Anda di halaman 1dari 18

SPAM IKK Curio

RENCANA DETAIL
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM IKK CURIO
KABUPATEN ENREKANG
BAB I
UMUM
1.1

Rencana Induk SPAM

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 dinyatakan


ketentuan-ketentuan mengenai perencanaan dan pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum (SPAM) terkait dengan penyusunan Rencana Induk SPAM antara lain termuat dalam
pasal-pasal sebagai berikut.
Pasal 26
(1)
Perencanaan pengembangan SPAM meliputi penyusunan Rencana Induk, studi
kelayakan, dan/atau perancangan teknik terinci.
(2)
Rencana Induk pengembangan SPAM disusun dengan memperhatikan:
a.
rencana pengelolaan sumber daya air;
b.
rencana tata ruang wilayah;
c.
kebijakan dan strategi pengembangan SPAM;
d.
kondisi lingkungan, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat di daerah/
wilayah setempat dan sekitarnya; dan
e.
kondisi kota dan rencana pengembangannya.
(3)
Rencana Induk pengembangan SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun
oleh penyelenggara pengembangan SPAM.
(4)
Sebelum ditetapkan, hasil Rencana Induk pengembangan SPAM sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) wajib disosialisasikan melalui konsultasi publik untuk
menjaring masukan dan tanggapan masyarakat di wilayah layanan dan masyarakat
yang diperkirakan terkena dampak.
(5)
Rencana Induk pengembangan SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
ditetapkan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.
(6)
Rencana Induk pengembangan SPAM yang cakupan wilayah layanannya bersifat
lintas kabupaten/kota ditetapkan oleh pemerintah provinsi setelah berkoordinasi
dengan daerah kabupaten/kota terkait.
(7)
Rencana Induk pengembangan SPAM yang bersifat lintas provinsi ditetapkan oleh
Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri terkait, pemerintah provinsi, dan/atau
kabupaten/kota.
(8)
Rencana Induk pengembangan SPAM yang telah ditetapkan harus diikuti izin prinsip
hak guna air sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-undangan.
Pasal 27
Rencana Induk pengembangan SPAM paling sedikit memuat aspek-aspek seperti dibawah ini.
a.
rencana umum;
b.
rencana jaringan;
c.
program dan kegiatan pengembangan;
d.
kriteria dan standar pelayanan;
e.
rencana alokasi air baku;
f.
keterpaduan dengan PS Sanitasi;
g.
indikasi pembiayaan dan pola investasi; serta
h.
rencana pengembangan kelembagaan.
1

SPAM IKK Curio

Pasal 30
(1)
Kegiatan penyusunan Rencana Induk, studi kelayakan dan perencanaan teknis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, Pasal 28, dan Pasal 29 dapat dilaksanakan
sendiri oleh penyelenggara atau penyedia jasa perencanaan konstruksi yang ditunjuk.
Untuk lebih memahami ketentuan-ketentuan tentang perencanaan dan pengembangan SPAM
secara menyeluruh mencakup Rencana Induk, Studi Kelayakan, dan Perencanaan Teknis,
maka Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005, telah dijadikan
pedoman dan rujukan dalam penyusunan Rencana Induk dan Perencanaan Detail Sistem
Penyediaan Air Minum Kabupaten Enrekang.
Kabupaten Enrekang telah memiliki Rencana Induk SPAM Kabupaten Enrekang maupun
Rencana Induk SPAM Kota Enrekang. Kedua sumber informasi tersebut dijadikan sebagai
rujukan dalam Perencanaan Detail SPAM IKK Curio ini.
1.2

