Disusun Oleh :
Nama
: Nur Aji
NIM
: 114150005
Kelas
:A
SESAR
1. Pengertian Sesar
Patahan atau sesar (fault) adalah satu bentuk rekahan pada lapisan batuan bumi
yg menyebabkan satu blok batuan bergerak relatif terhadap blok yang lain.
Pergerakan bisa relatif turun, relatif naik, ataupun bergerak relatif mendatar terhadap
blok yg lain. Pergerakan yg tiba-tiba dari suatu patahan atau sesar bisa
mengakibatkan gempa bumi. Sesar (fault) merupakan bidang rekahan atau zona
rekahan pada batuan yang sudah mengalami pergeseran (Williams, 2004). Sesar
terjadi sepanjang retakan pada kerak bumi yang terdapat slip diantara dua sisi yang
terdapat sesar tersebut (Williams, 2004). Beberapa istilah yang dipakai dalam
analisis sesar antara lain:
a. Jurus sesar (strike of fault) adalah arah garis perpotongan bidang sesar dengan
bidang horisontal dan biasanya diukur dari arah utara.
b.Kemiringan sesar (dip of fault) adalah sudut yang dibentuk antara bidang sesar
dengan bidang horisontal, diukur tegak lurus strike.
c.Net slip adalah pergeseran relatif suatu titik yang semula berimpit pada bidang
sesar akibat adanya sesar.
d. Rake adalah sudut yang dibentuk oleh net slip dengan strike slip(pergeseran
horisontal searah jurus) pada bidang sesar.
Dalam penjelasan sesar, digunakan istilah hanging wall dan foot wall sebagai
penunjuk bagian blok badan sesar. Hanging wall merupakan bagian tubuh batuan
yang relatif berada di atas bidang sesar. Foot wall merupakan bagian batuan yang
relatif berada di bawah bidang sesar.
2. Ciri-ciri Sesar
Secara garis besar, sesar dibagi menjadi dua, yaitu sesar tampak dan sesar buta
(blind fault). Sesar yang tampak adalah sesar yang mencapai permukaan bumi
sedangkan sesar buta adalah sesar yang terjadi di bawah permukaan bumi dan
tertutupi oleh lapisan seperti lapisan deposisi sedimen. Pengenalan sesar di
lapangan biasanya cukup sulit. Beberapa kenampakan yang dapat digunakan
sebagai penunjuk adanya sesar antara lain :
a. Adanya struktur yang tidak menerus (lapisan terpotong dengan tiba-tiba)
b. Adanya perulangan lapisan atau hilangnya lapisan batuan.
c. Kenampakan khas pada bidang sesar, seperti cermin sesar, gores garis.
d. kenampakan khas pada zona sesar, seperti seretan (drag), breksi sesar,horses,
atau lices, milonit.
Gambar 7. Boundins
3. Klasifikasi Sesar
Klasifikasi sesar dapat dibedakan berdasarkan geometri dan genesanya
a. Klasifikasi geometris
1) Berdasarkan rake dari net slip.
strike slip fault (rake=0)
diagonal slip fault (0 < rake <90 span="span">
dip slip fault (rake=90)
2) Berdasarkan kedudukan relatif bidang sesar terhadap bidang perlapisan
atau struktur regional
strike fault (jurus sesar sejajar jurus lapisan)
bedding fault (sesar sejajar lapisan)
dip fault (jurus sesar tegak lurus jurus lapisan)
oblique / diagonal fault (menyudut terhadap jurus lapisan)
longitudinal fault (sejajar struktur regional)
b. Klasifikasi genetis
Berdasarkan orientasi pola tegasan yang utama (Anderson, 1951) sesar dapat
dibedakan menjadi :
Sesar anjak (thrust fault) bila tegasan maksimum dan menengah mendatar.
Sesar normal bila tegasan utama vertikal.
Strike slip fault atau wrench fault (high dip, transverse to regional structure)
sesar tumbuh (growth fault), dengan pengendapan dan pergerakan sesar berlaku
serentak. Satah sesar normal menjadi datar ke dalam bumi, sama seperti yang
berlaku ke atas sesar sungkup. Pada permukaan bumi, sesar normal juga jarang
sekali berlaku secara bersendirian, tetapi bercabang.
