Anda di halaman 1dari 20

2.

1 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskletal

Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intra-seluler. Tulang berasal dari embrionic
hyaline cartilage yang mana melalui proses Osteogenesis menjadi tulang. Proses ini dilakukan
oleh sel-sel yang disebut Osteoblast. Proses mengerasnya tulang akibat penimbunan garam
kalsium. Ada 206 tulang dalam tubuh manusia.

Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentukannya :


Tulang panjang (Femur, Humerus)
terdiri dari batang tebal panjang yang disebut diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis. Di
sebelah proksimal dari epifisis terdapat metafisis. Di antara epifisis dan metafisis terdapat daerah
tulang rawan yang tumbuh, yang disebutlempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan. Tulang
panjang tumbuh karena akumulasi tulang rawan di lempeng epifisis. Tulang rawan digantikan
oleh sel-sel tulang yang dihasilkan oleh osteoblas, dan tulang memanjang. Batang dibentuk oleh
jaringan tulang yang padat. Epifisis dibentuk dari spongi bone (cancellous atau trabecular). Pada
akhir tahun-tahun remaja tulang rawan habis, lempeng epifisis berfusi, dan tulang berhenti
tumbuh. Hormon pertumbuhan, estrogen, dan testosteron merangsang pertumbuhan tulang
panjang. Estrogen, bersama dengan testosteron, merangsang fusi lempeng epifisis. Batang suatu
tulang panjang memiliki rongga yang disebut kanalis medularis. Kanalis medularis berisi
sumsum tulang.
Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous (spongy) dengan suatu
lapisan luar dari tulang yang padat.
Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat dengan lapisan luar adalah
tulang concellous.
Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang pendek.

Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang berdekatan dengan
persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial, misalnya patella (kap lutut).
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas tiga
jenis dasar-osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas berfungsi dalam pembentukan
tulang dengan mensekresikan matriks tulang. Matriks tersusun atas 98% kolagen dan 2%
subtansi dasar (glukosaminoglikan, asam polisakarida) dan proteoglikan). Matriks merupakan
kerangka dimana garam-garam mineral anorganik ditimbun.Osteosit adalah sel dewasa yang
terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks
tulang). Osteoklas adalah sel multinuclear (berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran,
resorpsi dan remosdeling tulang.
Osteon merupakan unik fungsional mikroskopis tulang dewasa. Ditengah osteon
terdapat kapiler. Dikelilingi kapiler tersebut merupakan matriks tulang yang dinamakan lamella.
Didalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi melalui prosesus yang berlanjut
kedalam kanalikuliyang halus (kanal yang menghubungkan dengan pembuluh darah yang
terletak sejauh kurang dari 0,1 mm).
Tulang diselimuti dibagian oleh membran fibrous padat dinamakanperiosteum.
Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan memungkinkannya tumbuh, selain sebagai tempat
perlekatan tendon dan ligamen. Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah, dan limfatik.
Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung osteoblast, yang merupakan sel
pembentuk tulang.
Endosteum adalah membran vaskuler tipis yang menutupi rongga sumsum tulang panjang
dan rongga-rongga dalam tulang kanselus. Osteoklast , yang melarutkan tulang untuk
memelihara rongga sumsum, terletak dekat endosteum dan dalam lacuna Howship (cekungan
pada permukaan tulang).

Otot

Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk kontraksi dan menghasilkan
pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh. Kelompok otot terdiri dari :
1)

Otot rangka (otot lurik) : didapatkan pada sistem skeletal danberfungsi untuk memberikan

pengontrolan pergerakan mempertahnakan sikap dan menghasilkan panas.