Fokus Pengembangan SPAM

PDAM Kabupaten Enrekang telah meningkatkan pelayanan air minum khususnya pada saat
ini (2008-2010) difokuskan untuk melayani kebutuhan masyarakat di 4 Ibukota Kecamatan
(IKK) Kabupaten Enrekang dan pengembangan SPAM Kota Enrekang sebagai Ibu Kota
Kabupaten Enrekang. Untuk itu PDAM Kabupaten Enrekang telah dan akan terus
merealisasikan pembangunan dan pengembangan sistem penyediaan air minum pada wilayah
tersebut yang mencakup sistem intake dan transmisi air baku, Instalasi pengolahan Air (IPA),
sistem transmisi air minum, sistem reservoir dan distribusinya.
Dalam hal ini, sistem penyediaan air minum akan dikembangkan untuk 4 IKK dan Kota
Enrekang. Untuk SPAM 4 IKK meliputi Kecamatan Baraka, Kecamatan Malua, Kecamatan
Anggeraja, dan Kecamatan Alla. Air baku telah disetujui alokasinya oleh Dirjen Sumberdaya
Air sebesar kurang lebih 100 Liter per detik untuk mensuplai sistem IPA yang kapasitasnya
sekitar 70-100 Liter per detik, sesuai dengan proyeksi kebutuhan air pada 4 Kota Kecamatan
tersebut. Sedangkan untuk Kota Enrekang akan memanfaatkan sumber air baku Sumullung
dengan alokasi kapasitas sekitar 40-50 L/s. Selain SPAM pada 4 IKK tersebut diatas dan
SPAM Kota Enrekang, Kabupaten Enrekang juga telah mengembangkan SPAM untuk IKK
Maiwa dengan kapasitas sekitar 5-10 L/s.
Pada kegiatan pekerjaan detail sistem penyediaan air minum IKK Curio, pengembangan
sumber air baku akan memanfaatkan Sungai Sitodong Malanying, dengan cara
mengembangkan sistem intake sederhana yang dapat menangkap sumber air yang
kapasitasnya sangat berlimpah dibandingkan dengan kapasitas pengambilan air baku yang
diperlukan. Debit pengambilan air baku diperkirakan sekitar 10-20 L/s guna memenuhi
kebutuhan air IKK Curio yang pada dasarnya jumlah penduduknya relatif sedikit, yaitu sekitar
15.000 jiwa.
PDAM Kabupaten Enrekang akan memperhatikan pengembangan dan pembangunan sistem
penyediaan air minumnya secara terpadu (integrated), secara menyeluruh (comprehensive),
tahap demi tahap sesuai dengan kebutuhan, untuk menjangkau sasaran baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Dengan demikian setiap pengembangan dan pembangunan
komponen sistem penyediaan air minumnya, PDAM Kabupaten Enrekang selalu
mengetengahkan konsep-konsep yang optimal, tidak saja untuk mengejar kebutuhan jangka
pendek akan tetapi sekaligus terintegrasi dengan konsep pengembangan jangka panjangnya.
2

SPAM IKK Curio

1.3

Maksud dan Tujuan

Pekerjaan Perencanaan Detail Sistem Penyediaan Air Minum IKK Curio ini disusun dengan
maksud untuk mengembangkan dan pembangunan SPAM IKK Curio secara sederhana
mengingat air baku yang akan dimanfaatkan memiliki kualitas sangat memadahi untuk air
minum dan kebutuhan air minum yang diperlukan untuk IKK Curio relatif masih sedikit
sebanding dengan jumlah penduduk yang akan dilayaninya, yaitu kurang lebih 15-20 L/s.
Sementara itu, kapasitas air baku relatif besar dibandingkan dengan kebutuhan air untuk
SPAM. Secara Visual tampak kapasitas air baku yang tersedia lebih dari 1000 L/s pada musim
kemarau berdasarkan pengamatan di lapangan pada saat survei.
Atas daar pertimbangan-pertimbangan diatas, maka rencana detail SPAM IKK Curio akan
terdiri dari komponen-komponen sistem sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
5.

Sistem Pengambilan Air Baku (Intake)


Sistem Transmisi
Sistem Pelepas Tekanan
Sistem Reservoir
Sistem Distribusi

SPAM IKK Curio

BAB II
DISKRIPSI KONDISI DAERAH
2.1

Pendahuluan

Pada dasarnya kajian kondisi daerah akan dibatasi untuk areal administratif daerah studi, yaitu
wilayah yang harus dilayani kebutuhan air minumnya. Namun demikian tidak tertutup
kemungkinan ada suatu areal diluar daerah studi yang potensial untuk mendapatkan pelayanan
air minum, misalnya, wilayah yang secara administratif berada diluar daerah studi akan tetapi
secara geografis telah menjadi satu kesatuan dalam kegiatan kota.
Diskripsi kondisi daerah studi mencakup semua elemen sosio-ekonomi dan budaya dari
daerah studi guna memperkirakan aspek dan prospek kebutuhan air minum daerah tersebut.
Beberapa aspek kondisi daerah studi akan dikaji antara lain mencakup elemen-elemen
dibawah ini.

