Anda di halaman 1dari 9

Upaya Promotiv dan Prefentif dalam Penurunan Angka

Kematian ibu Hamil


Lisa Ayeshadewi
10.2011.318
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Pendahuluan
Angka kematian ibu sampai saat ini masih tinggi, dan ini merupakan suatu problem
kesehatan yang sampai saat ini belum dapat diatasi secara tuntas. Sampai saat ini angka
kematian ibu (AKI) atau matenal morality rate (MMR) melahirkan tidak dapat diturunkan
seperti yang diharapkan. Puskesmas Pedes melaporkan hasil program KIA sebagai berikut :
angka kematian ibu (hamil, melahirkan, dan nifas) sebesar 350/100.000 kelahiran hidup
( nasional 228/100.000). Faktor faktor yang penyebabkan yang diduga antara lain adalah
anemia ibu hamil, status gizi kurang, jumlah anak banyak, serta tingginya persalinan oleh
dukun mencapai 70% dan dilakukan dirumah. Kematian ibu dipengaruhi oleh beberapa
faktor, mulai dari penyebab langsung dan penyebab tidak langsung terjadi kematian ibu.
Dengan diketahuinya faktor yang berhubungan dengan tinggi AKI, maka dapat direncanakan
kebijakan yang tepat sesuai dengan permasalahan yang ada. Sehubungan dengan hal tersebut,
kajian ini dilaksanakan untuk mengetahui determinasi antara cenderungan berhubungan
dengan tingginya AKI. Namun dengan promotif dan prefentif yang baik akan dapat
menurunkan angka kematian ibu.
Identifikasi istilah

Nifas : masa setelah melahirkan salama 6 minggu atau 40 hari atau beberapa jam setelah
lahirnya plasenta dan mencakup 6 minggu berikutnya.

Isi
Dilihat dari faktor lingkungan, penyebab terjadinya kematian pada ibu hamil,
melahirkan dan nifas dapat dibagi lagi menjadi beberapa faktor, yaitu faktor sosial ekonomi ,
agama dan geografis. Yang dimaksudkan faktor sosial ekonomi di sini adalah, disebagian
daerah khususnya di Indonesia, masih ada beberapa orang yang kehidupan sosialnya

menganggap bahwa seseorang yang mempunyai banyak anak akan mempunyai banyak
rejeki. Ketika pemikiran masyarakat sosial sudah berkembang seperti itu, akan sulit
menghilangkannya. Apalagi jika pemikiran yang tidak dilandasi dengan bukti ilmiah tersebut
masuk di lingkungan masyarakat dengan kondisi ekonomi yang rendah, masyarakat yang
tinggal di lingkungan tersebut akan semakin yakin apabila mereka mempunyai banyak anak,
mereka akan mempunyai banyak rejeki. Seperti yang kita ketahui, bahwa faktor jumlah anak
yang banyak juga menjadi salah satu penyebab angka kematian ibu meningkat. Masyarakat
juga terkadang masih dipengaruhi oleh kepercayaan dan tradisi secara turun menurun serta
sosial budaya masyarakat setempat yang lebih sering meminta pertolongan dukun beranak
untuk menolong persalinannya dengan alasan keterbatasan biaya pula. Jadi, faktor sosial yang
berkembang di lingkungan masyarakat dan ekonomi saling berkaitan dan bisa menjadi salah
satu faktor penyebab tingginya angka kematian ibu.
Faktor lingkungan agama juga dapat mempengaruhi tingginya angka kematian ibu.
Bagaimana faktor lingkungan keagamaan yang kental terkadang juga mempengaruhi
pemikiran suatu keluarga. Sebagai contoh dalam kasus, apabila daerah Pedes merupakan
suatu lingkungan yang kental dengan nilai keagamaan, suami atau anggota keluarga bisa saja
tidak mau membawa anggota keluargannya yang akan melahirkan yang mengalami
pendarahan hebat ke rumah sakit karena mereka beranggapan bahwa Mati atau hidup itu
adalah takdir Allah. Bayi bisa keluar karena kuasa Allah, ibunya meninggal karena sudah
takdir. Mereka yang tinggal di lingkungan dengan nilai keagamaan yang kuat sering kali
masih banyak ditemukan pemikiran untuk bersikap pasrah pada keadaan.1
Lingkungan geografis juga bisa menjadi salah satu faktor penyebab tingginya angka
kematian ibu. Dalam kasus diceritakan bahwa kunjungan perawatan kehamilan hanya
mencapai 40% dan persalinan di desa Pedes lebih sering dilakukan dengan pertolongan
dukun di rumah. Hal ini bisa saja terjadi apabila keadaan geografis desa Pedes jauh dari pusat
pelayanan kesehatan atau puskesmas, jauh dari tempat praktek bidan dan untuk
menjangkaunya pun dibutuhkan alat transportasi yang keberadaannya belum memadahi.
Apabila suatu masyarakat dihadapkan dengan lingkungan tempat tinggal tersebut, mereka
juga akan mengabaikan betapa pentingnya pelayanan kesehatan bagi ibu. Kesadaran akan
pentingnya pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, melahirkan dan saat masa nifas disepelekan,
padahal kurangnya pelayanan kesehatan yang didapat oleh ibu akan menjadi faktor penyebab
tingginya angka kematian.