2)

Otot viseral (otot polos) : didapatkan pada saluran pencernaan, saluran perkemihan dan

pembuluih darah. Dipengaruhi oleh sistem saraf otonom dan kontraksinya tidak dibawah kontrol
keinginan.
3)

Otot jantung : didapat hanya pada jantung dan kontraksinya tidak kontorl keinginan.
Otot rangka merupakan otot yang mempunyai variasi ukuran dan bentuk dari panjang dan

tipis sampai dengan yang lebar dan datar atau dapat berbentuk massa-massa yang besar sekali.
Kontraksi otot rangka hanya dapat dirangsang. Energi kontraksi otot dipenuhi dari pemecahan
adenosin triphospate (ATP) dan kegiatan kalsium. Serat-serat dengan oksigenasi secara adekuat
dapat berkontraksi lebih kuat, bila dibandingkan dengan oksigenisasi tidak adekuat.
Pergerakan ditimbulkan oleh tarikan otot pada tulang yang berperan sebagai pengungkit
dan sendi berpungsi sebagai tumpuan/penopang. Otot rangka lebih besar dari pembuluh darah.
Selama kontraksi otot akan terjadi perubahan kimia. Akibatnya terjadi pembentukan produkproduk sisa metabolisme. Otot yang lelah dan nyeri terjadi pada saat otot kekurangan oksigen
dan produk buangan tidak dapat dikeluarkan.
Kartilago
Kartilago terdiri dari serat-serat dilekatkan pada suatu gelatin yang kuat. Kartilago sangat
kuat tetapi fleksible dan tidak bervaskuler. Nutrisi mencapai kesel-sel kartilago dengan
proses difusi melalui gelatin dari kapiler-kapiler yang berada di perichondrium (fibrous yang
menutupi kartilago ) atau sejumlah serat-serat kolagen didapatkan pada kartilago, dimana
tipenya: fibrous, hyaline, atau elastik. Fibrous atau (fifibrocartilago) mempunyai banyak seratserat dan oleh karena itu paling besar kekuatannya untuk merenggang . Fibrocartilagomenyusun
diskus intervertebralis. Arthicular (Hyaline) cartilage-halus, putih, putih, berkilau dan kenyal
membungkus permukaan persediaan dari tulang dan beberapa sebagian bantalan. Kartilago
elastik mempunyai paling sedikit serat-serat dan sering didapatkan pada daerah telinga luar.

Sumsum Tulang
jaringan vaskuler dalam rongga sumsum (batang) tulang panjang dan dalam tulang pipih.
Sumsum tulang merah, yang terutama terletak di sternum, ilium, vertebra dan rusuk pada orang
dewasa, bertanggung jawab pada produksi sel darah merah dan putih. Pada orang dewas, tulang
panjang terisi oleh sumsum lemak kuning. Biopsi sumsum tulang dilakukan pada tulang pipih.

Ligament
Ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibrous yang tebal dimana merupakan akhiran dari
suatu aoat dan berfungsi mengikat suatu tulang.

Tendon
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibon yang membungkus setiap otot dan
berkaitan dengan prioteum jaringan penyambung yang mengelilingi tendon tertentu khususnya
pada pergelangan tangan dan tumit. Pembungkus ini dibatasi oleh membram synovial lumbrika
untuk memudahkan pergerakan tendon.

Fasia
Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambun longgar yang didapatkan langsung dibawah
kulit sebagai fasisupervisial atau pembungkus tebal, jaringan penyambung fibrous yang
membungkus otot, saraf dan pembuluh darah. Bagian akhir diketahui sebagai fasia dalam.

Bursae

Burse adalah suatu kantong kecil dair jaringan penyambung disuatu tempat, dimana digunakan
diatas bagian yang bergerak, misalnya terjadi antara kulit dan tulang, anatar tendon dan tulang
atau antara otot. Burse bertindak sebagai penampang antara bagian yang bergerak, seperti pada
olecra non bursae, terletak antara presesus dan kulit.
Persendian
Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka tulang tidak ada. Kelenturan
dimungkinkan karena adanya persendian, atau letak dimana tulang-tulang berada bersama-sama.
Bentuk dari persendian akan ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe pergerakan yang
memungkinkan, dan klasifikasi didasarkan pada jumlah pergerakan yang dilakukan.

