Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS

SEORANG WANITA BERUSIA 20 TAHUN DEMAM LEBIH DARI


TUJUH HARI

Diajukan kepada:
dr. Primawati, Sp.PD

Disusun Oleh :
DEVY ISELLA LILYANI
H2A008011

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
RSUD DR. ADHYATMA TUGUREJO
SEMARANG
2012

HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Presentasi Refleksi Kasus Ilmu Penyakit Dalam:


SEORANG WANITA BERUSIA 20 TAHUN DEMAM LEBIH DARI
TUJUH HARI

Disusun Oleh :
DEVY ISELLA LILYANI
H2A008011
Telah dipresentasikan pada tanggal Desember 2012

Pembimbing :

dr. Primawati, Sp.PD

DAFTAR MASALAH
2

No
1.
2.

Masalah aktif
Demam tifoid
Kolesistitis

Tanggal

Keterangan

09-11-2012

Demam > 7 hari, naik turun, suhu tubuh

09-11-2012

meningkat terutama pada sore hari.


Nyeri di sekitar Perut kanan atas yang
dirasakan sejak + 1 Minggu yang lalu. Nyeri
dirasakan secara mendadak,murpy sign (+)

No
1.

Masalah inaktif
JAMSOSTEK

Tanggal
09-10-2012

Keterangan
Pasien berobat menggunakan
JAMSOSTEK

LAPORAN KASUS

STATUS PENDERITA
I.

ANAMNESIS

A. Identitas
Nama

: Nn. Eni Safitri

Umur

: 20 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Buruh Pabrik PT Rismar Daewo Aparel

Alamat

: Jagalan RT 08 RW II Kaliwungu

No. CM

: 39.94.07

Tanggal Pemeriksaan

: 9 November 2012

Jaminan

: JAMSOSTEK

Anamnesa dilakukan secara autoanamnesa langsung dengan pasien pada


tanggal 9 November 2012 di bangsal Mawar.
B. Keluhan Utama

Demam lebih dari 7 hari.


C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RS tugurejo dengan keluhan demam lebih
dari 7 hari. Demam dirasakan terutama pada sore hari menjelang
maghrib, demam naik turun, demam turun setelah pasien minum
obat warung (panadol) atau pada pagi dan siang hari, pasien juga
mengeluh mual (+), muntah (+) 2x berisi cairan dan sisa makanan.
Pasien juga mengeluh nafsu makan menurun, badan menjadi lemas
dan sulit tidur. Pasien merasa kepala terasa cekot cekot dan merasakan
nyeri ulu hati. Pasien mengatakan BAB 4-5 kali sehari konsistensi
agak encer, berwarna kuning kecoklatan sejak 5 hari yang lalu. BAK
pasien lancar dan tidak ada keluhan. Pasien mengaku setiap hari selalu
makan di warung pinggir jalan disekitar tempet kerja pasien . Sumber air
minum di rumah pasien berasal dari PAM dan selalu dimasak terlebih
dahulu sebelum diminum. Perut bagian kanan atas ditekan terasa sakit.

Nyeri timbul mendadak. Riwayat bepergian ke luar kota (-), mimisan


atau perdarahan gusi (-), periode demam, menggigil, berkeringat (-).
D. Riwayat Penyakit Dahulu
-

Riwayat sakit yang sama


-

: disangkal

Riwayat tekanan darah tinggi

: disangkal

Riwayat sakit gula

: disangkal

- Riwayat sakit jantung

: disangkal

- Riwayat sakit asma

: Disangkal

- Riwayat alergi

: Disangkal
- Riwayat operasi

Disangkal
- Riwayat Maag

Disangkal
E. Riwayat Penyakit Keluarga
-

Keluarga tidak ada yang sakit seperti ini.


Riwayat tekanan darah tinggi
: Disangkal
Riwayat sakit gula
: Disangkal
Riwayat asma
: Disangkal
Riwayat sakit jantung
: Disangkal

F. Riwayat Kebiasaan
-

Kebiasaan minum jamu

: Disangkal

Kebiasaan merokok

: Disangkal

Kebiasaan minum obat-obatan

: Disangkal

Kebiasaan minum-minuman suplemen

: Disangkal

Kebiasaan jajan dipinggir jalan

: Diakui. Pasien sering

makan makanan yang dibeli dipinggir jalan dekat tempat kerjanya


yang tidak terjamin kebersihannya. Pasien juga suka dan sering
makan mie instan.

G. Riwayat Sosial Ekonomi


6

Pasien bekerja di pabrik sebagai Buruh. Bekerja dari jam 8 pagi


sampai jam 5 sore. Saat ini, pasien berobat dengan biaya dari
JAMSOSTEK
H. Riwayat Gizi
Sebelum sakit pasien mengaku makan teratur tiga kali sehari.
Namun sejak sakit nafsu makan menurun sehingga makan hanya satu kali
sehari dengan porsi yang sedikit. Pasien juga mengatakan bahwa Berat
Badan mengalami penurunan.
I. Anamnesis Sistem

Keluhan utama

Demam lebih dari 7 hari.

