Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Kalimantan merupakan Provinsi

yang semakin

maju dan sedang

berkembang pesat, khususnya dalam bidang konstruksi, dalam hal ini teknologi
beton mempunyai potensi yang luas dalam bidang konstruksi. Hal ini
menyebabkan beton banyak digunakan untuk konstruksi bangunan gedung,
jembatan, dermaga dan lain-lain.
Beton umumnya tersusun dari empat bahan penyusun utama yaitu
semen,pasir, agregat, dan air. Banyaknya jumlah penggunaan beton dalam
konstruksi tersebut mengakibatkan peningkatan kebutuhan material beton,
sehingga memicu penambangan batuan sebagai salah satu bahan pembentuk
beton secara besar-besaran

yang menyebabkan

turunnya jumlah sumber

da ya alam yang tersedia untuk keperluan pembetonan. Seperti yang diketahui


bahwa semen juga adalah sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan
jumlahnya juga terbatas (Suharwanto, 2005).
Dalam menghadapi era globalisasi dunia, Indonesia yang dikenal sebagai
salah satu Negara berkembang dituntut untuk

lebih kreatif serta memiliki

keterampilan dalam melakukan penelitian dan pengembangan bidang konstruksi,


terutama pada teknologi pembuatan beton, menjawab kebutuhan ini maka perlu
dipikirkan suatu alternatif bahan pengganti semen ataupun agregat dalam sebuah
konstruksi beton untuk dapat mengurangi pemakaian semen dan agregat.
Jika diperlukan, bahan tambah (admixture) dapat ditambahkan untuk
mengubah sifat-sifat tertentu dari beton agar berfungsi lebih baik dan lebih
ekonomis. Beton adalah material utama yang digunakan dalam pembuatan
bangunan. Beton banyak digunakan karena keunggulan-keunggulannya antara
lain karena beton dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan
konstruksi, mampu memikul beban yang berat, tahan terhadap temperatur yang
tinggi, dan biaya pemeliharaan yang kecil atau mudah dalam perawatan. Dalam
keadaan yang mengeras, beton bagaikan batu karang dengan kekuatan tinggi.
Beton juga akan memberikan hasil akhir yang bagus jika pengolahan akhir
dilakukan dengan cara khusus seumpamanya diekspose agregatnya (agregat
yang mempunyai bentuk yang bertekstur seni tinggi diletakkan dibagian luar,
1

sehingga nampak jelas pada permukaan betonnya). Selain tahan terhadap


serangan api seperti yang telah disebutkan diatas, beton juga tahan terhadap
serangan korosi (Mulyono, 2005).
Pada perkembangan konstruksi beton seperti saat ini, beton yang tidak
100% berbahan dasar semen Portland sudah banyak dibuat oleh para praktisi.
Yaitu dengan mengurangi sekian persen semen dan menambah sekian persen dari
jumlah keseluruhan semen Portland suatu bahan tambahan (admixture). Manfaat
dari pengurangan jumlah semen ini yaitu mengurangi polusi akibat emisi gas CO2
yang dihasilkan dari reaksi hidrasi semen Portland, memperbaiki dan menambah
sifat beton sesuai dengan sifat beton yang diinginkan, memperbaiki penampilan
beton serta menghemat harga beton (Subakti, Aman, 1995). Adapun bahan
tambahan (admixture) yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bahan pengganti
sebagian semen dengan abu cangkang cangkang kemiri serta abu sekam padi.
Dengan pemanfaatan limbah cangkang kemiri serta sekam padi dalam membuat
beton diharapkan mampu menghasilkan suatu beton dengan kekuatan yang baik,
ramah lingkungan, dan dapat dilihat penggunaannya pada bangunan yang tepat
dari jenis beton.
Tanaman kemiri banyak ditanam di Indonesia, yaitu Propinsi Aceh, Sumatra
Utara, Sumatra Barat, Bengkulu, Sumatra Selatan, Lampung, Jawa Barat,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur Kalimantan Barat, Bali, Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi dan Maluku. Secara keseluruhan luas areal
tanaman kemiri di Indonesia 205.532 hektar dengan produksi 74.319 ton/tahun.
Kemiri merupakan hasil hutan kayu potensial dengan beragam kegunaan,
diantaranya yang belum banyak disentuh adalah pemanfaatan cangkang kemiri.
Pada umumnya masyarakat menjadikan cangkang kemiri sebagai limbah dan
hanya sebagian kecil saja yang memanfaatkannya sebagai pengeras jalan dan
lantai rumah. Cangkang kemiri merupakan suatu potensi baru yang dapat
dikembangkan dan dimanfaatkan lebih besar lagi. Tentu saja ini dapat
meningkatkan nilai ekonomis cangkang kemiri yang selama ini hanya dikenal
sebagai bahan buangan dari tanaman kemiri. Pemanfaatan cangkang kemiri kelak
dapat dimaksimalkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Pemanfaatan cangkang
kemiri selama ini hanya berputar pada hal-hal bersifat tradisional, misalnya

