Anda di halaman 1dari 9

Topik: Indonesia menuju Produsen Biodiesel nomor 1 di Dunia

Oleh: Yenny Silvia. Teknik Lingkungan 2014. 1406564212

Pendahuluan

Kondisi biofuel di dunia


o Biofuel di dunia dan negara lainnya
o Biodiesel di Indonesia

Kebutuhan minyak bumi di dunia


o Penggunaan minyak bumi
Kebutuhan yang perlu dipenuhi melalui penggunaan minyak bumi

Transportasi manusia dan logistik barang termasuk pangan;

Kebutuhan listrik untuk produksi berbagai barang;

o Kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan tersebut: salah satu


kegiatannya adalah memproduksi minyak bumi

Kondisi minyak bumi dan berbagai kondisi yang terjadi dari adanya
pemakaian minyak bumi
o Kondisi keberadaan minyak bumi

Jumlah kebutuhan minyak bumi:

Cadangan yang dimiliki oleh Indonesia dan dunia:


Indonesia memiliki cadangan sebesar 9 miliar barel
(Kemenperin .go.id); Rusia memiliki 87 miliar barel
cadangan minyak; Iran memiliki 157 miliar barel;
Venezuela memiliki 297,6 miliar barel;Cina memiliki 17,3
miliar barel; Amerika Serikat memiliki 35 miliar barel; dan
lainnya. (bisnis.news.viva.co.id)

Prediksi batas waktu produksi minyak yang dihasilkan

o Kondisi yang terjadi sebagai hasil pemakaian minyak bumi

Ketergantungan terhadap tingkat mobilitas yang tinggi,


kebutuhan listrik yang besar, dan pembangunan

Emisi karbon yang sudah melewati planetary boundaries

THESIS STATEMENT: INDONESIA BELUM MAMPU MENJADI


NEGARA PENGHASIL BIODIESEL PADA TAHUN 2030 DARI
ASPEK EKONOMI DAN LINGKUNGAN

Isi

Biodiesel ditinjau dari aspek ekonomi


o Kontra

Proses produksi biofuel tidak murah: pembebasan lahan;


penggunaan air skala besar

Hasil panen yang dapat digunakan hanya sebagian yang


dapat diproses menjadi biodiesel

Semakin besar kebutuhan terhadap biodiesel semakin


mahal pula harganya

o Pro

Penggunaannya lebih hemat karena pembakaran dilakukan


lebih sempurna

Biodiesel ditinjau dari segi lingkungan


o Kontra

Alih fungsi lahan:; terjadi kebakaran hutan yang belum


mampu ditangani oleh pemerintah

Kebutuhan air dalam jumlah besar mempengaruhi pasokan


air tanah

Penggunaan lahan yang luas untuk tanaman biodiesel


mengurangi lahan untuk pangan, secara tak langsung
berdampak pada kekurangan pangan

Penggunaan pupuk dalam skala besar mempengaruhi badan


air secara signifikan

o Pro

Emisi yang dihasilkan biofuel lebih rendah sehingga


greenhouse yang dihasilkan lebih kecil

Sumber lebih mudah didapatkan dan mudah diperbarui

Kesimpulan
INDONESIA BELUM MAMPU MENJADI NEGARA PENGHASIL
BIODIESEL PADA TAHUN 2030 DARI ASPEK EKONOMI DAN
LINGKUNGAN.

Ditinjau dari sisi ekonomi dan lingkungan, infratsruktur indonesia belum


mendukung dan mampu menanggulangi permasalahan lingkungan yang
sudah terjadi selama bertahun-tahun.

Solusi: Indonesia masih perlu memaksimalkan penggunaan fosil fuelnya


dengan penanggulan dampak yag dilakukan dengan cara-cara yang lebih
persuasif dan dilakukan pada tingkat rumahan