Kepala :

Sakit kepala (-), pusing (+),

nggliyer (-), jejas (-), leher kaku (-)

Mata :

Penglihatan kabur (-), pandangan ganda (-),


pandangan berputar (-), berkunang-kunang (-).

Hidung

Pilek (-), mimisan (-), tersumbat (-)

Telinga

Pendengaran berkurang (-), berdenging (-),


keluar cairan (-), darah (-).

Mulut

Sariawan (-), luka pada sudut

bibir (-), bibir pecah-pecah (-), gusi berdarah


(-), mulut kering (-).

Tenggorokan

Sakit menelan (-), suara serak (-), gatal (-).

Sistem respirasi :

Sesak nafas (-), batuk

(-), dahak (-)kekuningan,

batuk darah (-),

mengi (-), tidur mendengkur (-)

Sistem kardiovaskuler

Sesak nafas saat beraktivitas (-), nyeri dada


(-), berdebar-debar (-), keringat dingin (-)

Sistem gastrointestinal :

Mual

(+),

muntah (+), perut mules (-), diare (-),terasa

perih di ulu hati (+), nafsu makan menurun


(+), BB turun (-).

Sistem muskuloskeletal:

Nyeri otot (-),

nyeri sendi (-), kaku otot (-).

Sistem genitourinaria

: Sering kencing (-), nyeri saat kencing (-),


keluar darah (-), berpasir (-), kencing nanah (-),
sulit memulai kencing (-), warna kencing
kuning jernih, anyang-anyangan (-), berwarna
seperti teh (-).

Ekstremitas: Atas :

Luka (-), kesemutan

(-), bengkak(-), sakit sendi (-), panas (-),


berkeringat (-),palmar eritema (-)
Bawah :

Luka (-), gemetar (-), ujung jari dingin (-),


kesemutan di kaki (-), sakit sendi (-), bengkak
(-)

Sistem neuropsikiatri :

Kejang

(-),

gelisah (-), kesemutan (-), mengigau (-), emosi


tidak stabil (-)

Sistem Integumentum :

Kulit

kuning

(-), pucat (-), gatal (-), bercak merah kehitaman


di bagian dada, punggung, tangan dan kaki (-)
II.

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 9 November 2012 :
1. Keadaan Umum
Tampak Lemah, kesadaran compos mentis,
2. Status Gizi
BB: 45 kg
TB: 155 cm
BMI= 18,74 kg/m2
Kesan: Normoweight

3. Tanda Vital
Tensi

: 100/70 mmHg

Nadi

: 72 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup

Respirasi : 20 x/menit
Suhu

: 38,7 C (peraxiller)

4. Kulit
Ikterik (-), petekie (-) turgor cukup, hiperpigmentasi (-),kulit kering (-),
kulit hiperemis (-)
5. Kepala
Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, mudah dicabut (-), luka (6. Wajah
Simetris, moon face (-)
7. Mata
Konjungtiva pucat (-/-), sclera ikterik (-/-), mata cekung (-/-),
perdarahan subkonjungtiva (-/-), pupil isokor

(3mm/3mm), reflek

cahaya (+/+) normal, arcus senilis (-/-), katarak (-/-)


8. Telinga
Sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), gangguan fungsi
pendengaran (-/-)
9. Hidung
Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-), fungsi pembau
baik
10. Mulut
Sianosis (-), bibir kering (-), sianosis (-), stomatitis (-), mukosa basah
(-) gusi berdarah (-), lidah kotor (+), tepi dan ujung merah serta
tremor(+), lidah hiperemis (-),papil lidah atrofi (-) di bagian tepi,
11. Leher
Simetris, deviasi trachea (-), KGB membesar (-),
tiroid membesar (-), nyeri tekan (-).
12. Thoraks

Normochest, simetris, retraksi supraternal (-), retraksi intercostalis (-),


spider nevi (-),sela iga melebar (-), pembesaran kelenjar getah bening
aksilla (-), rambut ketiak rontok (-)
Cor
Inspeksi

: Ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: Ictus cordis kuat angkat di ICS V, 2 cm ke medial


linea midclavicularis sinistra.

Perkusi

: batas jantung

kiri bawah

: ICS V, 2 cm ke medial linea

midclavicularis sinistra
kiri atas

: ICS II linea sternalis sinistra

kanan atas

: ICS II linea sternalis dextra

pinggang jantung

: SIC III linea parasternalis sinistra

Kesan
Auskultasi

: konfigurasi jantung normal


:

BJ I-II reguler, bising (-), gallop (-)


Pulmo:
Depan
Inspeksi:
Statis

: normochest, simetris kanan kiri, retraksi (-)

Dinamis : simetris, retraksi (-),


pergerakan paru simetris
Palpasi:
Statis

: simetris, sela iga tidak melebar, retraksi (-),


tidak ada yang tertinggal

Dinamis : Pengembangan paru simetris, tidak ada yang


tertinggal
Fremitus : fremitus kanan = kiri
Perkusi:
Kanan

: sonor

Kiri

: sonor

Auskultasi:

10

Kanan

: Suara dasar vesikuler (+), suara tambahan


Wheezing (-), bagian apex ronki basah kasar
(-),ronki basah

Kiri

halus (-)

