REFKAS D.typoid
REFKAS D.typoid
Diajukan kepada:
dr. Primawati, Sp.PD
Disusun Oleh :
DEVY ISELLA LILYANI
H2A008011
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh :
DEVY ISELLA LILYANI
H2A008011
Telah dipresentasikan pada tanggal Desember 2012
Pembimbing :
DAFTAR MASALAH
2
No
1.
2.
Masalah aktif
Demam tifoid
Kolesistitis
Tanggal
Keterangan
09-11-2012
09-11-2012
No
1.
Masalah inaktif
JAMSOSTEK
Tanggal
09-10-2012
Keterangan
Pasien berobat menggunakan
JAMSOSTEK
LAPORAN KASUS
STATUS PENDERITA
I.
ANAMNESIS
A. Identitas
Nama
Umur
: 20 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pekerjaan
Alamat
: Jagalan RT 08 RW II Kaliwungu
No. CM
: 39.94.07
Tanggal Pemeriksaan
: 9 November 2012
Jaminan
: JAMSOSTEK
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: Disangkal
- Riwayat alergi
: Disangkal
- Riwayat operasi
Disangkal
- Riwayat Maag
Disangkal
E. Riwayat Penyakit Keluarga
-
F. Riwayat Kebiasaan
-
: Disangkal
Kebiasaan merokok
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
Keluhan utama
Kepala :
Mata :
Hidung
Telinga
Mulut
Tenggorokan
Sistem respirasi :
Sistem kardiovaskuler
Sistem gastrointestinal :
Mual
(+),
Sistem muskuloskeletal:
Sistem genitourinaria
Ekstremitas: Atas :
Sistem neuropsikiatri :
Kejang
(-),
Sistem Integumentum :
Kulit
kuning
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 9 November 2012 :
1. Keadaan Umum
Tampak Lemah, kesadaran compos mentis,
2. Status Gizi
BB: 45 kg
TB: 155 cm
BMI= 18,74 kg/m2
Kesan: Normoweight
3. Tanda Vital
Tensi
: 100/70 mmHg
Nadi
Respirasi : 20 x/menit
Suhu
: 38,7 C (peraxiller)
4. Kulit
Ikterik (-), petekie (-) turgor cukup, hiperpigmentasi (-),kulit kering (-),
kulit hiperemis (-)
5. Kepala
Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, mudah dicabut (-), luka (6. Wajah
Simetris, moon face (-)
7. Mata
Konjungtiva pucat (-/-), sclera ikterik (-/-), mata cekung (-/-),
perdarahan subkonjungtiva (-/-), pupil isokor
(3mm/3mm), reflek
Palpasi
Perkusi
: batas jantung
kiri bawah
midclavicularis sinistra
kiri atas
kanan atas
pinggang jantung
Kesan
Auskultasi
: sonor
Kiri
: sonor
Auskultasi:
10
Kanan
Kiri
halus (-)
tambahan
: sonor
Kiri
: sonor
Auskultasi:
Kanan
Kiri
halus ()
tambahan
11
14. Abdomen
Inspeksi
Palpasi
15. Genitourinaria
Ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-)
16. Kelenjar getah bening inguinal
Tidak membesar
17. Ekstremitas
Akral dingin ektremitas atas (-/-) ektremitas bawah (-/-)
Oedem ektremitas atas (-/-) ektremitas bawah (-/-), ulkus (-/-)
III.
Pemeriksaan
Lekosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
MCV
MCH
MCHC
Trombosit
Hasil
5,50
4.70
13.00
38.80
82.60
27.70
38.50
108
Nilai Normal
3,8 11
3,8 - 5,2
11,7 15,5
35 47
80 100
26 34
32 36
150 440
RDW
Eosinofil absolute
Basofil absolute
Netrofil absolute
Limfosit absolute
Monosit absolute
Eosinofil
Basofil
11.80
L 0.01
0,02
3.14
L 0,87
0.69
L 0.20
0,40
11,5 14,5
0,045 0,44
0 0,2
1,8 8
0,9 - 5,2
0,16 1
24
02
12
Netrofil
H 74,5
50 70
Limfosit
Monosit
29,8
H 12,50
25 40
28
b. WIDAL
- Typhi O
1/320
- Typhi H
1/320
DAFTAR ABNORMALITAS
Anamnesis
1.
