Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM

I. KASUS ( MASALAH UTAMA)


Waham
II. PROSES TERJADINYA MASALAH
A. Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat /
terusmenerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan ( Keliat dan Akemat,2010 )
Waham adalah keyakinan terhadap suatu yang salah dan secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
realita normal. (Stuart dan sundeen,1998).
Waham adalah keyakinan klien yang tiak sesuai dengan kenyataan, tetapi
dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Kenyataan ini
berasal dari pemikiran klien klien yang sudah kehilangan kontrol ( Depkes RI,
2000 ).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa waham adalah
suatu keyakinan yang salah atau tidak sesuai dengan kenyataan tetapi tetap
dipertahankan.
B. Penyebab Waham
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi terjadinya waham, yaitu faktor
perkembangan, sosial budaya, psikologis dan genetik.
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakhir
dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga pematangan
fungsi intelektual dan emosi tidak efektif. Seseorang yang merasa diasingkan
dan kesepian dapat menyebabkan timbulnya waham. Hubungan yang tidak
harmonis, peran ganda atau bertentangan, dapat menyebabkan timbulnya
ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan. Waham
diyakini terjadi karena adanya atrofi otak.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya waham adalah faktor sosial budaya,
biokimia, dan psikologis. Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan
dengan orang yang berarti atau diasingkan dari kelompok. Dopamin, dan zat
halusinogen lainnya diduga dapat menyebabkan terjadinya waham pada

seseorang. Kecemasan yang memanjang dan terbatasnya kemampuan unstuck


mengatasi

masalah

sehingga

klien

mengembangkan

koping

unstuck

menghindari kenyataan yang menyenangkan.


C. Jenis Waham
1. Waham Kebesaran
Individu menyakini bahwa ia memiliki kebebasan atau kekuasaan khusus dan
diucapkan berulang kali.
2. Waham Curiga
Individu menyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan / mencederai dirinya dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai kenyataan.
3. Waham Agama
Individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan dan
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
4. Waham Somatik
Individu menyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau
terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
5. Waham Nihilistik
Individu menyakini bahwa dirinya sudah tidak ada didunia / meninggal dan
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
D. Fase fase
Menurut Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :
1. Fase of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara
fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada
orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien
sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga
klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara
realiti dengan self ideal sangat tinggi.
2. Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara self ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongn
kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah
melampaui kemampuannya.
3. Fase control internal external
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang
ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat
berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting

dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan


tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien
mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak
benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi
dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif
tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien
tidak merugikan orang lain.
4. Fase envinment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak
berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan
dosa saat berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri dan
menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang
tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk
dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.
E. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dngan perubahan proses pikir : waham adalah sebagai berikut :
1. Kognitif :
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
b. Individu sangat percaya pada keyakinannya
c. Sulit berfikir realita
d. Tidak mampu mengambil keputusan
2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Afek tumpul
3. Prilaku dan Hubungan Sosial
a. Hipersensitif

b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal


c. Depresif
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktifitas tidak tepat
g. Streotif
h. Impulsive
i. Curiga
4. Fisik
a. Higiene kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. BB menurun
e. Nafsu makan berkurang dan sulit tidur
F. Akibat
Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal yang
ditandai dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas, kehilangan asosiasi,
pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang kurang. Akibat yang
lain yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan.
1. Status mental
Berdandan dengan baik dan berpakaian rapi, tetapi mungkin terlihat ekstrinsik
dan aneh. Tidak jarang bersikap curiga atau bermusuhan terhadap orang lain.
Klien biasanya cerdik ketika dilakukan pemeriksaan sehingga dapat
memanipulasi data. Selain itu perasaan hatiya konsisten dengan isi waham.
2. Sensori dan kognisi
Tidak memiliki kelainan dalam orientasi kecuali klien waham spesifik
terhadap orang, tempat, dan waktu. Daya ingat atau kognisi lainnya biasanya
akurat. Pengendalian impuls pada klien waham perlu diperhatikan bila terlihat
adanya rencana untuk bunuh diri, membunuh, atau melakukan kekerasan pada
orang lain.
Gangguan proses pikir waham biasanya diawali dengan adanya riwayat
penyakit berupa kerusakan pada bagian korteks dan limbik otak. Bisa
dikarenakan terjatuh atau didapat ketika lahir. Hal ini menunjukkan terjadinya
perubah emosional seseorang yang tidak stabil. Bila kepanjangan akan
menimbulkan perasaan rendah diri, kemudian mengisolasi diri dari orang lain
dan

lingkungan.