: Suara dasar vesikuler (+), suara

tambahan

wheezing (-), ronki basah kasar(-), ronki


basah halus(-)
Belakang:
Inspeksi:
Statis

: normochest, simetris kanan kiri, retraksi (-)

Dinamis : simetris, retraksi (-),


pergerakan paru simetris
Palpasi:
Statis

: simetris, sela iga tidak melebar, retraksi (-),


tidak ada yang tertinggal

Dinamis : Pengembangan paru simetris, tidak ada yang


tertinggal
Fremitus : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi:
Kanan

: sonor

Kiri

: sonor

Auskultasi:
Kanan

: Suara dasar vesikuler (+), suara tambahan


Wheezing (-), bagian apex ronki basah kasar
(-),ronki basah

Kiri

halus ()

: Suara dasar vesikuler (+), suara

tambahan

wheezing (-), ronki basah kasar(-), ronki


basah halus(-)
13. Punggung
Kifosis (-), lordosis (-), skoliosisi (-), nyeri ketok costovertebra (-)

11

14. Abdomen
Inspeksi

: dinding perut sejajar dinding dada,


spider nevi (-), sikatriks (-), striae (-)

Auskultasi : peristaltik (+) normal, Bising usus (+) normal


Perkusi

: pekak beralih (-), pekak sisi (-), timpani di semua


kuadran abdomen

Palpasi

: supel, nyeri tekan epigastrik (+), nyeri tekan perut


kanan atas(+), hepar tidak teraba, lien tidak teraba, nyeri
menjalar ke punggung (-), turgor kembali cepat, Murphy
sign (+)

15. Genitourinaria
Ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-)
16. Kelenjar getah bening inguinal
Tidak membesar
17. Ekstremitas
Akral dingin ektremitas atas (-/-) ektremitas bawah (-/-)
Oedem ektremitas atas (-/-) ektremitas bawah (-/-), ulkus (-/-)
III.

PEMERIKSAAN PENUNJANG ( Tanggal 9 November 2012)


a. Darah Rutin

Pemeriksaan
Lekosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
MCV
MCH
MCHC
Trombosit

Hasil
5,50
4.70
13.00
38.80
82.60
27.70
38.50
108

Nilai Normal
3,8 11
3,8 - 5,2
11,7 15,5
35 47
80 100
26 34
32 36
150 440

RDW
Eosinofil absolute
Basofil absolute
Netrofil absolute
Limfosit absolute
Monosit absolute
Eosinofil
Basofil

11.80
L 0.01
0,02
3.14
L 0,87
0.69
L 0.20
0,40

11,5 14,5
0,045 0,44
0 0,2
1,8 8
0,9 - 5,2
0,16 1
24
02

12

Netrofil

H 74,5

50 70

Limfosit
Monosit

29,8
H 12,50

25 40
28

b. WIDAL
- Typhi O

1/320

- Typhi H

1/320

DAFTAR ABNORMALITAS
Anamnesis
1.

Demam naik turun (remiten) terutama naik pada sore menjelang maghrib

2.

Mual

3.

Muntah

4.

Nafsu makan menurun

5.

Badan lemas

6.

Pusing

7.

BAB encer

8.

Nyeri Epigastrium timbul mendadak

9.

Nyeri perut kanan atas

10.

Sulit tidur
Pemeriksaan Fisik

11.

Suhu 38,70C
12.

Nadi 72 x/menit (bradikardi relatif Bradikardia relatif


adalah peningkat suhu1 derajat celcius tidak diikuti dengan peningkatan
denyut nadi 18 kali per menit.)

13.

Lidah kotor, tepi dan ujung berwarna merah dan tremor

14.

Nyeri tekan Epigastrium

15.

Murpy Sign (+)


Pemeriksaan Penunjang

16.

Eosinofil absolute L 0,01

17.

Limfosit absolute L 0,87

18.

Eosinofil L 0,20

19.

Neutrofil H 74,5

20.

Monosit H 12,50

13

21.

Widal typhi O: 1/320, typhi H: 1/320

1.

Abnormalitas1,2,3,4,5,6,7,8,10,11,12,13,14,16,17,18,19,20,21demam
tifoid

2.

Abnormalitas 1,2,3,9,15 Kolesistitis Akut


Kriteria Diagnostik Demam Tifoid menurut Nellwan 2004 :
a. Demam > 1 minggu
b. Kesadaran Apatis
c. Lidah tifoid
d. Bradikardi Relatif
e. Feses Hitam
f. Gangguan motilitas saluran cerna
g. Cephalgia
h .Rasa Lemah
i. Mual
j. Muntah
k. Demam < 1 mimggu
m. Anoreksia
n. Susah Tidur
o. Splenomegali
p. Hepatomegali

Skor : 2
Skor : 2
Skor : 2
Skor : 2
Skor : 2
Skor : 2
Skor : 1
Skor : 1
Skor : 1
Skor : 1
Skor : 1
Skor : 1
Skor : 1
Skor : 1
Skor : 1