Identifikasi Wilayah dan Daerah


Geoklimatografi dan Topografi
Demografi dan Ketatakotaan
Sosio-ekonomi dan Budaya
Sistem Penyediaan Air Minum
Rencana Umum Tata Ruang

Beberapa studi terdahulu telah dilaksanakan dalam rangka pengembangan dan pembangunan
sistem penyediaan air minum di wilayah Kabupaten Enrekang. Beberapa informasi yang
relevan dengan penyusunan Rencana Induk SPAM dirujuk kembali dibawah ini yang

SPAM IKK Curio

merupakan ringkasan dari hasil studi-studi terdahulu. Informasi tersebut akan dijadikan
sebagai masukan dalam perencanaan detail SPAM IKK Curio.
2.2

Geografi, Geologi dan Sosio-Ekonomi Daerah

Enrekang adalah salah satu kabupaten dari 28 kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi
Selatan. Kabupaten ini terletak dibahagian utara propinsi sulawesi selatan dengan wilayah
seluas 1.786,01 km2, terbagi dalam 9 kecamatan dan 111 desa. Kota Enrekang dapat dicapai
melalui perjalanan darat dari Kota Makassar dengan jarak kurang lebih 235 km melewati Kota
Pare-pare. Perjalanan darat tersebut dengan menggunakan taksi kira-kira memerlukan waktu
sekitar 3.5 sampai dengan 4-5 jam non-stop.
Penyebaran populasi penduduk di 11 Kecamatan digambarkan dalam Tabel dibawah ini.
Jumlah populasi total Kabupaten Enrekang pada tahun 2007 adalah 185.527 jiwa dengan
jumlah populasi terbesar pada Kecamatan Alla, kemudian Kecamatan Enrekang dan
Kecamatan Anggeraja. Jumlah populasi penduduk yang terendah berturut-turut adalah
Kecamatan Bungin, Kecamatan Malua, dan Kecamatan Cendana.

SPAM IKK Curio

Peta Lokasi Kota Enrekang Sulawesi Selatan

SPAM IKK Curio

Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan

SPAM IKK Curio


Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Enrekang, 2002-2004
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kecamatan

2002

MAIWA
BUNGIN
ENREKANG
CENDANA
BARAKA
ANGGERAJA
MALUA
ALLA
CURIO
Jumlah

2003

2004

KK (2005)

21,351
3,908
27,614
8,035
31,303
22,689
7,034
39,581
13,249

21,975
3,985
28,467
8,180
31,395
22,742
8,034
40,403
13,477

22,503
4,103
29,116
8,415
31,885
23,204
8,230
41,475
13,967

4,911
849
1,822
5,850
6,877
4,855
1,870
8,511
2,975

174,764

178,658

182,898

38,520

Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Enrekang, 2001-2007


Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007

Populasi (jiwa)
169,203
174,764
178,658
182,898
182,058
183,923
185,527

KK
35,231
35,654
36,815
37,602
37,955
38,755
39,093

Kepadatan

Penghuni/KK

95
98
100
102
102
103
104

4.8
4.9
4.9
4.9
4.8
4.7
4.7

sumber: Kabupaten Enrekang dalam Angka 2007/2008

Kabupaten Enrekang dengan luas wilayah 1.786,01 km2 mempunyai jumlah penduduk pada
akhir tahun 2003 sebesar 178.658 jiwa yang terdiri dari 90.341 laki-laki dan 88.317
perempuan. Tingkat rasio sex di Kabupaten Enrekang adalah 102.29%. Selama 6 tahun
terakhir yaitu dari 1997-2003 rata-rata laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Enrekang
relatif besar yaitu 2.22%. Jumlah rumah tangga yang berada di Kabupaten Enrekang adalah
36.815 KK dengan rata-rata jumlah anggota keluarga sekitar 5 orang. Populasi penduduk
tersebut tersebar tidak merata di setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Enrekang, dimana
kepadatan penduduk rata-rata sebesar 100 jiwa/km2 dengan kepadatan penduduk terbesar di
Kecamatan Alla sebesar 280 jiwa/km2 dan kepadatan penduduk terkecil di Kecamatan Bungin
sebesar 17 jiwa/km2.
Kabupaten Enrekang memiliki iklim tropis dengan rata-rata curah hujan sekitar 1.608,75
mm/tahun, dan hari hujan rata-rata 112,5 hari/tahun. Bulan Nopember sampai Maret
merupakan musim hujan, dan musim kemarau antara bulan Mei sampai Oktober. Temperatur
udara pada dataran tinggi rata-rata (5-8) oC dan pada dataran rendah mencapai (18-32) oC.
Ibukota Kabupaten adalah Kota Enrekang dengan pusat kegiatan perekonomian berada di
Kecamatan Alla dimana Pasar Sudu merupakan tempat aktivitas transaksi perdagangan hasil
bumi dan lain-lainnya yang dikenal sampai diluar daerah Kabupaten Enrekang. Pasar ini
terletak sekitar 38 km arah utara kota Enrekang.

