A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi
didalam kehidupan manusia. Proses menua
merupakan
proses
sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi
dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses
alamiah,
yang
berarti
seseorang
telah
melalui
tiga
tahap
kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda,
baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai
dengan
kulit
yang
ompong, pendengaran
mengendur,
kurang
rambut
jelas,
memutih,
pengelihatan
gigi
mulai
semakin
Batasan lansia :
napas
dalam
dan
menstimulasi
kembali
fungsi
sistem
saraf
pusat,
trauma
langsung
pada
sistem
oleh
karena
hilangnya
kemampuan
(daya)
hipertropi
dan
kemampuan
peregangan
jantung
tempat
penurunan
koordinasi
dan
kemampuan
dalam
1) Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal
terutama jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti
menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan
sensorik terutama pendengaran.
2) Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan
kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh
pada lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik
dan kesehatan.
3) Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong,
lalu diikuti dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut
menjadi suatu episode depresi. Depresi juga dapat disebabkan
karena stres lingkungan dan menurunnya kemampuan adaptasi.
4) Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas
umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif
kompulsif, gangguan-gangguan tersebut merupakan kelanjutan dari
dewasa muda dan berhubungan dengan sekunder akibat penyakit
medis, depresi, efek samping obat, atau gejala penghentian
mendadak dari suatu obat.
5) Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham
(curiga), lansia sering merasa tetangganya mencuri barangbarangnya atau berniat membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia
yang terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial.
6) Sindroma Diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku
sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia
bermain-main dengan feses dan urin nya, sering menumpuk barang
dengan tidak teratur. Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut
dapat terulang kembali.
Dampak fisiologis dari imobilitas, antara lain:
Efek
Penurunan
konsumsi
Hasil
oksigen Intoleransi ortostatik
maksimum
Penurunan fungsi ventrikel kiri
Konstipasi
Pengurangan miksi
Gangguan tidur
penurunan
massa
tulang,
perfusi
miokard,
intoleran
ortostatik,
penurunan
maksimal
(VO2
jantung,
ambilan
max),
penurunan
terhadap
oksigen
deconditioning
volume
plasma,
peningkatan
agresi
stasis
trombosit,
vena,
dan
hiperkoagulasi
Integumen
Keseimbangan
hiperkalsiuria,
natrium,
nitrogen
natriuresis
resistensi
insulin
negatif,
dan
deplesi
(intoleransi
imunitas.
Ekskresi kalsium dalam urin ditingkatkan melalui resorpsi tulang.
Hal ini terjadi karena immobilisasi menyebabkan kerja ginjal yang
menyebabkan hiperkalsemia.
Gangguan
nutrisi
(hipoalbuminemia)
Imobilisasi
akan
gastrointestinal,
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahanperubahan yang menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terusmenerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang
berhasil maka timbullah berbagai masalah. Hurlock (1999) seperti
dikutip oleh Munandar Ashar Sunyoto (2001) menyebutkan masalah
masalah yang menyertai lansia yaitu:
a. Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada
orang lain
b. Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam
pola hidupnya
c. Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah
meninggal atau pindah
d. Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang
bertambah banyak
e. Belajar memperlakukan anak-anak yang telah tumbuh dewasa.
Berkaitan dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa
perubahan fisik yang mendasar adalah perubahan gerak.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1999) mengatakan
bahwa perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi
minatnya terhadap perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola
hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukkan apakah memuaskan atau
tidak memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap
peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan ynag diminati oleh para
lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan
kesehatan, ekonomi/pendapatan dan peran sosial
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciriciri penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1999 dalam
Munandar, 2001) adalah:
a. Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.
b. Penarikan diri ke dalam dunia fantasi
c. Selalu mengingat kembali masa lalu
d. Selalu khawatir karena pengangguran,
e. Kurang ada motivasi,
dan
relaksasi
yang
bekerja
sebagai
pengungkit.
mengurangi
pengunaan
semprotan
bahan-bahan
kimia,
1) Penatalaksanaan Umum
a) Kerjasama tim medis interdisiplin dengan partisipasi pasien, keluarga,
dan pramuwerdha.
b) Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah baring lama,
pentingnya latihan bertahap dan ambulasi dini, serta mencegah
ketergantungan pasien dengan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
sendiri, semampu pasien.