Demam naik turun (remiten) terutama naik pada sore menjelang maghrib
2.
Mual
3.
Muntah
4.
5.
Badan lemas
6.
Pusing
7.
BAB encer
8.
9.
10.
Sulit tidur
Pemeriksaan Fisik
11.
Suhu 38,70C
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Eosinofil L 0,20
19.
Neutrofil H 74,5
20.
Monosit H 12,50
13
21.
1.
Abnormalitas1,2,3,4,5,6,7,8,10,11,12,13,14,16,17,18,19,20,21demam
tifoid
2.
Skor : 2
Skor : 2
Skor : 2
Skor : 2
Skor : 2
Skor : 2
Skor : 1
Skor : 1
Skor : 1
Skor : 1
Skor : 1
Skor : 1
Skor : 1
Skor : 1
Skor : 1
Skor : 1
Skor : 2
c. Bradikardi Relatif
Skor : 2
d.Hepatomegali
Skor : 1
e. Lidah Typoid
Skor : 1
Skor : 1
Skor : 2
14
Skor : 2
Skor : 2
DAFTAR MASALAH
1. Demam tifoid
2. Kolesistitis
Rencana Pemecahan Masalah
Problem I. demam tifoid
A. Ass. Etiologi
Salmonella Typhi, Salmonella paratyphi A, Salmonella paratyphi B dan
Salmonella paratyphi C.
makanan
atau
minuman
yang
terkontaminasi
Salmonella Typhi
Individu dengan imunosupresi: AIDS
C. Ass. Komplikasi
Komplikasi intestinal
Perdarahan usus, perforasi usus, ileus paralitik, pankreatitis.
Komplikasi ekstraintestinal
Komplikasi kardiovaskuler seperti miokarditis
Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia
Komplikasi paru: pneumonia, pleuritis
Komplikasi hepatobilier: hepatitis, kolesistitis
Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis
Komplikasi tulang: osteomielitis, spondilitis
D. Ass. Penatalaksanaan
Non Medikamentosa
- Bed rest Sampai 7 hari bebas Panas Mobilisasi bertahap mulai dari
duduk sampai penuh kekuatannya
15
Medikamentosa
selama jam per infus 1x1 hari diberikan selama 3-5 hari.
Florokuinolon
Ciprofloksasin 2x500mg/hari selama min 7 hari
Ofloksasin dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
Pefloksasin dosis 400 mg/hari selama 7 hari
Fleroksasin dosis 400 mg/hari selama 7 hari
Kortikosteroid
Penggunaan steroid hanya diindikasikan pada toksik tifoid atau
demam tifoid yang mengalami syok septik dengan dosis 3 x 5 mg.
Pencegahan
Vaksinasi
Indikasi vaksinasi :
1. Hendak mengunjungi daerah endemik, resiko terserang demam tifoid
semakin tinggi untuk daerah berkembang ( amerika latin, asia, afrika )
2. Orang yang terpapar dengan penderita karier tifoid
3. Petugas laboratorium / mikrobiologi kesehatan
Jenis vaksin :
1. Vaksin oral Ty21a ( vivotif Berna ), belum beredar di indonesia
2. Vaksin parenteral VICPS ( Typhim Vi / Pasteur Merieux ), vaksin
kapsul polisakarida
Kontraindikasi :
1. Orang yang memiliki alergi
2. Orang yang memiliki imunitas yang rendah
Efeksamping :
1. Vaksin oral Ty21a : demam ( 0-5% ) dan sakit kepala ( 0-5% )
2. Vaksin parenteral ViCPS : demam ( 0,25% ), malaise ( 0,5% ), sakit
kepala ( 1,5% ), rush ( 5% ), nyeri lokal ( 17% ).