SPAM IKK Curio

Kabupaten Enrekang berada pada posisi 03o1436 - 30o5000 Bujur Timur dan 119o4053 120o0633 Lintang Selatan. Secara administrasi disebelah Utara berbatasan dengan
Kabupaten Tana Toraja, sebelah Timur dengan Kabupaten Luwu, sebelah Selatan berbatasan
dengan Kabupaten Sidrap dan sebelah Barat dengan Kabupaten Pinrang.
Kabupaten Enrekang sebagian besar berada pada ketinggian 47 hingga 3.329 m diatas
permukaan laut, terbagi dalam 2 wilayah yaitu wilayah berbukit dan bergunung dan dataran
rendah yang mempunyai luasan relatif kecil dibandingkan dengan wilayah berbukit dan
gunung. Lahan berbukit terbentang hampir merata pada wilayah kabupaten. Dataran rendah
terletak pada bagian tengah di sebagian Kecamatan Enrekang, Kecamatan Cendana, dan
Kecamatan Maiwa. Sedangkan wilayah tertinggi berada di Kecamatan Baraka dan Kecamatan
Maiwa dengan tata guna lahan sebagian besar hutan dan kebun campuran.
Berdasarkan peta kelerengan, Kabupaten Enrekang didominasi oleh kelas lereng antara 1540%. Kemudian disusul kelas lereng antara > 40%, kelas lereng < 2% dan luas daerah terkecil
didominasi oleh kelas lereng antara 2-15% yang terdapat di sebagian Kecamatan Enrekang,
Maiwa dan dan Cendana.
Pada daerah-daerah yang rendah didominasi oleh jenis tanah Alluvial, penggunaan lahan pada
daerah semacam ini antara lain untuk sawah, perikanan, tegalan dan kampung. Pada daerah
yang agak tinggi (bergelombang, berbukit dan bergunung) ditemukan jenis tanah regosol
kelabu kekelabuan, brown forest soil, medeterian coklat kelabu dan jenis tanah podsolik,
penggunaan tanah pada daerah ini antara lain sawah (khususnya sawah tadah hujan/mata air),
kebun/tegalan, perkampungan dan hutan. Dari beberapa jenis lanah ini mempunyai tingkat
produktifitas yang bervariasi.
Berdasarkan peta geologi regional, Kabupaten Enrekang terdiri dari 4 satuan geomorfologi,
yaitu morfologi dataran bergelombang, morfologi perbukitan, morfologi kras dan morfologi
pegunungan. Berdasarkan tatanan stratigrafi bahwa Kabupaten Enrekang terdapat 11 satuan
batuan penyusun, yaitu formasi Latimojong, Formasi Toraja, Rumbia, Napal, Batugamping
Cakke, Napal dan Batugamping Maiwa, Batupasir, Aliran Lava, Batugamping terumbu,
Konglomerat dan endapan aluvial sungai.
2.3

Potensi Sumberdaya Alam dan Mineral

Berdasarkan hasil penelitian dan pemetaan yang telah dilakukan selama ini, maka dapat
diketahui potensi sumberdaya alam dan mineral sebagaimana diringkaskan seperti berikut.
Secara umum Kabupaten Enrekang mempunyai potensi sumber daya alam dan sumber daya
manusia yang cukup besar, dimana pengembangan potensi ini diperlukan penanganan yang
cermat dan tepat untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Hasil studi yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang tentang
kekayaan alam dan sumber mineral di wilayah Kabupaten ini dapat diringkaskan sebagai
berikut.
1. Minyak bumi dan batubara merupakan hasil proses reaksi fisika-kimiawi dari
dekomposisi dan konversi ataupun formasi fosil yang terdapat dalam lapisan bumi.
Indikasi adanya minyak diketahui berdasarkan adanya rembesan (seepages) di
daerah Membura dan Garege di Kecamatan Enrekang dan Batukede Kecamatan
Alla. Penyebaran potensi sumber minyak bumi ini diperkirakan berada di sekitar
9