Menurut klasifikasi terdapat 3 kelas utama persendian yaitu :


1)

Sendi Synarthroses (sendi yang tidak bergerak). Misalnya adalah sendi pada tulang

tengkorak
2)

Sendi Amphiarthroses (sendi yang sedikit pergerakannya). Contoh sendi pada vetebra dan

simfisis pubis.
3)

Sendi Diarthroses (sendi yang banyak pergerakannya). Jenis sendi Diartrotis :

Sendi Peluru, missal pada persendihan panggul dan bahu, memungkinkan gerakan bebas penuh
Sendi engsel memungkinkan gerakan melipat hanya pada satu arah contohnya pada siku dan
lutut.
Sendi pelana memungkinkan gerakan pada dua bidang saling tegak lurus. Sendi pada dasar ibu
jari adalah sendi pelana.
Sendi pivot contohnya adalah sendi antara radius dan ulna. Memungkinkan rotasi untuk
melakukan aktifitas seperti memutar pegangan pintu.
Sendi peluncur memungkinkan gerakan terbatas kesemua arah dan contohnya adalah sendi-sendi
tulang karpalia dipergelangan tangan.

Pada sendi yang dapat digerakkan, ujung persendian tulang ditutupi oleh tulang rawang hialin
yang halus. Persendian tulang tersebut dikelilingi oleh selubung fibrus kapsul sendi. Kapsul
dilapisi oleh membran, sinovium, yang mengsekresi cairan pelumas dan peredam getaran
kedalam kapsul sendi. Maka, permukaan tulang tidak dapat kontak langsung.pada beberapa sendi
sinovial, terdapatr diskus pibrokartilago diantara permukaan tulang rawang sendi. Bagian ini
merupakan peredam getaran.
Adapun pergerakan yang dapat dilakukan oleh sendi-sendi adalah:
Fleksi
Ekstensi
Adduksi
Abduksi
Rotasi
Sirkumduksi
Pergerakan khusus: supinasi, inversio, eversio, protacsio.

2.2 Definisi

Fraktur adalah terputusnya kontiunitas tulang dan ditentukan sesuai dengan jenisnya.
Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat di absorbsinya (Smeltzer
& Bare, 2002 : 2357).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan
dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi
apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh
ketebalan tulang. (Price, 2006 : 1365).

Fraktur adalah terputusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang
disebabkan oleh kekerasan. Patah tulang dapat terjadi dalam keadaan normal atau patologis. Pada
keadaan patologis, misalnya kanker tulang atau osteoporosis, tulang menjadi lebih lemah. Dalam
keadaan ini, kekerasan sedikit saja akan menyebabkan patah tulang. (Oswari , 2005 : 144).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontiunitas jaringan tulang dan/atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat, 2005 : 840).
Fraktur femur adalah terputusnya kontiunitas batang femur yang bisa terjadi akibat truma
langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian). Patah pada daerah ini dapat
menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam syok (FKUI
dalam Jitowiyono, 2010 : 15).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang disebabkan
oleh rudapaksa (trauma atau tenaga fisik). Untuk memperbaiki posisi fragmen tulang pada
fraktur terbuka yang tidak dapat direposisi tapi sulit dipertahankan dan untuk memberikan hasil
yang lebih baik maka perlu dilakukan tindakan operasi ORIF (Open Rreduktion wityh Internal
Fixation).
Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar. Fraktur
terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi
infeksi (Sjamsuhidajat, 1999 : 1138).

ORIF (Open Reduksi Internal Fiksasi),open reduksi merupakan suatu tindakan


pembedahan untuk memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah / fraktur sedapat mungkin
kembali seperti letak asalnya.Internal fiksasi biasanya melibatkan penggunaan plat, sekrup, paku
maupun suatu intramedulary (IM) untuk mempertahan kan fragmen tulang dalam posisinya
sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.
Dari beberapa definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa pengertian fraktur adalah
terputusnya kontiunitas tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa
atau kekerasan, bisa dalam keadaan normal atau patologis.