Interpretasi : > 13 : Demam typoid


Kriteria Demam Typoid menurut Soeharyo
a.Gangguan gastrointestinal lain (Mual,

Skor : 1

Muntah, Perut sebah, Diare,


Konstipasi/ Susah BAB)
b. Splenomegali

Skor : 2

c. Bradikardi Relatif

Skor : 2

d.Hepatomegali

Skor : 1

e. Lidah Typoid

Skor : 1

f. Roseola/ rose spots

Skor : 1

g. Demam 7 hari atau Lebih

Skor : 2

14

h. Distensi Abdomen / Kembung


i. Nyeri Abdomen

Skor : 2
Skor : 2

j. Kesadaran menurun (dari apatis hingga koma) Skor : 2

Interpretasi : Bila skor 10 : Klinis demam typoid

DAFTAR MASALAH
1. Demam tifoid
2. Kolesistitis
Rencana Pemecahan Masalah
Problem I. demam tifoid
A. Ass. Etiologi
Salmonella Typhi, Salmonella paratyphi A, Salmonella paratyphi B dan
Salmonella paratyphi C.

B. Ass. Faktor resiko


Makan

makanan

atau

minuman

yang

terkontaminasi

Salmonella Typhi
Individu dengan imunosupresi: AIDS
C. Ass. Komplikasi
Komplikasi intestinal
Perdarahan usus, perforasi usus, ileus paralitik, pankreatitis.
Komplikasi ekstraintestinal
Komplikasi kardiovaskuler seperti miokarditis
Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia
Komplikasi paru: pneumonia, pleuritis
Komplikasi hepatobilier: hepatitis, kolesistitis
Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis
Komplikasi tulang: osteomielitis, spondilitis
D. Ass. Penatalaksanaan
Non Medikamentosa
- Bed rest Sampai 7 hari bebas Panas Mobilisasi bertahap mulai dari
duduk sampai penuh kekuatannya
15

Diet dan terapi penunjang (simptomatik dan suportif)


Pemberian antimikroba

Medikamentosa

Kloramfenikol 4x500mg/hari PO atau IV selama 14 hari


Tiamfenikol 4x500mg selama 10 hari
Kotrimoksazol 2x 2 tab (2x400mg sulfametoksazol dan 2x80

trimetropin) diberikan selama 2 minggu


Ampisilin dan amoksisilin 50-150mg/kgBB selama 2 minggu
Sefalosporin gen 3 ceftriakson 3-4 gram dalam dekstrosa 100cc

selama jam per infus 1x1 hari diberikan selama 3-5 hari.

Florokuinolon
Ciprofloksasin 2x500mg/hari selama min 7 hari
Ofloksasin dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
Pefloksasin dosis 400 mg/hari selama 7 hari
Fleroksasin dosis 400 mg/hari selama 7 hari
Kortikosteroid
Penggunaan steroid hanya diindikasikan pada toksik tifoid atau
demam tifoid yang mengalami syok septik dengan dosis 3 x 5 mg.
Pencegahan
Vaksinasi
Indikasi vaksinasi :
1. Hendak mengunjungi daerah endemik, resiko terserang demam tifoid
semakin tinggi untuk daerah berkembang ( amerika latin, asia, afrika )
2. Orang yang terpapar dengan penderita karier tifoid
3. Petugas laboratorium / mikrobiologi kesehatan
Jenis vaksin :
1. Vaksin oral Ty21a ( vivotif Berna ), belum beredar di indonesia
2. Vaksin parenteral VICPS ( Typhim Vi / Pasteur Merieux ), vaksin
kapsul polisakarida
Kontraindikasi :
1. Orang yang memiliki alergi
2. Orang yang memiliki imunitas yang rendah
Efeksamping :
1. Vaksin oral Ty21a : demam ( 0-5% ) dan sakit kepala ( 0-5% )
2. Vaksin parenteral ViCPS : demam ( 0,25% ), malaise ( 0,5% ), sakit
kepala ( 1,5% ), rush ( 5% ), nyeri lokal ( 17% ).
16

Ip Dx :
Pemeriksaan Laboratorium :
1. Hematologi

Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit


perdarahan usus atau perforasi.

Hitung leukosit sering rendah (leukopenia), tetapi dapat pula


normal atau tinggi.

Hitung jenis leukosit: sering neutropenia dengan limfositosis


relatif.

LED ( Laju Endap Darah ) : Meningkat

Jumlah trombosit normal atau menurun (trombositopenia).

2. Urinalis

Protein: bervariasi dari negatif sampai positif (akibat demam)

Leukosit dan eritrosit normal; bila meningkat kemungkinan terjadi


penyulit.

3. Kimia Klinik

Enzim hati (SGOT, SGPT) sering meningkat dengan gambaran


peradangan sampai hepatitis Akut.

4. Imunorologi

Widal
Pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya
antibodi (didalam darah) terhadap antigen kuman Samonella typhi /
paratyphi (reagen). Diagnosis Demam Tifoid / Paratifoid
dinyatakan bila titer O = 1/160 , Uji Widal bermanfaat bila
dilakukan pemeriksaan serial tiap minggu dengan kenaikan titer
sebanyak 4 kali.

