PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kalimantan merupakan Provinsi
yang semakin
berkembang pesat, khususnya dalam bidang konstruksi, dalam hal ini teknologi
beton mempunyai potensi yang luas dalam bidang konstruksi. Hal ini
menyebabkan beton banyak digunakan untuk konstruksi bangunan gedung,
jembatan, dermaga dan lain-lain.
Beton umumnya tersusun dari empat bahan penyusun utama yaitu
semen,pasir, agregat, dan air. Banyaknya jumlah penggunaan beton dalam
konstruksi tersebut mengakibatkan peningkatan kebutuhan material beton,
sehingga memicu penambangan batuan sebagai salah satu bahan pembentuk
beton secara besar-besaran
yang menyebabkan
sebagai bahan bakar pengganti kayu bakar maupun sebagai obat nyamuk bakar.
Namun kenyataannya potensial dari cangkang kemiri dapat dimanfaatkan lebih
besar lagi (Triwulan, 2007).
Abu sekam (rice husk ash), merupakan limbah yang sangat melimpah dari
tanaman padi dan memiliki komposisi yang hampir sama dengan semen. Abu
sekam dalam jumlah tertentu dapat menggantikan jumlah semen dan dapat
berperan sebagai pengisi diantara partikel-partikel semen. Pada tahun 2012
diperkirakan produksi padi di Indonesia mencapai 69,27 juta ton gabah kering
(BPS,2012) dengan produk samping yang dihasilkan berupa sekam padi sebanyak
20% dari gabah kering. Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat
digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, abu gosok,
bahan bakar pembuatan batu bata, tetapi nilai ekonomisnya masih rendah
sehingga perlunya dicari alternative lain yang lebih bermanfaat.
Abu sekam termasuknya pozzolan buatan yang mengandung senyawa silika
dan aluminia, yang tidak mempunyai sifat mengikat seperti semen. Akan tetapi
dalam bentuknya yang halus dan adanya air, senyawa tersebut akan bereaksi
dengan kalsium hidroksida (Ca(OH)2) pada suhu normal membentuk senyawa
kalsium silikat hidrat (CSH) dan kalium hidrat yang bersifat hidrolis dan
mempunyai angka kelarutan yang cukup rendah. Penambahan pozzolan pada
semen akan memperbaiki workabilitas dari beton, menurunkan panas hidrasi
karena dengan adanya tambahan pozzolan kandungan C3A dalam semen
berkurang (Subakti A, 1992).
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana cara meningkatkan nilai limbah (cangkang kemiri dan sekam padi)
sebagai bahan tambahan pada campuran beton?
2. Bagaimana komposisi campuran bahan-bahan (semen, air, agregat halus,
agregat kasar dan limbah cangkang kemiri serta abu sekam padi) yang dapat
menghasilkan beton dengan kualitas terbaik yang memenuhi SNI?
3. Bagaimana pengaruh dari bahan tambahan abu cangkang kemiri dan abu
sekam padi sebagai bahan pengganti sebagian semen untuk mendapatkan mutu
beton tertentu sesuai SNI?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui komposisi campuran bahan-bahan (semen, air, agregat
halus, agregat kasar dan limbah cangkang kemiri serta abu sekam padi) yang
dapat menghasilkan beton dengan kualitas terbaik yang memenuhi SNI.
2. Untuk mengetahui pengaruh dari bahan tambahan abu cangkang kemiri dan
abu sekam padi sebagai bahan pengganti sebagian semen dengan komposisi
campuran 10%, 15% dan 20% terhadap massa semen.
1.4
Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini meliputi:
1. Penambahan abu sekam padi dan abu cangkang kemiri dilakukan pada benda
uji kubus mortar sebesar 5%, 10%, 15% dan 20% terhadap massa semen.
2. Penambahan abu sekam padi dan abu cangkang kemiri dilakukan pada benda
uji silinder beton sebesar 10%, 15% dan 20% terhadap massa semen.
3. Beton yang ditinjau adalah beton yang menggunakan campuran abu sekam
padi dan cangkang kemiri dengan kuat tekan karakteristik rencana 25 MPa.
4. Jumlah benda uji masing-masing campuran mortar adalah 3 (tiga) buah kubus
mortar dengan jumlah total sampel sebanyak 189 buah.
5. Jumlah benda uji masing-masing campuran beton adalah 5 (lima) buah
silinder dengan jumlah total sampel sebanyak 105 buah.
6. Pengujian karakteristik yang digunakan setelah 7, 14 dan 28 hari yaitu
pengujian kuat tekan beton.
7. Analisis dilakukan dengan metode statistik yang menggunakan standar deviasi
dengan faktor kegagalan 5%.
8. Perencanaan campuran beton (job mix) menggunakan metode Department of
Environment (DoE) dan SNI.