Anda di halaman 1dari 17

SPAM IKK Curio

BAB V
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
KABUPATEN ENREKANG
5.1

Rencana Umum

Sebagaimana telah ditekankan di bagian depan bahwa PDAM Kabupaten Enrekang akan
meningkatkan pelayanan air minum khususnya pada saat ini difokuskan untuk melayani
kebutuhan masyarakat di 4 Ibukota Kecamatan (IKK) Kabupaten Enrekang dan Kota
Enrekang. Untuk itu PDAM Kabupaten Enrekang akan merealisasikan pembangunan dan
pengembangan sistem penyediaan air minum pada wilayah tersebut sesegera mungkin dan
telah dimulai pada tahun anggaran 2007 dan seterusnya yang mencakup sistem intake dan
transmisi air baku, Instalasi Pengolahan Air (IPA), sistem transmisi air minum, sistem
reservoir dan distribusinya.
Pemda Kabupaten Enrekang berdasarkan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum telah
dan sedang menyiapkan kegiatan-kegiatan Pekerjaan Disain Rinci guna secepatnya
merealisasikan rencana pembangunan sistem penyediaan air minum di Kota Enrekang dan
SPAM di Kota-kota IKK. Kegiatan pekerjaan perencanaan detail SPAM ini ditujukan pada
pengembangan sistem penyediaan air minum IKK Curio.
Pengembangan SPAM IKK Curio akan memanfaatkan sumber air baku Sungai Sitodong
Malanying yang memiliki kualitas sangat baik dan kuantitas sangat memadahi untuk
memenuhi kebutuhan air minum IKK Curio.
Dengan konsep pengembangan sebagaimana diuraikan secara rinci dalam Rencana Induk
SPAM, PDAM dan Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang berharap bahwa pembangunan
sistem penyediaan air minum di wilayah ini dapat direalisasikan secara terpadu (integrated),
secara menyeluruh (comprehensive), tahap demi tahap sesuai dengan kebutuhan, untuk
menjangkau sasaran baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dengan demikian setiap
pengembangan dan pembangunan komponen sistem penyediaan air minumnya, PDAM
Kabupaten Enrekang selalu mengetengahkan konsep-konsep yang optimal, tidak saja untuk
mengejar kebutuhan jangka pendek akan tetapi sekaligus terintegrasi dengan konsep
pengembangan jangka panjangnya.
5.2

Prediksi Perkembangan Penduduk

Populasi penduduk merupakan faktor yang sangat relevan dalam memperkirakan kebutuhan
air minum, oleh sebab itu proyeksi perkembangan jumlah penduduk menjadi penting dalam
penyusunan Rencana Induk SPAM.
Guna memproyeksikan jumlah penduduk diperlukan data perkembangan penduduk sedapat
mungkin 5 tahun terakhir atau sekurang-kurangnya 4 tahun terakhir, yang dalam hal ini data
tersebut diperoleh dari Kantor Statistik setempat atau sumber data lainnya. Sebagaimana
disajikan dalam Tabel berikut ini, data perkembangan penduduk di Kabupaten Enrekang
diperoleh untuk 7 tahun terakhir, yaitu data populasi penduduk tahun 2001-2007.
Proyeksi penduduk sampai beberapa tahun mendatang dapat dipastikan selalu salah, akan
tetapi sampai pada tingkatan tertentu estimasi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai metode
untuk memperkirakan kebutuhan air dimasa mendatang. Karena itu dalam memprediksikan
perkembangan jumlah penduduk perlu digunakan metode yang secara statistik dapat
33

SPAM IKK Curio

dipertanggung-jawabkan keakuratannya. Tingkat keakuratan suatu metode proyeksi penduduk


dapat dilihat dari parameter koefisien korelasi dan koefisien determinasi dalam Analisis
Regresi.
Pada dasarnya, perkembangan jumlah penduduk memiliki 3 kemungkinan kecenderungan,
yaitu dalam bentuk linier, geometrik atau eksponensial, dan logaritmik. Pertumbuhan
penduduk disebut linier jika memiliki kecenderungan pertambahan yang relatif konstan,
disebut geometris atau eksponensial bilamana kecenderungan pertambahannya meningkat,
dan disebut logaritmis bilamana pertumbuhannya cenderung menurun dari tahun ke tahun.
Mengingat IKK Curio masih merupakan IKK dengan jumlah penduduk kurang dari 20.000
jiwa, maka dalam pekerjaan ini tidak akan dilakukan perhitungan proyeksi jumlah penduduk
secara tersendiri. Guna memberikan gambaran pertumbuhan jumlah penduduk di IKK
Kabupaten Enrekang, dibawah ini disajikan rujukan proyeksi pertumbuhan penduduk dan
prediksinya dari Kota Enrekang. Gambaran ini bukan dimaksudkan untuk merepresentasikan
proyeksi pertumbuhan penduduk IKK Curio melainkan sekedar untuk memberikan gambaran
dan ilustrasi mengenai proyeksi perkembangan jumlah penduduk di Kabupaten Enrekang.
Dalam Tabel dibawah ini diberikan hasil analisis regresi perkembangan penduduk Kota
Enrekang dimana bentuk kecenderungan antara satu dengan lainnya (linier, geometrik,
eksponensial, dan logaritmik) tidak terlihat secara signifikan. Hasil analisis regresi
perkembangan jumlah penduduk tersebut menunjukkan bahwa koefisien korelasi (r) dan atau
koefisien determinasi r2, baik untuk metode linier, logaritmik, eksponensial, maupun
geometrik, tidaklah jauh berbeda dimana masing-masing nilainya lebih besar dari 0.75.
Mengingat dalam proyeksi penduduk disyaratkan besaran koefisien korelasi dan koefisien
determinasi lebih besar daripada 0.75, maka dengan kata lain, ke empat metode tersebut
memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai metode proyeksi penduduk daerah ini dan
indikasinya memiliki akurasi yang tidak jauh berbeda apabila diaplikasikan.
Koefisien determinasi dari metode regresi atas hasil analisis pertumbuhan penduduk ini adalah
masing-masing 0.8172, 08175, 0.8111, dan 0.8109, untuk regresi linier, logaritmik, berganda
atau geometrik, dan eksponensial. Dalam penyusunan Rencana Induk ini akan digunakan
proyeksi penduduk metode eksponensial. Perbedaan hasil proyeksi penduduk pada tahun 2025
dengan metode logaritmik (terendah) dan metode eksponensial (tertinggi) tidaklah signifikan
yaitu masing-masing menunjukkan jumlah populasi penduduk sekitar 39.500 jiwa dan 41.900
jiwa. Proyeksi penduduk berdasarkan analisis regresi eksponensial ini mengindikasikan
perkembangan jumlah penduduk sekitar 1.25%, sementara itu angka pertumbuhan penduduk
rata-rata dari data 4 tahun data terakhir yang tersedia (1.95%).
5.3

Proyeksi Kebutuhan Air Minum

Kebutuhan Air Minum suatu kota biasanya diklasifikasikan berdasarkan jenis penggunaannya,
yang dalam hal ini klasifikasi yang umum adalah sebagai berikut.

