Pembimbing:
Dr.Joko Heru Santosa Sp.M
DISUSUN OLEH:
Jessica
(406148039)
I.IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny.M
Jenis Kelamin
: Perempuan
Usia
: 81 tahun
Alamat
: Mijen Demak
Pekerjaan
: tidak bekerja
Pendidikan
: tidak bersekolah
Status Perkawinan
: Menikah
Suku bangsa
: Jawa
Agama
: Islam
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis dengan pasien dilakukan pada tanggal 21 Desember 2016
Keluhan Utama
Riwayat Penyakit Sekarang :. Pasien datang ke Poli mata RSUD Kudus untuk kontrol karena
obatnya habis. Pasien telah menjalani operasi katarak pada kedua matanya, yaitu pada mata
kanannya bulan April 2015 dan kemudian mata kirinya dioperasi pada bulan Mei 2015. Pada
saat ini pasien hanya merasakan matanya silau dan gatal serta pandangan kedua mata agak kabur.
Pasien rutin menggunakan obat tetes mata timolol 0,5% sejak bulan Juni 2015 dan rutin ke
dokter.Saat ini keluhannya sudah dirasakan membaik Nyeri pada mata dan kepala,
mual/muntah, dan melihat pelangi (halo) di sekitar lampu disangkal oleh pasien...Pasien
menyangkal adanya penyakit mata lain ataupun penyakit sistemik.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat DM (-)
Riwayat DM (-)
130/80 mmHg
Nadi
75 x / menit
Suhu
Afebris
Pernafasan
17 x / menit
Keadaan Umum
Baik
Kesadaran
Compos mentis
Status Gizi
Cukup
B. STATUS OFTALMOLOGI
Gambar:
OD
OS
OCULI DEXTRA(OD)
6/9
Tidak dikoreksi
Gerak bola mata normal,
PEMERIKSAAN
Visus
Koreksi
OCULI SINISTRA(OS)
6/7,5
Tidak dikoreksi
Gerak bola mata normal,
enoftalmus (-),
Bulbus okuli
enoftalmus (-),
eksoftalmus (-),
eksoftalmus (-),
strabismus (-)
Edema (-), hiperemis(-),
strabismus (-)
Edema (-), hiperemis(-),
blefarospasme (-),
Palpebra
blefarospasme (-),
lagoftalmus (-),
lagoftalmus (-)
ektropion (-),
ektropion (-),
entropion (-)
Edema (-),
entropion (-)
Edema (-),
Konjungtiva
infiltrat (-),
infiltrat (-),
hiperemis (-)
hiperemis (-)
Putih
Jernih
Sklera
Putih
Jernih
edema (-),
Kornea
edema (-),
sikatriks (-)
Camera Oculi
Anterior
(COA)
Kripta(N), atrofi (-)
coklat, edema(-),
coklat, edema(-),
synekia (-)
Iris
Regular, sentral
synekia (-)
Regular, sentral
Diameter 2mm,
Pupil
Diameter 2mm,
Lensa
inflamasi,letak di tengah
Papil batas tegas, CDR
Retina
inflamasi,letak di tengah
Papil batas tegas, CDR
0,5,AVR: 2:3, perdarahan (-),
eksudat(-),
eksudat (-),
sikatrik(-),neovaskularisasi(-)
Positif cemerlang (+)
N
Lakrimasi (-)
Fundus Refleks
TIO
Sistem Lakrimasi
sikatriks(-),neovaskularisasi(-)
Positif cemerlang(+)
N
Lakrimasi(-)
IV. RESUME
Subjektif: telah diperiksa seorng wanita
Objektif:
OCULI DEXTRA(OD)
6/9
IOL jernih,tidak ada reaksi
PEMERIKSAAN
Visus
Lensa
inflamasi,letak di tengah
OCULI SINISTRA(OS)
6/7,5
IOL jernih,tidak
ada reaksi
inflamasi,letak di
Retina
tengah
Papil batas tegas,
CDR 0,5,AVR: 2:3,
perdarahan (-),
eksudat (-),
sikatriks(-),neovas
kularisasi(-)
V. DIAGNOSA BANDING
-Konjungtivitis alergi
-glaukoma sekunder sudut terbuka akut
- glaukoma sekunder sudut terbuka kronis
-glaukoma sekunder sudut tertutup kronis
VI. DIAGNOSA KERJA
ODS Pseudofakia + dry eye syndrome+ glaucoma
VII. DASAR DIAGNOSIS
Anamnesa : -Pasien telah menjalani operasi katarak pada kedua matanya yaitu pada bulan
April 2015 pada mata kanannya dan kemudian mata kirinya dioperasi pada bulan Mei
2015.
