Anda di halaman 1dari 18

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT (PHBS)

DENGAN KEJADIAN DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLUS


WATUBANGGA

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang
mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan
sebagainya. ( Natoadmojo, 2003 )
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali
pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat
berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
(Ngastiyah, 2000)
Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama bagi
negara-negara berkembang karena menurut World Healt Organisation
(WHO), penyakit Diare membunuh satu anak di dunia ini setiap 15 detik,
karna access pada sanitasi masih terlalu rendah . Hal ini menimbulkan
masalah kesehatan lingkungan yang besar, serta merugikan pertumbuhan
ekonomi dan potensi sumber daya manusia pada skala nasional. (Azwar,
2009)
Diare merupakan keluhan yang paling sering ditemukan pada anak
anak. Diperkirakan pada anak setiap tahunnya mengalami Diare akut atau
gasrtroenteritis akut sebanyak 99.000.000 kasus. Di Amerika Serikat,
diperkirakan 8.000.000 pasien berobat ke dokter dan lebih dari 250.000
pasien dirawat di rumah sakit tiap tahun (1,5 % merupakan pasien dewasa)
yang disebabkan karena Diare. (Restu, 2005).

Di Indonesia terdapat empat dampak kesehatan oleh pengolahan air


dan sanitasi yang buruk, yakni Diare, Tifus, Polio dan Cacingan. Hal survei
pada tahun 2006 menunjukkan bahwa kejadian Diare pada semua usia di
Indonesia adalah 423 per 1000 penduduk dan terjadi 1 2 kali per tahun
pada anak anak berusia dibawah 5 tahun. (Elok Dyah Messwati, 2008)
Pada tahun 2008 dilaporkan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB)
Diare di 15 provinsi dengan jumlah penderita sebanyak 8.443 orang,
jumlah kematian sebanyak 209 orang atau Case Fatality Rate (CFR)
sebanyak 2,48%. Hal tersebut utamanya disebabkan oleh rendahnya
ketersediaan air bersih, sanitasi yang buruk dan perilaku hidup tidak bersih.
(Profil Kesehatan Indonesia, 2008)
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota
Makassar tahun 2007, jumlah penderita Diare sebanyak 52.278 orang dan
14.493 atau sebesar 28% diantaranya adalah balita. Secara keseluruhan
dilaporkan 10 penderita Diare meninggal dunia. Untuk penderita Diare,
masih menurut data hasil survailans, paling banyak diderita oleh warga
berusia antara 1 4 tahun atau yang masih tergolong balita. Pada usia ini,
jumlah penderita adalah sebanyak 7.379 orang. Data surveilens juga
menyebutkan penderita Diare dari warga Sulawesi Selatan yang berusia 5
9 tahun mencapai 2.955, usia 10 14 tahun sebanyak 1.746 orang, usia 15
19 tahun sebanyak 1.467 orang, usia 55 59 tahun sebanyak 856 orang,
usia 60 69 tahun sebanyak 1.125 orang dan diatas usia 70 tahun sebanyak
554 orang. (Dinkes Sul-Sel, 2008)
Kejadian Diare di Puskesmas Bara-baraya

kota Makassar

memberikan gambaran bahwa dari 10 penyakit yang menonjol, salah satu

adalah Diare menempati urutan ke-2 yaitu pada tahun 2008 kejadian Diare
sebanyak 598 orang sedangkan pada tahun 2009 kejadian Diare sebanyak
765 orang sehingga penderita cenderung meningkat setiap tahunnya.
Bertitik tolak dari pelayanan kesehatan yang bersifat preventif,
maka faktor lingkungan memegang peranan penting untuk keberhasilan
program pengendalian penyakit Diare. Salah satu upaya yang dilakukan
untuk meningkatkan kualitas lingkungan adalah dengan memperbaiki
sanitasi lingkungan air bersih, pengelolaan sampah, pengelolaan air limbah
dan penyediaan jamban keluarga.
Berdasarkan uraian diatas bahwa masalah sanitasi lingkungan
berpengaruh terhadap kejadian Diare. Oleh karena itu, peneliti tertarik
untuk mengadakan penelitian di Puskesmas Bara-baraya Kota Makassar
untuk mengetahui hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian Diare.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada
penelitian ini adalah Adakah Hubungan Perilaku Hidup Bersih Sehat
(PHBS ) Dengan Kejadian Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Plus
Watubangga?
TUJUAN PENELITIAN
Mengetahui hubungan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) dengan
kejadian diare pada balita khususnya di Poli Anak RSUD Jombang.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Dasar Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS ) adalah upaya untuk
memberikan pengalaman belajar bagi perorangan, kelompok dan
masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi
dan melakukan edukasi, guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan

perilaku, melalui pendekatan . Advokasi, Bina suasana ( Social Support )


sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga,
memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat. (Setiyabudi, 2009)
2. Konsep Dasar Diare
Diare adalah benda cair yang keluar dari dubur tanpa dapat
dikendalikan. Ia bisa digolongkan penyakit infeksi atau non infeksi dari
berbagai gangguan perut dapat akut dan dapat juga kronis.
(Ronald H. Sitorus, 2008 : 84 )
3. Konsep Balita
Balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan
karakteristik pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0 1 tahun
dimana umur bulan berat badan naik 2 kali berat badan lahir dan 3 kali
berat badan lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4 kali pada umur 2
tahun. Pertumbuhan mulai lambat pada masa pra sekolah kenaikan berat
badan kurang lebih 2 kg / tahun. Kemudian pertumbuhan konstan mulai
berakhir.
(dr. Suparyanto, M. Kes. 2011, dari sumber Soetjiningsih,)
Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan
dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan
secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah
(Hidayat,2007:43 )
Faktor yang mempengaruhi
pengetahuan:
Usia
Pendidikan
Jenis kelamin
Pekerjaan
Sosial budaya
Sumber informasi

Tingkat pengetahuan ibu


terhadap PHBS:
Tahu
Paham

Kriteria :
Baik
Cukup
Kurang

Ket :

Kejadian diare:
1 - 3 hari
3 - 5 hari
> 5 hari

Aplikasi
Analisis
Sistematis
Evaluasi

H1

: Ada hubungan

Ho

: Tidak ada hubungan

: Diteliti
: Tidak diteliti

Hipotesa
Hipotesa adalah suatu asumsi pernyataan tentang hubungan satu
atau lebih variabel diharapkan bisa menjawab suatu pernyataan dalam
penelitian. (Nursalam, 2003 : 57)
H1 : Ada hubungan Perilaku Hidup Bersih Sehat

(PHBS) ibu dengan

kejadian diare pada balita.


Ho : Tidak ada hubungan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) ibu dengan
kejadian diare pada balita.

METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
penelitan analitik dengan jenis penelitian case control.
Populasi, Sampel, dan Sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ini adalah semua ibu
balita umur 5 tahun di Poli Anak RSUD Jombang yang jumlah
populasinya 28 balita.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah balita umur 5
tahun di Poli Anak RSUD Jombang yang memenuhi kriteria inklusi.
Pada penelitian ini menggunakan Cluster sampling (area
sampling), yaitu tekhnik sampling daerah digunakan untuk menentukan
sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas

Tabel 3.1

Definisi Operasional Hubungan Perilaku Hidup Bersih


Sehat (PHBS) Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Poli
Anak RSUD Jombang Tahun 2011.

No

Variabel

Definisi Operasional

Independe
n:
Perilaku
Hidup
Bersih
Sehat
(PHBS)

Segala perilaku Perilaku


Hidup Bersih Sehat
(PHBS) melalui pengisian
kuesioner melliputi:

Mengg
unakan air bersih
Tujuan PHBS

Mencuc
i tangan dengan
air bersih dan
sabun Hubungan

Kriteria
1. Baik = 76-100%
2. Cukup=56-75%
3. Kurang=<56%
(Nursalam,2003 : 125)

Alat Ukur
Kuesioner
Hasil
jawaban
dikelompok
kan dengan
kritria :
Benar : 1
Salah : 0