Keperluan Rumah Tangga (Domestik)


Keperluan Komersial dan Industri
Keperluan Umum
Kehilangan Air (Unaccounted for Water)

34

SPAM IKK Curio


Analisis Regresi Pertumbuhan Penduduk Kota Enrekang
Tahun
2002
2003
2004
2007
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2020
2025
2035

Data
27,614
28,467
29,116
29,530

Linier

Pertumbuhan
1.95%
2
Koefisien Determinasi R

Logaritmik

Berganda

Eksponensial

30,800
31,200
31,500
31,900
32,200
32,600
32,900
33,300
33,600
34,300
36,100
39,600

30,800
31,200
31,500
31,900
32,200
32,600
32,900
33,300
33,600
34,300
36,000
39,500

30,900
31,300
31,700
32,000
32,400
32,800
33,200
33,600
34,000
34,900
37,100
41,800

30,900
31,300
31,700
32,100
32,400
32,800
33,200
33,700
34,100
34,900
37,100
41,900

1.08%
0.8172

1.07%
0.8175

1.22%
0.8111

1.25%
0.8109

Pertumbuhan Penduduk Kota Enrekang

45,000

Data

Jumlah Penduduk

Linier
Logaritmik

40,000

Berganda
Eksponensial
35,000

30,000

25,000
2000

2005

2010

2015

2020
Tahun

2025

2030

2035

2040

Dalam setiap kota di Indonesia pada umumnya keperluan air minum untuk domestik atau
rumah tangga merupakan komponen yang paling dominan, sedangkan untuk keperluan
lainnya merupakan komponen yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan keperluan rumah
tangga. Kehilangan air atau istilah yang sering dipopulerkan dalam komunitas sistem
penyediaan air minum sebagai Unaccounted for Water (UFW) atau Non-revenued for Water
(NRW) seringkali dipahami sebagai pengertian atau istilah yang membingungkan. Mengapa
35

SPAM IKK Curio

kehilangan air atau seringkali diartikan sebagai tingkat kebocoran air diklasifikasikan dalam
kebutuhan air sistem penyediaan air minum atau lebih tepatnya dialokasikan ?
Dalam hal ini kehilangan air dimaksudkan antara lain sejumlah air yang dibutuhkan untuk
keperluan instalasi misalnya dalam proses pencucian unit filter (backwashing), keperluan
untuk flushing, dan sebagainya. Dalam operasional sistem produksi air minum dikenal dengan
istilah in-plant water lossis. In-plant water lossis semacam ini tidak bisa dihilangkan tetapi
harus dibatasi maksimum 5%. Selain in-plant water lossis masih ada bentuk kehilangan air
lainnya misalnya kebocoran (leakage) pada jaringan pipa distribusi, dan sebagainya.
Jadi kehilangan air yang dimaksudkan atau dialokasikan dalam proyeksi kebutuhan air disini
adalah tidak semata-mata kebocoran air (leakage) akan tetapi termasuk pula air yang
diperlukan dalam operasional instalasi (productive uses).
Berdasarkan observasi kebutuhan air minum di beberapa kota di Indonesia, terlihat adanya
kecenderungan bahwa keperluan air minum kota baik untuk keperluan domestik, keperluan
komersial dan industri, maupun untuk keperluan umum adalah sebanding dengan jumlah
penduduk yang dilayaninya. Kecenderungan semacam ini tentu saja akan sangat
mempermudah didalam memprediksikan proyeksi kebutuhan air minum dimasa-masa
mendatang mengingat proyeksi perkembangan penduduk telah dapat diprediksikan dengan
metode yang relatif akurat. Dengan demikian, untuk memproyeksikan kebutuhan air minum
suatu kota dapat dilakukan atas dasar ekivalensi jumlah penduduk kota yang bersangkutan
(popualation equivalent).
Sebagai contoh, beberapa kota yang telah memiliki sistem penyediaan air minum
menunjukkan rasio kapasitas pelayanan 70-100 Sambungan Rumah (House Connections)
untuk setiap 1 L/s produksi sistem penyediaan air minumnya. Dengan tingkat hunian per
sambungan rumah antara 5-6 orang, maka ekivalen populasi kebutuhan air minum kota
tersebut adalah sekitar 150-250 L/orang/hari. Besaran angka ekivalensi populasi tersebut
umumnya ditemukan pada kota-kota di Indonesia bahkan di kota negara lainpun tidak berbeda
jauh dengan angka diatas.
Di Kota Enrekang, ekivalensi populasi juga tercermin pada besaran 150-200 L/orang/hari
yang dalam hal ini diindikasikan dengan rata-rata pemakaian air per bulan per pelanggan pada
kisaran 20-30 m3. Atas dasar angka-angka diatas, dapatlah diasumsikan dalam proyeksi
kebutuhan air di Kota Enrekang akan berkisar pada ekivalensi populasi 150-200
liter/orang/hari. Angka tersebut tampaknya cukup konservatif dan dapat diaplikasikan dalam
perhitungan proyeksi kebutuhan air minum Kabupaten Enrekang.
Proyeksi kebutuhan air minum yang didasarkan pada masing-masing klasifikasi
penggunaannya (domestik, komersial dan industri, keperluan umum maupun untuk alokasi
kehilangan air) akan relatif sulit karena komponen-komponen tersebut sangat sulit
diprediksikan dalam masa beberapa tahun mendatang. Dengan demikian, proyeksi kebutuhan
air berdasarkan ekivalen populasi penduduk merupakan metode yang paling praktis dan
sederhana, yang dalam hal ini parameter atau indikator proyeksi kebutuhan air minum dapat
ditetapkan relatif mudah atas dasar kondisi SPAM yang ada atau berdasarkan hasil studi pada
kota lainnya yang memiliki karakteristik serupa.

36

SPAM IKK Curio

5.4

Identifikasi Potensi Sumber Air Baku

Sumber air baku untuk SPAM mungkin berupa mata air, danau, air sungai, reservoir buatan
(bendungan), atau air tanah dalam (deep well). Evaluasi dan pemilihan sumber air baku yang
tepat harus didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan faktor dibawah ini.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Debit air baku yang diperlukan


Kualitas air baku dan fluktuasi perubahannya
Tingkat kesulitan dalam konstruksi bangunan intake
Biaya operasi dan perawatan yang minimal
Kemungkinan terjadinya pencemaran
Fleksibilitas terhadap peningkatan kapasitas pengambilan air baku
Jarak sumber air baku ke areal pelayanan
Potensi konflik dalam perspektif lokal, regional, dan antar wilayah

Untuk SPAM bagi komunitas permukiman kecil, air tanah dalam mungkin merupakan
alternatif yang perlu dipertimbangkan secara serius, karena memiliki potensi penghematan
investasi maupun biaya operasi dan perawatan SPAM yang signifikan. Keunggulan dari air
tanah dalam adalah kualitasnya yang relatif jauh lebih baik dibandingkan air permukaan (air
sungai, danau, atau reservoir buatan).
Air Permukaan

Komunitas yang berada dekat danau atau sungai bisa memanfaatkan sumber air baku
tersebut bilamana kuantitas yang tersedia cukup besar untuk memenuhi kebutuhan air
minum bagi komunitas yang bersangkutan.
Air sungai dengan debit relatif kecil dan fluktuatif sepanjang musim seringkali
memerlukan bangunan bendung untuk keperluan pengambilan air baku guna
memastikan kapasitas intake sesuai dengan kebutuhan.
Bilamana pada musim kering debit air sungai jauh lebih kecil dari debit air baku yang
diperlukan, biasanya dibangun reservoir buatan dengan volume sesuai kebutuhan guna
menampung air banjir pada saat musim hujan.
Teknik perhitungan volume reservoir dapat mengikuti metode Rippl yang merupakan
aplikasi kesetimbangan massa antara supply dan demand.