-Pasien mengeluh matanya silau,gatal,dan penglihatannya sedikit kabur
- Pasien menggunakan obat Timolol 0,5 % sejak bulan Juni 2015
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik diperoleh VOD 6/9 sedangkan VOS 6/7,5 dan tidak
dilakukan koreksi
VIII. TERAPI
Medikamentosa
-
IX. PROGNOSIS
Quo Ad Visam:
Quo Ad Sanam
Quo Ad Kosmetikam
Quo Ad Vitam
OKULI SINISTRA(OS)
bonam
:
bonam
:
bonam
:
bonam
bonam
bonam
bonam
bonam
TINJAUAN PUSTAKA
GLAUKOMA
A. DEFINISI
Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik didapat yang ditandai oleh
pencekungan (cupping) diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang; biasanya
disertai peningkatan tekanan intraokular (Vaughan, 2009). Glaukoma berasal dari kata
yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut
pada pupil penderita glaukoma (Ilyas, 2009).
B. KLASIFIKASI
Klasifikasi glaukoma berdasarkan etiologi:
a. Glaukoma primer
i. Glaukoma sudut terbuka
1. Glaukoma sudut terbuka primer (glaukoma sudut terbuka kronik,
glaukoma simpleks kronik)
2. Glaukoma tekanan normal (glaukoma tekanan rendah)
ii. Glaukoma sudut tertutup
1. Akut
2. Subakut
3. Kronik
4. Iris plateau
b. Glaukoma kongenital
i. Glaukoma kongenital primer
ii. Glaukoma yang berkaitan dengan kelainan perkembangan mata lain
1. Sindrom-sindrom pembelahan bilik mata depan
2. Aniridia
iii. Glaukoma yang berkaitan dengan kelainan perkembangan ekstraokular
c. Glaukoma sekunder
i. Glaukoma pigmentasi
ii. Sindrom eksfoliasi
iii. Akibat kelainan lensa (fakogenik)
iv. Akibat kelainan traktus uvea
v. Sindrom iridokorneoendotelial (ICE)
vi. Trauma
vii. Pascaoperasi
viii. Glaukoma neovaskular
ix. Peningkatan tekanan vena episklera
x. Akibat steroid
d. Glaukoma absolut
Hasil akhir dari semua glaukoma yang tidak terkontrol adalah mata yang keras,
tidak dapat melihat, dan sering nyeri.
Klasifikasi glaukoma berdasarkan mekanisme peningkatan tekanan intraokular
a. Glaukoma sudut terbuka
Membran pratrabekular
Kelainan trabekular
Kelainan pascatrabekular
Pendesakan sudut
(Vaughan, 2009)
C. PATOFISIOLOGI
Sudut bilik mata dibentuk dari jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada
keadaan fisiologis pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Berdekatan
dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schlemm,sclera spur, garis
Schwalbe dan jonjot iris. Dalam keadaan normal, humor aqueus dihasilkan di bilik
posterior oleh badan siliar, lalu melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian keluar
dari bola mata melalui trabekula meshwork ke canalis schlemm.
Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah gangguan
aliran keluar humor akueus akibat kelainan sistem drainase sudut kamera anterior
(glaukoma sudut terbuka) atau gangguan akses humor akueus ke sistem drainase
(glaukoma sudut tertutup).
Pada glaukoma sudut terbuka kelainan terjadi pada jaringan trabekular, sedangkan
sudut bilik mata terbuka lebar. Jadi tekanan intra okuler meningkat karena adanya
hambatan outflow humor akuos akibat kelainan pada jaringan trabekular.
Pada glaukoma sudut tertutup, jaringan trabekular normal sedangkan tekanan
intraokuler meningkat karena obstruksi mekanik akibat penyempitan sudut bilik mata,
sehingga outflow humor akuos terhambat saat menjangkau jalinan trabekular. Keadaan
seperti ini sering terjadi pada sudut bilik mata yan sempit (tertutup).