Elisa Salmonella typhi/paratyphi lgG dan lgM


Pemeriksaan ini merupakan uji imunologik yang lebih baru, yang
dianggap lebih sensitif dan spesifik dibandingkan uji Widal untuk
mendeteksi Demam Tifoid/ Paratifoid. Sebagai tes cepat (Rapid

17

Test) hasilnya juga dapat segera di ketahui. Diagnosis Demam


Typhoid/ Paratyphoid dinyatakan:
1. Bila lgM positif menandakan infeksi akut;
2. Jika lgG positif menandakan pernah kontak/ pernah
terinfeksi/ reinfeksi/ daerah endemik.
5. Mikrobiologi

Kultur biakan emped)


Uji ini merupakan gold standard untuk pemeriksaan Demam
Typhoid/ paratyphoid. Interpretasi hasil: jika hasil positif maka
diagnosis pasti untuk Demam Tifoid/ Paratifoid.
Kekurangan uji ini adalah hasilnya tidak dapat segera diketahui
karena perlu waktu untuk pertumbuhan kuman (biasanya positif
antara 2-7 hari, bila belum ada pertumbuhan koloni ditunggu
sampai 7 hari). Pilihan bahan spesimen yang digunakan pada awal
sakit adalah darah, kemudian untuk stadium lanjut/ carrier
digunakan urin dan tinja. Biakan tinja dilakukan pada minggu
kedua dan ketiga serta biakan urin pada minggu ketiga dan
keempat dapat mendukung diagnosis dengan ditemukannya
Salmonella.

6. Biologi molekular.

PCR (Polymerase Chain Reaction)


Metode ini mulai banyak dipergunakan. Pada cara ini di lakukan
perbanyakan DNA kuman yang kemudian diindentifikasi dengan
DNA probe yang spesifik. Kelebihan uji ini dapat mendeteksi
kuman yang terdapat dalam jumlah sedikit (sensitivitas tinggi)
serta kekhasan (spesifitas) yang tinggi pula.
Spesimen yang digunakan dapat berupa darah, urin, cairan tubuh
lainnya serta jaringan biopsi.

Ip Tx :
Non Medikamentosa :

18

Bed rest total sampai keadaan membaik baru dilakukan


mobilisasi bertahap
Diet bubur saring diet bubur kasar nasi

Medikamentosa :
-

Antimikroba
Kloramfenikol 4x500mg/hari selama 7 hari atau
Injeksi ceftriaxon 2x1 gram/iv
Simptomatik
Infus RL atau asering 20tpm
Paracetamol 3x500mg untuk menurunkan panas
Injeksi Ranitidin 3x1 ampul
IpMx :
-

Keadaan umum
TTV : Suhu, Nadi , Tekanan Darah, RR
Tanda kegawatan
Keluhan pasien

Ip Ex
-

Edukasi kepada pasien mengenai penyakit yang diderita oleh pasien

Edukasi diet lunak, mudah dicerna, mengandung cukup cairan, kalori,


serat, tinggi protein dan vitamin, tidak merangsang dan tidak
menimbulkan banyak gas. Makanan saring / lunak diberikan selama
istirahat mutlak kemudian dikembalikan ke makanan bentuk semula
secara bertahap bersamaan dengan mobilisasi.

Perbaikan hygien dan sanitasi lingkungan

19

Problem II. Kolesistitis Akut


Assesment
A. Ass. Etiologi
- Faktor mekanik Meningkatnya Tekanan intra luminal dan
peregangan mengakibatkan tertekannya pembuluh darah dan iskemia
-

dari mukosa dinding, dapat terjadi infark dan gangren


Faktor Kimiawi terlepasnya Lisolestitin (oleh karena aksi dari
fosfolipase pada lesitin dalam cairan empedu), Reabsorbsi dari garam

empedu, mediator inflamasi lain yg juga terlibat


- Infeksi Bakteri: E. Colli, salmonella thypi
- Parasit: cacing askaris
- Batu saluran empedu
B. Ass. Faktor resiko
- Komplikasi DM
- Komplikasi tipoid
- Obesitas
- Diet tinggi lemak dan rendah serat
- Nutriai intravena dalam waktu lama
- Hiperlipidemi
C. Ass. Penatalaksanaan
Non Farmakologi :
-

Bed Rest
Pemberian nutrisi Parenteral
Diet rendah lemak

Farmakologi
-

Analgetik: Asam Mefenamat 3 x 500mg atau ketorolac


Antibiotic: untuk menangani infeksi dan mencegah komplikasi

sepsis. Injeksi ceftriaxon 2x1 ampul


Ranitidine 2x25 mg

Pembedahan
Kolesistektomi
D. Ass. Komplikasi
- Empiema dan Hidrops kandung empedu
- Gangren dan perforasi kandung empedu
- Abses perikolesistik
- Pembentukan fistula dan ileus batu empedu
Ip Dx :
-

Pemeriksaan darah rutin


Klinis

20

USG Abdomen
Memiliki spesifisitas dan sensitifitas yang tinggi untuk
mendeteksi batu empedu dan pelebaran saluran empedu
intrahepatik maupun ekstra hepatik. Dengan USG juga dapat
dilihat dinding kandung empedu yang menebal karena fibrosis

atau edem akibat peradangan maupun sebab lain.