2.2 Epidemologi
Kecelakaan lalu lintas sering sekali terjadi di negara kita, khususnya di kota ini. Ratusan orang
meninggal dan luka-luka tiap tahun karena peristiwa ini. Memang di negara ini, kasus
kecelakaan lalu lintas sangat tinggi. Kecelakaan lalu-lintas merupakan pembunuh nomor tiga di
Indonesia, setelah penyakit jantung dan stroke. Menurut data kepolisian Republik Indonesia
Tahun 2003, jumlah kecelakaan di jalan mencapai 13.399 kejadian, dengan kematian mencapai
9.865 orang, 6.142 orang mengalami luka berat, dan 8.694 mengalami luka ringan. Dengan data
itu, rata-rata setiap hari, terjadi 40 kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan 30 orang meninggal
dunia. Adapun di Sulawesi Selatan, jumlah kecelakaan juga cenderung meningkat di mana pada
tahun 2001 jumlah korban mencapai 1717 orang, tahun selanjutnya 2.277 orang, 2003 sebanyak
2.672 orang. Tahun 2004, jumlah ini meningkat menjadi 3.977 orang. Tahun 2005 dari Januari
sampai September, jumlah korban mencapai 3.620 orang dengan korban meninggal 903 orang.
Trauma yang paling sering terjadi dalam sebuah kecelakaan adalah fraktur (patah tulang).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh tekanan atau rudapaksa. Fraktur dibagi atas fraktur terbuka, yaitu jika patahan
tulang itu menembus kulit sehingga berhubungan dengan udara luar, dan fraktur tertutup, yaitu
jika fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar. Secara umum, fraktur terbuka bisa
diketahui dengan melihat adanya tulang yang menusuk kulit dari dalam, biasanya disertai
perdarahan. Adapun fraktur tertutup, bisa diketahui dengan melihat bagian yang dicurigai
mengalami pembengkakan, terdapat kelainan bentuk berupa sudut yang bisa mengarah ke
samping, depan, atau belakang.
Selain itu, ditemukan nyeri gerak, nyeri tekan, dan perpendekan tulang. Dalam kenyataan seharihari, fraktur yang sering terjadi adalah fraktur ekstremitas dan fraktur vertebra. Fraktur
ekstremitas mencakup fraktur pada tulang lengan atas, lengan bawah, tangan, tungkai atas,
tungkai bawah, dan kaki. Dari semua jenis fraktur, fraktur tungkai atas atau lazimnya disebut
fraktur femur (tulang paha) memiliki insiden yang cukup tinggi. Umumnya fraktur femur terjadi
pada batang femur 1/3 tengah. (http://id.wikipedia.org/wiki/fraktur)

2.3. Etiologi

Menurut Barbara C Long (1996)


1)

Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak,

kontraksi otot ekstrim.


2)

Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu jauh.

3)

Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis. Fraktur

patologik yaitu fraktur yang terjadi pada tulang disebabkan oleh melelehnya struktur tulang
akibat proses patologik. Proses patologik dapat disebabkan oleh kurangnya zat-zat nutrisi seperti
vitamin D, kaslsium, fosfor, ferum. Factor lain yang menyebabkan proses patologik adalah
akibat dari proses penyembuhan yang lambat pada penyembuhan fraktur atau dapat terjadi akibat
keganasan.

Menurut Oswari E, (1993) ; Penyebab Fraktur adalah :


Kekerasan langsung; Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau
miring.
Kekerasan tidak langsung: Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang
jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah
dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
Kekerasan akibat tarikan otot: Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan
dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan
penarikan.

2.4 Tanda Dan Gejala

1)

Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme

otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk
meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2)

Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas dapat di

ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi
dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya
obat.
3)

Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.

Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm
4)

Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang.

Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.
5)

Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan perdarahan

yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah
cedera.
6)

Peningkatan temperatur lokal

7)

Pergerakan abnormal

8)

Echymosis (perdarahan subkutan yang lebar-lebar)

9)

Kehilangan fungsi

2.5 Klasifikasi
Penampakan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis, dibagi menjadi
beberapa kelompok, yaitu:
Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).
a)

Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia

luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.

b)

Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan antara

fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.


Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur.
a)

Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua

korteks tulang seperti terlihat pada foto.


b)

Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti:

Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)


Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang
spongiosa di bawahnya.
Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada
tulang panjang.
Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma.
a)

Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat

trauma angulasi atau langsung.


b)

Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang

dan meruakan akibat trauma angulasi juga.


c)

Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma

rotasi.
d)

Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang

ke arah permukaan lain.


e)

Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada

insersinya pada tulang.