sebagai bahan bakar pengganti kayu bakar maupun sebagai obat nyamuk bakar.
Namun kenyataannya potensial dari cangkang kemiri dapat dimanfaatkan lebih
besar lagi (Triwulan, 2007).
Abu sekam (rice husk ash), merupakan limbah yang sangat melimpah dari
tanaman padi dan memiliki komposisi yang hampir sama dengan semen. Abu
sekam dalam jumlah tertentu dapat menggantikan jumlah semen dan dapat
berperan sebagai pengisi diantara partikel-partikel semen. Pada tahun 2012
diperkirakan produksi padi di Indonesia mencapai 69,27 juta ton gabah kering
(BPS,2012) dengan produk samping yang dihasilkan berupa sekam padi sebanyak
20% dari gabah kering. Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat
digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, abu gosok,
bahan bakar pembuatan batu bata, tetapi nilai ekonomisnya masih rendah
sehingga perlunya dicari alternative lain yang lebih bermanfaat.
Abu sekam termasuknya pozzolan buatan yang mengandung senyawa silika
dan aluminia, yang tidak mempunyai sifat mengikat seperti semen. Akan tetapi
dalam bentuknya yang halus dan adanya air, senyawa tersebut akan bereaksi
dengan kalsium hidroksida (Ca(OH)2) pada suhu normal membentuk senyawa
kalsium silikat hidrat (CSH) dan kalium hidrat yang bersifat hidrolis dan
mempunyai angka kelarutan yang cukup rendah. Penambahan pozzolan pada
semen akan memperbaiki workabilitas dari beton, menurunkan panas hidrasi
karena dengan adanya tambahan pozzolan kandungan C3A dalam semen
berkurang (Subakti A, 1992).
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana cara meningkatkan nilai limbah (cangkang kemiri dan sekam padi)
sebagai bahan tambahan pada campuran beton?
2. Bagaimana komposisi campuran bahan-bahan (semen, air, agregat halus,
agregat kasar dan limbah cangkang kemiri serta abu sekam padi) yang dapat
menghasilkan beton dengan kualitas terbaik yang memenuhi SNI?

3. Bagaimana pengaruh dari bahan tambahan abu cangkang kemiri dan abu
sekam padi sebagai bahan pengganti sebagian semen untuk mendapatkan mutu
beton tertentu sesuai SNI?
1.3

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui komposisi campuran bahan-bahan (semen, air, agregat
halus, agregat kasar dan limbah cangkang kemiri serta abu sekam padi) yang
dapat menghasilkan beton dengan kualitas terbaik yang memenuhi SNI.
2. Untuk mengetahui pengaruh dari bahan tambahan abu cangkang kemiri dan
abu sekam padi sebagai bahan pengganti sebagian semen dengan komposisi
campuran 10%, 15% dan 20% terhadap massa semen.

1.4

Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:

1. Dapat mengatasi permasalahan pembuangan limbah cangkang kemiri dan


sekam padi yang dapat digunakan sebagai bahan pengganti sebagian semen
pada campuran beton.
2. Memberikan wawasan kepada masyarakat bahwa cangkang kemiri dan sekam
padi dapat dijadikan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan beton.
3. Meningkatkan nilai limbah (cangkang kemiri dan sekam padi) sebagai bahan
tambahan pada campuran beton.
4. Menghasilkan beton dengan kekuatan yang cukup baik, ramah lingkungan,
dan ekonomis.
1.5

Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini meliputi:
1. Penambahan abu sekam padi dan abu cangkang kemiri dilakukan pada benda
uji kubus mortar sebesar 5%, 10%, 15% dan 20% terhadap massa semen.
2. Penambahan abu sekam padi dan abu cangkang kemiri dilakukan pada benda
uji silinder beton sebesar 10%, 15% dan 20% terhadap massa semen.

3. Beton yang ditinjau adalah beton yang menggunakan campuran abu sekam
padi dan cangkang kemiri dengan kuat tekan karakteristik rencana 25 MPa.
4. Jumlah benda uji masing-masing campuran mortar adalah 3 (tiga) buah kubus
mortar dengan jumlah total sampel sebanyak 189 buah.
5. Jumlah benda uji masing-masing campuran beton adalah 5 (lima) buah
silinder dengan jumlah total sampel sebanyak 105 buah.
6. Pengujian karakteristik yang digunakan setelah 7, 14 dan 28 hari yaitu
pengujian kuat tekan beton.
7. Analisis dilakukan dengan metode statistik yang menggunakan standar deviasi
dengan faktor kegagalan 5%.
8. Perencanaan campuran beton (job mix) menggunakan metode Department of
Environment (DoE) dan SNI.

Anda mungkin juga menyukai