Skintigrafi
Menggunakan zat radioaktif HIDA dengan nilai keakuratan

tinggi, namun teknik ini tidak mudah


ERCP (endoscopy retrograd cholangio pancreatography)
Dapat digunakan untuk melihat struktur anatomi bila diduga

terdapat batu empedu di ductus biliaris komunis


CT Scan atau MRI

Ip. Tx:
Non Farmakologi :
-

Bed Rest
Pemberian nutrisi Parenteral
Diet rendah lemak

Farmakologi
-

Injeksi Ketorolac 2 x 1 Ampul


Injeksi ceftriaxon 2 x 1 Ampul
Injeksi Ranitidin 2 x 1 Ampul
Omeprazol 1x1

Ip. Mx:
KU, Vital Sign
Evaluasi Keluhan Pasien
Ip. Ex :
Penjelasan mengenai penyakitnya
Pola makan yang teratur, diet rendah Lemak
Bedrest total

21

V. ALUR KETERKAITAN MASALAH

DEMAM

MK :
Lidah tipoid,
Mual Muntah
Bradikardi
Relatif

Faktor resiko :
Kebiasaan jajan
di warung
Faktor resiko :
Pola Makan
tidak teratur

Uji Widal +

Demam Tifoid
MK :
Mual, muntah,
nyeri perut
kanan atas
PF : Nyeri tekan
dan Nyeri tekan
Lepas Pada
Daerah perut
kanan atas,
Murpy sign (+)

PP : USG Abdomen
Hasil : kandung empedu pada
pasien ini Ukurannya
membesar, Dinding menebal

KOLESISTITIS

22

VI. PROGRESS NOTE


Follow up dilakukan 5 x ( 9 November 13 november 2012) di bangsal
mawar dengan keluhan :
Demam Tifoid
Follow up I
S: Demam lebih dari 7 hari, Lemah, rasa mual dan muntah sudah 3
kali, Kepala terasa cekot- cekot , Nafsu makan turun, perut terasa
Kembung. Pola tidur terganggu, BAB agak cair disertai ampas
lendir (-), darah (-). BAK normal
O:
- Tensi
: 100/70 mmHg
- Nadi
: 84 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup
- RR
: 20 x/menit
- Suhu
: 38,7 C (peraxiller)
- Neutrofil H 74,5
- Monosit H 12,50
- Widal + 1/320
A: Demam tifoid
P:
o
o
o
o
o

Infus RL 20tpm
Injeksi ceftriaxon 2x1 ampul
Paracetamol 3x500mg
Ranitidin 2x150mg
Newdiatab 3x 2 Tab

Follow up II
S: Badan terasa hangat, mual dan muntah (+), Pusing (-) , Nafsu
makan turun, perut terasa Kembung., BAB Normal, BAK normal
O:
- Tensi
: 110/70 mmHg
- Nadi
: 89 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan
cukup
-

RR
Suhu

: 19 x/menit
: 39,2 C (peraxiller)

A: Perbaikan Demam tifoid,


P:
o Infus RL 20tpm
23

o Injeksi ceftriaxon 2x1 ampul


o Paracetamol 3x500mg
o Ranitidin 2x150mg
Follow up III
S: Badan terasa hangat (+), Lemah, rasa mual dan muntah (-),
Nafsu makan turun,. Pola tidur terganggu, BAB Normal BAK
normal
O:
TD: 100/80
Nadi: 82 x/menit
T: 38,5 C (peraxiller)
RR: 19 x/menit
A: Perbaikan demam tifoid
P:
o Infus RL 20tpm
o Injeksi ceftriaxon 2x1 ampul
o Paracetamol 3x500mg
o Ranitidin 2x150mg
Follow up IV
S: Badan terasa lemah
O:
TD: 110/80
Nadi: 80x/menit
T: 37 C (peraxiller)
RR: 20x/menit
A: Perbaikan demam tifoid
P:
o Infus RL 20tpm
o Injeksi ceftriaxon 2x1 ampul
Follow up V
S: Panas (-), mual muntah (-) pusing (-)
O:
TD: 110/80
Nadi: 980x/menit
T: 37 C (peraxiller)
RR: 20x/menit
A: Perbaikan demam tifoid
P:
o Infus RL 20tpm

24

o Injeksi ceftriaxon 2x1 ampul


Follow up dilakukan 5 x ( 9 November 13 november 2012) di
bangsal mawar dengan keluhan :
Kolesistitis
Follow up I
S: Nyeri di Ulu hati sampai perut kanan atas secara mendadak pada
malam hari , Nyeri tekan perut kanan atas (+), Murpy sign (+)
O:
- Tensi
: 100/70 mmHg
- Nadi
: 84 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup
- RR
: 20 x/menit
- Suhu
: 38,7 C (peraxiller)
A: Kolesistitis Akut
P:
-

Infus RL 20tpm
Injeksi Ketorolac 2 x 1 Amp
Injeksi ceftriaxon 2 x 1 Amp
Injeksi Ranitidin 2 x 1 Ampul