Skala
Ordinal

Depende:
Diare

PHBS dengan suatu


masalah

Mengg
unakan jamban
sehat

Membe
rantas jentik di
rumah

Melaku
kan aktivitas fisik
setiap hari

Makan
sayur dan buah
setiap hari

Tidak
merokok di dalam
rumah
Pemeriksaan diare yang
1. Diare 1 - 3 hari
dilakukan oleh tenaga
2. Diare 3 - 5 hari
kesehatan
3. Diare > 5 hari

Kuesioner

Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi Penelitian ini dilakukan di poli anak RSUD Jombang
Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2012

Analisis Data
4.1.2 Data khusus
4.1.2.1 Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku
Hidup Bersih Sehat (PHBS) Ibu di Poli Anak
RSUD Jombang Tahun 2011
No
PHBS
1. Baik
2. Cukup
3. Kurang

Frekuensi
20 orang
6 orang
-

Prosentase (%)
76,90
23,10
-

Ordinal

Sumber : data primer, 2011


Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa perilaku hidup bersih
sehat ibu balita sebagian besar adalah baik dengan jumlah 20 orang
(76,92%).
4.1.2.2 Diare
Tabel 4.5 Distribusi Kejadian Diare Balita di Poli
Anak RSUD Jombang Tahun 2011
No
Diare
Frekuensi
1. 1 3 hari
21 orang
2. 3 5 hari
4 orang
3. > 5 hari
1 orang
Total
26 Orang
Sumber : data primer, 2011

Prosentase (%)
80,80
15,40
3,80
100%

Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa kejadian diare (1 3 hari)


pada balita paling banyak dengan jumlah 21 orang (76,90%).
4.1.2.3 Tabulasi Silang Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) dengan
Kejadian Diare
Tabel 4.5 Distribusi Tabulasi Silang Perilaku Hidup Bersih
Sehat (PHBS) dengan Kejadian Diare Balita
dipoli Anak RSUD Jombang Tahun 2011
No

PHBS
1

3
1

Baik

hari
17

Kejadian Diare
3
%
>5
5

65,4%

hari
2

Total
%

hari
7,7%

3,8%

20

Cukup

15,4%

7,7%

0,0%

(76,9%)
6

Kurang

0,0%

0,0%

0,0%

(23,1%)
0

TOTAL

21

80,0%

15,4%

3,8%

(0,0 %)
26
(100%)

Sumber : data primer, 2011


Berdasarkan tabel di atas didapatkan bahwa perilaku hidup
bersih sehat yang tergolong baik dan balita yang mengalami diare 1
3 hari yaitu sejumlah 17 balita (65,4%), sementara PHBS yang
cukup dan yang mengalami diare 1 3 hari juga sebanyak 4 balita
(15,4%).
Hasil tabulasi silang ini menunjukkan hasil korelasi
Spearman Rhank pada PHBS dan kejadian diare korelasi
koofesiennya 0,386, yang berarti H0 diterima dan H1 ditolak. Dari
hasil korelasi Spearman Rhank menunjukkan tidak ada hubungan
antara PHBS dengan kejadian diare pada balita di poli Anak RSUD
Jombang.
PEMBAHASAN
Dari hasil tabel 4.6 didapatkan 17 responden (65,4%) yang
PHBS baik dan yang menderita diare selama 1 3 hari. Sementara
PHBS yang cukup dan yang menderita diare 1 3 hari sebanyak 4
responden (15,4%).
Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada
kegiatan organisme tersesbut dipengaruhi baik oleh faktor genetik
(keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa
faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku

makhluk hidup termasuk perilaku manusia. Sedangkan lingkungan


adalah

merupakan

kondisi

atau

merupakan

lahan

untuk

perkembangan perilaku tersebut. Suatu mekanisme pertemuan


antara kedua faktor tersebut. Pada kenyataannya, ketika peneliti
melakukan penelitian di poli Anak, sebagian besar untuk
pengetahuan keluarga tentang PHBS mengerti dan melaksanakan
kegiatan PHBS. Sehingga jika dihubungkan dengan kejadian diare
pada balita sebagian besar yang terjadi tidak ada hubungan. Ini
membuktikan bahwa setiap keluarga perduli dengan kesehatan dan
kebersihan. Adapun faktor faktor yang mempengaruhi balita
terkena diare dikarenakan faktor balita imunodefisiensi, makanan,
psikologis, dan lain lain. Sehingga diharapkan keluarga khusunya
ibu untuk memperhatikan dan melindungi sang anak untuk
mencegah terjadinya diare.