(Wijana, 1993)
Sakit kepala
Penglihatan kabur
c. Stadium kronis
Gejala : sakit kepala hebat sebelah pada mata yang sakit, kadang disertai
mual muntah, mata merah, penglihatan kabur, melihat hallo
Tanda : terdapat sinekia closure persisten, injeksi silier, edema kornea,
COA dangkal, Tyndall effect (+), pupil melebar/lonjong, reflek pupil (-),
TIO sangat tinggi
d. Absolut
Gejala dan tanda : penglihatan buta (visus = 0), sakit kepala, mata merah,
TIO sangat tinggi, kesakitan
e. Degenerative
Gejala dan tanda : visus = 0, degenerasi kornea ( bullae,vesikel), mata
perih sekali, TIO tinggi tanpa rasa sakit.
E. DIAGNOSIS
1. Funduskopi.
Untuk melihat gambaran dan menilai keadaan bagian dalam bola mata terutama saraf
optik.
2. Tonometri.
Pemeriksaan untuk mengukur tekanan bola mata, baik dengan alat kontak menyentuh
bola mata ) maupun non kontak.
3. Gonioskopi.
Adalah pemeriksaan untuk menilai keadaan sudut bilik mata, adakah hambatan
pengaliran humor aquos.
4. Perimetri.
Pemeriksaan lapang pandangan dengan komputer, untuk mendeteksi atau menilai
hilangnya lapang pandang akibat kerusakan saraf penglihatan. Pemeriksaan lengkap
ini hanya dilakukan pada penderita yang dicurigai menderita glaukoma saja.
5. Tes provokasi
a. Untuk glaukoma sudut terbuka
i. Tes minum air
Penderita disuruh berpuasa, tanpa pengobatan selama 24 jam. Kemudian
disuruh minum 1 L air dalam 5 menit. Lalu tekanan intraokuler diukur
setiap 15 menit selama 1,5 jam. Kenaikan tensi 8 mmHg atau lebih
dianggap mengidap glaukoma.
Orang sakit duduk di tempat gelap selama 1 jam, tak boleh tertidur. Di
tempat gelap ini terjadi midriasis, yang mengganggu aliran cairan bilik
mata ke trabekulum. Kenaikan tekanan lebih dari 10 mmHg pasti
patologis, sedang kenaikan 8 mmHg mencurigakan.
ii. Tes membaca
Penderita disuruh membaca huruf kecil pada jarak dekat selama 45 menit.
Kenaikan tensi 10-15 mmHg patologis.
iii. Tes midriasis
Dengan meneteskan midriatika seperti kokain 2%, homatropin 1% atau
neosynephrine 10%. Tensi diukur setiap jam selama 1 jam. Kenaikan 5
mmHg mencurigakan sedangkan 7 mmHg atau lebih pasti patologis.
Karena tes ini mengandung bahaya timbulnya glaukoma akut, sekarang
sudah banyak ditinggalkan.
iv. Tes bersujud (prone position test)
Penderita disuruh bersujud selama 1 jam. Kenaikan tensi 8-10 mmHg
menandakan mungkin ada sudut yang tertutup, yang perlu disusun dengan
gonioskopi. Dengan bersujud, lensa letaknya lebih ke depan mendorong
iris ke depan, menyebabkan sudut bilik depan menjadi sempit
(Wijana, 1993)
F. DIAGNOSA BANDING
Glaukoma primer sudut terbuka:
G. PENATALAKSANAAN
1. Terapi medikamentosa
Terapi ini tidak diberikan pada kasus yang sudah lanjut. Obat-obatan yang kerap
digunakan adalah:
a. Obat kolinergik (Parasimpatomimetik) kerja-langsung
Carbachol, Topikal
Sediaan: Larutan, 0,75%, 1,5%, 2,25%, dan 3%
Dosis: 1 tetes pada setiap mata, tiga atau empat kali sehari.
Carbachol kurang diabsorpsi melalui kornea dan umumnya dipakai
jika pilocarpine tidak efektif. Lama kerjanya 4-6 jam. Jika
benzalkonium chloride digunakan sebagai vehiculum, daya serap
carbachol sangat meningkat. Farmakodinamik carbachol juga
meliputi kerja tak langsung.
terjadi
toksisitas
sistemik
yang
serupa
dengan
echothiophate iodide.
yang
telah
memperngaruhi
ditoleransi
ukuran
pupil
maksimal.
atau
Obat
ketajaman
ini
tidak
penglihatan.
efek
yang
sebanding
dengan
timolol
dalam
pengobatan glaukoma.
adalah
penyekat-beta
nonselektif
dengan
efek
Acetazolamide (Diamox)
Sediaan dan dosis:
Oral: Tablet, 125 mg dan 250 mg; berikan 125-250 mg, dua sampai
empat kali sehari (jangan melebihi 1 g dalam 24 jam). Kapsul
lepas-berkala, 500 mg; berikan 1 kapsul, satu atau dua kali sehari.