Follow up II
S: mual dan muntah (+),Nyeri di Ulu hati sampai perut kanan atas
secara mendadak pada malam hari , Nyeri tekan perut kanan atas
(+), Murpy sign (+)
O:
- Tensi
: 110/70 mmHg
- Nadi
: 89 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan
cukup
-

RR
Suhu

: 19 x/menit
: 39,2 C (peraxiller)

A: Kolesistitis akut
P:
Infus RL 20tpm
Injeksi Ketorolac 2 x 1 Amp
Injeksi ceftriaxon 2 x 1 Amp
Injeksi Ranitidin 2 x 1 Ampul
Follow up III
S: Nyeri tekan perut kanan atas (+), murpy sign (+)
O:

25

TD: 100/80
Nadi: 82 x/menit
T: 38,5 C (peraxiller)
RR: 19 x/menit
A: Perbaikan Kolesistitis
P:
- Infus RL 20tpm
Injeksi Ketorolac 2 x 1 Amp
Injeksi ceftriaxon 2 x 1 Amp
Injeksi Ranitidin 2 x 1 Ampul
o Usul pemeriksaan Penunjang : USG Abdomen
Follow up IV
S: Murpy sign (+) Nyeri tekan Ulu hati
O:
TD: 110/80
Nadi: 80x/menit
T: 37 C (peraxiller)
RR: 20x/menit
Hasil USG tanggal 12 November 2012
USG (12 november 2012)

26

Hepar

: Ukuran normal, Tepi Tajam, Permukaan rata, nodul (-)

Vesika felea : Ukuran membesar, Dinding menebal, Batu (-)


Lien Dextra

: ukuran normal, Parenkim normal , batu (-)

Lien Sinistra : ukuran normal, Parenkim normal , batu (-)


Vesika Urinaria: Dinding tidak menebal, batu (-)
Kesan

: Kolesistitis
A: Perbaikan kolesistitis
P:
- Infus RL 20tpm
- Injeksi Ketorolac 2 x 1 Amp
- Injeksi ceftriaxon 2 x 1 Amp
- Injeksi Ranitidin 2 x 1 Ampul

27

Follow up V
S: Nyeri tekan epigastrium (+), murpy sign (+)
O:
TD: 110/80
Nadi: 980x/menit
T: 37 C (peraxiller)
RR: 20x/menit
A: Perbaikan Kolesistitis
P:

Infus RL 20tpm
Injeksi Ketorolac 2 x 1 Amp
Injeksi ceftriaxon 2 x 1 Amp
Injeksi Ranitidin 2 x 1 Ampul

28

PEMBAHASAN
Demam tifoid atau typhoid fever adalah penyakit yang disebabkan oleh
infeksi bakteri Salmonella enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella typhi
yang terutama menyerang bagian saluran pencernaan. Penyakit ini dapat
ditemukan di seluruh dunia, dan disebarkan melalui makanan dan minuman yang
telah tercemar oleh tinja. Sumber penularan penyakit demam tifoid adalah
penderita yang aktif, penderita dalam fase konvalesen, dan kronik karier. Demam
tifoid adalah penyakit sistemik yang akut yang mempunyai karakteritik demam,
sakit kepala dan rasa tidak enak pada bagian abdomen berlangsung lebih kurang 3
minggu yang juga disertai gejala-gejala perut pembesaran limpa dan erupsi kulit.
Diagnosis demam tifoid ditegakkan atas dasar anamnesis, gambaran klinik
dan laboratorium (jumlah lekosit menurun dan titer widal yang meningkat) .
Diagnosis pasti ditegakkan dengan ditemukannya kuman pada salah satu biakan.
Adapun beberapa kriteria diagnosis demam tifoid adalah sebagai berikut5,10,11 :

Tiga komponen utama dari gejala demam tifoid yaitu:


1.

Demam yang berkepanjangan (lebih dari 7 hari). Demam naik secara


bertahap lalu menetap selama beberapa hari, demam terutama pada
sore/ malam hari.

2.

Gejala

gastrointestinal;

dapat

berupa

obstipasi,

diare,

mual,

muntah,hilang nafsu makan dan kembung, hepatomegali, splenomegali


dan lidah kotor tepi hiperemi.
3.

Gangguan susunan saraf pusat/ kesadaran; sakit kepala, kesadaran


berkabut, bradikardia relatif.
Berangkat dari beberapa kriteria diagnosis diatas, penegakkan diagnosis

demam tifoid pada pasien ini dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang, dalam hal ini adalah pemeriksaan laboratorium.
Melalui anamnesis, ditemukan adanya gejala panas yang dialami pasien
sejak 1 minggu sebelum masuk Rumah Sakit. Panas tinggi pada perabaan, bersifat
naik turun, Panas terutama pada malam hari. Tipe panas yang ditemui pada pasien
ini berupa panas yang naik secara bertahap lalu menentap selama beberapa hari (1
minggu) dan panas terutama pada malam hari. Poin ini memenuhi salah satu
komponen kriteria penegakkan diagnosis demam tifoid yaitu demam yang
29

