PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cara penarikan kandungan kimia obat dalam tanaman sangat
menentukan senyawa apa saja yang akan berada dalam ekstrak. Pemilihan cara
ekstraksi yang salah menyebabkan hilangnya ata berkurangnya senyawa kimia
berkhasiat yang diinginkan. Pemahaman tentang sifat zat-zat kimia yang ada
dalam tanaman mutlak diperlukan untuk mendukung pemilihan cara ekstraksi.
Cara ekstraksi sangat beragam, disesuaikan dengan sifat simplisia,
kandungan kimia di dalamnya dan ketersediaan alat ekstraksi. Dalam
praktikum ini akan dilakukan ekstraksi dengan cara panas dan cara dingin
yaitu infuse, dekok, rebusan, dan maserasi. Infuse, dekok, dan rebusan
merupakan sediaan galenika dan cara ekstraksi yang sering diaplikasikan di
masyarakat. Sedangkan maserasi merupakan cara ekstraksi yang sering
diaplikasikan dalam penelitian pendahuluan khasiat tanaman obat.
Tanaman jambu biji putih atau Psidium guajava L. termasuk familia
Myrtaceae. Jambu biji memiliki beberapa kelebihan, antara lain buahnya dapat
dimakan sebagai buah segar, dapat diolah menjadi berbagai bentuk makanan
dan minuman. Selain itu, buah jambu biji bermanfaat untuk pengobatan
(terapi) bermacam-macam penyakit, seperti memperlancar pencernaan,
menurunkan kolesterol, antioksidan, menghilangkan rasa lelah dan lesu,
demam berdarah, dan sariawan. Selain buahnya, bagian tanaman jambu biji
seperti
daun,
kulit
akar
maupun
akarnya
dapat
berkhasiat
untuk
lambung, gusi bengkak, dan peradangan mulut, serta kulit terbakar sinar
matahari (Cahyono, 2010). Ekstrak etanol daun jambu biji juga telah diteliti
sebagai antioksidan. Menurut Indriani (2006), ekstrak etanol dari daun jambu
biji dapat berperan sebagai antioksidan.
Daun jambu biji memiliki manfaat bagi bidang farmasi sehingga kita
perlu mengetahui proses ekstraksi yang baik untuk mengambil ekstrak yang
terdapat pada daun jambu biji.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses ekstraksi daun jambu biji dengan metode perkolasi?
2. Apa khasiat daun jambu biji ?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami penyarian simplisia dengan cara perkolasi
serta hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyari simplisia dengan cara
perkolasi.
2. Mahasiswa mampu memasang alat perkolasi dan bagian-bagiannya.
3. Mahasiswa mampu membuat ekstrak kental dengan cara perkolasi.
4. Mahasiswa mengetahui pengaruh perbedaan pelarut dan konsentrasi etanol
terhadap rendemen ekstrak secara perkolasi.
5. Mahasiswa mengetahui perbedaan nilai rendemen ekstrak kunyit antara
maserasi dan perkolasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan
cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi
yaitu menempatkan serbuk simplisia dalam suatu bejana silinder, yang bagian
bawahnya diberi sekat berpori, kemudian cairan penyari dialirkan dari atas
kebawah melalui serbuk tersebut, yang akan melarutkan zat aktif (Ansel,
1989)
Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi, karena :
1. Aliran cairan penyari menyebabkan adanay pergantian larutan yang terjadi
dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan
derajat perbedaan konsentrasi.
2. Ruangan antara butir-butir simplisia membentuk saluran tempat mengalir
cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka kecepatan
pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat
meningkatkan perbedaan konsentrasi.
Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator, cairan yang
digunakan untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan zat
aktif yang keluar dari perkolator disebut sari atau perkolat, sedangkan sisa
setelah dilakukan penyarian disebut ampas atau sisa perkolasi.
Pemilihan perkolator tergantung pada jenis serbuk simplisia yang akan
disari. Serbuk yang mengandung sejumlah besar zat aktif yang larut, tidak
baik bila diperkolasi dengan alat perkolasi yang sempit, karena perkolat akan
segera menjadi pekat dan berhenti mengalir. Pada pembuatan tingtur dan
ekstrak cair, jumlah cairan penyari yang tersedia lebih besar dibandingkan
dengan jumlah cairan penyari yang diperlukan untuk melautkan zat aktif, pada
keadaan tersebut pembuatan sediaan digunakan perkolator lebar untuk
mempercepat proses perkolasi. Ukuran perkolator yang digunakan harus
dipilih sesuai dengan jumlah bahan yang akan disari. Jumlah bahan yang
disari tidak lebih dari 2/3 tinggi perkolator.
kepekatanny tidak sama, tetesan pertama pekat dan pada tetesan terakhir
encer. Untuk memperbaikinya dapat dilakukan cara perkolasi bertingkat.