SPAM IKK Curio

daerah Batunoni dan Kotu Kecamatan Anggeraja, Banti Kecamatan Baraka, Baroko
Kecamatan Alla, Matajang Kecamatan Maiwa dan Leon Kecamatan Enrekang.
2. Emas dan Perak dijumpai dalam bentuk urat dan hamburan berupa endapan primer
dan endapan sekunder terdapat sebagai endapan letakan dalam sedimen. Penyebaran
di wilayah aliran Sungai Malua Kecamatan Malua dan Kecamatan Curio, Sungai
Dolok, Sungai Barani Kecamatan Alla, Sungai Pasui dan Sungai Baraka Kecamatan
Baraka, Sungai Cendana dan Desa Pinang Kecamatan Cendana, juga dijumpai gejala
mineralisasi logam mulia berupa urat dan hamburan di Sungai Malua.
3. Logam dasar yang merupakan kelompok mineral logam-logam Non Ferrous yang
sering berasosiasi dengan logam mulia ditemukan dalam bentuk Tembaga (Cu),
Timah Hitam (Pb), dan Zeng (Zn). Penyebaran mineral tersebut di wilayah aliran
Sungai Malua Kecamatan Malua dan Kecamatan Curio, Sungai Dolok, Sungai
Barani dan S.ungai Mataallo kecamatan Alla, Sungai Pasui dan Sungai Baraka
Kecamatan Baraka.
4. Batu setengah mulia dijumpai pula di wilayah Kabupaten Enrekang dalam bentuk
Kristal Kuarsa, Jesper, Kalsedon dan Opal dengan warna putih, ungu, merah dan
hijau. Penyebaran sumberdaya alam ini di wilayah Kaluppang, Walawala Kecamatan
Maiwa, daerah Parombean Kecamatan Curio, Daerah Lunjen dan Rumbo Kecamatan
Baraka.
5. Marmer yang merupakan hasil metamorfosa batu gamping ditemukan dengan
wilayah penyebaran di Kampung Pasui, Liang Bai, Asaan Kecamatan Baraka
(berwarna hitam) wilayah penyebaran Desa Pekalobean, Kampung Lura, Desa
Bambapuang (Buttu Lagisan), sedangkan pada wilayah penyebaran Kecamatan
Anggeraja ditemukan berwarna Kuning Gading, Coklat Muda dan Putih.
6. Pasir Kwarsa merupakan hasil pelapukan mekanis dari batuan Granit, Granodiorit
Pegmatif yang banyak mengandung mineral kwarsa, bahan galian ini terdapat pada
batuan formasi Toraja. Penyebaran terdapat di wilayah Kampung Lumbaja dan
daerah Pana Kecamatan Alla.
7. Shale yang merupakan bahan pembuatan cat atau bahan pewarna perabot rumah
tangga ditemukan penyebarannya di wilayah Kampung Tirowali, desa Parinding
Kecamatan Baraka.
8. Kaolin merupakan mineral yang berasal dari pelapukan batuan metamorf yang
banyak mengandung mineral feldsfars, museovit dan kwarsa. Bahan ini umumnya
untuk industri keramik, pembuatan bata tahan api, pemutih kertas, industri tekstil,
cat, kimia obat-obatan, karet dan industri pupuk. Penyebaran mineral ini di wilayah
Dusun Pendokesan, Buntu Rambuan Kecamatan Baraka dan wilayah Tuara
Kecamatan Enrekang.
9. Batu Gamping berdasarkan atas teksturnya dan komponen penyusunnya, banyak
mengandung fosil dan dari kenampakan morfologisnya yang berbentuk karst,
disimpulkan bahwa, batu gamping ini terbentuk secara biokimia yang terendapkan
pada lingkungan laut dangkal. Kegunaan mineral ini untuk bahan baku semen
portland, bahan flix pada proses peleburan, pengolahan air, pembuatan senyawa
alkali, industri kertas, industri gula, industri gelas, pupuk pertanian, agregat untuk
jalan, kapur tohor, bodi keramik dan pondasi. Penyebaran di wilayah Buttu Londelonde, Simauran, Lakawan, Paladang, Tanduk Batu, Mamulu, Dusun Manggugu,
Buttu Saong, Surakan Mararin dan Kampung Saruran.
10. Lempung atau sering disebut tanah liat adalah endapan alam yang menyerupai tanah
yang sebahagian besar terdiri atas silika aluminium yang hidrous, bersifat plastis
basah, keras dan kaku, bila kering serta vitrous bila dipanaskan pada suhu tinggi.
Lempung dijumpai berwarna ungu dan coklat tua. Penyebaran di wilayah Kampung
Pakkodi, Sungai Kalama Kecamatan Maiwa, Desa Bungin Kecamatan Bungin, Desa
10