Tingginya angka kematian ibu dari data Puskesmas Pedes dimungkinkan beberapa
faktor diantaranya:
a. Anemia ibu hamil
Kebutuhan zat besi pada ibu hamil meningkat. Selain dibutuhkan untuk
membentuk hemoglobin, zat besi juga dibutuh untuk pertumbuhan bayi dan plasenta.
Kebutuhan zat besi terutama meningkat pada kehamilan trisemester II dan III. Anemia
bukan penyakit keturunan melainkan penyakit yang diteruskan. Dalam arti, jika ibu
hamil mengalami ADB, kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang juga anemia.
Terlebih lagi, bila dalam perkembangannya pasca dilahirkan, si kecil kurang nutrisi.
Rendahnya Hb dapat mengakibatkan hipoksia (kekurangan oksigen), sehingga
menyebebkan syok bahkan kematian ibu saat persalinan, meski tidak disertai
pendarahan. Masa nifas pun anemia bisa menimbulkan masalah. Diantaranya adalah
perdarahan paksa melahirkan, rentan terhadap infeksi dan produksi ASI berkurang.
Anemia pada kehamilan, mengakibatkan hambatan pada pertumbuhan janin
baik sel tubuh maupun sel otak, kematian janin, abortus, kelahiran prematur, cacat
bawaan, BBLR (berat badan lahir rendah), anemia pada bayi yang dilahirkan, dan
rentan infeksi. Jika tidak diperbaiki status nutrisinya, anak yang dilahirkan dari bu
yang anemia berpotensi memiliki intelejensi yang rendah.2
Anemia gizi pada kehamilan adalah kondisi ketika kadar hemoglobin lebih
rendah dari pada normal karena kekurangan satu atau lebih nutrisi esensial. Selain itu
didaerah pedesaan banyak dijumpai ibu hamil malnutrisi atau kekurangan gizi,
kahamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan dan ibu hamil dengan
pendidikan dan tingkat sosial ekonomi rendah.3
b. Status gizi ibu yang kurang
Tujuan pengaturan gizi pada kehamilan adalah untuk memaksimallkan
kesehatan ibu dan meningkatkan tumbuh-kembang bayi yang sehat. Berat badan lahir
rendah dan penyakit yang terjadi pada usia lanjut.4
Status gizi kurang merupakan salah satu faktor dari kebiasaan hidup ibu hamil
yang mempengaruhi tingginya AKI di desa Pedes. Makanan pada ibu hamil harus
sesuai dengan kebutuhan yaitu makanan yang seimbang dengan perkembangan masa
kehamilan. Ibu hamil sebaiknya menerapkan menu 4 sehat 5 sempurna. Zat gizi yang
diperlukan untuk ibu hamil meliputi, karbohidrat yang terdiri dari karbohidrat yang
terdiri dari karbohidrat sederhanaseperti gula pasir, gula merah, serta karbohidrat
komplek seperti zat tepung (polisakaridapati), beras, gandung, jagung dan sebagainya.
Protein juga diperlukan untuk pertumbuhan. Lemak yang merupakan sumber kalori