16
Ip Dx :
Pemeriksaan Laboratorium :
1. Hematologi
2. Urinalis
3. Kimia Klinik
4. Imunorologi
Widal
Pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya
antibodi (didalam darah) terhadap antigen kuman Samonella typhi /
paratyphi (reagen). Diagnosis Demam Tifoid / Paratifoid
dinyatakan bila titer O = 1/160 , Uji Widal bermanfaat bila
dilakukan pemeriksaan serial tiap minggu dengan kenaikan titer
sebanyak 4 kali.
17
6. Biologi molekular.
Ip Tx :
Non Medikamentosa :
18
Medikamentosa :
-
Antimikroba
Kloramfenikol 4x500mg/hari selama 7 hari atau
Injeksi ceftriaxon 2x1 gram/iv
Simptomatik
Infus RL atau asering 20tpm
Paracetamol 3x500mg untuk menurunkan panas
Injeksi Ranitidin 3x1 ampul
IpMx :
-
Keadaan umum
TTV : Suhu, Nadi , Tekanan Darah, RR
Tanda kegawatan
Keluhan pasien
Ip Ex
-
19
Bed Rest
Pemberian nutrisi Parenteral
Diet rendah lemak
Farmakologi
-
Pembedahan
Kolesistektomi
D. Ass. Komplikasi
- Empiema dan Hidrops kandung empedu
- Gangren dan perforasi kandung empedu
- Abses perikolesistik
- Pembentukan fistula dan ileus batu empedu
Ip Dx :
-
20
USG Abdomen
Memiliki spesifisitas dan sensitifitas yang tinggi untuk
mendeteksi batu empedu dan pelebaran saluran empedu
intrahepatik maupun ekstra hepatik. Dengan USG juga dapat
dilihat dinding kandung empedu yang menebal karena fibrosis
Ip. Tx:
Non Farmakologi :
-
Bed Rest
Pemberian nutrisi Parenteral
Diet rendah lemak
Farmakologi
-
Ip. Mx:
KU, Vital Sign
Evaluasi Keluhan Pasien
Ip. Ex :
Penjelasan mengenai penyakitnya
Pola makan yang teratur, diet rendah Lemak
Bedrest total
21
DEMAM
MK :
Lidah tipoid,
Mual Muntah
Bradikardi
Relatif
Faktor resiko :
Kebiasaan jajan
di warung
Faktor resiko :
Pola Makan
tidak teratur
Uji Widal +
Demam Tifoid
MK :
Mual, muntah,
nyeri perut
kanan atas
PF : Nyeri tekan
dan Nyeri tekan
Lepas Pada
Daerah perut
kanan atas,
Murpy sign (+)
PP : USG Abdomen
Hasil : kandung empedu pada
pasien ini Ukurannya
membesar, Dinding menebal
KOLESISTITIS
22
Infus RL 20tpm
Injeksi ceftriaxon 2x1 ampul
Paracetamol 3x500mg
Ranitidin 2x150mg
Newdiatab 3x 2 Tab
Follow up II
S: Badan terasa hangat, mual dan muntah (+), Pusing (-) , Nafsu
makan turun, perut terasa Kembung., BAB Normal, BAK normal
O:
- Tensi
: 110/70 mmHg
- Nadi
: 89 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan
cukup
-
RR
Suhu
: 19 x/menit
: 39,2 C (peraxiller)
24
Infus RL 20tpm
Injeksi Ketorolac 2 x 1 Amp
Injeksi ceftriaxon 2 x 1 Amp
Injeksi Ranitidin 2 x 1 Ampul
Follow up II
S: mual dan muntah (+),Nyeri di Ulu hati sampai perut kanan atas
secara mendadak pada malam hari , Nyeri tekan perut kanan atas
(+), Murpy sign (+)
O:
- Tensi
: 110/70 mmHg
- Nadi
: 89 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan
cukup
-
RR
Suhu
: 19 x/menit
: 39,2 C (peraxiller)
A: Kolesistitis akut
P:
Infus RL 20tpm
Injeksi Ketorolac 2 x 1 Amp