SPAM IKK Curio

Taulan, Desa Papi, Kecamatan Enrekang, Desa Baroko Kecamatan Alla, Desa
Tirowali, Desa Banti, Desa Salukanan Dusun Balombong, Matarin, Gandeng, Dante
Koa, Salongge, Bone-bone, Pendokesan, Latimojong, Dusun Angin-angin, Buntu
dea Kecamatan Baraka. Desa Malua, Buttu Lamba, Parandean, Dante, Bassaran,
Serren Kecamatan Malua.
11. Andesit Terbentuk sebagai hasil pembekuan magma, berwarna abu-abu, kompak,
porpiritik, plagioklas, dominan dengan sebaran pada daerah morfologi perbukitan
Kegunaan mineral ini adalah sebagai bahan konstruksi bangunan dan untuk agregat
jalan raya. Penyebaran di wilayah Buttu Batu Lotong, Leon , Lebani dan Loka.
12. Konglomerat Merupakan endapan yang terdiri adri fragmen, matriks dan semen
yang telah mengalami pemadatan, material penyusunnya dari rombakan batuan yang
lebih tua yang terendapkan pada lingkungan transisi. Kegunaan bahan ini sebagai
material bangunan dan lapis perkerasan jalan. Penyebaran di wilayah Kampung
Bamba hingga Malauwe, Kecamatan Enrekang.
13. Tufa Merupakan batuan firoklstik yang disusun oleh material hasil gunung api yang
banyak mengandung debu vulkanik dan mineral gelas, dengan warna putih
kekuningan, abu-abu dan kuning kecoklatan Kegunaan sebagai tanah timbunan.
Penyebaran pada wilayah Kampung Kabere Desa Taulan, Kecamatan Cendana.
14. Batu Kali Merupakan endapan sungai aktif (endapan Alluvium) dengan penyebaran
pada wilayah Sungai Malua Desa Tallung Ura, Kecamatan Curio, Sungai Pasui Desa
Pasui Kecamatan Baraka, Sungai Baba Kecamatan Cendana, Sungai Sadang
Kampung Penja Kecamatan Enrekang.
15. Pasir Kerikil merupakan endapan sungai yang belum terkonsolidasi terdiri dari pasir
dan batu, materialnya berasal dari hasil rombakan batuan yang lebih tua yang
tertransportasi yang terendapkan disepanjang sungai. Penyebaran pada wilayah
Sungai Sadang Kecamatan Enrekang dan Kecamatan Maiwa, Sungai Malua
Kecamatan Curio, Kecamatan Malua dan Kecamatan Baraka, Sungai Mataallo
Kecamatan Alla, Sungai Pasui Kecamatan Baraka, Sungai Bulucendrana dan Sungai
Salodua Kecamatan Maiwa.
Situasi wilayah Kabupaten Enrekang yang berbukit-bukit dan bergunung dengan batuanbatuan mineral yang merupakan ciri khas wilayah Kabupaten ini dapat divisualisasikan dalam
gambar diawah ini.
2.4

Sumberdaya Air Baku

Beberapa sungai besar dan kecil di Kabupaten Enrekang merupakan potensi sumberdaya air
baku yang bisa dimanfaatkan. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh PT. Pradita Raya
Sejahtera, potensi air baku di Kabupaten Enrekang termasuk cukup besar jika dilihat dari hasil
perhitungan debit andalan pada 4 titik lokasi, yaitu sungai Pasui, Tapong, Malua dan Sungai
Tabang. Potensi besaran kapasitas tersebut dikaitkan dengan prediksi keperluan air untuk
berbagai kebutuhan antara lain air minum penduduk, pemeliharaan sungai, peternakan,
perikanan, industri dan areal irigasi. Belum lagi sungai-sungai besar yaitu Sungai Mataallo
dan Sungai Sadang, potensi mata air, potensi air bawah permukaan dan lain-lain. Potensi air
ini sebaiknya dimanfaatkan dengan jalan pengembangan sumberdaya air, dan diperlukan
beberapa sarana dan prasarana pendukung seperti waduk, bendung, dan sebagainya. Hal ini
perlu diperhatikan karena potensi air ini selalu akan mengalami perubahan akibat aktifitas
alam maupun manusia yang dimasa-masa mendatang cenderung memberikan dampak
penurunan kualitas dan kuantitas sumberdaya air baku tersebut.