Waham

curiga

akan

timbul

sebagai

manifestasi

ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhannya. Bila respons


lingkungan kurang mendukung terhadap perilakunya dimungkinkan akan

timbul resiko perilaku kekerasan pada dirinya, orang lain dan lingkungan. Dan
kerusakan komunikasi kepada orang lain.

III.

Pohon masalah
Effect

Kerusakan Komunikasi Verbal


Perubahan Proses Pikir : Waham curiga

Core Problem

Cause

IV.

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji

A. Masalah keperawatan :
1. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2. Kerusakan komunikasi : verbal
3. Perubahan isi pikir : waham
4. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
B. Data yang perlu dikaji :
1. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
a. Data subjektif
Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal pada
seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya

jika sedang kesal, atau marah, melukai / merusak barang-barang dan tidak
mampu mengendalikan diri
b. Data objektif
Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank eras, bicara
menguasai, ekspresi marah, pandangan tajam, merusak dan melempar barangbarang.
2. Kerusakan komunikasi : verbal
a. Data subjektif
Klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik
b. Data objektif
Flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan
kontak mata kurang
3. Perubahan isi pikir : waham (Kebesaran)
a. Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama, kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak
sesuai kenyataan.
b. Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak
(diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak
tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah
tersinggung.
4. Gangguan harga diri rendah
a. Data subjektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri

b. Data objektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup

C. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham
2. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan waham
3. Perubahan isi pikir : waham (kebesaran) berhubungan dengan harga diri rendah.
D. Rencana Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan 1: kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan
waham
a. Tujuan umum :
Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal
b. Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan :
a) Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas topik, waktu, tempat).
b) Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat
menerima keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai
ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi
ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.
c) Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi: katakan
perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang
aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien
sendirian.

d) Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan


perawatan diri.
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
a) Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
b) Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu
dan saat ini yang realistis.
c) Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari - hari dan
perawatan diri).
d) Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien
sangat penting.
3) Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Tindakan :
a) Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
b) Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah
maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
c) Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
d) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
e) Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan
wahamnya.
4) Klien dapat berhubungan dengan realitas
Tindakan :
a) Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat
dan waktu).
b) Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
c) Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien
5) Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Tindakan :
a) Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan
efek samping minum obat.
b) Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama pasien,
obat, dosis, cara dan waktu).
c) Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.
d) Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
6) Klien dapat dukungan dari keluarga
Tindakan :
a) Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang:
gejala waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up
obat.

b) Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga.


2. Diagnosa Keperawatan 2: Resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan berhubungan dengan waham.
a. Tujuan Umum:
Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
b. Tujuan Khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
a) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama
perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
b) Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
c) Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
d) Beri perhatian dan penghargaan : teman klien walau tidak menjawab.
2) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan :
a) Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
b) Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
c) Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien
dengan sikap tenang.
3) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
a) Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat
jengkel/kesal.
b) Observasi tanda perilaku kekerasan.
c) Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal
yang dialami klien.
4) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
a) Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
b) Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasa yang biasa
dilakukan.
c) Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?"
5) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan :
a) Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
b) Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
c) Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
6) Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap
kemarahan.
Tindakan :
a) Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
b) Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika
sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
c) Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal /
tersinggung

d) Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan


untuk diberi kesabaran.
7) Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan :
a) Bantu memilih cara yang paling tepat.
b) Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
c) Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
d) Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai
dalam simulasi.
e) Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
8) Klien mendapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
a) Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui
pertemuan keluarga.
b) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
9) Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan :
a) Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan
efek samping).
b) Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien,
obat, dosis, cara dan waktu).
c) Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat
yang dirasakan.
3. Diagnosa Keperawatan 3: Perubahan isi pikir : waham (kebesaran) berhubungan
dengan harga diri rendah
a. Tujuan umum :
Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan
meningkat harga dirinya.
b. Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
a) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
b) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
c) Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
d) Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga
dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan :
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan
memberi pujian yang realistis
c) Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

3) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan


Tindakan :
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b) Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang
ke rumah
4) Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
a) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
b) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
c) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
a) Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b) Beri pujian atas keberhasilan klien
c) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
b) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
d) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

DAFTAR PUSTAKA
Fitria,N.2009. Prinsip Dasar & Aplikasi Laporan Pendahuluan & Strategi Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan (LP & SP) untuk 7 Diagnosa. Jakarta : Salemba Medika.
Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC 4.
Wilkinson,J. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.

STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI PADA PASIEN DENGAN WAHAM

SP 1 P : Membina hubungan saling percaya ; mengidentifikasi kebutuhan yang tidak


terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan ; mempraktekkan pemenuhan kebutuhan
yang tidak terpenuhi.
ORIENTASI :
Assalamualaikum, perkenalkan saya mahasiswa stikes ngudi waluyo, nama saya Dwi Puji
Susilawati, biasa dipanggil dwi, saya perawat yang dinas pagi ini di Ruang melati. Saya dinas
dari jam 07.0014.00, saya yang akan membantu perawatan bapak hari ini. Nama bapak
siapa? senangnya dipanggil apa? Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bapak R
rasakan sekarang? Berapa lama bapak R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
15 menit? Dimana enaknya kita berbincang-bincang pak?
KERJA :
Saya mengerti pak R merasa bahwa pak R adalah seorang Nabi, tapi sulit bagi saya untuk
mempercayainya, karena setahu saya semua Nabi tidak hidup didunia ini, bisa kita lanjutkan
pembicaraan yang tadi terputus pak?
Tampaknya pak R gelisah sekali, bias pak R ceritakan kepada saya apa yang pak R
rasakan?, Oooo, jadi pak R merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya
hak untuk mengatur diri pak R sendiri? ,Siapa menurut pak R yang sering mengatur-atur
diri pak R?, Jadi teman pak R yang terlalu mengatur-atur ya pak, juga adik pak R yang
lain?, Kalau pak R sendiri inginnya seperti apa?. Ooo, Bagus pak R sudah punya rencana
dan jadwal unutk diri sendiri., Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut pak R.,
Wah, bagus sekali, jadi setiap harinya pak R ingin ada kegiatan di luar rumah sakit karena
bosan kalau dirumah sakit terus ya?
TERMINASI :
Bagimana perasaan pak R setelah berbincang-bincang dengan saya?, Apa saja tadi yang
telah kita bicarakan? Bagus., Bagaimana kalau jadwal ini pak R coba lakukan, setuju
pak?, Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi., Saya akan
datang kembali dua jam lagi., Kita akan berbincang-bincang tentang kemampuan yang

pernah pak R miliki?, Bapak mau kita berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau disini
saja pak R?
SP 2 P : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu mempraktekannya.
ORIENTASI :
Assalamualaikum pak R, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus, Apakah pak R sudah
mengingat-ngingat apa saja hobi atau kegemaran pak R?, Bagaimana kalau kita bicarakan
hobi tersebut sekarang?, Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi pak R
tersebut?, Berapa lama pak R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?
KERJA :
Apa saja hobi pak R? Saya catat ya pak, terus apa lagi?, Wah, rupanya pak R pandai main
suling ya., Bisa pak R ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main Suling, siapa
yang dulu mengajarkannya kepada pak R, dimana?, Bisa pak R peragakan kepada saya
bagaiman bermain suling yang baik itu., Wah, bagus sekali pak. Bagaimana kalau kita buat
jadwal untuk kemampuan pak R ini. Berapa kali sehari/seminggu pak R mau bermain
suling?, Apa yang pak R harapkan dari kemampuan bermain suling ini?, Ada tidak hobi
atau kemampuan pak R yang lain selain bermain suling?
TERMINASI :
Bagaimana perasaan pak R setelah kita berbincang-bincang tentang hobi dan kemampuan
pak R?, Setelah ini coba pak R lakukan latihan bermain suling sesuai denga jadwal yang
telah kita buat ya?. Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan
lagi., Bagaiman kalau nanti sebelum makan siang? Nanti kita ketemuan di taman saja,
setuju pak?, Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus pak R minimum,
setuju?