Air Tanah Dalam

Air tanah dalam memiliki keunggulan kualitas yang lebih baik daripada air permukaan
dan umumnya memerlukan investasi yang relatif lebih murah daripada air permukaan
untuk keperluan SPAM.
Bilamana kapasitas recharge air tanah dalam lebih besar daripada ekploitasinya, maka
kontinuitas air tanah dalam sebagai sumber air baku SPAM dapat terjamin.

Mata Air

Sebagaimana air tanah dalam, mata air memiliki keunggulan kualitas yang lebih baik
daripada air permukaan lainnya dan umumnya memerlukan investasi yang relatif lebih
murah daripada air permukaan untuk keperluan SPAM.
Kapasitas mata air berkisar antara beberapa liter per detik sampai ratusan liter per detik
tergantung luas wilayah penangkapannya (catchment area).
37

SPAM IKK Curio

Bagi mata air yang wilayah penangkapannya merupakan hutan lindung yang luas,
kapasitas mata air bisa mencapai ribuan liter per detik. Mata air seperti ini umumnya
memiliki kapasitas relatif konstan sepanjang tahun.

Perebutan atau kompetisi dalam pemanfaatan sumberdaya air, khususnya pada daerah yang
rawan kurang air, seringkali berakhir dengan konflik antar pemakai air tersebut. Sayangnya,
pemecahan konflik yang terjadi seringkali tidak bisa diselesaikan dengan peraturan
perundangan yang berlaku. Proyek-proyek berskala besar dan multi tujuan bisa menimbulkan
problem perubahan prioritas pemanfaatan sumberdaya air, perubahan hak atas sumberdaya air,
perubahan DAS (Daerah Aliran Sungai), problem antar kepentingan daerah, dan seterusnya.
Di beberapa daerah terutama di Pulau Jawa, kesempatan untuk mengembangkan sumberdaya
air sudah sangat terbatas. Tampaknya merupakan hal yang sangat mendesak, pemenuhan
kebutuhan air keperluan kota harus dengan cara menerapkan peraturan perundangan agar
supaya kota tersebut dapat berkembang baik.
Diluar Pulau Jawa keterbatasan air baku untuk pengembangan air minum juga dirasakan, tidak
saja dalam aspek kuantitatif pada musim kemarau tetapi seringkali dalam aspek kualitatif baik
pada musim hujan maupun musim kemarau. Pada musim hujan meskipun ketersediaan air
secara kuantitatif berlebihan namun merupakan problem tersendiri dengan kualitas air yang
melebihi ambang batas kriteria air baku dalam hal misalnya tingkat kekeruhan yang sangat
tinggi dimana air tersebut sulit dikendalikan dalam proses pengolahannya. Sebaliknya pada
musim kemarau, selain secara kuantitatif relatif terbatas kapasitas sediaan air bakunya juga
seringkali tingkat kekeruhan yang relatif rendah (jernih) menimbulkan persoalan dalam proses
pengolahannya karena kadangkala air baku tersebut mengandung zat organik yang relatif sulit
diatasi dengan proses pengolahan secara konvensional. Akibatnya, kondisi-kondisi semacam
itu menimbulkan persoalan dan konflik yang tidak dapat dihindari.
Beberapa bentuk hak atas pemanfaatan sumberdaya air barangkali dapat diilustrasikan seperti
contoh dibawah ini.
1.

2.

Pemilik sebidang lahan yang bersebelahan dengan sumberdaya air (air permukaan)
dapat memiliki hak atas pemanfaatan sumberdaya air tersebut. Pemilik lahan mungkin
boleh memiliki hak atas sumberdaya air tersebut untuk keperluan rumah tangga
(domestic use). Air untuk keperluan pengairan dan keperluan lain yang bersifat
komersial harus secara rasionil dipertimbangkan pemenuhan kebutuhannya dengan
memperhatikan kebutuhan bagi pihak-pihak lainnya. Prinsip yang serupa barangkali
bisa diterapkan pada kepemilikan hak atas sumberdaya air tanah-dalam.
Pihak yang paling dulu memanfaatkan sumberdaya air adalah pihak yang memiliki hak
atas sumberdaya air tersebut sebelum pihak lainnya dapat memanfaatkan sumberdaya
itu. Hak atas sumberdaya air semacam ini tidak memperhatikan posisi geografis dari
pemilik hak terhadap posisi sumberdaya yang dimanfaatkan. Akan tetapi hak
kepemilikannya harus dibatasi tidak melebihi dari kebutuhan yang diperlukan atau
harus memperhatikan kepentingan lainnya.

Telah disadari bahwa problem pemanfaatan dan pengembangan sumberdaya air baku bukan
disebabkan oleh keterbatasan teknologi, akan tetapi lebih sering disebabkan oleh adanya
konflik pengalokasian pemanfaatannya dan keterbatasan peraturan perundangan.
Pada dasarnya problem sumberdaya air baku harus dapat dipecahkan dengan sumberdaya
yang dimiliki meskipun sangat terbatas. Permasalahan yang dihadapi tidak seyogyanya justeru
38

