persediaan dari tulang dan beberapa sebagian bantalan. Kartilago
elastik mempunyai paling sedikit serat-serat dan sering didapatkan pada daerah telinga luar.
Sumsum Tulang
jaringan vaskuler dalam rongga sumsum (batang) tulang panjang dan dalam tulang pipih.
Sumsum tulang merah, yang terutama terletak di sternum, ilium, vertebra dan rusuk pada orang
dewasa, bertanggung jawab pada produksi sel darah merah dan putih. Pada orang dewas, tulang
panjang terisi oleh sumsum lemak kuning. Biopsi sumsum tulang dilakukan pada tulang pipih.
Ligament
Ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibrous yang tebal dimana merupakan akhiran dari
suatu aoat dan berfungsi mengikat suatu tulang.
Tendon
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibon yang membungkus setiap otot dan
berkaitan dengan prioteum jaringan penyambung yang mengelilingi tendon tertentu khususnya
pada pergelangan tangan dan tumit. Pembungkus ini dibatasi oleh membram synovial lumbrika
untuk memudahkan pergerakan tendon.
Fasia
Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambun longgar yang didapatkan langsung dibawah
kulit sebagai fasisupervisial atau pembungkus tebal, jaringan penyambung fibrous yang
membungkus otot, saraf dan pembuluh darah. Bagian akhir diketahui sebagai fasia dalam.
Bursae
Burse adalah suatu kantong kecil dair jaringan penyambung disuatu tempat, dimana digunakan
diatas bagian yang bergerak, misalnya terjadi antara kulit dan tulang, anatar tendon dan tulang
atau antara otot. Burse bertindak sebagai penampang antara bagian yang bergerak, seperti pada
olecra non bursae, terletak antara presesus dan kulit.
Persendian
Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka tulang tidak ada. Kelenturan
dimungkinkan karena adanya persendian, atau letak dimana tulang-tulang berada bersama-sama.
Bentuk dari persendian akan ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe pergerakan yang
memungkinkan, dan klasifikasi didasarkan pada jumlah pergerakan yang dilakukan.
Sendi Synarthroses (sendi yang tidak bergerak). Misalnya adalah sendi pada tulang
tengkorak
2)
Sendi Amphiarthroses (sendi yang sedikit pergerakannya). Contoh sendi pada vetebra dan
simfisis pubis.
3)
Sendi Peluru, missal pada persendihan panggul dan bahu, memungkinkan gerakan bebas penuh
Sendi engsel memungkinkan gerakan melipat hanya pada satu arah contohnya pada siku dan
lutut.
Sendi pelana memungkinkan gerakan pada dua bidang saling tegak lurus. Sendi pada dasar ibu
jari adalah sendi pelana.
Sendi pivot contohnya adalah sendi antara radius dan ulna. Memungkinkan rotasi untuk
melakukan aktifitas seperti memutar pegangan pintu.
Sendi peluncur memungkinkan gerakan terbatas kesemua arah dan contohnya adalah sendi-sendi
tulang karpalia dipergelangan tangan.
Pada sendi yang dapat digerakkan, ujung persendian tulang ditutupi oleh tulang rawang hialin
yang halus. Persendian tulang tersebut dikelilingi oleh selubung fibrus kapsul sendi. Kapsul
dilapisi oleh membran, sinovium, yang mengsekresi cairan pelumas dan peredam getaran
kedalam kapsul sendi. Maka, permukaan tulang tidak dapat kontak langsung.pada beberapa sendi
sinovial, terdapatr diskus pibrokartilago diantara permukaan tulang rawang sendi. Bagian ini
merupakan peredam getaran.
Adapun pergerakan yang dapat dilakukan oleh sendi-sendi adalah:
Fleksi
Ekstensi
Adduksi
Abduksi
Rotasi
Sirkumduksi
Pergerakan khusus: supinasi, inversio, eversio, protacsio.
2.2 Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontiunitas tulang dan ditentukan sesuai dengan jenisnya.
Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat di absorbsinya (Smeltzer
& Bare, 2002 : 2357).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan
dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi
apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh
ketebalan tulang. (Price, 2006 : 1365).