berkepanjangan (lebih dari 7 hari) dengan sifat demam yang naik secara bertahap
lalu menentap selama beberapa hari, demam terutama pada sore/ malam hari.
Panas yang naik turun dan terus menerus menggambarkan demam yang bersifat
remitten juga bersifat kontinua. Panas yang tidak disertai menggigil dan
berkeringat membedakan jenis panas pada trias malaria. Batuk tidak ada; batuk
perlu ditanyakan untuk menyingkirkan adanya infeksi saluran pernapasan yang
mana panas dapat muncul sebagai salah satu manifestasi klinisnya.
Sakit kepala juga dikeluhkan pasien, seperti ditusuk-tusuk, hilang timbul
pada kepala bagian depan. Demam yang tinggi dapat menimbulkan sakit kepala,
sakit kepala pada demam tifoid biasanya terjadi di daerah frontal. Sakit kepala
juga merupakan salah satu tanda gangguan sistem saraf pusat. Mual dan muntah
dialami pasien bersamaan dengan panas. Nyeri ulu hati juga dialami penderita.
Nafsu makan penderita menurun dan diikuti lemah badan. Buang air besar cair
sejak 5 hari yang lalu, warna kuning kecoklatan. Buang air kecil biasa. Bakteri
Salmonella typhi berkembang biak di hati dan limpa, akibatnya terjadi
pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi rasa mual.
Dikarenakan mual yang berlebihan, akhirnya makanan tak bisa masuk secara
sempurna dan biasanya keluar lagi dimuntahkan lewat mulut. Diare atau mencret
terjadi karena sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan gangguan
penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare.
Melalui pemeriksaan fisik ditemukan hiperpireksia (suhu badan 39,5 0C).
Suhu pada demam tifoid meningkat dan bertahap seperti tangga, mencapai
puncaknya pada hari ke 5, dapat mencapai 39o - 40oC 9. Tanda vital lain yang
ditemukan adalah bradikardi relatif dimana pada suhu badan 38,70C denyut nadi
72x/ menit. Normalnya frekuensi nadi akan meningkat sebanyak 18x/ menit pada
setiap peningkatan suhu tubuh sebanyak 1oC, pada demam typoid denyut nadi
akan lebih lambat dari perhitungan yang seharusnya, hal ini disebabkan oleh
karena efek endotoksin pada miokard. Pada pemeriksaan mulut ditemukan ada
lidah kotor. Khas lidah pada penderita demam tifoid adalah kotor di tengah, tepi
dan ujung merah serta bergetar atau tremor. Pada pemeriksaan abdomen,
ditemukan adanya nyeri tekan epigastrium.

30

Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan Eosinofil absolute L 0,01,


Limfosit absolute L 0,87, Eosinofil L 0,20, Neutrofil H 74,5, Monosit H 12,50,
Widal typhi O: 1/320, typhi H: 1/320
Diagnosis pasti ditegakkan dengan cara menguji sampel tinja atau darah
untuk mengetahui adanya bakteri Salmonella spp dalam darah penderita.
Pemeriksaan Gold Standard untuk demam tifoid adalah kultur darah (biakan
empedu).
Penatalaksanaan demam tifoid pada dasarnya meliputi istirahat dan
perawatan, diet dan terapi penunjang serta pemberian antimikroba. Perawatan dan
pengobatan terhadap penderita penyakit demam Tifoid atau types bertujuan
menghentikan invasi kuman, memperpendek perjalanan penyakit, mencegah
terjadinya

komplikasi,

serta

mencegah

agar

tidak

kambuh

kembali.

Penatalaksanaan pada kasus ini adalah dengan pemberian Infus RL 20tpm, injeksi
ceftriaxon 2x1 ampul, paracetamol

tablet 500mg 3x1 tablet perhari, injeksi

ranitidin 3x1 ampul dan diet lunak rendah lemak, bed rest.
Pemberian IVFD berdasarkan kebutuhan pasien akibat adanya demam
berlebihan, muntah dan diare yang tentu saja menyebabkan cairan tubuh
berkurang. Pemberian paracetamol diberikan untuk mengurangi gejala yang
timbul seperti demam dan rasa pusing. Untuk antibiotika, pada pasien ini
diberikan Injeksi cefotaxim 2 kali 1gr intravena sehari.
Pada pasien ini terjadi komplikasi yaitu kolesistitis akut. Kolesistitis akut
adalah reaksi inflamasi dinding kandung empedu. Pada kasus ini diagnosis
kolesistitis ditegakkan dengan menggunakan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. didapatkan keluhan demam, mual, muntah, nyeri perut
kanan atas. Dari pemeriksaan fisik didapatkan murfi sign (+). Dan dari
pemeriksaan penunjang menggunakan USG abdomen didapatkan ukuran
membesar, penebalan dinding vesika felea, batu (-). Penanganan pada pasien ini
diberikan antibiotik ceftriaxon 2 x1 ampul, analgetik injeksi ketorolac 2x1 ampul.
Penanganan yang cepat, tepat dan efisien dapat mencegah terjadinya komplikasi.

31

DAFTAR PUSTAKA
1. Widodo, djoko. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2006.
2. Harrison TR et al. Harrisons Principles of Internal Medicine. 16th ed.
Philadelphia: McGrawHill; 2005. p.898-890

32

Anda mungkin juga menyukai