yang melarutkan vitamin A yang penting untuk mata, tulang, kulit rambut dan
mencegah kelainan bawaan, vitamin D , E dan K.5
Gizi ibu yang baik diperlukan agar pertumbuhan janin berjalan pesat dan tidak
mengalammi hambatan. hal ini dapat dipenuhi dengan jalan sang ibu rajin
mengkonsumsi makanan yang yang memenuhi zat-zat makan yang lengkap. Wanita
hamil akan semakin memerlukan tambahan makanan tambahan makanan lebih dari
ukuran biasanya. itu disebabkan karena dia harus membagi makanan yang
dikonsumsinya dengan janin yang dikandungnya. Sangat bijaksana jika sang ibu
memperhatikan makanan yang dikonsumsinya agar anak dan diri dapat sehat dan
selamat baik masa hamil, masa melahirkan maupun sesudah melahirkan.
Jenis makanan yang baik untuk pertumbuhan janin dalam kandungan si ibu
adalah makanan yang memenuhi takaran empat sehat lima, yaitu yang memgandung
sumber protein tinggi, cukup lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral.6
c. Jumlah anak yang banyak
Pada beberapa orang, punya anak banyak memang rasanya hal yang tidak bisa
mereka hindari lagi. Tidak bisa dimungkiri tuntutan budaya dalam lingkungan mereka
yang mengahruskan memiliki anak banyak. Bagi keluarga yang menganut paham
garis keturunan anak laki-laki, sebuah keluarga yang akan merasakan ssebuah tekanan
yang halus untuk dapat memiliki anak laki-laki yang akan mewarisi nama
keluarganya. Sebaliknya bagi mereka yang menganut paham garis keturunan anak
perempuan, sebuah keluarga akan merasa tekana halus untuk mendapatkan anak
perempuan. Namun ada juga yang memperoleh kesulitan untuk dapat kesempatan
mengatur kelahiran anak-anaknya. Namun juga ada pepetah yang mengatakan banyak
anak banyak rezeki.7 Bayi bisa keluar karena Kuasa Allah, ... Ibunya meninggal
karena sudah takdir, karena melahirkan.8
Namun, imbauan untuk membatasi jumlah anak kerap berbenturan dengan
mendapatkan anak berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, dengan pameo banyak
anak banyak rezeki, kebobolan akibat gagal kb, dan persaan mampu untuk
mengurusbanyak anak karena kondisi sosial-ekonomi memungkinkan. Memang,
merencanakan berapa anak yang akan dilahirkan adalah hak masing-masing individu,
terlepas dari itu semua ada hal yang harus dipertimbangkan, yakni pertimbangan
medis dan spikologi. Berikut pertimbangan pertimbangan : Yang harus
dipertimbangkan pertama kali adalah faktor usia ibu. Perempuan yang hamil dan
meliahirkan diatas usia 35 termasuk kehamilan dengan resiko tinggi. Operasi ceasar

bila kelahiran anak pertama dan kedua melalui operasi ceasar, biasanya dokter
membatasi hanya boleh ditempat yang sama lebih dari tiga kali beresiko tinggi.
Kontraksi rahim wanita yang pernah hamil dan melahirkan lebih dari empat kali
beresiko mengalami kontraksi yang buruk pada saat persalinan dan pendarahan
setelah persalinan karena otot rahimnya lemah. Kehamilan resiko tinggi ibu yang
pernah hamil dan melahirkan lebih dari empat kali termasuk kehamilan resiko tinggi.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, banyak faktor yang membuat kehamilan
keempat dan seterusnya termasuk kehamilan resiko tertinggi, diantaranya: Bayi lahir
belom cukup bulan, bayi lahir dengan berat yang rendah (BBLR), keguguran
(abortus), persalinan tidak lancar, perdarahan sebelum dan sesudah persalinan, janin
mati dalam kandungan, ibu hamil/bersalin meninggal dunia, dan keracunan kehamilan
preeklamsia/eklamsia
Selain pertimbangan medis, tak kalah penting adalah pertimbangan dari faktor
psikologis. Dari faktor ibu, hamil dan melahirkan berulang kali apalagi kalau jaraknya
rapat tentu membuat ibu merasa lelah. Energinya terkuras untuk kehamilan dan
persalinan ini, apalagi kalau kehamilan ini termasuk kehamilan sulit. Sedangg dari
faktor anak, karena mempunyai saudara banyak, ada resiko anak-anak harus berebut
perhatian dengan kaka/adiknya, termasuk yang masih dalam kandungan. Akibatnya
tak jarang anak-anak malah terus berulah untuk mendapat perhatian. Meski ada juga
ada sisi positifnya mempunyai saudara banyak, yakni terlatih kemandiriannya.
Memang semua resiko psikologi diatas bisa diminimalisasi, misalnya dengan
menyediakan banyak pengasuh atau pembagian jadwalharian dan sebagainya. Namun
tetap saja hal itu harus menjadi pertimbangan.9
d. Persalinan yang ditolong oleh dukun yang tinggi
Dukun merupakan aktor lokal yang dipercaya warga sebagai tokoh kunci
dimasyarakat terutama yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan. Pada
kasus persalinan, dukun tidak hanya berperan pada proses tersebut berlangsung,
namun juga pada saat upacara. Dukun dipercaya memiliki kemampuan yang
diwariskan turun temurun untuk memediasi pertolongan medis dalam masyarakat.7
Tingginya persalinan yang dilakukan oleh dukun dan dilakukan dirumah
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu jarak antara tempat tinggal subyek dan tempat