SPAM IKK Curio

membawa kepada situasi yang lebih buruk dan menumpuk. Pelajaran dari pengalaman masa
lalu menunjukkan bahwa seringkali isu-isu permasalahan air baku telah tercetus jauh
sebelumnya, akan tetapi isu-isu tersebut tidak ditanggapi dengan alasan-alasan politis atau
alasan lainnya sampai akhirnya isu tersebut menjadi krisis yang sulit diatasi. Pemecahan
masalah yang telah menjadi krisis seringkali mengakibatkan resiko kerusakan sumberdaya
alam, kerusakan lingkungan dan kerusakan ekonomi nasional.
Perubahan-perubahan yang diperlukan untuk menerapkan pengelolaan sumberdaya air baku
yang bijaksana mungkin cukup sulit dan rumit dilaksanakan, akan tetapi alternatif lain
sepertinya tidak ada lagi. Kerumitan masalah sumber air baku dimasa mendatang kelihatannya
akan sangat tergantung pada kemampuan dan keberanian mengubah elemen-elemen
institusional yang selama ini sering menjadi kendala dan secara obyektif dan berani
membentuk suatu lembaga manajemen air baku yang baru. Dalam hal ini, reformasi yang
dilakukan tidak berarti harus meniadakan lembaga-lembaga lama secara total serta melupakan
pendekatan-pendekatan dan tatanan yang telah mapan dan baik.
Seiring dengan perkembangan zaman pada kurun waktu terakhir ini, telah terjadi perubahan
persepsi tentang sumberdaya air baku. Demikian pula dengan konservasi dan perlindungan
lingkungan, secara intensif dipromosikan dalam setiap proyek pembangunan. Apabila
momentum semacam ini akan menjadi fokus awal berfikir dan berkelanjutan, maka tidak
salah lagi apabila bentuk-bentuk kelembagaan baru dalam pengelolaan sumber air baku dan
sumberdayanya akan lahir dimasa mendatang ini.
Berdasarkan studi-studi yang telah dilakukan dan mengingat kondisi struktur geologi daerah
setempat, maka sumber air baku mata air, danau, air tanah sangatlah terbatas kapasitasnya
untuk dijadikan sebagai sumber air baku sistem penyediaan air minum. Satu-satunya sumber
air baku yang memiliki kapasitas relatif besar adalah berupa air permukaan (sungai), yang
posisinya tersebar disekitar wilayah daerah studi bahkan beberapa sungai melewati wilayah
administrasi kota Kota Enrekang sebagaimana dikaji dalam Rencana Induk SPAM, yaitu
Sungai Mataallo, dan Sungai Sadang.
Dalam hal ini, ada dua pendekatan yang dapat dikaji bilamana memanfaatkan sumber air baku
sungai-sungai tersebut.
1. Pertama, memanfaatkan semaksimal mungkin energi potensial yang ada untuk
mengalirkan air baku tersebut ke Kota secara gravitasi dengan cara menetapkan lokasi
pengambilan air baku pada elevasi yang cukup tinggi di bagian hulu sungai. Selain
penghematan energi pendekatan ini juga memberikan manfaat lainnya yaitu bisa
memperoleh kualitas air baku yang relatif baik atau bahkan telah memenuhi standar
kekeruhan yang ditetapkan dalam air minum (kekeruhan dibawah 5 NTU).
Kelemahannya adalah investasi yang diperlukan dalam pengadaan sistem transmisi
akan sangat mahal karena lokasi air baku jauh dari daerah pelayanan air minum yang
dikehendaki.
2. Kedua, memanfaatkan posisi sumber air baku sedekat mungkin dengan daerah
pelayanan dan mengalirkan air baku tersebut dengan menggunakan sistem
pemompaan. Opsi ini sangat tidak menguntungkan bilamana dikaitkan dengan elevasi
sumber air baku yang terletak jauh dibawah elevasi pusat kegiatan kota. Selain itu
kelemahan lainnya adalah terkait dengan kualitas air baku yang sudah mengalami
degradasi cukup berat sepanjang perjalanan dari hulu ke hilir dimana tingkat
kekeruhan relatif tinggi akibat erosi di wilayah alirannya.

39

SPAM IKK Curio

5.5

Konsep Pengembangan Sistem Pipa Transmisi

Berdasarkan kajian terhadap rencana pengembangan tahap awal dan situasi medan pada
wilayah pelayanan air minum, serta memperhatikan kaidah-kaidah teknis-ekonomis, maka
dapatlah dikemukakan beberapa faktor penting sebagai landasan dalam perencanaan rinci dan
pengembangan sistem pipa transmisi Sumber Air Sitodong Malanying sebagaimana diuraikan
secara ringkas dibawah ini.
1. Pengembangan sistem transmisi Sumber Air Sitodong Malanying dan
pengembangan sistem pipa transmisi air minum dan pengembangan sistem pipa
distribusinya ini harus memanfaatkan lahan yang tersedia secara optimal sesuai
dengan kondisi dan situasi medan, yang dalam hal ini kemudahan-kemudahan
pengangkutan material dan pemasangan pipa harus diperhatikan. Perencanaan
sistem transmisi dan distribusi harus mempertimbangkan keamanan selama
konstruksi maupun selama operasi. Perletakan pipa harus memperhatikan aspek
pemeliharaan yang diperlukan pada periode operasional.
2. Pemilihan diameter nominal pipa dan pemilihan material pipa akan merupakan
faktor yang sangat menentukan dalam perencanaan dan disain ditail sistem
transmisi dan distribusi yang dimaksud agar supaya sasaran dan tujuan jangka
menengah dan jangka panjang dapat dipenuhi.
3. Perencanaan dan disain ditail sistem transmisi dan distribusi tersebut harus dapat
direalisasikan implementasinya dalam periode yang singkat guna mencapai
percepatan pembangunan sistem penyediaan air minum Kabupaten Enrekang.
Realisasi implementasi yang singkat akan mendukung upaya-upaya Pemda
Kabupaten Enrekang dalam meningkatkan pelayanan dan pengembangan
pelanggan air minum sesuai dengan visi dan misi Pemda dan PDAM Kabupaten
Enrekang yang diembannya selama ini.
4. Beberapa alternatif sistem dikaji untuk mendapatkan pilihan yang secara
ekonomis dan finalsial lebih murah dapat dipertanggung jawabkan aspek teknis
maupun manajemennya dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Selain
biaya investasi yang lebih murah, harus diperhatikan pula aspek operasi dan
pemeliharaan dalam periode jangka panjang.
5.6

Konsep Pengembangan Sistem IPA dan Fasilitas Penunjang

Untuk mengembangkan suatu konsep sistem pengolahan air yang sistematis, maka dalam hal
ini diklasifikasikan sasaran-sasaran pengolahan sesuai dengan ukuran material-material yang
akan dipisahkan. Sebagai contoh, jika material yang akan dipisahkan berupa material
tersuspensi (suspended materials), maka sasaran pengolahan akan diklasifikasikan sebagai
pemisahan material tersuspensi (suspended-particulate removal), dst.
Mengingat air baku selalu terdiri dari material kasar, material tersuspensi, dan material
terlarut, maka rangkaian proses pengolahan air umumnya akan terdiri dari satuan operasi dan
satuan proses untuk memisahkan material kasar (gross particulate), material tersuspensi
(suspended particulate), dan material terlarut (dissolved material). Dengan pendekatan seperti
itu, rangkaian proses pengolahan air untuk air baku sungai umumnya akan terdiri dari unit
intake (screening), pre-sedimentasi, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan disinfeksi.
Rangkaian proses seperti ini biasanya disebut sebagai instalasi pengolahan air lengkap guna
menghasilkan air minum yang memenuhi standar.