Biodiesel Indonesia: Potensi Kekayaan yang Masih


Dipertanyakan
Yenny Silvia. 1406564212
Biofuel merupakan produk alam seperti tumbuhan dan sampah organik yang dapat
diproses menjadi bahan bakar cair baik untuk transportasi atau proses pengubahan materi.
Sebagai salah satu sumber energi terbarukan, biofuel bukan merupakan istilah baru dalam
dunia energi. Pada awal abad ke-20, Henry Ford, founder dari mobil Ford Model Ts
berusaha menggunakan ethanol sebagai bahan bakarnya. Sebelumnya, penggunaan
minyak sayur sebagai bahan bakar alternatif telah digunakan sejak 1890 ketika penemu
mesin diesel, Rudolph Diesel mengujinya menggunakan minyak kacang untuk
menggerakan mesin tersebut. Minyak kacang inilah yang disebut sebagai biodiesel.
Biodiesel atau vegetable oil methyl ester (VOME) merupakan salah satu jenis biofuel
yang diproduksi dari reaksi dari minyak sayur dengan etanol atau bioetanol untuk
menghasilkan monoalkyl esters dan gliserin yang selanjutnya akan dihilangkan. Minyak
dihasilkan dari tumbuhan berminyak atau pohon seperti rapeseed, bunga matahari,
kedelai, kelapa sawit, kelapa ataupun jatropha, tetapi biodiesel juga dapat dihasilkan dari
lemak hewani dan minyak goreng bekas. Biodiesel dapat digunakan dalam bentuk murni
pada kendaraan yang sesuai atau dicampur dengan solar. (Dufey, 2006). Terdapat 4
metode untuk menghasilkan biodiesel dari minyak sayur, yaitu pirolisis, pengenceran
dengan campuran hidrokarbon, emulsifikasi, dan transesterifikasi. Biodiesel meerupakan
bahan bakar dapat terdegradasi, tak beracun, dan ramah lingkungan jika dibandingkan
dengan solar.
Biodiesel sudah digunakan oleh
USA dan Eropa untuk mengurangi
polusi udara dan mengurangi
ketergantungan bahan bakar fosil
lokal pada daerah-daerah spesifik di
dunia, meningkatkan harga minyak
bumi. Biodiesel tidak mengandung
bahan yang berasal dari produk
minyak bumi, akan tetapi biodiesel
sangat cocok digunakan pada mesin
Sumber: Li-Beisson, 2013
diesel konvensional dan dapat
dicampurkan dengan berbagai proporsi dari solar hasil pengolahan bahan bakar fosil
untuk menghasilkan campuran biodiesel yang stabil. Oleh karena itu, biodiesel menjadi
salah satu biofuel yang paling umum digunakan di dunia.
Biodiesel mulai diproduksi secara luas pada awal tahun 1990 dan sejan saat itu
produksinya selalu meningkat secara stabil.Produksi biodiesel secara global mencapau
1,8 juta liter pada tahun 2003. European Union (EU) merupakan produsen utama
biodiesel, terhitung sekitar 95% dari produksi dunia (Dufey, 2006). Percontohan instalasi
biodiesel dibuka di Eropa pada tahun 1980-an untuk mendukung daerah pedesaan
menanggapi peningkatan kebutuhan energi. Produksi kemudian menurunmengikuti
penurunan harga minyak pada tahun 1990-an, tetapi kenaikan harga energi berikutnya
mengarahkan kepada pertumbuhan baru. Kapasitas roduksi biodiesel EU telah meningkat
dengan rata-rata 81% per tahun semenjak 2002. Dari 1,4% persen konsumsi energi
biofuel EU, 82% merepresentasikan pemasaran biodiesel. Berdasarkan ketersediaan
bahan-bahan sayuran untuk konversi biodiesel, diperkirakan bahwa biodiesel dapat
menutupi hingga 10% kebutuhan transportasi di EU hingga tahun 2020.