pemeriksaan kehamilan dan faktor transportasi merupakan salah satu alasan dalam
memilih tenaga pemeriksa kehamilan atau persalinan. Namun beberapa faktor biaya
yang harus dikeluarkan. Faktor biaya juga merupakan alasan utama untuk memilih
tenaga non kesehatan dalam pemeriksaan kehamilan dan penolong persalinan karena
biaya untuk pemeriksa kehamilan dan penolong persalinan lebih ringan dibandingkan
pemeriksaan ke bidan. Biaya kedukun Rp 5.000 - Rp 10.000 dan sering tidak
mematok harga, seikhlas pemberian namun biaya yang dikeluarkan untuk
pemeriksaan kehamilan di bidan besar bekisar Rp 20.000 Rp 30.000. Dari segi
budaya bersalin dengan menggunakan dukun adalah salah satu alasannya karena
sudah menjadi kebiasaan dalam keluarga. Dari segi waktu pelayanan, kemudahan
mendapatkan pelayanan merupakan salah satu alasan untuk memilih dukun karena
dukun selalu ada sedangkan jika di puskesmas diberi jadwal buka yang terbatas dan
jika bidan belum datang , maka harus menunggu sang bidan.
Biaya yang dikeluarkan secara tidak langsung untuk seetiap jenis pelayanan dan
transportasi, lebih besar dibandingkan dengan ke dukun bayi. Namun jika dikaji
secara keseluruhan ternyata biaya yang dikeluarkan relatif sama besar, hal ini karena
dukun datang berkali kali dan pembayaran dillakukan secara mencicil.10
e. Kunjungan perawat kehamilan yang rendah
Kehamilan yang sering disertai dengan resiko tinggi mengalami persalinan
macet, tekanan darah tinggi pada ibu hamil, anemia kekurangan zat besi, dan berat
badan lahir rendah. Akibat yang terjadi dari adanya komplikasi-komplikasi ini dapat
dikurangi dengan diberikannya perawatan pranatal yang baik, tetapi kondisi sosial ibu
dan kehamilannya ini memang sedimikian rupa sehingga kunjungan pada perawatan
pranatal seringkali dilupakan, terlambat, atau dilakukan dengan tidak teratur.11
Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan masyarakat kegiatan yang
ditekankan adalah upaya promotif dan preventif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan
rehabilitatif dan resosialitatif.
Upaya yang dilakukan untuk meningkatan kesehatan individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat, dengan jalan memberikan : penyuluhan kesehatan masyarakat, peningkatan
gizi, pemeliharaan kesehatan perorangan, pemeliharaan kesehatan lingkungan,
teratur, rekreasi, dan pendidikan seks

olahraga

Upaya preventif ditinjau untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan
melalui : kegiatan immunisasi massal terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil,
pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui pos yandu, puskesmas, maupun kunjungan
rumah, pemberian vitamin A, yodium melalui posyandu, puskesmas atau pun di rumah, dan
pemberian serta pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.12
Untuk menurunkan AKI, secara nasional telah diprogramkan oleh pemerintah sejak
beberapa tahun silam melalui model yang dikenal dengan Upaya Safe Mother-hood. Upaya
safe motherhood merupakan bentuk interfensi terhadap beberapa determinan kematian ibu
yang dikenal engan 4 pilar, yaitu 1) keluarga berencana, 2) asuhan antenatal, 3) persalinan
bersih dan aman, serta 4) pelayanan obstetri esensial
seperti terlihat pada bagan 1 berikut.