Injeksi ceftriaxon 2 x 1 Amp
Injeksi Ranitidin 2 x 1 Ampul
Follow up III
S: Nyeri tekan perut kanan atas (+), murpy sign (+)
O:
25
TD: 100/80
Nadi: 82 x/menit
T: 38,5 C (peraxiller)
RR: 19 x/menit
A: Perbaikan Kolesistitis
P:
- Infus RL 20tpm
Injeksi Ketorolac 2 x 1 Amp
Injeksi ceftriaxon 2 x 1 Amp
Injeksi Ranitidin 2 x 1 Ampul
o Usul pemeriksaan Penunjang : USG Abdomen
Follow up IV
S: Murpy sign (+) Nyeri tekan Ulu hati
O:
TD: 110/80
Nadi: 80x/menit
T: 37 C (peraxiller)
RR: 20x/menit
Hasil USG tanggal 12 November 2012
USG (12 november 2012)
26
Hepar
: Kolesistitis
A: Perbaikan kolesistitis
P:
- Infus RL 20tpm
- Injeksi Ketorolac 2 x 1 Amp
- Injeksi ceftriaxon 2 x 1 Amp
- Injeksi Ranitidin 2 x 1 Ampul
27
Follow up V
S: Nyeri tekan epigastrium (+), murpy sign (+)
O:
TD: 110/80
Nadi: 980x/menit
T: 37 C (peraxiller)
RR: 20x/menit
A: Perbaikan Kolesistitis
P:
Infus RL 20tpm
Injeksi Ketorolac 2 x 1 Amp
Injeksi ceftriaxon 2 x 1 Amp
Injeksi Ranitidin 2 x 1 Ampul
28
PEMBAHASAN
Demam tifoid atau typhoid fever adalah penyakit yang disebabkan oleh
infeksi bakteri Salmonella enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella typhi
yang terutama menyerang bagian saluran pencernaan. Penyakit ini dapat
ditemukan di seluruh dunia, dan disebarkan melalui makanan dan minuman yang
telah tercemar oleh tinja. Sumber penularan penyakit demam tifoid adalah
penderita yang aktif, penderita dalam fase konvalesen, dan kronik karier. Demam
tifoid adalah penyakit sistemik yang akut yang mempunyai karakteritik demam,
sakit kepala dan rasa tidak enak pada bagian abdomen berlangsung lebih kurang 3
minggu yang juga disertai gejala-gejala perut pembesaran limpa dan erupsi kulit.
Diagnosis demam tifoid ditegakkan atas dasar anamnesis, gambaran klinik
dan laboratorium (jumlah lekosit menurun dan titer widal yang meningkat) .
Diagnosis pasti ditegakkan dengan ditemukannya kuman pada salah satu biakan.
Adapun beberapa kriteria diagnosis demam tifoid adalah sebagai berikut5,10,11 :
2.
Gejala
gastrointestinal;
dapat
berupa
obstipasi,
diare,
mual,
demam tifoid pada pasien ini dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang, dalam hal ini adalah pemeriksaan laboratorium.
Melalui anamnesis, ditemukan adanya gejala panas yang dialami pasien
sejak 1 minggu sebelum masuk Rumah Sakit. Panas tinggi pada perabaan, bersifat
naik turun, Panas terutama pada malam hari. Tipe panas yang ditemui pada pasien
ini berupa panas yang naik secara bertahap lalu menentap selama beberapa hari (1
minggu) dan panas terutama pada malam hari. Poin ini memenuhi salah satu
komponen kriteria penegakkan diagnosis demam tifoid yaitu demam yang
29
berkepanjangan (lebih dari 7 hari) dengan sifat demam yang naik secara bertahap
lalu menentap selama beberapa hari, demam terutama pada sore/ malam hari.