Parenteral: Dapat diberikan ampul 500 mg intramuskular atau
intravena untuk waktu singkat bila pasien tidak bisa menerima per
oral.
Methazolamide
Sediaan: Tablet, 25 mg dan 50 mg.
Dosis: 50-100 mg, dua atau tiga kali sehari (total tidak melebihi
600 mg/hari)
Dichlorphenamide (Daranide)
Sediaan: Tablet, 50 mg.
Dosis: Dosis awal 100-200 mg, diikuti 100 mg setiap 12 jam
sampai tercapai respon yang diinginkan. Dosis pemeliharaan
h. Analog Prostaglandin
Obat-obat ini tampaknya menurunkan tekanan intraokular dengan cara
meningkatkan aliran keluar humor akuous, terutama melalui jalur
uveosklera. Dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan obat-obat
glaukoma lain.
Latanoprost (Xalatan)
Sediaan: Larutan, 0,005%
Dosis: 1 tetes sehari.
Travoprost (Travatan)
Sediaan: Larutan, 0,004%
Bimatoprost (Lumigan)
Sediaan: Larutan, 0,03%
Dosis: 1 tetes sehari
j. Obat Osmotik
Obat-obat hiperosmotik dipakai untuk mengurangi tekanan intraokular
dengan membuat plasma jadi hipertonik terhadap humor akuous. Obatobat ini pada umumnya dipakai dalam penanganan glaukoma akut (sudut
Gliserin (Osmoglyn)
Sediaan dan dosis: Gliserin umumnya diberikan per oral dalam
larutan 50% dengan air, jus jeruk, atau larutan garam beraroma
dengan es (1 ml Gliserin beratnya 1,25 g). Dosisnya 1-1,5 g/kg.
Mulai dan lama kerja: Efek hipotensif maksimum dicapai dalam 1
jam dan bertahan 4-5 jam.
Toksisitas: Mual, muntah, dan sakit kepala kadang-kadang terjadi.
Pemberian per oral dan tiadanya efek diuretik adalah keuntungan
gliserin dibanding obat-obat hiperosmotik lain.
Isosorbide (Ismotic)
Sediaan: Larutan 45%
Dosis: 1,5 g/kg per oral
Mulai dan jam kerja: seperti gliserin
Berbeda dengan gliserin, isosorbide tidak menghasilkan kalori atau
menaikkan kadar gula darah. Reaksi samping lainnya serupa
dengan reaksi gliserin. Setiap 220 ml isosorbide mengandung 4,6
meq natrium.
Mannitol (Osmitrol)
Sediaan: Larutan 5-25% untuk suntikan.
Dosis: 1,5-2 g/kg intravena, biasanya dengan kadar 20%.
Mulai dan lama kerja: Efek hipotensif maksimum terjadi dalam 1
jam dan bertahan 5-6 jam.
Masalah overload kardiovaskular dan edema paru lebih sering
pada obat ini karena besarnya volume cairan yang dibutuhkan.
Urea (Ureaphil)
Sediaan: Larutan 30% lyophilized urea dalam gula invert.
Dosis: 1-1,5 g/kg per intravena
Mulai dan lama kerja: Efek hipotensi maksimum terjadi dalam 1
jam dan bertahan 5-6 jam.
Terapi bedah
Trabekuloplasti jika TIO tetap tidak bisa terkontrol dengan pengobatan
H.
PROGNOSIS
Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan glaukoma, pada kebanyakan
kasus glaukoma dapat dikendalikan. Glaukoma dapat dirawat dengan obat tetes mata,
tablet, operasi laser atau operasi mata. Menurunkan tekanan pada mata dapat mencegah
kerusakan penglihatan lebih lanjut. Oleh karena itu semakin dini deteksi glaukoma maka
akan semakin besar tingkat kesuksesan pencegahan kerusakan mata (Ilyas, 2009).