11

SPAM IKK Curio

Gambar Situasi Perbukitan Wilayah Kabupaten Enrekang

Gambar Situasi Perbukitan Wilayah Kabupaten Enrekang


12

SPAM IKK Curio

Pada dasarnya peta potensi sumberdaya air baku di wiayah Kabupaten Enrekang tercermin
oleh empat-lima sungai besar, yaitu Sungai Mataallo, Sungai Malua, Sungai Pasui, Sungai
Tabang, Sungai Tapong. Di Kota Enrekang Sungai Mataallo, bergabung menjadi satu dengan
Sungai Sadang. Sungai Pasui dan Sungai Malua merupakan anak Sungai Mataallo.
Analisis Hubungan H-Q yang dilakukan oleh PT. Pradita Raya Sejahtera menunjukkan
formula prediksi debit Sungai Pasui dan Sungai Mataallo sebagai berikut.
Sungai Pasui:

Q = 9,726 * H ^ 1.050

Sungai Mataallo:

Q = 23,173 * H ^ 3.006

Dalam hal ini,

Q = debit sungai (m3/detik)


H = kedalam rata-rata air sungai
Kedalaman air sungai tercatatat dalam data pengamatan tersebut untuk
Sungai Pasui sekitar 0.10 meter sedangkan Sungai Mataallo sekitar
0.50 meter. Kedalaman air maksimum Sungai Pasui (banjir) adalah
sekitar 0.75 meter sedangkan Kedalaman air maksimum Sungai
Mataallo (banjir) adalah sekitar 1.75 meter.

Berdasarkan formula diatas dan data pengamatan kedalaman air sungai terendah maka
diprediksikan debit aliran Sungai terendah pada stasiun pengamatan Sungai Pasui di Baraka
kurang lebih 866.83 Liter per detik sedangkan Sungai Mataallo debit aliran sungai terendah
kurang lebih 2884.60 Liter per detik. Debit andalan untuk Sungai Pasui diperkirakan sekitar
607,04 Liter per detik yang ummnya terjadi pada bulan September.
Pada saat terjadinya banjir, debit maksimum Sungai Pasui diperkirakan sekitar 7,190.33 Liter
per detik sedangkan debit maksimum Sungai Mataallo diperkirakan sekitar 124,610.5 Liter
per detik.

13

SPAM IKK Curio

Dari gambaran perkiraan debit minimum di musim kemarau dan debit maksimum di musim
hujan (banjir) seperti diatas, tampak bahwa Kedua Sungai tersebut memiliki fluktuasi debit air
sungai yang sangat besar. Hal ini menunjukkan bahwa pada daerah hulu sungai atau pada
wilayah aliran sungai baik Sungai Pasui maupun Sungai Mataallo dapat dikatakan sudah
banyak mengalami perubahan sehingga wilayah aliran sungai tersebut tidak lagi mampu
menjaga fluktuasi debit aliran sungai sebagaimana seharusnya pada sungai-sungai alami.
Fluktuasi debit aliran sungai yang begitu besar akan diikuti dengan fluktuasi kualitas air yang
juga besar pada saat musim kemarau dan musim hujan. Pada musim hujan air akan memiliki
kekeruhan sangat tinggi dan pada saat musim kemarau kekeruhan air sungai akan cenderung
sangat rendah.
Pada elevasi sekitar 800 meter diatas muka laut tampak bahwa Sungai Pasui masih terjaga
wilayah aliran sungainya, sehingga kekeruhan air Sungai Pasui tampak masih sangat rendah
kurang lebih sekitar 10 NTU, bahkan pada saat musim kemarau kekeruhan air berkisar
dibawah 5 NTU (Nephelo Turbidity Unit), sebagaimana diilustrasikan dalam foto dibawah ini.