Cabang sesar yang turun searah dengan sesar utama dikenali sebagai sesar
sintetik, sementara sesar yang berlawanan arah dikenali sebagai sesar antitetik.
Kedua cabang sesar ini bertemu dengan sesar utama di bagian dalam
bumi. Sesar normal sering dikaitkan dengan perlipatan. Misalnya, sesar di bagian
dalam bumi akan bertukar menjadi lipatan monoklin di permukaan.
Hanging wall relatif turun terhadap foot wall, bidang sesarnya mempunyai
kemiringan yang besar. Sesar ini biasanya disebut juga sesar turun.
Patahan atau sesar turun adalah satu bentuk rekahan pada lapisan bumi
yang menyebabkan satu blok batuan bergerak relatif turun terhadap blok
lainnya. Fault scarp adalah bidang miring imaginer tadi atau dalam kenyataannya
adalah permukaan dari bidang sesar.
b. Sesar naik (reverse fault / contraction faulth)
Sesar naik (reverse fault) untuk sesar naik ini bagian hanging wall-nya relatif
bergerak naik terhadap bagian foot wall. Salah satu ciri sesar naik adalah sudut
kemiringan dari sesar itu termasuk kecil, berbeda dengn sesar turun yang punya
sudut kemiringan bisa mendekati vertical. Nampaklapisan batuan yg berwarna lebih
merah pada hanging wall berada pada posisi yg lebih atas dari lapisan batuan yg
sama pada foot wall. Ini menandakan lapisan yg ada di hanging wall udah bergerak
relatif naik terhadap foot wall-nya.
Petroleum system
Geothermal
Geoteknik
Foto kenampakan sesar normal/ turun pada batugamping klastik Formasi Campurdarat di pinggir
jalan utama, Kabupaten Trenggalek.
SUMBER REFRENSI
http://geoenviron.blogspot.co.id/2012/10/struktur-geologi-sesar.html
http://geoelamanyofan.blogspot.co.id/2012/08/sesar.html
http://facweb.bhc.edu/academics/science/harwoodr/geol101/study/structur.htm
KEKAR
A. Defenisi
Kekar adalah struktur rekahan pada batuan dimana tidak ada atau relative
tanpa mengalami pergeseran pada bidang rekahannya. Kekar dapat terjadi pada
semua jenis batuan, dengan ukuran yang hanya beberapa millimeter (kekar mikro)
hingga ratusan kilometer ( kekar mayor ) sedangkan yang berukuran beberapa
meter disebut dengan kekar minor. Kekar dapat terjadi akibat proses tektonik
maupun perlapukan juga perubahan temperature yang signifikan. Kekar merupakan
jenis struktur batuan dalam bentuk bidang pecah. Karena sifat bidang ini
memisahkan batuan menjadi bagian-bagian terpisah maka struktur kekar merupakan
jalan atau rongga kesarangan batuan untuk dilalui cairan dari luar beserta materi lain
seperti air, gas dan unsur-unsur lain yang menyertainya.
B. Jenis-jenis Kekar
Kekar di bedakan menjadi 3 macam yaitu kekar pengerutan, kekar lembar dan
kekar akibat tektonik.
akibat adanya intrusi dangkal (intrusi batuan yang letaknya relatif dekat
dengan permukaan bumi) bentuknya adalah seperti pilar-pilar berbentuk
segi empat atau segi enam.
C. Klasifikasi Kekar
Klasifikasi kekar ada beberapa macam , tergantung dasar klasifikasi yang
digunakan, diantaranya :
1. Berdasarkan bentuknya
2. Berdasarkan cara terjadinya ( genesanya )
3. Berdasarkan kerapatannya
4. Berdasarkan kecepatannya
Klasifikasi kekar berdasarkan bentuknya
a. Kekar sistematik
kekar dalam bentuk berpasangan arahnya sejajar satu dengan yang
lainnya .
b. Kekar non sistematik
kekar yang tidak teratur biasanya melengkung dapat saling bertemu
atau bersilangan di antara kekar lainnya atau tidak memotong kekar
lainnya dan berakhir pada bidang perlapisan.
Klasifikasi kekar berdasarkan ganesanya
a. Kekar Gerus (Shear Joint)
yaitu kekar yang terjadi akibat stress yang cenderung mengelincir
bidang satu sama lainnya yang berdekatan.
Ciri-ciri dilapangan :
1.
