Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

EDIBON

KELOMPOK I
NAMA
IRSYADUL IBEDH

NRP
33121201007

Program Studi D3 Teknik Mesin Alat Berat


POLITEKNIK NEGERI MADURA
2014

Tujuan Insrtuksional Umum :

Mahasiswa mampu mendiagnosa system refrigerator

T ujuan Instruksoinal Khusus :

Mampu menganalisa pengaruh perubahan beban pendingan terhadap uunjuk kerja

system refrigerator
Mampu menganalisa pengaruh perubahan keadaan lingkungan luar sebagai media

1.1

penerima panas yang dilepas oleh kondensor terhadap unjuk system refrigerator
Mampu menganalisa pengaruh perubahan laju aliran refrigeran terhadap untuk kerja
system refrigerator
SIKLUS REFRIGERASI
Refrigeran merupakan media pemindah kalor pada system refrigerasi, dimana

refrigeran menyerap kalor pada tekanan rendah melalui evaporator dan melepaskan panas
pada tekanan tinggi melalui kondensor
Evaporator menyerap panas dari ruangan yang dikondisikan sehingga temperatur
ruangan menjadi dingin dan refrigeran bertekanan rendah didalam evaporator mengalami
pendidihan. Uap refrigeran tersebut kemudian dikompresikan oleh kompresor ketekanan
tinggi sehingga temperatur uap refrigerant tersebut juga mengalami kenaikan sehingga panas
refrigeran tersebut dapat dilepas kelingkungan melalui kondensor sedangkan refregeran
mengalami kondensasi sehingga refregeran berubah fasa menjadi cairan pada tekanan tinggi
cairan refrigeran tersebut kemudian diekpansikan ketekanan evaporator untuk siklus
selanjutnya oleh alat ekpansi.

1.2

Tinjauan Termodinamik Siklus Refrigersi

Gambar 1.1. siklus refrigerasi standard

Gambar 1.2. diagram proses refrigerasi

Pada siklus diatas (gambar 1.1) dapat diilustrasikan dengan mudah melalui

mobil chart yang secara sekematis sebagaimana gambar diatas.


Proses 4-1 terjadi di evaporator

Proses pendidihan dan penguapan refrigeran pada temperature dan tekanan rendah dengan
menyerap panas dari ruagan ruangan yang akan dikondisikan. Besarnya panas yang di serap
dinyatakan :
Qe = m(hi-h4).(1.1)
Dimana :
Qe : kapasitas refrigersi (KW atau Ton Ret)
: laju aliran masa refrigeran (Kg/sec)
(h1-h4) : selisih enthalpi refrigeran antara titik masukan dan keluaran evaporator
Yang biasanya dinyatakan sebagai: Qe (efek refrigasi) (Kj/kg)
Proses 1-2 terjadi di kompresor
Uap refrigeran jenuh kemudian dikompresikan ke tekanan kondensor P2 oleh kompresor dan
terjadi secara isentropis sehingga daya kompresor isentropis dinyatakan sebagai :
Wc.s = (h2-h1)(1.2)
Dimana :
Wc.s : Daya kompresi isentropis (KW atau HP)
(h2-h1) : selisih entalphi refrigeran antara discharge dan suction kompresor (kj/kg)
Proses tersebut secara nyata tidak terjadi secara isentropik, tetapi terjadi kenaikan entropi
sebagai akibat penambahan panas kesistem oleh mekanisme kompresor dan motor
penggeraknya sehingga daya kompresor aktualnya dinyatakan sebagai :
Wc.a = Wc.s /c
Dimana :
Wc.a : Daya kompresor nyata (KW/HP)
c : efisiensi kompresi
Proses 2-3 terjadi di kondensor
Proses pengembunan refrigeran pada temperatur dan tekanan tinggi dengan melepas panas ke
lingkungan. Besarnya panas yang di lepas dinyatakan :
Qc = (h2-h3).(1.3)
Dimana :
Qc : kapasitas pelepasan panas di kondensor (KW)
(h2-h3) : selisih entalphi refrigeran antara titik masukan dan keluaran kondensor
(kj/kg)

Proses 3-4 terjadi di alat ekspansi

Refrigerant cair bertekana tinggi diturunkan tekanannya oleh alat ekspansi ke tekanan
evaporator yang mengakibatkan sebagian refrigeran berubah fase menjadi uap menuju siklus
evaporasi kembali.
1.3

Prestasi Siklus Refrigerasi


prestasi siklus refrigerasi dinyatakan sebagai COP (Coefficient Of Performance).
COP=

Kapasitas refrigerasi
(kerja kompresi)

( h1h 4)
(h 2h 1)

(2.5)

Makin besar efek refrigerasi ( atau kapasitas refrigerasi ) per KW kerja kompresinya,
berarti semakin besar koefisien prestasinya, berarti system semakin baik

1.4

Peralatan praktikum

Gambar 1.3 peralatan praktikum

1.5

Prosedur percobaan
1. Aktifkan tombol start pada layar komputer.
2. Aktifkan kerja compressor pada layar komputer.
3. atur putaran kondensor 5 data, sedangkan evaporator konstan kemudian catat
datanya pada table pengambilan data.
4. atur putaran evaporator 5 data, sedangkan kondensor konstan kemudian catat
datanya pada table pengambilan data.
5. atur putaran evaporator 5 data, dan kondensor 5 data dengan data yang sama
kemudian catat datanya pada table pengambilan data.