SP 3 P : Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar.

ORIENTASI :
Assalamualaikum pak R., Bagaimana pak, sudah dicoba latihan main sulingnya? Bagus
sekali.. Sesuai dengan janji kita tadi, kita akan membicarakan tentang obat yang harus pak
R minum, Bagaimana kalau kita mulai sekarang pak?
Berapa lama pak R mau kita membicarakannya? Bagaimana kalau 20 atau 30 menit saja?
KERJA:
Pak R berapa macam obat yang diminum, jam berapa saja obat yang diminum?
Pak R perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang. Obatnya
ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang, yang putih
ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP gunanya agar
pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari, jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7
malam.
Bila nanti setelah minum obat mulut pak R terasa kering, untuk membantu mengatasinya
pak R bisa banyak minum dan mengisap-isap es batu..Sebelum minum obat ini pak R
mengecek dulu label dikotak obat apakah benar nama pak R tertulis disitu, berapa dosis atau
butir yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya
sudah benar!. Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus
diminum dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi, sebaiknya pak R tidak
menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter.
TERMINASI :
Bagaiman perasaan pak R setelah kita becakap-cakap tentang obat yang pak R minum? Apa
saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?. Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan!
Jangan lupa minum obatnya dan nanti saat makan minta sendiri obatnya pada perawat!.
Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya pak!. Pak besok kita ketemu lagi untuk
melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan.. Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10
dan ditempat sama?. Sampai besok ya pak.

STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI PADA KELUARGA PASIEN DENGAN


WAHAM

SP 1 KP : Membina hubungan saling percaya dengan keluarga ; mengidentifikasi


masalah; menjelaskan proses terjadinya masalah; dan obat pasien.
ORIENTASI:
Assalamualaikum pak, pekenalkan saya mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo, nama saya Dwi
Puji Susilawati biasa dipanggil dwi, saya perawat yang dinas diruang melati ini. Saya yang
merawat Pak R selama ini. Kalau bisa saya tahu nama bapak siapa? Senangnya dipanggil
apa?. Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah pak R cara merawat
pak R dirumah.. Dimana bapak mau berbicara dengan saya? Bagaimana diruang
wawancara?
Berapa lama bapak mau berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana kalau 10 menit
saja?
KERJA :
Pak S, apa masalah yang bapak rasakan dalam merawat pak R? apa yang sudah pak R
lakukan dirumah? Dalam menghadapi sikap pak R yang selalu mengaku-ngaku sebagi
seorang nabi tetapi nyatanya bukan nabi hanya merupak salah satu gangguan proses berpikir.
Untuk itu akan saya jelaskan sikap dan cara enghadapinya. Setiap kali pak R berkata bahwa
ia seorang nabi, pak S dan ibu bersikap dengan mengatakan;
Pertama: Pak S atau ibu mengerti bahwa pak R merasa seorang nabi, tapi sulit bagi pak S dan
ibu untuk mempercayainya karena setahu kita semua nai tidak ada yang hidup didunia.
Kedua: Pak S atau ibu harus lebih sering memuji Pak R jika ia melakukan hal-hal yang baik
Ketiga: hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yan berinteraksi dengan pak R.
Bapak dan ibu dapat bercakap-cakap dengan Pak R tentang kebutuhan yang diinginkan oleh
pak R, misalnya; Pak S dan ibu percaya kalau pak R punya kemampuan dan keinginan. Coba
ceritakan kepada kami, R kan punya kemampuan
Keempat: Pak S atau ibu mengatakan kepada pak R, Bagaimana kalau kemampuan untuk
bermain suling dengan baik dicoba sekarang dan kemudian setelah dia melakukannya pak S
dan ibu harus memberikan pujian. Pak S dan ibu jangn lupa, pak R ini perlu minum obat agar
pikirannya jadi tenang. Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ
gunanya agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah

jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali
sehari, jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam, jangn dihentikan sebelum berkonsultasi
dengan dokter karena dapat menyebabkan Pak R bisa kambuh kembali. Pak R sudah punya
jadwal minum obat. Jika dia minta obat sesuai jamnya, segera berikan pujian!
TERMINASI :
Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah berbincang-bincang dengan saya tentang cara
merawat pak R dirumah nanti? Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya
jelaskan tadi setiap kali berkunjung kerumah sakit. Baiklah, bagaimana kalau dua hari lagi
bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita akan mencoba melakukan langsung cara
merawat pak R sesuai dengan pembicaraan kita tadi. Baik kalau begitu pertemuan kita kali
ini kita akhiri dulu, saya tunggu kedatangan bapak dan ibu lagi kita ketemu ditempat ini ya
pak,bu.
SP 2 KP : Melatih kelurga cara merawat pasien.
ORIENTASI:
Assalamualaikum pak, bu sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu kita sekarang ketemu
lagi. Bagaimana pak, bu ada pertanyaan tentang cara merawat pasien seperti yang telah kita
bicarakan dua hari yang lalu?, sekarang kita akan latihan cara-cara merawat pasien tersebut
ya pak, bu. Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung pada Pak R ya?
KERJA:
Sekarang anggap saja saya pak Ryang sedang mengaku nabi, coba bapak dan ibu praktikkan
cara bicara yang benar bila pak R sedang dalam keadaan seperti ini!. Bagus,betul begitu
caranya, sekarang coba praktikkan cara memberikan pujian atas kemampuan yang dimiliki
oleh pak R. bagus !. Sekarang coba cara memotivasi pak R minum obat dan melakukan
kegitan positifnya sesuai jadwalnya! Bagus sekali ternyata bapak dan ibu sudah mengerti
cara merawata Pak R.. Bagaimana kalau sekarang kita coba langsung kepada pak R.

TERMINASI:

Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat pak R?. Setelah ini
coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak dan ibu membesuk
pak R!. Baiklah, bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali ke sini dan
kita akan mencoba lagi cara merawat pak R sampai bapak dan ibu lancer elakukannya?
Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari? Baik, kita akan ketemu lagi di tempat ini ya
pak,bu.
SP 3 KP : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.
ORIENRASI:
Assalamualaikum pak, bu, karena pada hari ini pak R sudah boleh pulang, maka kita
bicarakan jadwal pak R selama dirmah.. Bagaimana pak, bu selama bapak dan ibu besuk
apakah sudah terus dilatih cara merawat pak R?. Nah, sekarang bagaimana kalau kita
bicarakan jadwal di rumah? Mari bapak dan ibu ikut saya. Berapa lama bapak dan ibu mau
berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana kalau 30 menit saja? Sebelum ibu dan bapak
menyelesaikan administrasinya
KERJA:
Pak, bu, ini jadwal pak R selama di rumah sakit. Coba perhatikan! Apakah kira-kira dapat
dilaksanakan semuanya di rumah? Jangan lupa perhatikanpak R agar ia tetap
melaksanakannya dirumah dan jangan lupa member tanda M (mandiri), B (bantuan), atau T
(tidak mau melaksanakannya).. Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilku
yang ditampilkan oleh pak R selama dirumah. Misalnya pak R mengaku sebagai seorang nabi
terus menerus dan tidak memeperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi
petugas rumah sakit, agar petugas rumah sakit dapat memantaunya.
TERMINASI:
Apa yang ingin bapak dan ibu tanyakan? Bagaimana perasaan bapak dan ibu? Sudah siap
unutk melanjutkan dirumah?. Ini jadwal kegiatan hariannya. Ini rujukan untuk bisa control
lagi. Kalau ada apa-apa bapa dan ibu segera menhubungi kami. Mungkin hanya ini yang bisa
saya sampaikan mohon maaf bila ada kata-kata saya yang menyinggung perasaan bap dan ibu
mohon dimaafkan. Terimakasih atas kerjasamanya pak,bu.. Silahkan ibu dan Bapak unutk
dapat menyelesaikan administrasinya ke kantor depan!

Anda mungkin juga menyukai