c) Dilakukan pengkajian geriatri paripurna, perumusan target fungsional,
dan pembuatan rencana terapi yang mencakup pula perkiraan waktu yang
diperlukan untuk mencapai target terapi.
d) Temu dan kenali tatalaksana infeksi, malnutrisi, anemia, gangguan
cairan dan elektrolit yang mungkin terjadi pada kasus imobilisasi, serta
penyakit/ kondisi penyetara lainnya.
e)
Evaluasi seluruh obat-obatan yang dikonsumsi; obat-obatan yang
dapat menyebabkan kelemahan atau kelelahan harus diturunkan dosisnya
atau dihentkan bila memungkinkan.
f) Berikan nutrisi yang adekuat, asupan cairan dan makanan yang
mengandung serat, serta suplementasi vitamin dan mineral.
g) Program latihan dan remobilisasi dimulai ketika kestabilan kondisi
medis terjadi meliputi latihan mobilitas di tempat tidur, latihan gerak sendi
(pasif, aktif, dan aktif dengan bantuan), latihan penguat otot-otot (isotonik,
isometrik, isokinetik), latihan koordinasi/ keseimbangan, dan ambulasi
terbatas.
h) Bila diperlukan, sediakan dan ajarkan cara penggunaan alat-alat bantu
berdiri dan ambulasi.
i)
Manajemen miksi dan defekasi, termasuk penggunaan komod atau
toilet.
2) Tatalaksana Khusus
a) Tatalaksana faktor risiko imobilisasi
b) Tatalaksana komplikasi akibat imobilisasi.
c) Pada keadaan-keadaan khusus, konsultasikan kondisi medik kepada
dokter spesialis yang kompeten.
d) Lakukan remobilisasi segera dan bertahap pada pasienpasien yang
mengalami sakit atau dirawat di rumah sakit dan panti werdha untuk
mobilitas yang adekuat bagi usia lanjut yang mengalami disabilitas
permanen.
berbagi
perasaan
dengan
pasien,
membantu
pasien
untuk
sulit dievaluasi.
MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan
khusus,
noninvasive,
gelombang
radio,
yang
dan
menggunakan
computer
untuk
medan
magnet,
memperlihatkan
2. Diagnosa Keperawaran
a. Hambatan mobilitas fisik
b. Nyeri akut
c. Intoleransi aktivitas
d. Defisit perawatan diri
3. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
Hambatan
mobilitas fisik
berhubungan
24
dengan gangguan
muskuloskeletal
jam
klien
Intervensi
Latihan Kekuatan
1. Ajarkan
dan
berikan
dan alat
dan walker
5. Tergantung total
3. Beri penguatan positif untuk
Kriteria Hasil :
berlatih
mandiri
dalam
Penampilan
posisi
batasan yang aman.
tubuh yang benar
Latihan mobilisasi dengan
Pergerakan sendi dan
kursi roda
otot
1. Ajarkan pada klien &
Melakukan
keluarga
perpindahan/ ambulasi
: miring kanan-kiri,
tentang
cara
cara
penggunaan
kursi roda
Latihan Keseimbangan
1. Ajarkan pada klien
&
keluarga
untuk
dapat
mengatur
posisi
secara
mandiri
dan
menjaga
dalam
aktivitas
sehari hari.
Perbaikan Posisi Tubuh yang
Benar
1. Ajarkan pada klien/ keluarga
untuk memperhatikan postur
tubuh
yg
menghindari
benar
untuk
kelelahan,
Setelah
mampu
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi
mencari bantuan)
Melaporkan
bahwa
nyeri
masa lampau
5.
Evaluasi bersama pasien dan
berkurang
tim kesehatan lain tentang
manajemen nyeri
Mampu
mengenali
ketidakefektifan
intensitas,
dari ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi
dengan menggunakan
nyeri
nyeri,
presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal
kontrol
menemukan dukungan
7.
Kurangi faktor presipitasi
rasa
nyeri
nyaman setelah nyeri
8. Ajarkan tentang teknik non
berkurang
farmakologi
Tanda vital dalam
9. Evaluasi keefektifan kontrol
rentang normal
nyeri
10. Tingkatkan istirahat
11. Kolaborasikan dengan dokter
dan tanda nyeri)
Menyatakan
jika
ada
keluhan
dan
berkonstribusi
pada
intoleransi aktifitas.