Bagan 1. Empat Pilar Safe Motherhood13


Pilar KB ini bertujuan untuk memastikan
agar setiap individu perempuan maupun laki-laki
atau pasangan usia subur mendapat informasi dan
pelayanan tentang waktu, jumlah dan jarak kehamilan yang sebaik-baiknya. Pilar asuhan
ante-natal ini bertujuan untuk apabila mungkin, mencegah komplikasi serta memastikan
kehamilan dapat dideteksi secara dini dan ditangani secara benar. Pilar persalinan bersih dan
aman, bertujuan untuk memastikan bahwa setiap petugas kesehatan yang akan menolong
persalinan mempunyai pengetahuan, keterampilan dan alat untuk melaksanakan persalinan
yang bersih dan aman. Pilar pelayanan obstetri esensial untuk kelompok risiko tinggi dan
berkomplikasi tersedia untuk setiap perempuan, di manapun dia berada.
Strategi penanggulangan pada kasus AKI yang tinggi di desa Pedes dapat dilakukan
melalui program peningkatan Keluarga Berencana (KB). Keberhasilan KB juga dapat
mengurangi risiko terjadinya AKI yang disebut dengan 4 ter-lalu : 1) Terlalu muda, yaitu
kehamilan terjadi pada ibu yang berumur kurang dari 18 tahun, 2) Terlalu tua, yaitu
kehamilan terjadi pada ibu yang berumur di atas 34 tahun, 3) Terlalu sering, yaitu persalinan
terjadi pada interval waktu kurang dari 2 tahun, dan 4) terlalu banyak, yaitu ibu hamil yang
mempunyai paritas lebih dari 3.
Peningkatan akses penduduk terhadap layanan kesehatan. Harus dilaksanakan
mapping fasilitas dan tenaga kesehatan sehingga dapat diketahui hambatan akses layanan

kesehatan masyarakat. Mapping sebaiknya dilakukan sampai pada tingkat desa/kelurahan


oleh kabupaten/kota.
Peningkatan cakupan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan. Harus dicari akar
masalah yang menyebabkan ibu hamil lebih memilih melakukan persalinan dengan tenaga
kesehatan pada dukun, harus diupayakan tetap ke tenaga kesehatan pada saat melahirkan.
Diperlukan upaya pemberdayaan masyarakat dalam kerangka desa siaga, khususnya
perempuan, dalam pemeliharaan kesehatannya sehingga dapat menjadi masyarakat mandiri.14
Menurunkan AKI merupakan komitmen global yang tertuang dalam MDGs, yang
telah disepakati oleh seluruh pimpinan negara-negara di dunia.15 Dengan demikian, AKI
harus mendapatkan perhatian yang serius.
Penutup
Dapat disimpulkan dari pengkajian diatas bahwa faktor penyebab tingginya kematian
ibu yang tinggi itu dikarenakan dari faktor pendidikan pengetahuan tentang kehamilan yang
kurang , ekonomi yang rendah, dan kesehatan. Dalam menanggulangan angka kematian ibu
hamil tersebut dapat dilakukan preventif dan promotif.
Daftar pustaka
1. Rachmawati M. Kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil dan bersalin. Bandung:
Kepustakaan Eja Insani; 2004: 1-2.
2. Tameng besi untuk ibu hamil. OTC DIGEST april 2010; (44): 18-9
3. Arikunto S. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka cipta;
2007: 36
4. F
5. Wiryo H. Peningkatan gizi bayi, anak, ibu hamil, dan menyusui dengan bahan
makanan lokal. Jakarta: CV. Sagung Seto; 2002: 10-23.
6. Mengukur efektivitas makanan saat hamil. Suplemen medika juli 1996; 3: 27
7. Anita Ade. Cinta bintang kejora: mengasa nurani bersama buah hati. Jakarta: gema
insani press; 2004: 17
8. Banyak anak banyak resiko. Edisi 2011. Diunduh dari : http://ibuanak.net, 26
november 2011
9. Setyawati Gita, Meredian Alam. Modal sosial dan pemilihan dukun dalam proses
persalinan: apakah relevan?. Makara kesehatan juni 2010; 1 (14): 5

10. Eryando Tris. Alasan pemeriksaan kehamilan dan pemilihan penolong persalinan. J.
Adm. Kebijak. Kesehat Jan Apr 2008: 6 (1): 42-5
11. World Health Organization. Perawatan ibu dan bayi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;
12
12. Effendy Nasru. Dasar dasar keperawatan kesehatan masyarakat. Jakarta: buku
kedokteran EGC. Hal. 17-8
13. Retnaningsih E. Determinan antara yang berhubungan dengan angka kematian ibu
(AKI) di Sumatera Selatan. JKK 2007; 39(1): hal 1546-7.
14. Saifuddin B, Martaadisobrata D. Upaya safe motherhood dan making pregnancy.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2005.
15.

Departemen Kesehatan republik Indonesia. Kebijakan dan strategi nasional

kesehatan reproduksi di Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan republik


Indonesia; 2005

Anda mungkin juga menyukai