2.
3.
4.
vein.
Kekar tarikan dapat dibedakan atas:
a. Tension Fracture
Yaitu kekar tarik yang bidang rekahannya searah.dengan tegasan.
b. Release Fracture,
yaitu kekar tarik yang terbentuk akibat hilangnya atau pengurangan
tekanan, orientasinya tegak lurus terhadap gaya utama. Struktur ini
LIPATAN
Struktur lipatan merupakan salah satu struktur geologi yang paling umum dijumpai
pada batuan sedimen klastika, dan sering pula ditemukan pada batuan vulkanik dan
metamorf. Salah satu ciri khas batuan sedimen klastika adalah dijumpainya bidang
perlapisan batuan yang terbentuk pada saat sedimentasi. Apabila kita perhatikan
pada singkapan batuan di lapangan bidang perlapisan terebut mempunyai bidang
kedudukan yang bervariasi, hal ini tergantung pada tektonik yang
melatarbelakanginya.
Terdapat beberapa definisi lipatan menurut ahli geologi struktur, antara lain:
1. Hill (1953).
Lipatan merupakan pencerminan dari suatu lengkungan yang mekanismenya
disebabkan oleh dua proses, yaitu bending (melengkung) dan buckling (melipat).
Pada gejala buckling, gaya yang bekerja sejajar dengan bidang perlapisan,
sedangkan pada bending, gaya yang bekerja tegak lurus terhadap bidang
permukaan lapisan.
2. Billing (1960)
Lipatan merupakan bentuk undulasi atau suatu gelombang pada batuan
permukaan.
3. Hob (1971)
Lipatan akibat bending, terjadi apabila gaya penyebabnya agak lurus terhadap
bidang lapisan, sedangkan pada proses buckling, terjadi apabila gaya penyebabnya
sejajar dengan bidang lapisan. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa pada proses
buckling terjadi perubahan pola keterikan batuan, dimana pada bagian puncak
lipatan antiklin, berkembang suatu rekahan yang disebabkan akibat adanya tegasan
tensional (tarikan) sedangkan pada bagian bawah bidang lapisan terjadi tegasan
kompresi yang menghasilkan Shear Joint. Kondisi ini akan terbalik pada sinklin.
4. Park (1980)
Lipatan adalah suatu bentuk lengkungan (curve) dari suatu bidang lapisan
batuan.
Beberapa unsur perlipatan
1. Plunge
sudut yang terbentuk oleh poros dengan horizontal pada bidang vertikal.
2. Core
bagian dari suatu lipatan yang letaknya disekitar sumbu lipatan.
3. Crest
daerah tertinggi dari suatu lipatan biasanya selalu dijumpai pada antiklin
4. Pitch atau Rake
sudut antara garis poros dan horizontal, diukur pada bidang poros.
5. Depresion
daerah terendah dari puncak lipatan.
6. Culmination
daerah tertinggi dari puncak lipatan.
7. Enveloping Surface
gambaran permukaan (bidang imajiner) yang melalui semua Hinge Line dari
suatu lipatan
8. Limb (sayap)
bagian dari lipatan yang terletak Downdip (sayap yang dimulai dari
lengkungan maksimum antiklin sampai hinge sinklin), atau Updip (sayap yang
dimulai dari lengkungan maksimum sinklin sampai hinge antiklin). Sayap
lipatan dapat berupa bidang datar (planar), melengkung (curve), atau
bergelombang (wave).
9. Fore Limb
sayap yang curam pada lipatan yang simetri.
10. Back Limb
sayap yang landai.
11. Hinge Point
titik yang merupakan kelengkungan maksimum pada suatu perlipatan.
12. Hinge Line
garis yang menghubungkan Hinge Point pada suatu perlapisan yang sama.
13. Hinge Zone
daerah sekitar Hinge Point.
14. Crestal Line
disebut juga garis poros, yaitu garis khayal yang menghubungkan titik-titik
tertinggi pada setiap permukaan lapisan pada sebuah antiklin.
15. Crestal Surface
disebut juga Crestal Plane, yaitu suatu permukaan khayal dimana terletak di
dalamnya semua garis puncak dari suatu lipatan.
16. Trough
daerah terendah pada suatu lipatan, selalu dijumpai pada sinklin.