40

SPAM IKK Curio

Sistem IPA
Sebagaimana diketahui bahwa Sistem Pengolahan Air (IPA) terdiri dari satuan operasi dan
satuan proses yang mencakup unit penyaringan (screening), unit pre-sedimentasi, unit
koagulasi dan flokulasi, unit sedimentasi, unit filtrasi, unit disinfeksi, unit reservoir produksi,
dan sistem penunjang dalam bentuk unit pembubuh bahan kimia, sistem pompa pembubuh,
dan sebagainya.
Penetapan proses pengolahan air bertitik tolak dari kajian kualitas air yang akan diolah.
Dalam kajian tersebut, kondisi terburuk yang mungkin terjadi biasanya dijadikan sebagai
acuan dalam penetapan proses pengolahan air, sebagai contoh, sumber air baku dari sungai
pada kondisi kekeruhan sangat tinggi (banjir). Proses pengolahan yang disusun tersebut
kemudian dikaitkan dengan sasaran standar kualitas air minum yang akan dicapai, misalnya,
memenuhi standar air minum sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI. Tentu saja
untuk Sumber Air Baku yang kualitasnya relatif mendekati Standar Air Minum, misalnya
Mata Air, maka Instalasi Pengolahan Air yang diperlukan akan relatif sederhana dibandingkan
dengan Air Baku yang berasal dari Sungai.
Selanjutnya, tata letak sistem IPA umumnya ditentukan oleh topografi lahan yang tersedia.
Dengan demikian pemilihan lokasi lahan akan menjadi penting sebelum menetapkan tata letak
sistem IPA.
Tata letak sistem IPA ditetapkan dengan memperhatikan faktor-faktor antara lain, lalu lintas
aliran air dan lalu lintas operator, kesetimbangan hidrolis aliran diantara unit satu dengan unit
lainnya, estetika bangunan, lokasi panel-panel pengendali operasi sistem IPA. Secara
keseluruhan tata letak harus mempertimbangkan bahwa bangunan utama pengendali sistem
IPA harus diposisikan sedekat mungkin dengan unit pre treatment bila ada, unit filter, dan unit
pembubuh bahan kimia sehingga memudahkan pengendalian dan pemantauan operasi sistem
IPA secara keseluruhan.
Diagram proses atau diagram alir merupakan faktor yang sangat penting dalam perencanaan
sistem IPA. Dalam diagram alir atau diagram proses sistem IPA harus mencakup beberapa
poin item penting seperti diuraikan dibawah ini.
1. Semua unit operasi dan unit proses dalam sistem IPA harus disajikan secara tepat
sesuai dengan urutan alur aliran air yang diolah dalam sistem tersebut.
2. Pipa-pipa dan saluran penghubung yang utama harus ditunjukkan dengan arah
alirannya.
3. Semua bahan kimia yang akan digunakan dan titik-titik pembubuhannya harus secara
sistematis ditunjukkan.
4. Titik-titik pengambilan sampel yang diperlukan dalam kegiatan operasi sistem IPA
perlu ditunjukkan dalam diagram aliran.
5. Lokasi dan ukuran flow meter yang diperlukan, katup air utama, dan interkoneksi
pipa-pipa.
6. Lokasi dan besaran pompa, blower, dan peralatan mekanikan elektrikal sejenis lainnya
yang diperlukan dalam sistem IPA.
7. Titik-titik pengendalian tekanan air, level air, debit aliran, kualitas air, dan diagram
instrumentasinya (P&ID).
Bilamana diagram proses telah disiapkan, maka profil hidrolis dari proses dalam sistem IPA
dapat dibuat. Dalam diagram profil hidrolis ini harus memperlihatkan semua unit operasi dan
41

SPAM IKK Curio

unit proses sistem IPA, level muka air pada masing-masing unit, elevasi dasar kedalaman air,
elevasi saluran-saluran dan pipa penghantar berikut level muka airnya, dsb. Profil hidrolis
sangat penting, karena akan menjadi acuan dalam segala aspek perhitungan maupun
pelaksanaan konstruksi nantinya.
Air yang dihasilkan dari sistem IPA akan ditampung dalam reservoir produksi. Reservoir air
memiliki beberapa fungsi, yaitu, untuk menjaga kesetimbangan antara produksi dengan
kebutuhan (supply and demand), sebagai penyimpan kebutuhan air dalam kondisi darurat
misalnya untuk pemadam kebakaran, dan sebagai penyediaan kebutuhan air untuk keperluan
instalasi (pencucian filter).
Bangunan Operasional dan Penunjang
Umumnya bangunan operasional sistem IPA tidak memperhatikan aspek arsitektural dan
kenyamanan kerja. Seharusnya bangunan operasional semacam ini harus dirancang sesuai
fungsinya yang memperhatikan kenyamanan lingkungan kerja bahkan sedapat mungkin
memiliki bentuk arsitektural yang sesuai dengan fungsinya sebagai sistem penyediaan air
minum.
Beberapa faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan bangunan
operasional dapat diuraikan seperti dibawah ini.
1. Bangunan operasional memiliki fungsi mendukung kegiatan operasi sistem IPA, oleh
sebab itu sebaiknya ada bagian untuk keperluan administratif, keperluan manajemen,
pengendalian kualitas produk (laboratorium), dan bagian untuk keperluan mekanikal
dan elektrikal (workshop). Bangunan pembubuh bahan kimia seringkali dikategorikan
sebagai bangunan operasional.
2. Bangunan operasional harus memperhatikan pula fungsi arsitektural bangunan yang
dalam hal ini termasuk kenyamanan untuk lingkungan kerja.
Besarnya atau ukuran Bangunan Operasional sistem IPA tergantung pada kapasitas sistem
IPA. Suatu sistem IPA yang berkapasitas sekitar 100 L/s mungkin setidak-tidaknya akan
memiliki bangunan operasional yang terdiri dari beberapa elemen ruang dan bangunan
sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
5.7

Ruang Tamu
Ruang Pengendali
Kantor
Ruang Istirahat
Laboratorium
Workshop
Gudang
Konsep Pengembangan Sistem Jaringan Pipa Distribusi

Air minum yang dihasilkan dari sistem IPA (Reservoir) akan didistribusikan kepada para
pelanggan sedapat mungkin secara gravitasi, sementara itu mungkin sebagian kecil pelanggan
untuk daerah pelayanan yang memiliki elevasi relatif lebih tinggi dari Elevasi Reservoir
barangkali harus menggunakan sistem pompa atau dengan pelayanan melalui mobil tanki
terutama daerah pelayanan yang jauh dari pusat kota. Pendekatan seperti ini dimaksudkan