KESIMPULAN
hasil dari uji statistik Spearman Rank diperoleh = 0,386 >
0,005. Maka H0 diterima berarti H1 ditolak yang berarti tidak ada
hubungan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) dengan kejadian
diare pada balita di poli Anak RSUD Jombang.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT RINEKA CIPTA

budisetyaragil, 2009. Pengertian Perilaku hidup Bersih Sehat.blogspot.com


diare menurut WHO. Pdf. 2010
Dr. Suparyanto, M. Kes. 2011. Konsep balita. 07.30. 16 Mei 2011. Blog dr.
Siparyanto, M. Kes.
Hidayat, Aziz Alimul, 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Tekhnik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika
Kapita selekta. 2003. Konsep Diare. Jakarta: Media Aesculapius
Machfoeds Ircham, Suryani Eko, 2007 . Pendidikan Kesehatan Bagian Dari
Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Fitramaya
Marheni

Eni.
2010.
Tujuan
PHBS
di
Institus
http://bluezeiny.blogspot.com/2010/04/phbs.htm

Kesehatan.

Nursalam. 2003. Konsep


Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Notoatmodjo Soekojo. 2003. Metode Penelitian Kesehatan . Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo Soekojo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Sitorus H Ronald, 2008. Indikator Perbaikan Kesehatan Lingkungan Anak.
Jakarta: Salemba Medika

www. pikiran rakyat.com. 2010

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus
diperhatikan untuk
kemajuan suatu bangsa selain pendidikan dan ekonomi sekaligus
merupakan investasi
sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar
untuk meningkatkan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Derajat kesehatan
masyarakat sangat
ditentukan oleh berbagai faktor yang saling mendukung satu
sama lain mulai dari
lingkungan, perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan hingga
genetika yang ada di
masyarakat.
Kondisi kesehatan individu dan masyarakat dapat dipengaruhi
oleh keadaan
lingkungan. Kualitas lingkungan yang buruk merupakan
penyebab timbulnya
berbagai gangguan pada kesehatan masyarakat. Untuk
mewujudkan status kesehatan
masyarakat yang optimum diperlukan suatu kondisi atau
keadaaan lingkungan yang
juga optimum.
Pada umumnya keadaan lingkungan fisik dan biologis
pemukiman penduduk
di Indonesia belum baik, hal ini berakibat masih tingginya angka
kesakitan dan
kematian karena berbagai penyakit. Salah satu penyakit
terbanyak yang disebabkan
oleh buruknya sanitasi di lingkungan masyarakat adalah diare,
yaitu buang air besar
yang tidak normal berbentuk tinja encer dengan frekuensi lebih
banyak dari biasanya.
(Hiswani, 2003).
Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang
penting karena merupakan penyumbang utama ketiga angka
kesakitan dan kematian
anak di berbagai negara berkembang termasuk Indonesia.
Penyebab utama kematian
Universitas Sumatera Utara

akibat diare adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan dan


elektrolit melalui tinja.
Penyebab kematian lainnya adalah disentri, kurang gizi, dan
infeksi. Golongan umur