Berdasarkan jumlah garis patah.
a)

Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.

b)

Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.

c)

Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang

sama.
Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.
a)

Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap tetapi kedua fragmen tidak

bergeser dan periosteum masih utuh.


b)

Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi

fragmen, terbagi atas:


Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan overlapping).
Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).
Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh).
Berdasarkan posisi frakur, Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :
a)

1/3 proksimal

b)

1/3 medial

c)

1/3 distal

Fraktur Kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.


Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang. Pada fraktur tertutup
ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
a)

Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak sekitarnya.

b)

Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.

c)

Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan

pembengkakan.

d)

Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan ancaman sindroma

kompartement.

2.6. Patofisiologi
Patah tulang biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau trauma (Long, 1996: 356). Baik
itu karena trauma langsung misalnya: tulang kaki terbentur bemper mobil, atau tidak langsung
misalnya: seseorang yang jatuh dengan telapak tangan menyangga. Juga bisa karena trauma
akibat tarikan otot misalnya: patah tulang patela dan olekranon, karena otot trisep dan bisep
mendadak berkontraksi. (Oswari, 2000: 147)
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak terdapat hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar. Terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit. (Mansjoer, 2000: 346).
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke dalam jaringan
lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi
peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi
menyebabkan peningkatan aliran darahketempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa
sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jalajala untuk melekatkan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru
imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami
remodeling untuk membentuk tulang sejati (Corwin, 2000: 299)
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan
pembengkakanyg tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas dan
mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dapat berakibat anoksia
jaringanyg mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini
dinamakan sindrom kompartemen (Brunner & suddarth, 2002: 2287)
Pengobatan dari fraktur tertutup dapat konservatif maupuan operatif. Terapi konservatif meliputi

proteksi dengan mitela atau bidai. Sedangkan terapi operatif terdiri dari reposisi terbuka, fiksasi
internal, reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi interna (Mansjoer, 2000: 348)
Pada pemasangan bidai, gips atau traksi maka dilakukan imobolisasi pada bagian yang patah.
Imobilisasi dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan otot dan densitas tulang agak cepat.
Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan menderita komplikasi dari imobilisasi
antara lain: adanya rasa tidak enak, iritasi kulit dan luka akibat penekanan, hilangnya kekuatan
otot. Kurang perawatan diri dapat terjadi bila sebagin tubuh diimobilisasi dan mengakibatkan
berkurangnya kemampuan perawatan diri (Carpenito, 1996: 346).
Pada reduksi terbuka fiksasi interna (ORIF) fragmen tulang dipertahankan dengan pin, sekrup,
pelat, paku. Namun pembedahan memungkinkan terjadinya infeksi, pembedahan itu sendiri
merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur yang sebelumnya tidak mengalami cidera
mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan selama tindakan operasi. (Price, 1995: 1192)
Pembedahan yang dilakukan pada tulang, otot dan sendi dapat mengakibatkan nyeri yang hebat.
(Brunner & Suddarth, 2002: 2304)
2.9. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan dengan konservatif dan operatif
Cara Konservatif
Dilakukan pada anak-anak dan remaja dimana masih memungkinkan terjadinya pertumbuhan
tulang panjang. Selain itu, dilakukan karena adanya infeksi atau diperkirakan dapat terjadi
infeksi. Tindakan yang dilakukan adalah dengan gips dan traksi.

Gips
Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh. Indikasi dilakukan
pemasangan gips adalah :
Immobilisasi dan penyangga fraktur

Istirahatkan dan stabilisasi


Koreksi deformitas
Mengurangi aktifitas
Membuat cetakan tubuh orthotik

Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips adalah :


Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan
Gips patah tidak bisa digunakan
Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien
Jangan merusak / menekan gips
Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk
Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama

Traksi (mengangkat / menarik)


Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada ekstermitas pasien.
Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu
panjang tulang yang patah.

Metode pemasangan traksi antara lain :


Traksi manual
Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada keadaan emergency
Traksi mekanik, ada 2 macam :

Traksi kulit (skin traction)


Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal otot. Digunakan dalam waktu
4 minggu dan beban < 5 kg.
Traksi skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan
untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal / penjepit melalui tulang / jaringan
metal.