Banyak negara di Amerika, Afrika, dan Asia juga menunjukkan ketertarikan pada
produksi biodiesel. Amerika mengubah kedelai untuk menghasilkan biodiesel hingga 76
juta liter pada tahun 2004. Diprediksikan, USA akan menggunakan 25% biodiesel
kebutuhan dieselnya unntuk 20 tahun ke depan. Pada tahun 2002, Brazil menargetkan
penggunaan biodiesel pada tahun 2007, 2013, dan 2020 masing-masing sebesar 2%, 5%,
dan 20% untuk campuran bahan bakar kendaraan. Implementasi dari target ini
membutuhkan produksi sebesar masing-masing 800 ML/tahun, 2000 ML/tahun, dan
12000 ML/tahun. Kolombia memperkenalkan kebutuhan 5% biodiesel pada campuran
bahan bakar trasnportasidari September 2005. Hal ini meningkatkan pertumbuhan
investasi biodiesel di Kolombia. Pada April 2006, Argentina menyetujui Pakta Biofuel
yang mengusungkan kebutuhan 5% biodiesel dalam derivat minyak bumi pada awal
Januari 2010. Kebutuhan produksi minimum tahunan yang harus terpenuhi hingga
600000 ton biodiesel. Thailand dipertimbangkan akan menjadi pendatang baru yang
sukses memasuki pasar biofuel yang menargetkan campuran biodiesel pada campuran
bahan bakar transportasi, perencanaan investasi dan instalasi biofuel, dan implementasi
skema dari Special Purpose Vehicle (SPV) atau kendaraan khusus untuk meningkatkan
investasi lokal. Beberapa negara penghasil kelapa sawit dan kelapa termasuk Malaysia,
Indonesia, dan Filipina berencana untuk meningkatkan skala produksi biodiesel di Asia.
Di Indonesia, sumber suplai utama untuk produksi biodiesel berupa minyak kelapa sawit
dan J. Curcas. Sektor kelapa sawit pertama kali dibangun oleh Franco-Belgian
Corporation SOCFIN in 1911 di Sumatera Utara (Wakker dalam Rahmadi, 2003).
Indonesia digadang-gadang sebagai produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia,
terhitung dari setengah produksi dunia. Produksi minyak kelapa sawit indonesia
mengalahkan Malaysia pada tahun 2006 mengingat ekspansi yang cepat dari luas wilayah
penanaman kelapa sawit (Kharina, 2016). Produksi biodiesel dari sumber-sumber ini
berpotensi menjadi industri yang signifikan di Indonesia. Crude Palm Oil (CPO)
merupakan salah satu penyuplai biodiesel paling umum dengan produksi yang diestimasi
sebesr 32 juta MT. Walaupun produksi CPO diperkirakan akan terus bertumbuh, suplai
jangka pendek akan menjadi hambatan mengingat musim panas berkeppanjangan pada
tahun 2015. Produksi kapasitas biodiesel Indonesia terus bertumbuh. Setidaknya terdapat
dua pemurnian pada tahun 2015/2016 dengan total kapasitas produksi sebesar 877 juta
liter, terdapat 340 milar liter pemurnian diharapkan dihasilkan pada tahun 2016/2017.
CPO dan Crude J.curcas Oil (CJCO) menyediakan indonesia dengan sumber non-minyak
bumi terbesar dan diperkirakan akan meningkat di masa depan. Indonesia sedang berada
pada posisi yang kuat untuk mengembangkan CJCO lebih jauh dan lebih besar serta
memberikan keuntungan lebih bagi industri biodiesel. Indoenesia memiliki potensi yang
sangat besar sebagai pemain utama di dunia, hal ini dapat saja tercapai seandainya diikuti
oleh adanya usaha penginstalasian alat untuk produksi biodiesel. Kombinasi atas kekyaan
alam, orang-orang cerdas dan berdedikasi meningkatkan teknologi biodiesel mampu
membentuk Indonesia sebagai pemain utama biodiesel di dunia
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 520000 ton biodiesel
diproduksi pada tahun 2007, hal ini sebanding dengan 590000 kL. Berdasarkan proyeksi
pencapaian 2,41 juta kL pada tahun 2010, Indonesia sudah mencapai 24,4% dari
targetnya. Pada tahun 2010, Indonesia menargetkan penggunaan biodiesel sebesar 10%
dari total penggunaan solar untuk transportasi sedangkan pada sektor industri,
penggunaan energi terbarukan yang dicampur diperbolehkan melebihi 10%.
Peningkatan popularitas biofuel, terutama biodiesel bukannya tanpa alasan. Energi
sebagai materi fundamental pada kualitas hidup, menjadi roda utama bergeraknya sektor
ekonomi modern. Pentingnya pemenuhan kebutuhan energi berkelanjutan yang
meningkat menjadi tantangan di abad ke-21. Indonesia sebagai negara ke-4 dengan