Fraktur adalah terputusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang
disebabkan oleh kekerasan. Patah tulang dapat terjadi dalam keadaan normal atau patologis. Pada
keadaan patologis, misalnya kanker tulang atau osteoporosis, tulang menjadi lebih lemah. Dalam
keadaan ini, kekerasan sedikit saja akan menyebabkan patah tulang. (Oswari , 2005 : 144).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontiunitas jaringan tulang dan/atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat, 2005 : 840).
Fraktur femur adalah terputusnya kontiunitas batang femur yang bisa terjadi akibat truma
langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian). Patah pada daerah ini dapat
menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam syok (FKUI
dalam Jitowiyono, 2010 : 15).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang disebabkan
oleh rudapaksa (trauma atau tenaga fisik). Untuk memperbaiki posisi fragmen tulang pada
fraktur terbuka yang tidak dapat direposisi tapi sulit dipertahankan dan untuk memberikan hasil
yang lebih baik maka perlu dilakukan tindakan operasi ORIF (Open Rreduktion wityh Internal
Fixation).
Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar. Fraktur
terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi
infeksi (Sjamsuhidajat, 1999 : 1138).
2.2 Epidemologi
Kecelakaan lalu lintas sering sekali terjadi di negara kita, khususnya di kota ini. Ratusan orang
meninggal dan luka-luka tiap tahun karena peristiwa ini. Memang di negara ini, kasus
kecelakaan lalu lintas sangat tinggi. Kecelakaan lalu-lintas merupakan pembunuh nomor tiga di
Indonesia, setelah penyakit jantung dan stroke. Menurut data kepolisian Republik Indonesia
Tahun 2003, jumlah kecelakaan di jalan mencapai 13.399 kejadian, dengan kematian mencapai
9.865 orang, 6.142 orang mengalami luka berat, dan 8.694 mengalami luka ringan. Dengan data
itu, rata-rata setiap hari, terjadi 40 kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan 30 orang meninggal
dunia. Adapun di Sulawesi Selatan, jumlah kecelakaan juga cenderung meningkat di mana pada
tahun 2001 jumlah korban mencapai 1717 orang, tahun selanjutnya 2.277 orang, 2003 sebanyak
2.672 orang. Tahun 2004, jumlah ini meningkat menjadi 3.977 orang. Tahun 2005 dari Januari
sampai September, jumlah korban mencapai 3.620 orang dengan korban meninggal 903 orang.
Trauma yang paling sering terjadi dalam sebuah kecelakaan adalah fraktur (patah tulang).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh tekanan atau rudapaksa. Fraktur dibagi atas fraktur terbuka, yaitu jika patahan
tulang itu menembus kulit sehingga berhubungan dengan udara luar, dan fraktur tertutup, yaitu
jika fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar. Secara umum, fraktur terbuka bisa
diketahui dengan melihat adanya tulang yang menusuk kulit dari dalam, biasanya disertai
perdarahan. Adapun fraktur tertutup, bisa diketahui dengan melihat bagian yang dicurigai
mengalami pembengkakan, terdapat kelainan bentuk berupa sudut yang bisa mengarah ke
samping, depan, atau belakang.
Selain itu, ditemukan nyeri gerak, nyeri tekan, dan perpendekan tulang. Dalam kenyataan seharihari, fraktur yang sering terjadi adalah fraktur ekstremitas dan fraktur vertebra. Fraktur
ekstremitas mencakup fraktur pada tulang lengan atas, lengan bawah, tangan, tungkai atas,
tungkai bawah, dan kaki. Dari semua jenis fraktur, fraktur tungkai atas atau lazimnya disebut
fraktur femur (tulang paha) memiliki insiden yang cukup tinggi. Umumnya fraktur femur terjadi
pada batang femur 1/3 tengah. (http://id.wikipedia.org/wiki/fraktur)
2.3. Etiologi
Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak,
Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu jauh.
3)
Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis. Fraktur
patologik yaitu fraktur yang terjadi pada tulang disebabkan oleh melelehnya struktur tulang
akibat proses patologik. Proses patologik dapat disebabkan oleh kurangnya zat-zat nutrisi seperti
vitamin D, kaslsium, fosfor, ferum. Factor lain yang menyebabkan proses patologik adalah
akibat dari proses penyembuhan yang lambat pada penyembuhan fraktur atau dapat terjadi akibat
keganasan.
1)
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme
otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk
meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2)
ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi
dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya
obat.
3)
Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.
Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm
4)
Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang.
Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.
5)
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan perdarahan
yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah
cedera.