Kegunaan pemasangan traksi, antara lain :


Mengurangi nyeri akibat spasme otot
Memperbaiki & mencegah deformitas
Immobilisasi
Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi)
Mengencangkan pada perlekatannya

Prinsip pemasangan traksi :


Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik
Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan pemberat agar reduksi dapat
dipertahankan
Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus
Traksi dapat bergerak bebas dengan katrol
Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai

Traksi yang dipasang harus baik dan terasa nyaman

Cara operatif / pembedahan


Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak keunggulannya mungkin adalah
pembedahan. Metode perawatan ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka. Pada umumnya
insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik
menuju tempat yang mengalami fraktur. Hematoma fraktur dan fragmen-fragmen tulang yang
telah mati diirigasi dari luka. Fraktur kemudian direposisi dengan tangan agar menghasilkan
posisi yang normal kembali. Sesudah direduksi, fragmen-fragmen tulang ini dipertahankan
dengan alat-alat ortopedik berupa pen, sekrup, pelat, dan paku.
Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan dengan K-Wire (kawat kirschner),
misalnya pada fraktur jari.
Reduksi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF: Open Reduction internal Fixation). Merupakan
tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada derah fraktur, kemudian melakukan implant
pins, screw, wires, rods, plates dan protesa pada tulang yang patah
Tujuan:
Imobilisasi sampai tahap remodeling
Melihat secara langsung area fraktur
Jenis Open Reduction Internal Fixation ( ORIF )
Menurut Apley (1995) terdapat 5 metode fiksasi internal yang digunakan, antara lain:
Sekrup kompresi antar fragmen

Plat dan sekrup, paling sesuai untuk lengan bawah


Paku intermedula, untuk tulang panjang yang lebih besar
Paku pengikat sambungan dan sekrup, ideal untuk femur dan tibia
Sekrup kompresi dinamis dan plat, ideal untuk ujung proksimal dan distal femur
Indikasi ORIF :
Fraktur yang tak bisa sembuh atau bahaya avasculair nekrosis tinggi, misalnya fraktur talus dan
fraktur collum femur.
Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup. Misalnya fraktur avulse dan fraktur dislokasi.
Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan. Misalnya fraktur Monteggia, fraktur
Galeazzi, fraktur antebrachii, dan fraktur pergelangan kaki.
Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan operasi, misalnya :
fraktur femur
Reduksi terbuka dengan fiksasi eksternal (OREF: Open reduction Eksternal Fixation).
Fiksasi eksternal digunakan untuk mengobati fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak.
Alat ini memberikan dukungan yang stabil untuk fraktur kominutif (hancur atau remuk
Indikasi OREF :
Fraktur terbuka derajatI II
Fraktur dengan kerusakan jaringan lunak yang luas
Fraktur dengan gangguan neurovaskuler
Fraktur Kominutif
Fraktur Pelvis
Keuntungan perawatan fraktur dengan pembedahan antara lain :
Ketelitian reposisi fragmen tulang yang patah

Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf yang berada didekatnya
Dapat mencapai stabilitas fiksasi yang cukup memadai
Tidak perlu memasang gips dan alat-alat stabilisasi yang lain
Perawatan di RS dapat ditekan seminimal mungkin, terutama pada kasus-kasus yang tanpa
komplikasi dan dengan kemampuan mempertahankan fungsi sendi dan fungsi otot hampir
normal selama penatalaksanaan dijalankan

2.10. Komplikasi
1)

Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang

tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring


2)

Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan kecepatan

yang lebih lambat dari keadaan normal.


3)

Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.

4)

Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang berlebihan di

dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat.
5)

Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler

yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
6)

Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor resiko

terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70 sam pai
80 fraktur tahun.
7)

Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada individu yang

imobiil dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya komplikasi pada
perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal bila terjadi pada bedah
ortopedil

8)

Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma

orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada
kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti
pin dan plat.
9)

Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis iskemia.

10) Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf simpatik
abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan tropik dan
vasomotor instability

Anda mungkin juga menyukai