1.6

Pengolahan Data

Dari data hasil praktikum didapatkan:

Data hasi l perhitungan didapatkan:

Dari P H diagram R-134a didapatkan:

h1

= 425 kj/kg

h2

= 426 kj/kg

h3

h2,is

h4

= 270 kj/kg
= 492 kj/kg

Perhitungan :
1. Besarnya panas yang diterima refrigerant di evaporator
Qevaporator = m refrigerant .(h1 h4)
= 16,5 L/h (425 -208) kj/kg
= 3580,5 KW
2. Kerja kompresi atas refrigerant
W compressor = m refrigerant .(h2 h1)
= 16,5 L/h (426 425) kj/kg
= 16,5 KW
3. Kerja kompresi isentropis atas rfefrigerant
Wc.is
= m refrigerant .(h2is h1)
= 16,5 L/h (492 425) kj/kg
= 1105,5 KW
4. Efisiensi kompresi
c

= (Wc.is / W compressor) x 100%


= (1105,5 KW / 16,5 KW) x 100%
= 6700%

5. Hitung COP berdasarkan input output system


COP
= ( Q evaporator / W compressor )
= (2557,5 KW/16,5 KW)
= 155

6. Panas yang dibebaskan refrigerant oleh kondensor


Q condensor = m refrigerant .(h2-h3)
= 16,5 L/h (426-270) kj/kg
= 2574 KW

1.7

1.8

Analisa Data
1. Plot semua data hasil percobaan sistem refrigerasi pada P-h diagram
2. Analis
3. Kesimpulan
jawaban
1.

Gambar 1.1
(P1 = 1,1 P2 =13,3 T1 = 28,1 T2= 51,4 T3= 46,6 )
(h1 = 425, h2 = 426, h3=h4 = 270, h2 is = 492)

Gambar 1.2
(P1 = 1,2 P2 =12,8 T1 = 28 T2= 58,6 T3= 46,6 )
(h1 = 425, h2 = 430, h3=h4 = 270, h2 is = 490)

Gambar 1.3
(P1 = 1,2 P2 =11,5 T1 = 27,5 T2= 63,5 T3= 43,8 )
(h1 = 426, h2 = 442, h3=h4 = 261, h2 is = 485)

Gambar 1.4
(P1 = 1,3 P2 =11T1 = 26,9 T2= 66,1 T3= 41,8 )
(h1 = 425, h2 = 446, h3=h4 = 258, h2 is = 484)

Gambar 1.5
(P1 = 1,3 P2 =10,7 T1 = 26,7 T2= 67,3 T3= 40,7 )
(h1 = 424, h2 = 448, h3=h4 = 257, h2 is = 479)

Gambar 1.6
(P1 = 1,3 P2 =12,2 T1 = 24,1 T2= 69,1 T3= 44,1 )
(h1 = 422, h2 = 447, h3=h4 = 262, h2 is = 481)

Gambar 1.7
(P1 = 1,4 P2 =12,7 T1 = 24 T2= 73,3 T3= 45,4 )
(h1 = 421, h2 = 451, h3=h4 = 264, h2 is = 483)

Gambar 1.8
(P1 = 1,4 P2 =13 T1 = 26,2 T2= 74,5 T3= 46,8 )
(h1 = 424, h2 = 452, h3=h4 = 266, h2 is = 479)

Gambar 1.9
(P1 = 1,4 P2 =13,5 T1 = 27,7 T2= 75,8 T3= 48,4 )
(h1 = 425, h2 = 453, h3=h4 = 269, h2 is = 485)

Gambar 1.10
(P1 = 1,4 P2 =12,8 T1 = 29,1 T2= 76,3 T3= 49,5 )
(h1 = 427, h2 = 454, h3=h4 = 270, h2 is = 486)

Gambar 1.11
(P1 = 3,5 P2 =12,4 T1 = 28,6 T2= 76,5 T3= 49,1 )
(h1 = 422, h2 = 455, h3=h4 = 271, h2 is = 449)

Gambar 1.12
(P1 = 1,8 P2 =13,8T1 = 29,5 T2= 60,9 T3= 49,2 )
(h1 = 426, h2 = 434, h3=h4 = 270, h2 is = 479)

Gambar 1.13
(P1 = 1,5 P2 =12,7 T1 = 29,7 T2= 81,6 T3= 47,5 )
(h1 = 427, h2 = 461, h3=h4 = 267, h2 is = 478)

Gambar 1.14
(P1 = 1,4 P2 =11,9 T1 = 29,7 T2= 80,2 T3= 45,7 )
(h1 = 428, h2 = 464, h3=h4 = 267, h2 is = 481)

Gambar 1.15
(P1 = 1,4 P2 =11,4 T1 = 29,7 T2= 78 T3= 44,3 )
(h1 = 427, h2 = 459, h3=h4 = 262, h2 is = 480)

Analisa:
Dari grafik diatas dapat kita analisa bahwa semakin besar kerja evaporator maka nilai
kompresi yang dihasilkan semakin kecil. Sehingga unjuk kerja kompressor semakin
ringan. Namun pada beban evaporator 2 nilai kompresi nol atau kompressor
mengalami tripped dikarenakan kerja kompressor terlalu berat maka kompressor
mengalami tripped

2. Kesimpulan
Dari praktikum yang kami lakukan dapat kami simpulkan bahwa semakin
besar beban evaporator maka unjuk kerja kompressor kecil.
Sehingga

Anda mungkin juga menyukai