jumlah penduduk terbesar di dunia memiliki tantangan besar terkait pertumbuhan


populasi yang diiringi dengan penambahan kebutuhan energi yang terjadi tiap harinya.
Jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 205.132.000 juta pada tahun 2000 dan
meningkat hingga 233.477.400 juta jiwa pada 2010, diperkirakan akan terus meningkat
hingga 273.219.000 juta pada tahun 2025. Peningkatan jumlah penduduk Indonesia dapat
mencapai 33,2% dalam 25 tahun. (Silitonga, 2011)
Angka tersebut merupakan angka yang harus diwaspadai oleh pemerintah, mengingat
kebutuhan konsumsi energi yang meningkat dapat berujung pada keterbatasan sumber
energi di masa depan. Total penggunaan energi di Indonesia meningkat dari tahun 1980
sebesar 300.147 GWh menjadi 1.123.928 GWh pada tahun 2000. Peningkatan ini terjadi
hingga 2,9% dari tahun ke tahun. Penggunaan energi ini pun masih berbasiskan bahan
bakar fosil seperti minya, batu bara, dan gas alam. Pada tahun 2009, minyak merupakan
sumber energi terbesar yaitu 48%, gas alam (26%), batu bara (24%), dan jumlah
penggunaan energi terbarukan hanya sebesar 2%. (Silitonga, 2011). Jumlah bahan bakar
fosil yang digunakan berbanding lurus dengan kenyataan bertambahnya jumlah
kebutuhan energi. Jika diprediksikan, jumlah total konsumsi bahan bakar fosil akan
meningkat hingga 52% pada tahun 2025. Konsumsi ini meliputi berbagai aspek dari
kehidupan, seperti penggunaan listrik untuk berbagai kegiatan rumah tangga dan produksi
dan kebutuhan transportasi.
Pertumbuhan populasi yang terus meningkat menunjukkan peningkatan kompleksitas
kebutuhan manusia. Teknologi yang terus berkembang semakin mempermudah segala
kebutuhan hidup manusia. Tenaga manusia mulai tergantikan dengan peralatan, mesin,
dan sesuatu yang kita sebut canggih. Dunia memasuki era yang semakin digital dengan
tingkat pemanfaatan energi yang tinggi salah satunya pemanfaatan listrik bagi peralatan
rumah tangga dan proses produksi. Pertumbuhan populasi ini pula yang menghadapi
manusia pada kecepatan urbanisasi dan industrialisasi yang sangat cepat. Permintaan
terhadap listrik meningkat hingga 7,4% pada masa mendatang dengan peningkatan
permintaan listrik dari 153 TWh pada 2011 hingga 232 TWh pada tahun 2016 (Power
Indonesia, 2013). Sedangkan, kebutuhan listrik dunia diperkirakan akan meningkat 67%
hingga tahun 2035 menjadi 32.150 TWh dengan pertumbuhan 2,2% rata-rata setiap
tahunnya (IEO, 2014). Kapasitas penghasil listrik Indonesia diperkirakan akan
ditingkatkan dari 184 TWh menjadi 248 TWh pada tahun ini. Proyeksi peningkatan ini
menunjukkan gejala surplus litrik hingga 25 TWh pada 2016. Pada skala rumah tangga,
peningkatan konsumsi listrik dapat tumbuh hingga 2,5% per tahun dengan pencapaian
9.336 TWh tahun 2035 (IEO, 2014). Namun, peningkatan ini membutuhkan proses yang
lama, yang membuktikan bahwa Indonesia menemui hambatan yang cukup besar dalam
melakukan peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya jumlah masyarakat yang
belum terlayani listrik di Indonesia yaitu sebanyak 16,8 juta rumah tangga atau 62 juta
orang (Power Indonesia, 2013).
Sektor industri merupakan sektor yang paling
fundamental di Indonesia karena sektor
industri merupakan penopang dan sumber
dari kebutuhan manusia, sekaligus pendorong
pembangunan Indonesia. Sektor indutri yang
terdiri dari berbagai jenis merupakan
konsumen listrik nomor satu terbesar di
Indonesia berpotensi menggunakan 41 %
kebutuhan bahan bakar pada tahun 2035
dengan kebutuhan terbesar digunakan pada
sektor semen dan bahan galian bukan logam