yang paling rentan menderita akibat diare adalah anak-anak


karena daya tahan
tubuhnya yang masih rendah.
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis
lingkungan, dua
faktor yang sangat dominan adalah sarana air bersih dan
pembuangan tinja. Kedua
faktor ini akan berinteraksi bersama perilaku manusia, apabila
faktor lingkungan yang
tidak sehat karena tercemar bakteri atau virus serta
berakumulasi dengan perilaku
manusia yang tidak sehat pula, maka dapat menimbulkan
kejadian penyakit diare
(Depkes RI, 2005).
Menurut Sucipto (2003), penyebab diare pada anak balita di
Puskesmas
Sinokidul adalah ketersediaan air bersih dan perilaku hidup
bersih dan sehat.
Menurut penelitian Nilton, dkk (2008) faktor-faktor penyebab
diare adalah
menggunakan air sumur, minum air yang tidak dimasak, sumur
< 10 meter, tidak
mempunyai jamban, tidak menggunakan jamban, tidak
mempunyai tempat sampah
dan tidak cuci tangan.
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT) tahun 2004,
menunjukkan
angka kematian akibat diare adalah 23 per 100 ribu penduduk
dan pada balita adalah
75 per 100 ribu balita (Depkes RI, 2005).
Menurut Depkes RI (2006), angka kejadian diare nasional pada
tahun 2006
sebesar 423 per seribu penduduk pada semua umur dan 16
provinsi mengalami
Kejadian Luar Biasa (KLB) diare dengan Case Fatality Rate (CFR)
sebesar 2,52.
Universitas Sumatera Utara

Menurut Depkes RI (2009), angka case fatality rate (CFR)


penderita diare
pada tahun 2009 adalah 1,74% di mana angkanya menurun dari
tahun 2008 sebesar
2,48%. Tetapi jumlah penderita diare pada tahun 2009
bertambah sebanyak 100 orang
menjadi 5756 penderita. Penyakit diare juga merupakan 10
penyakit terbanyak pada
pasien rawat inap di Rumah sakit.

Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Sumatera Utara (2010)


jumlah penderita
diare berkurang menjadi 70.723 jiwa dari 112.016 jiwa pada
tahun 2009. Tetapi pada
tahun 2010 terjadi KLB diare di Kabupaten Tapanuli Selatan
dengan jumlah
penderita 34 jiwa dan 1 orang meninggal. Berdasarkan data dari
harian waspada
bahwa terdapat 7 penderita meninggal akibat penyakit diare di
RSUD Dr. Pirngadi
Medan (RSPM) periode Juni-Juli 2010. Dan diare merupakan 10
besar penyakit yang
ditangani di RSPM.
Berdasarkan data dari Puskesmas Tandang Buhit, penderita diare
pada tahun
2010 mengalami peningkatan menjadi 843 jiwa dari 770 jiwa
pada tahun 2009.
Penyakit diare juga menjadi 10 besar penyakit yang terdapat di
Puskesmas Tandang
Buhit. Dan dari 22 wilayah kerja Puskesmas Tandang Buhit, Desa
Pardede Onan
termasuk salah satu desa yang cukup tinggi jumlah penderita
yang menderita diare,
yaitu 135 jiwa (16,11 %) penderita diare.
Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang
tidak sehat
menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan menciptakan
lingkungan sehat
di rumah tangga.
Menurut Green (1990) dalam Notoatmodjo S. (2007) salah satu
faktor
seseorang melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah
faktor pemungkin
Universitas Sumatera Utara

(enambling factor) yaitu faktor pemicu terhadap perilaku yang


memungkinkan suatu
tindakan atau motivasi. Faktor pemicu tersebut mencakup
ketersediaan sarana dan
prasarana atau fasilitas kesehatan misalnya air bersih, tempat
pembuangan sampah,
ketersediaan jamban, makanan bergizi dan sebagainya.
Berdasarkan 7 indikator PHBS dan 3 indikator gaya hidup sehat
yang
berhubungan dengan kejadian diare adalah bayi diberi ASI
eksklusif, penimbangan