B. Jambu biji (Psidium guajava L.)
Jambu biji berasal dari Amerika tropis, tumbuh pada tanah yang gembur
maupun liat, pada tempat terbuka dan mengandung air cukup banyak. Tanaman
jambu biji putih dapat berbunga sepanjang tahun. Tanaman ini sering tumbuh liar
dan dapat ditemukan pada ketinggian 1-1.200 mdpl (Hapsoh dan Hasanah, 2011).
Gambar 2.1 Buah, Daun, dan Bunga Tanaman Jambu Biji Putih (Psidium
guajava L. (Arya, et al., 2012)
C. Klasifikasi Tanaman
Secara botani, tanaman jambu biji diklasifikasikan sebagai berikut
(Hapsoh dan Hasanah, 2011) :
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Class
: Dicotyledoneae
Ordo
: Myrtales
Famili
: Myrtaceae
Genus
: Psidium
Spesies
: Psidium guajava L.
daun jambu biji adalah senyawa flavonoid, tanin, triterpenoid, saponin, steroid,
dan alkaloid (Arya, et al.,2012).
Flavonoid ini dapat diekstraksi dengan etanol 70% (Harborne, 1987;
Anonim, 1979). Pelarut etanol dapat digunakan untuk menyari zat yang kepolaran
relatif tinggi sampai relatif rendah, karena etanol merupakan pelarut universal,
etanol tidak menyebabkan pembengkakan membran sel, dapat memperbaiki
stabilitas bahan obat yang terlarut dan juga efektif dalam menghasilkan jumlah
bahan aktif yang optimal (Voigt, 1994)
BAB III
METODE PERCOBAAN
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkolasi adalah proses penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan
cairan penyari melalui serbuk simplisia yang sudah dibasahi. Prinsip
perkolasi yaitu menempatkan serbuk simplisia dalam suatu bejana
silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, kemudian cairan
penyari dialirkan dari atas kebawah melalui serbuk tersebut, yang
akan melarutkan zat aktif.
B. Saran
hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan ektraksi
secara perkolasi yaitu, bagian atas tabung percolator setelah diberi
cairan penyari segera ditutup agar tidak menguap, saat penempatan
sekat berpori kapas jangan terlalu ditekan agar tidak menyumbat
keran, posisi botol perkolat harus lebih rendah dari tabung percolator,
cairan penyari di atas simplisia selalu dijaga selapis saja jangan
sampai terlalu banyak, dan pengaturan penetapan cairan keluar dalam
jangka waktu yang ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1980, Materia Medika Indonesia edisi IV, Jakarta : Departemen
Kesehatan RI
LAMPIRAN
10
11
pemasangan selang,
12
Penambahan
cairan
penyari
percobaan aliran
13
Proses penguapan
hasil perkolat
14
ekstrak
kental
dan
mempersiapkannya.
akan disari
Saat membasahi simplisia dengan cairan penyari
Penempatan sekat berpori (kapas, kertas saring, simplisia, kertas
ditetapkan.
Wadah untuk menampung perkolat tidak boleh lebih tinggi dari
tempat simplisia.
Kecepatan tetesan filtrat harus konstan dan jangan sampai cairan
selapis habis.
Cairan yang tersisa diatas simplisia hanya selapis saja jangan
15
B4-B6
C4-C6
D4-D6
Etanol 50%
34%
22,40%
11,20%
54%
30,4%
Etanol 70%
26,80%
18,64%
32,80%
42,80%
30,26%
Etanol 96%
21,60%
15,60%
14,80%
23,20
18,8%
B4-B6
C4-C6
D4-D6
Etanol 50%
6 jam 20
5 jam 5
5 jam 54
5 jam 21
5 jam 40
Etanol 70%
5 jam 20
3 jam 45
6 jam 14
3 jam 58
4 jam 49
Etanol 96%
2 jam 40
1 jam 15
2 jam
1 jam 49
1 jam 56
16
= 44,75%
Etanol 70%
= 36,38%
Etanol 96%
= 20%
Etanol 96% (20%) < etanol 70% (36,38%) < etanol 50% (44,75%)
Perkolasi
Etanol 50%
= 30,4%
Etanol 70%
= 30,26%
Etanol 96%
= 18,8%
Etanol 96% (18,8%) < etanol 70% (30,26%) < etanol 50% (30,4%)
17
18