dan pupuk (Outlook Energi Indonesia, 2014) Pertumbuhan ini pun diiringi dengan
penyediaan produksi listrik. Berdasarkaan Outlook Energi Indonesia 2014, pertumbuhan
kebutuhan tersebut akan diiringi dengan penyediaan produksi yang ikut meningkat
sebesar 2,2 % per tahun. Sedangkan, kebutuhan listrik sektor transportasi pada tahun
2035 akan meningkat dua kali lipat menjadi 734 TWh atau 3,9 % per tahun (IEO, 2014)
Peningkatan kebutuhan energi dalam bidang transportasi tidak hanya dalam bentuk listrik.
Pengoperasian kendaraan membutuhkan bahan bakar yang dapat menggerakkan mesin
kendaraan, sehingga permintaan terhadap transportasi untuk memenuhi kebutuhan
mobilitas manusia dapat terpenuhi. Demand terhadap transportasi dimulai dari peradaban
dahulu dimana internal combustion engine (ICE) yang berbahan bakar gas dan diesel
menjadi penggerak kendaraan paling baik hingga masa kini. Sekian abad berlalu untuk
meningkatkan internal combustion engine (ICE) yang berbahan bakar gas dan diesel
sebagai mesin dari 250 juta mobil dan truk yang berada di Amerika Serikat Penggunaan
ICE mengubah dunia, bagaimana orang-orang dan barang ditransportasikan,
memudahkan pekerjaan di rumah, kebun, dan industri menjadi lebih efektif. Transportasi
yang berfungsi sebagai pengangkut penumpang dan barang kebutuhan manusia dari satu
tempat ke tempat lain pun memiliki hubungan dengan tingkatan jumlah populasi serta
kegiatan ekonomi. Jumlah penduduk yang semakin besar meningkatkan demand terhadap
jumlah moda transportasi sebagai alat mobilitas. Peningkatan jumlah penduduk
meningkatkan berbagai jenis aktivitas perekonomian, aktivitas semakin padat menuntut
penambahan jumlah angkutan. Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dari
Asal Tujuan Transportasi Nasional tahun 2001, moda angkutan yang masih mendominasi
merupakan moda jalan dengan jumlah 2,5 juta ton/tahun atau sekitar 90,34% dengan
pertumbuhan angkutan barang sekitar 4,7% per tahun hingga tahun 2009 mencapai 3,5
juta ton/tahun. Pergerakan penumpang juga menunjukkan gejala yang demikian. Jumlah
produksi perjalanan di Indonesia mencapai 3,8 milyar pada tahun 2001 dengan jumlah
peningkatan tiap tahunnya sebesar 3,8%. Peningkatan terjadi dari tahun 1998 dengan
jumlah penumpang moda jalan sebesar 279,4 juta penumpang/tahun menjadi 462 juta
penumpang/tahun di tahun 2009. Jumlah ppeningkatan ini berbanding lurus pula dengan
peningkatan kondumsi bahan bakar yang digunakan pada tiap moda transportasi.
Transportasi manusia dan barang membutuhkan sekitar 25% dari total konsumsi energi
dunia. Transportasi penumpang merupakan salah satu komponen dari transportasi yang
mengonsumsi energi dalam jumlah terbesar dengan penggunan kendaraan baik pribadi
maupun umum, bahkan mobilitas penumpang memakan energi lebih besar dibandingkan
kendaraan pengangkut besar seperti truk dan kereta. Total persentase penggunaan bahan
bakar pada sektor transportasi diperkirakan mencapai 20,4% kebutuhan total pada tahun
2030. Menurut Tamin, 2011, dari data Konsumsi Energi, Direktorat Jenderal Energi
Terbarukan, BBM yang dikonsumsi untuk transportasi dan kegiatan rumah tangga
Indonesia di tahun 2007 mencapai 70% dengan konsumsi transportasi sebesar 56% dari
total kebutuhan energi dengan konsumsi terbesar berasal dari sektor industri dengan besar
48% (Sililtonga, 2011).
Kebutuhan manusia dalam berpindah tempat, logistik kebutuhan manusia serta beragam
aktivitas manusia, yang berkaitan dengan transportasi dan kegiatan produktif lainnya
sangat bertumpu pada bahan bakar, penggerak roda kehidupan. Bahan bakar yang
umumnya bersumber dari sisa-sisa fosil tersebut dapat berupa minyak bumi dan batu
bara. Dahulu, bahan bakar yang pertama kali ditemukan dalam bentuk biofuel, beberapa
lama kemudian tergantikan oleh penggunaan bahan bakar fosil karena dianggap lebih
murah, mudah dieksplorasi, dan memiliki tingkat availabilitas yang lebih tinggi. Oleh
karena itu, Indonesia bahkan dunia masih sangat bergantung pada kedua sumber daya ini
walaupun sudah ditermukan berbagai sumber daya lain. Batu bara merupakan salah satu