17. Trough Line
garis khayal yang menghubungkan titik-titik terendah ada setiap permukaan
lapisan pasa sebuah sinklin.
18. Trough Surface
bidang yang melewati Trough Line.
19. Axial Line
Klasifikasi lipatan
1. Klasifikasi lipatan berdasarkan unsur geometri, antara lain:
A.
Upright Fold atau Simetrical Fold (lipatan tegak atau lipatan setangkup).
Inclined Fold atau Over Fold (lipatan miring atau lipatan menggantung).
Concentric Fold
Fan fold
Similar Fold.
Close fold
Chevron Fold.
Harmonic fold
Isoclinal Fold.
Disharmonic fold
Box Fold
Open fold
Fan Fold.
Kink fold Terbagi lagi atas:
a. Monoklin
b. Homoklin
c. Terrace
Hubungan dari ketiga struktur geologi ini dapat dijelaskan melalui three stages of
deformation yang merupakan sifat deformasi suatu benda terhadap gaya
berdasarkan tingkat elastisitas benda tersebut. Ketiga tingkatan tersebut adalah :
1. Elastic
Benda dikatakan elastic jika suatu benda dikenai gaya, maka akan mengalami
deformasi, tetapi jika gaya dilepas (hilang), maka benda tersebut akan kembali
lagi pada bentuk dan ukuran semula. batas dimana suatu benda masih dapat
kembali seperti semula jika gaya dilepas, disebut elastic limit. Maka jika besar
gaya yang bekerja melebihi elastic limit, benda tersebut tidak akan kembali pada
bentuk semula, jika gaya hilang.
2. Plastic
Benda dikatakan plastic jika gaya yang bekerja mencapai elastic limit. Benda
yang terkena gaya hanya sebagian yang dapat kembali pada bentuk semula, jika
gaya dihilangkan.
horisontal, sedangkan
menyebabkan
hanging wall
1 vertikal sehingga
maka sesar
horisontal,
LONGSORAN TANAH
Longsoran Tanah
batuan / tanah akibat gaya berat (gravitasi). Longsoran tanah telah lama menjadi
perhatian ahli geologi karena dampaknya banyak menimbulkan korban jiwa maupun
kerugian harta benda. Tidak jarang pemukiman yang dibangun di sekitar perbukitan
kurang memperhatikan masalah kestabilan lereng, struktur batuan, dan proses
proses geologi yang terjadi di kawasan tersebut sehingga secara tidak sadar potensi
bahaya longsoran tanah setiap saat mengancam jiwanya.
Faktor internal yang menjadi penyebab terjadinya longsoran tanah adalah daya
ikat (kohesi) tanah/batuan yang lemah sehingga butiran-butiran tanah/batuan dapat
terlepas dari ikatannya dan bergerak ke bawah dengan menyeret butiran lainnya
yang ada disekitarnya membentuk massa yang lebih besar. Lemahnya daya ikat
tanah/batuan dapat disebabkan oleh sifat kesarangan (porositas) dan kelolosan air
Rayapan (Creep)
Nendatan (Slump)
luncuran kebawah dari satu atau beberapa bagian debris batuan,
umumnya membentuk gerakan rotasional.
Luncuran dari campuran masa tanah dan batuan (Debris slide)
luncuran yang sangat cepat ke arah kaki lereng dari material
tanah yang tidak terkonsolidasi (debris) dan hasil luncuran ini
ditandai oleh suatu bidang rotasi pada bagian belakang bidang
luncurnya.
Gerakan jatuh bebas dari campuran masa tanah dan batuan
(Debris fall)
adalah luncuran material debris tanah secara vertikal akibat gravitasi.
Luncuran masa batuan (Rock slide)
luncuran dari masa batuan melalui bidang perlapisan, joint (kekar),
kendaran berat.
Di bawah ini diperlihatkan 5 tipe longsoran tanah yang
didasarkan atas cara dan mekanisme longsorannya, yaitu tipe
runtuhan, tipe aliran, tipe luncuran, tipe nendatan, dan tipe
rayapan.
kawasan
yang
berada
di
lereng-lereng
berbukitan
tanpa
cuaca dan iklim guna mengetahui hubungan antara periode curah hujan
dengan longsoran.
data air bawah tanah sebelum dan sesudah terjadi longsoran.
catatan kegempaan untuk menentukan hubungan antara longsoran
melibatkan pengendalian eksternal dan internal dari pengaliran air. Air yang jatuh
dan mengalir di permukaan lahan yang berlereng harus di alirkan dan diusahakan
jangan sampai diam ditempat. Pada beberapa lereng perlu dibuat agar supaya aliran
air lancar serta dihindarkan jangan sampai air terjebak pada bagian undak lereng.