42

SPAM IKK Curio

agar sistem penyediaan air minum Kabupaten Enrekang ini dapat memanfaatkan energi
potensial yang ada secara maksimal dan optimal.
Distribusi air secara gravitasi hanya mungkin bilamana sumber produksi air (reservoir)
terletak pada posisi diatas daerah pelayanan dengan level yang dapat memberikan tekanan air
minimum yang diperlukan.
Dalam kondisi tertentu misalnya terjadinya kebakaran, tekanan yang relatif tinggi mungkin
diperlukan yang dalam hal ini dapat dilakukan dengan cara pemompaan menggunakan truk
pemadam kebakaran. Dilain pihak, pada daerah pelayanan yang posisinya pada level rendah
mungkin perlu dipasang alat penurun tekanan (pressure reducing valve) guna mencegah
terjadinya tekanan yang berlebihan.
Sistem distribusi air minum dengan memanfaatkan gravitasi merupakan alternatif yang paling
menguntungkan dalam aspek penghematan energi, sedangkan sistem distribusi dengan sistem
pemompaan merupakan metode yang tidak hemat energi, oleh sebab itu sistem pemompaan
seringkali dikombinasikan dengan sistem reservoir distribusi baik dalam bentuk menara air
ataupun ground reservoir.
Tekanan air pada sistem distribusi air suatu kota berkisar antara 150-300 kPa atau kurang
lebih 15-30 meter kolom air dimana rumah-rumah berlantai 3-4 masih dapat dilayani secara
langsung tanpa harus menggunakan pompa tambahan. Suatu areal perumahan dalam daerah
distribusi air minum dengan ketersediaan tekanan 15-20 meter kolom air barangkali
merupakan batas yang paling optimal, dalam hal ini tekanan air cukup memberikan kepuasan
tanpa menimbulkan dampak-dampak negatif yang tidak diharapkan akibat tekanan air yang
berlebihan.
Suatu sistem distribusi air minum mungkin berupa jaringan perpipaan yang terkoneksi satu
dengan lainnya membentuk loop dengan berbagai peralatan, fasilitas, dan accessories yang
diperlukan antara lain sistem reservoir distribusi, sistem pompa booster, katub pengatur aliran,
meter air (flow meter), dan sebagainya.
Sementara itu sistem jaringan pipa distribusi bercabang (dead-end distribution system)
merupakan jaringan pipa yang berujung dengan pipa yang tidak terkoneksi satu dengan
lainnya. Dengan demikian air yang ada dalam sistem distribusi akan relatif stagnan
dibandingkan dengan sistem loop dan seringkali menyebabkan masalah bau dan rasa. Karena
alasan tersebut sistem distribusi loop lebih direkomendasikan.
Pipa distribusi dengan diamater nominal lebih besar dari 250 mm diklasifikasikan sebagai
pipa utama, pipa dengan diameter 100-200 mm diklasifikasikan sebagai pipa sekunder, dan
pipa dengan diameter kurang dari 100 mm diklasifikasikan sebagai pipa retikulasi.
Pipa utama atau seringkali disebut pipa arteri merupakan pipa distribusi yang mengalirkan air
minum dengan debit yang besar dari fasilitas pompa distribusi atau reservoir menuju ke
mayoritas areal pelayanan, sedangkan pipa sekunder adalah pipa dengan ukuran lebih kecil
dari pipa utama dan mensuplai kebutuhan air untuk areal pelayanan yang lebih kecil (area
lokal).
Pada era teknologi komputasi yang berkembang pesat saat ini telah memungkinkan
perhitungan dan analisis sistem jaringan distribusi air yang sangat komplek menjadi mudah
dengan menggunakan berbagai perangkat lunak program analisis jaringan distribusi air.
43

SPAM IKK Curio

Semua bentuk program perangkat lunak tersebut pada dasarnya mengaplikasikan formula
klasik metode Hardy Cross.
Untuk mendistribusikan air minum dari jaringan pipa utama ke masing-masing pelanggan atau
sambungan rumah (house connection) digunakan pipa retikulasi. Dalam setiap kelompok
sambungan rumah akan dilayani oleh satu pipa retikulasi. Pipa retikulasi melayani beberapa
puluh atau beberapa ratus sambungan rumah sesuai dengan ukuran pipa dan ketersediaan
tekanan air. Umumnya pipa retikulasi memiliki ukuran pipa dengan diameter nominal antara
50-75 mm.
Pada setiap pelanggan harus dipasang meter air guna mencatat besarnya pemakaian air dalam
suatu periode tertentu, misalnya, satu bulan atau satu tahun. Pemasangan meter air dapat
diletakkan didalam gedung/rumah (in-door) dimana perlindungan terhadap meter air tidak
harus dilakukan secara lebih khusus. Meter air yang diletakkan diluar gedung/rumah (outdoor) perlu diberikan perlindungan lebih khusus dibandingkan dengan meter air yang
diletakkan secara out-door.
Alternatif Jenis Pipa
Dalam perencanaan disain ditail Sistem Transmisi Air Baku Sungai Pasui maupun Sistem
Transmisi Air Minumnya dikaji baik dari aspek teknis (engineering) maupun aspek
ekonomis/finasial terhadap kelayakan kemungkinan penerapan berbagai jenis pipa.
Bilamana hasil kajian menunjukkan bahwa berbagai jenis pipa memiliki kelayakan untuk
diaplikasikan, maka jenis material pipa yang paling menguntungkan akan diterapkan, atau
bahkan akan dikembangkan kombinasi dari berbagai jenis material pipa maupun berbagai
jenis kelas pipa. Dasar-dasar pertimbangan untuk menetapkan pilihan jenis material pipa
diuraikan secara singkat seperti dibawah ini.
1. Umur ekonomis pipa minimum kurang lebih 30 tahun.
2. Kehalusan permukaan pipa bagian dalam relatif tinggi (Koefisien Hazem William
atau koefisien kekasaran pipa, C = 100-150.
3. Ketahanan terhadap korosi, sinar ultraviolet, dan scaling, proteksi katode yang
diperlukan.
4. Kemudahan implementasi konstruksi di lapangan.
5. Jaminan tidak ada kemungkinan bocor pada setiap sambungannya.
6. Kecepatan pemasangan yang diperlukan untuk konstruksi (pemasangan) yang
menjamin percepatan pembangunan.
7. Biaya secara keseluruhan (pengadaan dan pemasangan) relatif lebih murah sesuai
dengan ketersediaan dana anggaran.
8. Ketahanan terhadap kemungkinan terjadinya water hammer (fenomena pukulan air)
dan collapse maupun ketahanan terhadap tekanan kerja yang relatif tinggi sesuai
dengan kondisi yang direncanakan di lapangan.
Perhitungan Thrust Block
Dalam pemasangan pipa transmisi dan atau pipa distribusi air, perlu memasang angker
penahan pipa pada bagian bend (belokan) baik dalam bentuk belokan arah vertikal maupun
belokan arah horizontal. Pemasangan angker tersebut yang seringkali disebut Thrust Block
dimaksudkan untuk menahan gaya yang ditimbulkan akibat tekanan internal dalam pipa dan
energi kinetik dari aliran air dalam pipa yang dalam hal ini gaya tersebut akan cenderung
mendorong fitting pipa bergerak ke arah keluar. Tentu saja gerakan semacam itu apabila tidak
44

SPAM IKK Curio

ditahan akan menyebabkan kerusakan pipa maupun kebocoran aliran air dalam pipa tersebut
secara berlebihan.
Salah satu metode untuk menahan gaya gerak tersebut (Thrust) adalah dengan melengkapi
sistem angker konstruksi beton yang disebut Thrust Block sebagaimana dilukiskan dalam
Gambar dibawah ini.
S o il
S o il