Sungai Pasui pada Elevasi sekitar 800 meter diatas muka laut

14

SPAM IKK Curio

Sungai Pasui pada Elevasi sekitar 500 meter diatas muka laut
Sementara itu pada elevasi sekitar 500 meter diatas muka laut tampak bahwa Sungai Pasui
pada musim hujan terlihat sudah keruh yang mengindikasikan sudah terjadi erosi pada
wilayah aliran sungainya. Kekeruhan air Sungai Pasui tampak relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan yang tampak pada gambar sebelumnya.
Keberadaan hutan yang cukup luas di wilayah Kabupaten Enrekang perlu dijaga
kelestariannya dan fungsinya sehingga dapat menjamin langgengnya sumberdaya air dan
menjaga kemungkinan tidak terjadinya kerusakan tanah maupun bahaya lainnya yang lebih
parah seperti banjir atau pendangkalan akibat erosi.
Beberapa alternatif usulan pengembangan air baku di Kabupaten Enrekang telah diungkapkan
dalam studi-studi sebelumnya antara lain adalah pengembangan mata air, pengembangan
pembangkit tenaga listrik mikrohidro, pengembangan dan peningkatan bendung, dan jaringan
irigasi, pengembangan reservoir waduk berupa embung dan sebagainya.
Untuk Sungai Pasui diharapkan dapat memenuhi kebutuhan air domestik dan non domestik,
pemeliharaan sungai, ternak, perikanan, industri dan areal irigasi seluas 71,46 Ha. Sedangkan
Sungai Malua diharapkan dapat memenuhi kebutuhan air domestik dan non domestik,
pemeliharaan sungai, ternak, perikanan, industri dan areal irigasi seluas 100,46 Ha. Pada
periode tertentu kapasitas aliran Sungai Malua tidak mencukupi seluruh kebutuhan diatas,
misalnya hanya mencukupi untuk keperluan kebutuhan air minum penduduk, sehingga masih
harus dicarikan alternatif lainnya dengan pengembangan waduk atau tandon air baku maupun
sumber-sumber lainnya.

15

SPAM IKK Curio

Pemanfaatan Sungai Tapong saat ini adalah untuk irigasi seluas 216,92 Ha, sedangkan Sungai
Tabang untuk areal irigasi seluas 3.350,28 Ha. Pemanfaatan lainnya adalah untuk pemenuhan
kebutuhan air minum penduduk, pemeliharaan sungai, peternakan atau industri.
Air Baku yang potensial untuk pengembangan SPAM Kota Enrekang dalam jangka pendek
dan menengah telah dilakukan pemetaannya, yaitu Sumber Air Sumullung, yang dalam hal ini
telah dimanfaatkan sebagian debitnya untuk PLTA Mikrohidro. Sisa debit air baku yang
diukur pada saat survei kurang lebih 60-70 L/s dimana sisa debit tersebut akan dimanfaatkan
untuk sumber air baku SPAM Kota Enrekang sekitar 40-50 L/s.

Sumber Air Baku Sumullung, Jernih, Kapasitas Sisa PLTA 60-70 L/s
16

SPAM IKK Curio

Sementara itu untuk kebutuhan air minum IKK Curio tersedia beberapa sumber air baku,
namum dalam peninjauan lapangan sumber air baku yang memiliki kapasitas dan kualitas
sangat memadahi dengan jarak sumber ke daerah pelayanan relatif terjangkau adalah Sumber
Air Sungai Sitodong Malanying.

Sumber Air Baku Sungai Sitodong Malanying


Sumber Air Baku Sitodong Malanying ini berjarak kurang lebih 15 km ke Pusat IKK Curio
dan akan dimanfaatkan untuk sistem penyediaan air minum IKK tersebut dan bahkan sampai
pada IKK lainnya (Sudu) yang sangat potensial mengingat lokasi dan posisi geografis Kota
Sudu memungkinkan dilayani secara grafitasi dari SPAM IKK Curio ini.
Rencana pengembangan SPAM IKK Curio secara skematis disajikan dalam Gambar dibawah
ini, yang terdiri dari komponen-komponen sistem sebagai berikut.

Sistem Intake Sitodong Malanying


Sistem Pipa Transmisi
Sistem Bak Pelepas Tekan (Break Pressure Tank)
Sistem Reservoir Air
Pipa Distribusi (Taping) Masyarakat

Sumber air baku Sungai Sitodong Malanying terletak pada elevasi sekitar +1200 m diatas
permukaan laut, sedangkan IKK Curio terletak pada elevasi sekitar 600 m diatas permukaan
laut. Pipa transmisi air baku akan menggunakan pipa bertekanan tinggi guna mencapai
pengaliran secara gravitasi sampai pada areal pelayanan terjauh, misalnya, Kota Sudu dan
17

SPAM IKK Curio

Desa Pebaloran-Maliba. Dari Titik Taping pipa transmisi bertekanan tinggi akan dilakukan
taping masuk kedalam reservoir sebelum air tersebut didistribusikan ke masyarakan melalui
pipa retikulasi.

18

Anda mungkin juga menyukai