Untuk mencegah aliran air yang masuk ke dalam rekahan (kekar) batuan, maka
batuan harus ditutup dengan lempung, aspal atau dengan material yang
impermeable.
Aliran air bawah tanah harus dikurangi guna menghindari meningkatnya
resistensi geser batuan. Untuk mengurangi aliran air bawah tanah dilakukan dengan
cara memindahkannya melalui terowongan air yang dibuat secara horizontal atau
dengan bantuan pipa perforasi, sumur vertikal atau dibuat paritan (trench) yang diisi
kembali dengan material yang kasar dan permeable.
Menstabilkan struktur untuk meningkatkan resistensi geser merupakan cara
yang paling efektif sebelum longsoran terjadi dibandingkan apabila longsoran sudah
terjadi. Jenis yang sangat umum dari masa batuan/tanah diletakkan sebagai beban
dan ditempatkan pada bagian luar dari masa longsoran untuk menahan reaksi
gerakan ke atas, sedangkan bagian dasar berfungsi sebagai penopang kearah
lateral untuk bagian tepi dari masa longsoran, bagian pinggir atau lereng yang sudah
dikupas diisi untuk mencegah gerakan ke arah kaki lereng. Dinding yang dibuat dari
semen atau beton akan berguna untuk menahan laju masa batuan/tanah yang tidak
stabil.
Untuk gerakan tanah yang berada di lereng bukit, pencegahan dapat dilakukan
dengan cara memasang tiang pancang, namun demikian untuk menahan luncuran
masa batuan/tanah yang aktif pemasangan
menahan gerakan masa batuan/tanah tersebut dan hal ini disebabkan karena
perpindahan debris tanah yang mampu melewati tiang pancang, atau membuat tiang
pancang menjadi miring dan bahkan mematahkannya. Hal yang lebih ekstrim adalah
tiang pancang meluncur bersamaan dengan luncuran tanah. Resistensi geser pada
masa batuan atau tanah yang tidak stabil dapat meningkat karena pemadatan dan
pengerasan internal melalui injeksi semen, aspal atau bahan kimia tertentu.
Masalah longsoran yang terjadi di reservoir bendungan adalah masalah yang
berkaitan dengan luncuran masa batuan/tanah yang bersifat lepas dan erosi yang
cepat. Luncuran masa batuan/tanah dan erosi di dalam reservoir bendungan dapat
mengakibatkan banjir yang cukup besar dan bahkan bendungan dapat mengalami
retak atau hancur. Kecepatan rembasan yang terjadi melalui luncuran debris dapat
memperbesar rembasan, yaitu melalui pelarutan atau perpindahan sedimen yang
berukuran halus dan dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya breakout dibawah
poros bendungan. Pengendalian rembasan yang melewati badan bendungan dari
jenis luncuran debris dapat di lakukan dengan cara menyuntik material/bahan
penstabil atau dengan cara bagian belakang bendungan ditutupi dengan material
lempung, disiram semen, atau dilapisi oleh bahan yang bersifat tidak lolos air.
Apabila cara-cara tersebut diatas tidak bisa dilakukan maka disarankan untuk
dilakukan pendangkalan bagian dasar reservoir agar supaya keamanan menjadi
meningkat atau dengan cara menguras atau mengalirkan air yang terdapat dalam
reservoir melalui saluran pembuangan atau dengan cara memotong saluran.
Referensi :
http://bumi-myearth.blogspot.com/2012/01/struktur-geologi-sesar.html
http://ptbudie.wordpress.com/2010/12/24/sesar-fault/
http://jurnal-geologi.blogspot.com/2010/01/geo-tektonika-sesar-fault.html
http://wellygeologist.blogspot.com/2012/06/jenis-jenis-struktur-geologi-2.html
http://furqanwera.blogspot.com/2012/12/pengertian-lipatan-menurut-ahli-geologi.html
http://oerleebook.wordpress.com/2011/10/04/geologi-patahan-lipatan/