A. TINJAUAN PUSTAKA
Keratokonjunctivitis sika adalah keadaan keringnya permukaan kornea dan konjunctiva
akibat berkurangnya fungsi air mata. Kelainan kelainan ini terjadi pada penyakit yang
mengakibatkan:
1. Defisiensi komponen lemak air mata, misalnya : blefaritis menahun, distikiasis,
dan akibat pembedahan kelopak mata.
2. Defisiensi kelenjar air mata : sindrom Syogren, sindrom Riley Day, alakrimia
kongenital, aplasi kongenital saraf trigeminus, sarkoidosis, limfoma kelenjar air
mata, obat-obat diuretik, atropin, dan usia tua.
3. Defisiensi komponen musim : Benign ocular pempigoid
4. Akibat penguapan yang berlebihan seperti pada keratitis neuroparalitik, hidup di
gurun pasir, keratitis logaftalmus
5. karena parut pada kornea atau menghilannyamikrovili kornea
Pasien akan mengeluh gatal, mata seperti berpasir, dan penglihatan kabur. Mata akan
memberikan gejala sekrsi mukus yang berlebihan, sukar menggerakkan kelopak mata, mata
tampak kering dan terdapat erosi kornea. Konjunctiva bulbi edema, hiperemik menebal, dan
kusam. Kadang-kadang terdapat benag mukus kekuning-kuningan pada forniks konjunctiva
bagian bawah.
Pengobatan tergantung dari penyebabnya serta diberikan air mata buatan. Komplikasi
yang dapat terjadi adalah ulkus kornea, infeksi sekunder oleh bakteri, parut kornea, serta
neovaskularisasi kornea (Ilyas, Sidarta. 2008).
Patofisiologi
Permukaan mata dilapisi oeh tiga lapisan air mata yaitu lapisan lipid, akuos dan musin.
Ketiganya membentuk lapisan air mata yang stabil diantara kedipan mata. Lapisan air mata yang
stabil ini membuat mat terasa nyaman dan penglihatan jelas. Ketidakstabilan lapisan ini akan
membuat bercak kering dipermukaan mata yang menyebabkan sensasi rasa kering terasa seperti
berpasir dan kadang-kadang penglihatan menjadi kabur. Mata kering merupakan keadaan yang
sangat sering terjadi terutama pada usia lebih dari 40 tahun. Penyebab mata kering yaitu:
a. Kualitas air mata yang kurang baik
b. Masalah pada lapisan air mata
i. Lapisan minyak
Lapisan luar ini diproduksi oleh kelenjar meibom yang terdapat ditepi
kelopak mata. Lapisan ini berfungsi untuk mengurangi penguapan pada
lapisan dibawahnya. Jika lapisan minyak ini berkurang maka penguapan
lapisan akuous akan bertambah cepat. Masalah ini sering terjadi pada
orang-orang yang mengalami peradangan pada tepi kelopak mata, acne
dan beberapa kelainan kulit lainnya.
ii. Lapisan air / akuos
Merupakan lapisan paling tebal dan diproduksi oleh kelenjar air mata.
Lapisan
ini
berfungsi
untuk membersihkan
mata
dari
kotoran,
Obat tidur
Obat-obatan KB
Beberapa antidepresan
f. Lingkungan yang kering
Gejala mata kering semakin bertambah dengan adanya lingkungan yang
kering, panas matahari yang menyengat, dan pada daerah dengan ketinggian
tertentu. Demikian pula pada pekerja yang membutuhkan konsentrasi tinggi
seperti bekerja di depan komputer, menyetir, atau membaca akan menurunkan
jumlah kedipan sehingga penguapan air mata menjadi lebih banyak.
Air mata juga diproduksi sebagai respon refleks terhadap rangsangan baik trauma
ataupun rangsangan emosional. Akan tetapi, air mata yang muncul karena rangsangan reflek ini,
tidak banyak membantu dalam lubrikasi mata. Dari sini kita tahu bahwa, kadang orang dengan
mata yang nrocoh (watery eyes) tetap mengeluhkan iritasi pada matanya
Gejala dan keluhan mata kering biasanya mengenai kedua mata, antara lain :
-
Watery Eyes
Diagnosis
Diagnosis dan derajat mata kering dapat diperoleh dengan melakukan cara diagnostik berikut ini:
a. Tes Schirmer
Tes ini dilakukan dengan mengeringkan film air mata dan memasukkan strip schirmer
(kertas saring Whatman No.41) ke dalam cul-de-sac konjunctiva inferior pada batas
sepertiga tengah dan temporal dari palpebra inferior. Bagian basah yang terpapar diukur 5
menit setelah dimasukkan. Panjang bagian basah kurang dari 10 mm tanpa anestesi
dianggap abnormal.