R e a c tio n o f
T h r u s t B lo c k

D ire c tio n o f T h ru s t
on bend

C o n c r e te T h ru s t B lo c k

G a m b a r 4 .1 : T h ru s t B lo c k

Dalam kasus-kasus umumnya, penyebab utama gaya dorong ini adalah tekan air internal
dalam pipa, sedangkan gaya dinamis yang ditimbulkan dari kecepatan aliran air dapat
diabaikan.
Untuk suatu belokan pipa sebagaimana diilustrasikan dalam Gambar diatas, gaya dorong
(thrust) akibat tekanan internal pipa dapat dihitung berdasarkan formula dibawah ini.
F = 2 * P * A * sin (/2)
where,

F = force or thrust, kN
P = water pressure, kPa
A = cross-sectional area of pipe, m2
= change in direction of the pipe, degrees

Berdasarkan formula diatas, maka gaya dorong yang terjadi dalam aliran pipa untuk berbagai
diameter dan tekanan internalnya, serta dimensi Thrust Block yang diperlukan untuk menahan
gaya tersebut dapat dihitung sebagaimana disajikan dalam Tabel dibawah ini.

45

SPAM IKK Curio

Perhitungan Dimensi Thrust Block


Pipe Diameter
(mm)
100
200
300
400
500
600
700
800
1000

Internal Pressure (kPa)


Min
Max
150
400
150
400
150
400
150
400
150
400
150
400
150
400
150
400
150
400

Thrust (kN)
Min
Max
2
4
7
18
15
40
27
71
42
111
60
160
82
218
107
284
167
444

Bearing Capacity of Soil (kPa) =


Force or Thrust, kN =
Water Pressure, kPa =
Cross-sectional Area of Pipe, m2 =
Change in Direction of the Pipe, degrees =
1 kPa =
150 kPa =
750 kPa =

Thrust Block Area (m2)


Min
Max
0,01
0,03
0,05
0,12
0,10
0,28
0,19
0,49
0,29
0,77
0,42
1,11
0,57
1,51
0,74
1,97
1,16
3,09

144
F
P

Thrust Block Demension


Length (m)
width (m)
0,18
0,18
0,35
0,35
0,53
0,53
0,70
0,70
0,88
0,88
1,05
1,05
1,23
1,23
1,41
1,41
1,76
1,76

F 2 * P * A * sin( / 2)

A
90
1 kN/m2
15 m of water column
75 m of water column

Perhitungan-perhitungan Thrust Block umumnya dilakukan dengan asumsi bahwa pada


belokan atau asesoris tersebut pipa disambungkan dengan menggunakan socket-spigot yang
tidak memiliki kekuatan gaya tarik terhadap gaya eksternal yang mungkin terjadi. Hal ini
sangat berbeda bila dibandingkan dengan pipa yang disambungkan menggunakan las atau
menggunakan hubungan flens-flens yang dikuatkan dengan mur-baut.
Perhitungan Water Hammer
Bilamana sistem aliran tertutup (closed conduit) dalam suatu pipa transmisi atau pipa
distribusi air terjadi perubahan kecepatan aliran air secara tiba-tiba, maka energi kinetik dari
aliran air akan ditransformasikan menjadi gelombang tekanan air yang bergerak dengan cepat
sepanjang sistem perpipaan yang bersangkutan.
Gelombang tekanan air itu seringkali disebut sebagai pukulan air (water hammer), sentakan
gelombang (surge wave), atau tekanan transien (transient pressure). Water hammer dapat
menimbulkan tekanan yang sangat tinggi, berosilasi dalam bentuk tenanan positif (tekanan
tinggi) dan tekanan negatif (tekanan rendah).
Gelombang tekanan air semacam itu disebabkan oleh perubahan kecepatan aliran air dalam
pipa secara tiba-tiba atau akibat perubahan arah aliran air ketika dilakukan penutupan atau
pembukaan katup air (valve) secara mendadak, atau ketika mematikan dan menyalakan
pompa secara tiba-tiba.
Bilamana water hammer tidak dikendalikan, gelombang tekanan yang terjadi dapat
menimbulkan kerusakan fatal, misalnya pipa menjadi collapse, pecah, atau berubah dari posisi
tata letaknya yang semula.

46

SPAM IKK Curio

Dengan mereduksi perubahan kecepatan aliran secara pelan-pelan akan dapat dihindarkan
terjadinya gelombang tekanan transien tersebut sedemikian rupa sehingga besaran gelombang
akan dikurangi secara mencolok dalam batas aman sistem perpipaan yang bersangkutan.
Berbagai metode untuk menghindarkan terjadinya water hammer dapat dipilih, misalnya,
dengan memasang menara anti water hammer (surge tower atau surge tank), yang dalam hal
ini air bertekanan dalam tangki atau tower tersebut dapat menetralkan (mereduksi) perubahan
kecepatan aliran air dalam pipa yang terlalu mendadak.
Penggunaan katup pengendali gelombang tekanan dapat juga diterapkan, yang dipasang pada
lokasi-lokasi kritis tertentu guna mereduksi tekanan yang terlalu tinggi atau untuk
memasukkan udara kedalam sistem perpipaan sehingga dapat mencegah kondisi vakum
selama terjadinya gelombang tekanan negatif.
Suatu pendekatan yang paling sederhana adalah dengan cara menghindari penutupan dan
pembukaan katup pipa (valve) secara mendadak. Penutupan dan pembukaan katup pipa harus
dilakukan selambat mungkin melebihi waktu kritis terjadinya gelombang tekanan air atau
water hammer.
Untuk perambatan gelombang tekanan air dalam pipa, kecepatan perambatan akustik
(acoustic, sonic velocity) akan termodifikasi atau tereduksi secara signifikan oleh
elastisitas material pipa dan ketebalan relatif dinding pipa, sebagaimana ditunjukkan
dalam formula dibawah ini.
a

K/
1

where,

DK
e E

ao
1

DK
e E

E = the elastic modulus of the pipe wall


D = the inside diameter of the pipe
e = the wall thickness
K = bulk modulus of water
ao = the acoustic velocity in the liquid medium
= mass density of water

Untuk air, K = 2.19 Gpa and = 998 kg/m3, akan menghasilkan nilai ao = 1483 m/s.
Berdasarkan formula diatas, maka gelombang tekanan air (water hammer) dapat dihitung
dengan menggunakan formula Water Hammer Equation (Joukowsky) seperti dibawah ini.
H

p
aV
aV

g
g
g

dalam hal ini, H adalah tekanan water hammer, a kecepatan akustik perambatan gelombang
dalam air yang telah tereduksi sesuai dengan elastisitas material pipa, V adalah perubahan
kecepatan aliran air dan g adalah gravitasi. Untuk menurunkan tekanan water hammer atau
mencegah terjadinya water hammer, perlu dihitung waktu elastis perambatan gelombang (te)
dan waktu kritis (tc), dimana te = 2 L/a dan tc = 2 te. L adalah panjang pipa dari sistem
transmisi air yang bersangkutan.