sumber energi terbesar yang akan terus mendukung menghasilkan tenaga listrik bagi
Indonesia. Cadangan energi batu bara di Indonesia cukup besar yaitu sebesar 104,8 miliar
ton, yang 70% nya merupakan batubara mengandung ter dan 30% nya merupakan batu
bara berkualitas rendah. 40% batubara di Indonesia sudah tereksplorasi melalui tambang
yang sudah ada dan tersebar di Sumatera dan Kalimantan. Cadangan batu bara Indonesia
diprediksi dapat bertahan hingga 80 tahun ke depan temasuk dalam memberikan suplai
bagi listrik Indonesia.
Pengolahan minyak bumi di Indonesia sendiri dilaksanakan oleh pihak Pertamina dengan
menggunakan 8 kilang minyak yang juga dimiliki oleh Pertamina. Produksi kilang
tersebut mencapai 1,6 juta bpd dengan 74% laju penggunaan (ADB, 2014). Pertamina
berencana untuk memperbesar kapasitas kilangnya dalam rangka meningkatkan hasil
lapangan, namun rencana ini ditunda oleh keraguan investor terhadap keuntungannya.
Indonesia berencana mengajak kerja sama Kuwait Petroleum dan Saudi Aramco dalam
usaha memperkuat hasil kilang hingga didapatkan hasil kilang tambahan sebesar 600.000
bpd. Indonesia juga turut bergagung dalam perjanjian antara Iraq dengan Thailand untuk
membangun kilang terbaru dalam beberapa dekade ke depan.
Namun
nyatanya,
kondisi
perminyakan Indonesia sudah berada
pada titik kritis. Menurut data ASEAN
Development Bank, 2014, konsumsi
minyak di Indonesia sudah melebih
kemampuan
Indonesia
dalam
memproduksi
minyak
bumi.
Pertumbuhan kebutuhan tidak lagi
sesuai dan berbanding terbalik
dengan hasil produksi.

Ketimpangan jumlah antara bahan bakar fosil dan energi terbarukan ini mengindikaasikan
bahwa penggunaan energi-energi terbarukan di Indonesia yang berpotensi besar tidak
dikelola dengan maksimal. Sedangkan, bahan bakar fosil memiliki cadangan yang
terbatas. Peneliti dan berbagai perusahaan dunia berusaha menemukan subtitusi energi
melalui pengembangan air, udara, panas bumi, angin, termasuk biofuel atau biodiesel.
Biofuel terutama biodiesel merupakan salah satu usaha Indonesia dalam mencapai
ketahanan energi. Kekayaan alam yang melimpah ruah berupa lahan disertai tanaman
kelapa sawit menjadi andalan baru pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan energi,
bahkan Indonesia berusaha untuk mengembangkannya hingga menjadi negara penghasil
biodiesel nomor satu di dunia. Tapi, apakah sesungguhnya Indonesia telah memenuhi
aspek-aspek pemenuh yang mumpuni untuk mencapai mimpi besar tersebut?

Referensi
http://pubs.iied.org/pdfs/15504IIED.pdf
http://www.ocl-journal.org/articles/ocl/pdf/2013/06/ocl130012.pdf
Kharina, Anastasia, Chris Malins, dan Stephanie Searle. 2016. White Paper: Biofuels
Policy in Indonesia: Overview and Status Report. International Council on Clean
Transportain: Washington DC.
http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.715.4202&rep=rep1&type=pdf
http://www.bappenas.go.id/files/ekps/2012/13.Kajian%20Evaluasi%20Pembangunan%20
Bidang%20Transportasi%20di%20Indonesia.pdf
http://www.lppm.itb.ac.id/wp-content/uploads/2011/03/OFYAR_Z_TAMINDIALOG_ENERGI.pdf
http://www.pwc.com/id/en/publications/assets/electricity-guide-2013.pdf
http://prokum.esdm.go.id/Publikasi/Outlook%20Energi%202014.pdf
https://www.worldenergy.org/wpcontent/uploads/2013/09/Complete_WER_2013_Survey.pdf

Anda mungkin juga menyukai