Bila dilakukan tanpa anestesi, tes ini mengukur fungsi kelenjar lakrimal utama, yang
aktivitas sekresinya dirangsang oleh iritasi kertas saring tersebut. Tes Schirmer yang
dilakukan setelah anestesi topikal (tetracaine 0,5 %) mengukur fungsi kelenjar lakrimal
tambahan (pensekresi basa). Kurang dari 5 mm dalam 5 menit adalah abnormal.
Tes Schimer adalah tes saringan bagi penilaian produksi air mata. Hasil dari tes ini ada
false-positive dan false-negative. Hasil rendah kadang dijumpai pada orang normal dan
tes normal dijumpai pada mata kering terutama yang sekunder terhadap defisiensi
musin (Vaughan Daniel G., Asbury T. 2002).
Nilai normal
* Schirmer 1 tes
* Schirmer 2 tes
Nilai kritis
Schirmer 1 tes :
vm
Schirmer 2 tes :
Uji Schirmer merupakan hasil kuantitatif dengan dengan teknik yang kasar produksi otal air
mata. Berbagai uji lainnya akan mempersulit penilaian. Uji ini sulit dipercaya pada dry eye
yang ringan dan uji schirmer terutama dipakai untuk membedakan keadaan normal dan dry
eye berat. Pemeriksaan ini tidak mungkin membedakan sekresi basal dengan refleks air mata.
Diagnosis bandingnya sangat lebar dan etiologi sukar ditentukan dengan dasar gambaran
klinik. Uji Schirmer merupakan pemeriksaan yang cepat terutama bila hasil pembasahan
nyata (< 5 mm basah)
Teknik:
Pasien diperiksa dalam kamar dengan penerangan redup, atau tidak terlalu terang dan
tidak ada sinar langsung ke dalam ruangan.
Lipatan kertas filter diletakkan pada 1/3 lateral forniks inferior, dengan bagian lekukan 5
mm diletakkan di belakang kelopak.
Pasien diminta memfiksasi matanya pada titik di atas bidang horizontal selama 5 menit
Dilihat bagian filter yang basah sesudah 5 menit dan diukur dari bagian filter yang
dilipat.
Penilaian
Apabila filter basah 10 30 mm maka sekresi lakrimal normal atau ada pseudoepifora
Apabila basah lebih dari 30 mm, hal ini tidak ada arti, pasien ini pseudoepifora,
hipersekresi, atau normal
Apabila kurang dari 5 mm menunjukkan sekresi basal kurang (Ilyas, Sidarta. 2006).
Bintik-bintik kering terbentuk dalam film air mata sehingga memaparkan epitel kornea
atau konjunctiva. Proses ini pada akhirnya merusak sel-sel epitel yang dapat dipulas
dengan bengal rose. Sel-sel epitel yang rusak dilepaskan dari kornea, meninggalkan
daerah-daerah kecil yang dapat dipulas, bila permukaan kornea dibasahi fluorescein.
c. Tes Ferning Mata
Tei ini merupakan sebuah tes sederhana untuk meneliti mukus konjunctiva yang
dilakukan dengan mengeringkan kerokan konjunctiva di atas kaca objek bersih.
Arborisasi (ferning) mikroskopik terlihat pada mata normal. Pada pasien dengan
konjunctivitis yang meninggalkan parut (pemphigoid mata, SSJ, parut konjunciva difus),
arborisasi mukus menghilang atau berkurang.
d. Sitologi Impresi
Sitologi Impresi adalah cara menghitung densitas sel goblet pada permukaan konjunctiva.