6)
7)
Pergerakan abnormal
8)
9)
Kehilangan fungsi
2.5 Klasifikasi
Penampakan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis, dibagi menjadi
beberapa kelompok, yaitu:
Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).
a)
Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia
luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.
b)
Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua
Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti:
Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat
Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang
Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma
rotasi.
d)
Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang
Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada
Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
b)
Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
c)
Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang
sama.
Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.
a)
Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap tetapi kedua fragmen tidak
Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi
1/3 proksimal
b)
1/3 medial
c)
1/3 distal
Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak sekitarnya.
b)
Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.
c)
Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan
pembengkakan.
d)
Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan ancaman sindroma
kompartement.
2.6. Patofisiologi
Patah tulang biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau trauma (Long, 1996: 356). Baik
itu karena trauma langsung misalnya: tulang kaki terbentur bemper mobil, atau tidak langsung
misalnya: seseorang yang jatuh dengan telapak tangan menyangga. Juga bisa karena trauma
akibat tarikan otot misalnya: patah tulang patela dan olekranon, karena otot trisep dan bisep
mendadak berkontraksi. (Oswari, 2000: 147)
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak terdapat hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar. Terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit. (Mansjoer, 2000: 346).
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke dalam jaringan
lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi
peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi
menyebabkan peningkatan aliran darahketempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa
sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jalajala untuk melekatkan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru
imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami
remodeling untuk membentuk tulang sejati (Corwin, 2000: 299)
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan
pembengkakanyg tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas dan
mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dapat berakibat anoksia
jaringanyg mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini
dinamakan sindrom kompartemen (Brunner & suddarth, 2002: 2287)
Pengobatan dari fraktur tertutup dapat konservatif maupuan operatif. Terapi konservatif meliputi
proteksi dengan mitela atau bidai. Sedangkan terapi operatif terdiri dari reposisi terbuka, fiksasi
internal, reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi interna (Mansjoer, 2000: 348)
Pada pemasangan bidai, gips atau traksi maka dilakukan imobolisasi pada bagian yang patah.
Imobilisasi dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan otot dan densitas tulang agak cepat.
Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan menderita komplikasi dari imobilisasi
antara lain: adanya rasa tidak enak, iritasi kulit dan luka akibat penekanan, hilangnya kekuatan
otot. Kurang perawatan diri dapat terjadi bila sebagin tubuh diimobilisasi dan mengakibatkan
berkurangnya kemampuan perawatan diri (Carpenito, 1996: 346).
Pada reduksi terbuka fiksasi interna (ORIF) fragmen tulang dipertahankan dengan pin, sekrup,
pelat, paku. Namun pembedahan memungkinkan terjadinya infeksi, pembedahan itu sendiri
merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur yang sebelumnya tidak mengalami cidera
mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan selama tindakan operasi. (Price, 1995: 1192)
Pembedahan yang dilakukan pada tulang, otot dan sendi dapat mengakibatkan nyeri yang hebat.
(Brunner & Suddarth, 2002: 2304)
2.9. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan dengan konservatif dan operatif
Cara Konservatif
Dilakukan pada anak-anak dan remaja dimana masih memungkinkan terjadinya pertumbuhan
tulang panjang. Selain itu, dilakukan karena adanya infeksi atau diperkirakan dapat terjadi
infeksi. Tindakan yang dilakukan adalah dengan gips dan traksi.
Gips
Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh. Indikasi dilakukan
pemasangan gips adalah :
Immobilisasi dan penyangga fraktur
Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf yang berada didekatnya
Dapat mencapai stabilitas fiksasi yang cukup memadai
Tidak perlu memasang gips dan alat-alat stabilisasi yang lain
Perawatan di RS dapat ditekan seminimal mungkin, terutama pada kasus-kasus yang tanpa
komplikasi dan dengan kemampuan mempertahankan fungsi sendi dan fungsi otot hampir
normal selama penatalaksanaan dijalankan
2.10. Komplikasi
1)
Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang
Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan kecepatan
4)
dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat.
5)
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler
yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
6)
Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor resiko
terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70 sam pai
80 fraktur tahun.
7)
Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada individu yang
imobiil dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya komplikasi pada
perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal bila terjadi pada bedah
ortopedil
8)
Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada
kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti
pin dan plat.
9)
Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis iskemia.
10) Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf simpatik
abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan tropik dan
vasomotor instability