) MELALUI
TEKNIK KULTUR JARINGAN
Cultivation of Papaya (Carica pepaya) as Medicine Plant with Plant Tissue Isolation
Method
Alkindi Ramadhani1)/(E34130066)
1)
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
ABSTRAK
Pemanfaatan tanaman sebagai bahan baku obat kerap dilakukan hingga saat ini.
Mengingat kebutuhan dalam pembuatan tanaman dibutuhkan dengan jumlah yang
banyak, maka perlu diadakan perbanyakan tanaman secara cepat dan ekonomis. Salah
satu teknik yang dapat digunakan yaitu teknik kultur jaringan. Salah satu tumbuhan yang
dapat diperbanyak dengan teknik kultur jaringan yaitu Pepaya. Buah pepaya berkhasiat
dalam berbagai macam jenis penyakit pada tubuh manusia, diantaranya yaitu sebagai
tanaman pangan yang sehat. Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan kultur
jaringan antara lain pinset, pisau, petridish, dan biji buah pepaya. Pengamatan hasil kultur
jaringan dilakukan dalam interval waktu 3 hari selama 2 minggu. Pada pengamatan
ketiga, didapatkan hasil bahwa eksplan biji pepaya mengalami kontaminan. Kontaminan
yang terjadi disebabkan keadaan lingkungan yang kurang steril, kesalahan praktikan
dalam pengerjaan proses kuljar, atau kurangnya kebersihan di tempat pembuatan kultur
jaringan.
Kata kunci : Inisiasi, Kultur jaringan, Kontaminan, Pepaya, Sterilisasi
PENDAHULUAN
Pepaya adalah salah satu jenis buah-buahan yang digemari masyarakat, baik buah
yang masih muda, mengkal, maupun yang masak. Buah pepaya mengandung berbagai
vitamin yang bermanfaat bagi kesehatan. Buah pepaya dapat dikonsumsi langsung
sebagai buah segar atau dibuat berbagai jenis sajian, seperti rujak, jus, minuman
penyegar, campuran agar-agar, dibuat selai, atau manisan. Buah pepaya muda sering
dibuat acar atau disayur. Di Jawa, bunga pepaya diolah menjadi manisan dan daun muda
direbus kemudian dikonsumsi sebagai lalapan. Di beberapa negara, biji pepaya digunakan
sebagai obat peluruh cacing dan digunakan secara positif untuk menggugurkan
kandungan (Verheij dan Coronel 1997).
Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman obat sebagai
salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan tentang tanaman
obat berdasar pada pengalaman dan ketrampilan yang secara turun temurun telah
diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Penggunaan obat tradisional secara
umum dinilai lebih aman dari pada penggunaan obat modern. Hal ini disebabkan karena
obat tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit dari pada obat modern.
Penggunaan tanaman sebagai bahan baku obat tradisional membuat kebutuhan
suatu tanaman meningkat pesat. Hal tersebut menyatakan bahwa perlu dilakukan suatu
teknik agar tidak terjadi kekurangan penyediaan pada tanaman yang berfungsi sebagai
bahan baku obat tradisional. Salah satu teknik perbanyakan tanaman yang dapat
digunakan yaitu teknik kultur jaringan. Kultur jaringan tanaman adalah suatu teknik
isolasi bagian-bagian tanaman, seperti jaringan, organ ataupun embrio, lalu dikultur
dalam medium buatan yang steril sehingga bagian-bagian tanaman tersebut mampu
beregenarasi dan berdiferensiasi menjadi tanaman lengkap. Tahapan didalam teknik
kultur jaringan melipui pembuatan media, inisiasi, sterilisasi, multipiklasi, pengakaran,
dan aklimatisasi (Zulkarnain 2009). Teknik kultur jaringan mampu menghasilkan bibit
yang bermutu, seragam, sifatnya identik dengan induknya, masa non produktif lebih
singkat dan produktivitasnya lebih tinggi (Toruan-Mathius 2006).
METODE
Pelaksanaan praktikum Kultur Jaringan dilakukan di Laboratorium Kultur
Jaringan Konservasi Tumbuhan Obat Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Waktu dilakukan praktikum
yaitu hari Kamis, tanggal 20 Oktober 2016. Selanjutnya pengamatan dilakukan pada hari
Senin, 24 Oktober 2016, Jumat 27 Oktober 2016 dan Selasa 1 November 2016.