47

SPAM IKK Curio

Bilamana penutupan atau pembukaan katup dilakukan dalam waktu sekurang-kurangnya sama
dengan waktu kritisnya, maka water hammer dapat dihindarkan atau dicegah.
Berdasarkan formula-formula diatas, dapatlah dihitung tekanan gelombang air atau water
hammer untuk berbagai jenis pipa sebagaimana disajikan dalam Tabel dibawah ini.
Hasil Perhitungan Water Hammer dan Waktu Kritis Penutupan/Pembukaan Valve
Pipe Material
Asbestos cement
Cast iron
Concrete
Concrete (reinforced)
Ductile iron
Polyethylene
PVC (polyvinyl chloride)
Steel

Elastic Modulus
E (GPa)
25
125
22
45
172
0,75
2,95
203,5

Acoustic Velocity in water, ao (m/s) =


Diameter to wall thickness ratio =
Bulk modulus for water, K (GPa) =
Accelaration due to gravity, g (m/s2) =
Velocity change =

D/e
100
100
100
100
100
100
100
100
1481
D/e
2,19
9,81
V

Acoustic
Velocity, a (m/s)
474
893
448
612
983
87
171
1028

V (m/s)
I

2,000
1,000
2,000
1,000
2,000
1,000
2,000
1,000
2,000
1,000
2,000
1,000
2,000
1,000
2,000
1,000

ao
D K
1 *
e E

Water Hammer (m)


I

97
48
182
91
91
46
125
62
200
100
18
9
35
17
210
105

Water Hammer =

Elastic and critical time (min)


t-e
t-c
0,49
1,0
0,26
0,5
0,52
1,0
0,38
0,8
0,24
0,5
2,70
5,4
1,37
2,7
0,23
0,5

a * V
g

density of water, (kg/m3) = 998


Panjang pipa (m) = 7000

Perlengkapan Pipa dan Accessories


Sistem pipa transmisi air baku yang panjang dan berukuran diameter relatif besar diameter
nominal diatas ND-100 mm perlu dilengkapi dengan accessories dan appurtenances yang
memadahi.
Beberapa perlengkapan dan appurtenances pipa dalam sistem transmisi air baku Sungai Pasui
maupun pipa transmisi air minumnya disediakan atau dipasang guna menjamin sistem tersebut
dapat berfungsi sebagaimana diharapkan, tanpa adanya kemungkinan gangguan-gangguan
operasional yang berarti. Perlengkapan penting dan pokok dalam sistem transmisi antara lain
dapat disebutkan sebagai berikut.
1. Katup pelepas udara (air relief valve), yang akan berfungsi melepaskan udara yang
terakumulasi dalam pipa transmisi. Katup pelepas udara dipasang pada titik-titik
tertentu dimana akumulasi udara dalam pipa akan terjadi, misalnya pada posisi
punggung jalur transmisi, pada posisi bangunan jembatan pipa, dsb.
2. Katup pelepas tekanan (pressure relief valve atau safety valve), yang akan berfungsi
melepas atau mereduksi tekanan berlebihan akibat water hammer dsb. yang mungkin
terjadi pada pipa transmisi..
3. Blow-off atau Wash-out Valve, yang berfungsi untuk menguras akumulasi lumpur
atau pasir dalam pipa transmisi. Katup ini umumnya dipasang pada titik-titik
terendah dalam setiap segmen pipa transmisi.
4. Katup ventilasi udara perlu disediakan pada titik-titik tertentu guna menghindari
terjadinya pipa collapse ketika berlangsung tekanan negatif atau kondisi vakum
udara.

48

SPAM IKK Curio

5.8

Konsep Pengembangan Sistem Reservoir

Reservoir air dibangun dalam bentuk reservoir tanah (ground reservoir) atau dalam bentuk
menara air baik dengan konstruksi baja ataupun konstruksi beton bertulang. Suatu sistem
penyediaan air yang ideal akan memiliki sistem reservoir tanah (terletak di sekitar IPA) dan
reservoir menara air, yang dalam hal ini reservoir tanah lebih ditekankan untuk menampung
produksi air dari sistem IPA dan memenuhi kebutuhan instalasi sedangkan reservoir menara
air (terletak di daerah distribusi) dimaksudkan untuk mengantisipasi kebutuhan puncak di
daerah distribusi. Namun demikian, bilamana di daerah distribusi ada areal lahan yang
memiliki ketinggian mencukupi, maka akan lebih ekonomis jika reservoir distribusi dibangun
dalam bentuk ground reservoir daripada dalam bentuk menara air.
Volume reservoir secara total ditentukan berdasarkan kesetimbangan antara produksi air dari
sistem IPA dan fluktuasi pemakaian air. Pada saat kebutuhan air lebih kecil dari produksinya
maka kelebihan air produksi tersebut akan ditampung dalam reservoir. Sedangkan pada saat
kebutuhan air lebih besar dari produksi air maka reservoir akan mensuplai kekurangan air
tersebut.
Secara umum volume reservoir air dalam Sistem Penyediaan Air Minum akan berkisar antara
20-25% dari produksi air dalam satu hari, termasuk untuk keperluan darurat terjadinya
kebakaran, dan kebutuhan lain selama kondisi-kondisi diluar kebiasaan sehari-harinya,
misalnya, pada saat lebaran, tahun baru, masa liburan, dsb., dimana kebutuhan air mencapai
kondisi maksimum.
5.9

Perencanaan Rinci

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum ini harus ditindak lanjuti dengan Perencanaan
Rinci (Detailed Engineering Design) yang pada dasarnya merupakan realisasi konsep-konsep
yang dikembangkan dalam Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum ini. Berdasarkan
hasil perhitungan disain ditail seluruh elemen dan komponen sistem yang dikehendaki dalam
Rencana Induk ini maka output yang dihasilkan akan berupa gambar-gambar perencanaan dan
gambar ditail untuk konstruksi sistem penyediaan air minum. Untuk keperluan pelaksanaan
konstruksi dan tender, gambar-gambar ditail tersebut umumnya disajikan dalam ukuran kertas
A-3, A-2 atau A1 sesuai dengan kebutuhan.
Gambar-gambar yang diperlukan dalam disain rinci harus mencakup semua komponen dan
elemen sistem penyediaan air minum sebagaimana yang ditetapkan dalam Rencana Induk
misalnya akan terdiri dari komponen-komponen seperti dibawah ini.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Bangunan pengambilan air baku,


Tata letak jalur sistem pipa transmisi dan distribusi,
Profil memanjang dan melintang sistem transmisi dan distribusi,
Profil hidrolis sistem transmisi dan distribusi,
Gambar ditail perlengkapan pipa,
Gambar ditail jembatan pipa dan crossing,
Gambar ditail sistem reservoir distribusi dan perlengkapannya,
Tata letak bangunan sistem IPA dan bangunan penunjangnya.
dan sebagainya.

49

Anda mungkin juga menyukai