Panas yang naik turun dan terus menerus menggambarkan demam yang bersifat
remitten juga bersifat kontinua. Panas yang tidak disertai menggigil dan
berkeringat membedakan jenis panas pada trias malaria. Batuk tidak ada; batuk
perlu ditanyakan untuk menyingkirkan adanya infeksi saluran pernapasan yang
mana panas dapat muncul sebagai salah satu manifestasi klinisnya.
Sakit kepala juga dikeluhkan pasien, seperti ditusuk-tusuk, hilang timbul
pada kepala bagian depan. Demam yang tinggi dapat menimbulkan sakit kepala,
sakit kepala pada demam tifoid biasanya terjadi di daerah frontal. Sakit kepala
juga merupakan salah satu tanda gangguan sistem saraf pusat. Mual dan muntah
dialami pasien bersamaan dengan panas. Nyeri ulu hati juga dialami penderita.
Nafsu makan penderita menurun dan diikuti lemah badan. Buang air besar cair
sejak 5 hari yang lalu, warna kuning kecoklatan. Buang air kecil biasa. Bakteri
Salmonella typhi berkembang biak di hati dan limpa, akibatnya terjadi
pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi rasa mual.
Dikarenakan mual yang berlebihan, akhirnya makanan tak bisa masuk secara
sempurna dan biasanya keluar lagi dimuntahkan lewat mulut. Diare atau mencret
terjadi karena sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan gangguan
penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare.
Melalui pemeriksaan fisik ditemukan hiperpireksia (suhu badan 39,5 0C).
Suhu pada demam tifoid meningkat dan bertahap seperti tangga, mencapai
puncaknya pada hari ke 5, dapat mencapai 39o - 40oC 9. Tanda vital lain yang
ditemukan adalah bradikardi relatif dimana pada suhu badan 38,70C denyut nadi
72x/ menit. Normalnya frekuensi nadi akan meningkat sebanyak 18x/ menit pada
setiap peningkatan suhu tubuh sebanyak 1oC, pada demam typoid denyut nadi
akan lebih lambat dari perhitungan yang seharusnya, hal ini disebabkan oleh
karena efek endotoksin pada miokard. Pada pemeriksaan mulut ditemukan ada
lidah kotor. Khas lidah pada penderita demam tifoid adalah kotor di tengah, tepi
dan ujung merah serta bergetar atau tremor. Pada pemeriksaan abdomen,
ditemukan adanya nyeri tekan epigastrium.
30
komplikasi,
serta
mencegah
agar
tidak
kambuh
kembali.
Penatalaksanaan pada kasus ini adalah dengan pemberian Infus RL 20tpm, injeksi
ceftriaxon 2x1 ampul, paracetamol
ranitidin 3x1 ampul dan diet lunak rendah lemak, bed rest.
Pemberian IVFD berdasarkan kebutuhan pasien akibat adanya demam
berlebihan, muntah dan diare yang tentu saja menyebabkan cairan tubuh
berkurang. Pemberian paracetamol diberikan untuk mengurangi gejala yang
timbul seperti demam dan rasa pusing. Untuk antibiotika, pada pasien ini
diberikan Injeksi cefotaxim 2 kali 1gr intravena sehari.
Pada pasien ini terjadi komplikasi yaitu kolesistitis akut. Kolesistitis akut
adalah reaksi inflamasi dinding kandung empedu. Pada kasus ini diagnosis
kolesistitis ditegakkan dengan menggunakan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. didapatkan keluhan demam, mual, muntah, nyeri perut
kanan atas. Dari pemeriksaan fisik didapatkan murfi sign (+). Dan dari
pemeriksaan penunjang menggunakan USG abdomen didapatkan ukuran
membesar, penebalan dinding vesika felea, batu (-). Penanganan pada pasien ini
diberikan antibiotik ceftriaxon 2 x1 ampul, analgetik injeksi ketorolac 2x1 ampul.
Penanganan yang cepat, tepat dan efisien dapat mencegah terjadinya komplikasi.
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Widodo, djoko. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2006.
2. Harrison TR et al. Harrisons Principles of Internal Medicine. 16th ed.
Philadelphia: McGrawHill; 2005. p.898-890
32