Pengamatan dilakukan dengan melihat kondisi media tanaman dan tanaman kultur
jaringan.
Alat yang digunakan dalam melakukan kultur jaringan yaitu, jas laboraturium,
masker, gunting, botol selai, plastik, karet gelang, alat Laminar Air Flow Cabinet
(LAFC), autoklaf, oven, timbangan analitik, PH-indikator, botol kultur, gelas ukur,
sendok kimia, gelas piala, cawan petri, pinset, pisau bedah, lampu spirtus, hand sprayer,
pipet, serta alat pemanas dan pengaduk (hot plate and magnetic stirrer). Sedangkan
bahan yang digunakan yaitu eksplan pucuk Nilam (Pogostemon cablin), bakterisida,
fungisida, deterjen, alkohol, aquades, betadine, air steril, sabun cair, agar, gula, larutan
stock A (NH4NO3), larutan stock B (KNO3), larutan stock C (KH2PO4, H3BO3,
NaMoO4, COCl2, 6H2O, Kl), larutan stock D (CaCl 2H2O), larutan stock E (MgSO4
7H2O, MnSO4, 4H2O, ZnSO4 7H2O, CuSO4 7H2O), larutan stock F (Na Edta, Fe SO4,
H2O), Vitamin (Thiamin HCL, Asam nicotin, pyridoksin HCL), Myo-Inositol, iodine dan
chlorox.
Praktikum kultur jaringan dibagi menjadi tiga tahapan yaitu; sterilisasi dan
pembuatan media, inisiasi/ isolasi, serta inkubasi. Tahapan sterilisasi diawali dengan
pengambilan eksplan tumbuhan yang akan dikultur yaitu batang nilam yang masih muda
(pucuk). Sterilisasi kemudian dilakukan dengan mencuci eksplan dengan deterjen,
fungisida, dan bakterisida. Pencucian dilakukan selama 5 menit setiap bahan pencuci
dengan melakukan pembilasan sebelum masuk ke pencuci selanjutnya. Tahapan
pembuatan media dilakukan dengan mencampurkan larutan stock A sampai F, vitamin,
Myo-Inositol, serbuk agar-agar, dan gula pasir dalam satu gelas piala (1 liter) kemudian
letakkan diatas pemanas serta pengaduk sampai mendidih. Setelah campuran larutan
mendidih letakkan ke dalam botol kultur setinggi 1-2 cm kemudian dinginkan sampai
larutan mengeras. Proses pembuatan media dilakukan pada botol kultur yang sebelumnya
telah disterilkan dengan menggunakan autoklaf. Tahapan setelah sterilisasi adalah
tahapan inisiasi (penanaman). Inisiasi dilakukan dengan melakukan penanaman pada
media dalam botol kultur yang sebelumnya telah disediakan. Penanaman dilakukan di
laminar airflow dengan sebelumnya merendam eksplan yang telah disterilisasi pada
alkohol 96% (3 menit), larutan chlorox 15% (3 menit), 10% (3 menit), 5% (3 menit), dan
aquades (6 menit). Eksplan yang telah direndam pada beberapa cairan tersebut kemudian
dipotong pada cawan petri yang sebelumnya telah diberi betadin di dalamnya.
Pemotongan dilakukan dengan menggunakan pisau bedah dan alat bantu pinset yang
sebelum menyentuh eksplan harus dibakar terlebih dahulu untuk menjaga keadaan agar
tetap steril. Hasil potongan eksplan tersebut kemudian dimasukkan dalam botol kultur
menggunakan pinset dalam keadaan tegak dengan didekatkan pada sumber api dari
spirtus agar tetap steril. Eksplan yang sudah tertanam di botol kultur kemudian harus
segera ditutup dengan plastik dan direkatkan dengan karet untuk mencegah eksplan
terkontaminasi oleh jamur maupun bakteri. Tahapan terakhir yaitu inkubasi yaitu tahapan
yang dilakukan dengan meletakkan botol kuljar yang telah terisi eksplan di ruangan
tertentu dengan suhu dan pencahayaan yang telah diatur untuk proses
pembentukkan/pertumbuhan bagian lain dari ekplan yang telah ditanam.Pengambilan data
kultur jaringan dengan cara pengamatan langsung ke laboratorium kultur jaringan setiap
interval waktu 3 hari. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan dikaitkan
dengan pustaka yang berhubungan.
Tidak
2
Jumat, 27
Oktober 2016
Tidak
Steril, tidak
menunjukan
tanda apapun
Botol terlihat
sedikit putih
karena uap,
namun tidak
menunjukan
kontaminasi
(bakteri atau
jamur)
Tidak
Steril, tidak
menunjukan
tanda apapun
Steril, tidak
menunjukan
tanda apapun
Tidak
3
Selasa, 1
November
2016
Ya
Adanya lendir di
sekitar eksplan
pada media
tanam dalam
botol
Tidak
Steril, tidak
menunjukan
tanda apapun,
3. Penyebab Kontaminasi
Kontaminasi yang terjadi pada eksplan yaitu kontaminan oleh jamur. Kontaminan
jamur ditandai munculnya lendir putih berbentuk seperti benang (hifa) yang mengelilingi
eksplan. Lendir putih tersebut biasanya merupakan cendawan. Kontaminasi akibat jamur
cendawan biasa terjadi karena udara yang masuk dan bereaksi pada bagian tanaman yang
menyebabkan tumbuhnya lendir pada bagian tanaman (Hutami 2001). Eksplan yang akan
ditanam pada media tanam harus steril, bebas dari mikroorganisme kontaminan. Tahap
sterilisasi sering kali menjadi kendala utama keberhasilan budidaya tanaman melalui
kultur jaringan. Hal ini berkaitan dengan iklim tropis yang memungkinkan adanya
kontaminan seperti cendawan dan bakteri terus tumbuh. Adapun hal lain yang
menyebabkan kontaminan jamur, seperti pada saat menutup botol eksplan yang kurang
tertutup atau tidak berada pada jangkauan udara dalam laminar.
KESIMPULAN
Bududaya perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan memiliki tiga tahap
yaitu; sterilisasi dan pembuatan media, inisiasi/ isolasi, serta inkubasi. Tahapan sterilisasi
dilakukan dengan pengambilan eksplan tumbuhan yang akan dilakukan kultur jaringan,
yakni biji pepaya. Inisiasi dilakukan dengan penanaman pada media tanam dalam botol
eksplan. Sterilisasi dilakukan dengan mencuci eksplan menggunakan deterjen, fungisida,
dan bakterisida. Tahap Inkubasi yaitu tahapan yang dilakukan dengan meletakkan botol
kuljar yang telah terisi eksplan di ruangan tertentu dengan suhu dan pencahayaan yang
telah diatur. Hasil kultur jaringan pada eksplan 1 mengalami kontam pada pengamatan
ketiga, hal tersebut dikarenakan terjadi kontaminan jamur akibat cendawan. Hal ini
desebabkan karena berbagai faktor yakni kondisi lingkungan yang tidak steril. Adapun
karena adanya udara yang masuk, sehingga menyebabkan udara bereaksi dengan biji
pepaya dan merangsang cendawan untuk tumbuh di sekitar biji pepaya pada media tanam.
DAFTAR PUSTAKA
Verheij E W M. l997. Proses Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2. Buah-buahan yang
dapat dimakan. Jakarta (ID): Gramedia.
Toruan-Mathius N. 2006. Teknik sambung mikro in vitro kina Cinchona succirubra
dengan C. ledgeriana. Jakarta (ID): Bumi Aksara
Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman; Solusi Perbanyakan Tanaman Budi Daya.
Jakarta (ID): Bumi Aksara
Lestari, E.G. 2008. Kultur Jaringan. Jakarta (ID) : AkaDemia
Santoso dan Nursandi. 2003. Kultur Jaringan Tanaman Secara In-vitro. Yogyakarta (ID)
: Kanisius.
Hutami S. 2001. Regeneration of papaya (Carica papaya L.) through somatic
embryogenesis. Proc of the 2nd. [Skripsi] : Indonesian Biotechnlogy
Conference. Indonesian Biotechnology Concortium.