Pada mata normal, populasi sel goblet paling tinggi di kuadran infra-nasal. Hilangnya sel
goblet ditemukan pada kasus keratokonjunctivitis sicca, trachoma, pemphigoid mata
sikatriks, sindrom Steven-Johnson, dan Avitaminosis A.
e. Pemulasan Fluorescein
Menyentuh konjunctiva dengan secarik kertas kering berfluorescein adalah indikator baik
untuk derajat basahnya mata, dan meniskus air mata mudah dilihat
f. Pemulasan Bengal Rose
Bengal rose lebih sensitif daripada fluorescein. Pewarna itu akan memulas semua sel
epitel non-vital yang mengering dari kornea dan konjunctiva.
g. Pengujian kadar lizozim air mata
Penurunan konsentrasi lisozim air mata umumnya terjadi pada awal perjalanan sindrom
Sjogren dan berguna untuk mendiagnosis penyakit ini. Air mata ditampung pada kerta
sSchirmer dan diuji kadarnya.
h. Osmolalitas air mata
Hiperosmolalitas air mata telah dilaporkan pada konjunctivitis sicca dan pemakai kontak
lensa serta dianggap akibat dari berkurangnya sensitivitas kornea. Tes ini merupakan tes
yang paling spesifik untu keratokonjunctivitis sicca.
i. Lactoferin
Lactoferin dalam cairan air mata akan rendah pada pasien dengan hiposekresi kelenjar
lakrimal (Vaughan Daniel G., Asbury T. 2002).
Pengobatan
Sindroma mata kering adalah kondisi penyakit yang kronis, yang tidak dapat
disembuhkan tapi dapat di atasi gejala-gejalanya (simptomatic treatment). Penanganan sindroma
ini sangat bergantung dari penyebab sindroma mata kering tersebut.
Apabila penyebabnya adalah lingkungan (iklim yang terlalu panas atau sangat dingin)
maka penanganannya adalah dengan menggunakan kaca mata hitam (sun glasses) terutama saat
berada di luar ruangan. Kaca mata hitam yang diperlukan adalah kacamata hitam dengan bentuk
yang cukup lebar dan menutupi daerah samping mata, sehingga penguapan air mata dapat
dihindari. Apabila berada dalam ruangan, maka air cleaner dan humidifier akan sangat
membantu menangani masalah ini.
Dokter mata akan memberikan tetes air mata buatan (artificial tears), yang berfungsi
untuk membantu mengurangi iritasi dan gejala-gejala yang timbul. Frekuensi pemakaian
artificial tears ini bergantung pada jenis dari artificial tears tersebut. Apabila artificial tears yang
dipakai adalah jenis yang non preservative atau tidak memakai bahan pengawet, maka bisa
diteteskan tiap 30 menit atau 1 jam. Apabila yang dipakai adalah jenis yang ada bahan
pengawetnya, maka penggunaanya cukup 4-6 kali sehari.
Pengguna lensa kontak yang mengalami sindroma mata kering, harus melepas lensa kontaknya
tiap kali memakai air mata buatan ini. Hal ini disebabkan tidak semua lensa kontak tahan
terhadap bahan-bahan di tetes air mata buatan ini. Paling tidak lensa kontak harus dilepas selama
15 menit. Apabila gejala mata keringnya tidak terlalu parah maka contact lens rewetting drops
cukup untuk membuat mata terasa nyaman tanpa perlu diberi tetes air mata buatan.
Suplemen nutrisi yang mengandung asam lemak esensial (linoleic and gamma-linolenic)
dikatakan dapat mengurangi gejala-gejala dari sindroma mata kering. Selain itu asam lemak
esensial dapat diperoleh dengan memakan ikan-ikan yang mengandung Omega 3 seperti:
Salmon, Herring, ikan Cod, Sardine dan Tuna (Zulkarnain, Rosalina. 2006).
Komplikasi
Sindroma mata kering ini tidak menimbulkan gangguan pada tajam penglihatan. Namun,
pada kasus yang sangat parah dapat menimbulkan kekeruhan pada kornea. Apabila ini terjadi,
tentu saja penglihatan akan terganggu. Tidak ada usaha pencegahan yang dapat dilakukan
mengingat sebagian besar penyebabnya adalah proses penuaan normal, namun apabila kita sudah
merasa memiliki salah satu gejala diatas, sebaiknya kita pergi ke dokter mata untuk kepastian
diagnosa dan mendapatkan penanganan yang tepat untuk menghindari komplikasi kekeruhan
pada kornea. (Zulkarnain, Rosalina. 2006)
Pada kasus yang berlanjut dapat terjadi erosi kornea, ulkus kornea, dan perforasi.
Terkadang ada infeksi sekunder. Terapi dini dapat mencegah komplikasi-komplikasi ini
(Vaughan Daniel G., Asbury T. 2002).