2. Klien
mampu
berpartisipasi
meningkatkan aktifitas.
4. Monitor
respon
kardiorespirasi
terhadap
dalam
disertai
TD,
N,
peningkatan
RR
dan
memastikan
ke
adekuatan
sumber energi.
perubahan ECG
6. Monitor respon terhadap
3. Klien mengungkapkan
pemberian oksigen : nadi,
secara
verbal,
irama jantung, frekuensi
pemahaman tentang
Respirasi terhadap aktifitas
kebutuhan
oksigen,
perawatan diri.
pengobatan dan atau
7. Letakkan benda-benda yang
alat
yang
dapat
sering
digunakan
pada
meningkatkan
tempat
yang
mudah
toleransi
terhadap
dijangkau
aktifitas.
8. Kelola energi pada klien
4. Klien
mampu
dengan
pemenuhan
berpartisipasi dalam
kebutuhan makanan, cairan,
perawatan diri tanpa
kenyamanan / digendong
bantuan atau dengan
untuk mencegah tangisan
bantuan
minimal
yang menurunkan energi.
tanpa
menunjukkan 9. Kaji pola istirahat klien dan
kelelahan
adanya
faktor
yang
Kriteria Hasil:
menyebabkan kelelahan.
Berjalan pelan
Terapi Aktivitas
Perpindahan dari dan 1. Bantu
klien
melakukan
ke kursi roda
ambulasi
yang
dapat
Mendorong
untuk
ditoleransi.
seaktif mungkin
2. Rencanakan jadwal antara
Keamanan diajarkan
aktifitas dan istirahat.
3. Bantu dengan aktifitas fisik
sesuai aktivitas
teratur : misal: ambulasi,
untuk
dengan
pemberian
medis
terapi,
sesuai kebutuhan
Defisit perawatan
Perawatan
diri berhubungan
keperawatan
higiene
dengan Kerusakan
neurovaskuler
mandiri
selama... Mandi,
Diri:
mulut,
mandi,
penis/vulva, rambut,
berpakaian, toileting,
sesuai kondisi
3. Anjurkan klien dan keluarga
makan-minum,
ambulasi
2. Mandi sendiri atau
dengan bantuan tanpa
kecemasan
3. Terbebas dari
badan
melakukan
oral
bau
dan
mempertahankan
mulut,
kulit utuh
4. Mempertahankan
kebersihan
untuk
dan
gangguan
integritas kulit.
Bantuan perawatan
area berpakaian
1. Kaji
dan
kemampuan
diri
dukung
klien
untuk
berpakaian sendiri
2. Ganti pakaian klien setelah
sendiri
6. Melakukan keramas,
bersisir,
bercukur,
membersihkan kuku,
berdandan
7. Makan dan minum
sendiri,
meminta
personal
hygiene,
dan
untuk
aktivitas
klien
yg
Diri:
Toileting
1. Kaji kemampuan toileting:
defisit
sensorik
(inkontinensia),
kognitif
(kelemahan
fungsi/
aktivitas)
2. Ciptakan lingkungan yang
aman(tersedia
pegangan
di
tempat
yang
mudah dijangkau
4. Ajarkan pada klien
dan
tahap
akhir
dari
rencana
dari
proses
perawatan
perawatan
dalam
untuk
memenuhi
dengan
meninjaukembali
rencana
perawatan
dengan
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Lilik Marifatul. 2011.
Mubarak, W.I. (2008). Buku ajar kebutuhan dasar manusia: Teori dan
aplikasi dalam praktik. Jakarta: Media Aesculapius
Munandar, U.2001. Bunga Rampai Psikologi Perkembangan dari Bayi
sampai dengan Lanjut Usia. Dalam Utami Munandar (Ed.). Jakarta
: Universitas Indonesia Press
Nanda Internasional.2015. Diagnosis Keperawatan 2015-2017. EGC :
Jakarta.
Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi 3.
Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep,
proses dan praktik. Edisi 4. EGC: Jakarta
Stanley M, Patricia GB.2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2.
EGC: Jakarta