bayi dan balita, mencuci tangan pakai sabun, menggunakan air


bersih, dan
menggunakan jamban.
Berdasarkan studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia
tahun 2006
dalam KepMenKes RI No. 852 tentang Strategi Nasional Sanitasi
Total Berbasis
Masyarakat, perilaku masyarakat dalam mencuci tangan adalah
setelah buang air
besar 12%, setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%,
sebelum makan 14%,
sebelum memberi makan bayi 7%, dan sebelum menyiapkan
makanan 6 %. Dan
perilaku pengelolaan air minum rumah tangga menunjukan
99,20% merebus air untuk
mendapatkan air minum, tetapi 47,50 % dari air tersebut masih
mengandung
Eschericia coli. Kondisi tersebut berkontribusi terhadap tingginya
angka kejadian
diare di Indonesia.
Menurut data dari Profil Puskesmas Tandang Buhit diketahui
bahwa 44,91 %
KK di Desa Pardede Onan masih menggunakan sumur sebagai
sumber air bersihnya
dan untuk sarana jamban keluarga masih ada 20,66 % KK yang
belum mempunyai
jamban keluarga. Dan jumlah rumah tangga yang dipantau
berperilaku hidup bersih
dan sehat sebesar 20,21%.
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan data dan hasil penelitian di atas, maka penulis


tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul Hubungan PHBS dengan
kejadian diare di Desa
Pardede Onan Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir Tahun
2011 .
1.2. Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa
penyakit
diare merupakan masalah yang cukup penting karena angka
kesakitannya yang
tinggi dan jumlah penderitanya meningkat dari tahun 2009 ke
tahun 2010. Penyakit
diare juga menjadi 10 besar penyakit di Puskesmas Tandang
Buhit dan dari 22

wilayah kerja Puskesmas Tandang Buhit, di mana Desa Pardede


Onan termasuk salah
satu desa yang cukup tinggi jumlah penderita diare. Salah satu
faktor yang
menyebabkan masih tingginya angka kejadian tersebut adalah
sebagian masyarakat
di Desa Pardede Onan masih menggunakan sumur sebagai
sumber air bersihnya ,dan
masih terdapat keluarga yang belum mempunyai jamban. Oleh
karena itu dalam
penelitian ini dapat dirumuskan masalah apakah ada hubungan
PHBS dengan
kejadian diare di Desa Pardede Onan Kecamatan Balige
Kabupaten Toba Samosir
Tahun 2011.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Perilaku
Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kejadian diare di Desa Pardede
Onan Kecamatan
Balige Kabupaten Toba Samosir Tahun 2011.
Universitas Sumatera Utara

1.3.2. Tujuan Khusus


a. Untuk mengetahui hubungan karakteristik responden
(pendidikan, pekerjaan,
dan penghasilan) terhadap kejadian diare di Desa Pardede Onan.
b. Untuk mengetahui hubungan menggunakan air bersih
terhadap kejadian diare
di Desa Pardede Onan.
c. Untuk mengetahui hubungan menggunakan air minum
terhadap kejadian diare
di Desa Pardede Onan.
d. Untuk mengetahui hubungan menggunakan jamban sehat
terhadap kejadian
diare di Desa Pardede Onan.
e. Untuk mengetahui hubungan cuci tangan dengan sabun
terhadap kejadian
diare di Desa Pardede Onan.
1.4. Manfaat Penelitian
a. Bagi Masyarakat Setempat
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang hubungan
PHBS
dengan kejadian diare sehingga masyarakat dapat mengetahui
pentingnya

PHBS dan menerapkan PHBS dalam kehidupan sehari-hari untuk


mencegah
penyakit diare.
b. Bagi Instansi Puskesmas
Memberikan informasi bagi Puskesmas Tandang Buhit tentang
hubungan
PHBS dengan kejadian diare. Sehingga dapat menjadi bahan
masukan dalam
rangka pengambilan keputusan penanggulangan penyakit diare
di wilayah
kerja Puskesmas Tandang Buhit dan dapat menurunkan angka
kejadian kasus
diare.
Universitas Sumatera Utara

c. Bagi Mahasiswa
Menambah ilmu pengetahuan mengenai penyakit diare yang
berhubungan
kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat, serta sebagai bahan
acuan untuk
penelitian yang lebih mendalam mengenai penyakit diare.
d. Bagi Peneliti
Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman khususnya dalam
mengadakan penelitian ilmiah.
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai