Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

I.

II.

IDENTITAS
Nama

: Tn. CT

Tempat, tanggal lahir

: semarang, 15 Februari 1952

Jenis Kelamin

: perempuan

Usia

: 61 tahun

Agama

: Katolik

Suku

: Jawa

Alamat

: Kayuwangi RT 02 RW 02, Banyubiru, Bawen

Pekerjaan

: ibu rumah tangga

Pendidikan

: SD

No. RM

: 001160

Tanggal MRS

: 02 November 2013

ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan tanggal 02 November 2013 pukul 10.00 WIB di poli THT
RSUD Ambarawa.

Keluhan Utama : telinga kanan membesar


a. Riwayat Penyakit Sekarang
2 hari SMRS pasien mengeluh telinga kanan terasa gatal, sering
keluar cairan dari telinga kanan, berwarna kekuningan, tidak terlalu kental.
Pasien tidak mengeluh kurang pendengaran di telinga kanan. Saat bangun
tidur telinga kanan pasien membesar dan berwarna merah. Pasien tidak
mengeluh nyeri di telinga kanannya. Pasien mengaku sebelumnya tidak
kemasukan air maupun benda asing lainnya ke dalam telinganya. Keluhan
seperti demam, batuk, pilek, hidung tersumbat, pusing berputar, telinga
berdenging tidak dirasakan pasien.
Saat datang ke poli THT pasien masih mengeluh telinga kanan
membesar, berwarna kemerahan, masih sering mengeluarkan cairan
1

kekuningan pada telinga kanan, dan telinga terasa gatal. Keluhan seperti nyeri
telinga tidak dirasakan pasien. Keluhan lain seperti demam, batuk, pilek,
berdenging, dan kurang pendengaran tidak dirasakan pasien.
Pasien mengaku sebelumnya tidak kemasukan air maupun benda asing
lainnya ke dalam telinganya. Tidak ada riwayat berenang sebelumnya. Pasien
belum pernah berobat untuk mengatasi keluhannya.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit serupa disangkal
Riwayat penyakit telinga sebelumnya disangkal
Riwayat batuk pilek berulang disangkal
Riwayat alergi obat dan makanan (merah-merah pada kulit, dan sesak nafas

setelah mengkonsumsi obat atau makanan) tidak diakui.


Riwayat diabetes mellitus diakui pasien sejak 1 tahun ini dan pasien tidak minum

obat secara teratur. GDS terakhir 200 mg/dl.


Tekanan darah tinggi, dan jantung disangkal
Riwayat bersin-bersin dipagi hari disangkal

c. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit serupa disangkal
Riwayat alergi (sesak nafas, merah-merah pada kulit) disangkal.
Riwayat darah tinggi, kencing manis dan jantung disangkal.
Riwayat bersin-bersin dipagi hari disangkal.

III. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal : 02 November 2013, Jam : 10.00 WIB
1. Status Generalisata
a. KU
b. Kesadaran
c. Tekanan Darah
d. Nadi
e. RR
f. Suhu
g. Kulit
h. Kepala
i. Konjungtiva
j.

BB

:
: Baik
: composmentis
: 130/80 mmHg
: 82kali/menit
: 20 kali/menit
: 38 0C
: Turgor cukup
: Mesocephal
: hiperemis (-)
: 50 kg

k. Tb

: 154 cm

l.

: (normal)

BMI

m. Status gizi
2. Status Interrnus
a. Jantung :
Inspeksi
Palapsi
-

Perkusi

: baik

: ictus cordis tidak nampak


: ictus cordis teraba namun tidak kuat angkat, thrill (-),
pulsus epigastrium (-), pulsus parasternal (-), sternal lift
(-)
: batas atas
: ICS II lin.parasternal sinistra
pinggang jantung

: ICS III parasternal sinsitra

batas kanan bawah

: ICS V lin.sternalis dextra

batas kiri bawah

:ICS V 2 cm ke arah medial mid


clavikula sinistra

Auskultasi

konfigurasi jantung dalam batas normal


: reguler
Suara jantung murni : SI, SII (normal) reguler.
Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-) SIII (-), SIV
(-)

b. Paru :
Paru
Depan
1. Inspeksi
Bentuk dada
Hemitorak
2. Palpasi
Stem fremitus
Nyeri tekan
Pelebaran ICS
3. Perkusi
4. Auskultasi
Suara dasar

Dextra

Sinistra

Datar

Datar

Simetris

Simetris

Dextra = sinistra

Dextra = sinistra

Tidak ada nyeri tekan

Tidak ada nyeri tekan

(-)

(-)

Sonor di seluruh lapang paru

Sonor di seluruh lapang paru

Vesikuler

Vesikuler

(-)

(-)

Suara tambahan

Belakang
1. Inspeksi
Punggung
2. Palpasi
Punggung
Stem fremitus
3. Perkusi
Punggung

Tidak ada kelainan

tidak ada kelainan

Tidak ada nyeri tekan

Tidak ada nyeri tekan

(-)

(-)

Sonor di seluruh lapang paru

Sonor di seluruh lapang paru

Suara dasar

Vesikuler

Vesikuler

Suara tambahan

(-)

(-)

4. Auskultasi

c. Hati
Inspeksi : tidak ada pembesaran
Palpasi
: hepar tidak teraba
Perkusi
: pekak (+)
Auskultasi : normal
d. Limfa
Inspeksi : tidak tampak pembesaran
Palpasi
: lien tidak teraba
Perkusi
: pekak (+)
Auskultasi : normal
e. Limfe : limfe tidak teraba, pembesaran (-)
3. Extremitas

STATUS

Akral dingin
Oedem
Sianosis
Gerak
Reflek fisiologis
Reflek patologis
CRT

Superior
Aktif
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
< 2 detik

Inferior
Aktif
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
< 2 detik

LOKALIS
Telinga
Aurikula

Telinga kanan
edema (+), hiperemi
4

Telinga kiri
Tidak ada deformitas,

Daerah preaurikuler

Daerah retroaurikuler

Palpasi

(+)

edema (-), hiperemi (-)

Abses (-), fistula (-),

Abses (-), fistula (-),

edema (-), hiperemi (-)

edema (-), hiperemi (-)

Abses (-), fistula (-),

Abses (-), fistula (-),

edema (-), hiperemi (-)

edema (-), hiperemi (-)

Nyeri pergerakan

Nyeri pergerakan aurikla

aurikla (-), nyeri tekan

(-), nyeri tekan tragus (-)

tragus (-)
Meatus akustikus

Edema (+), hiperemi

Edema (-), hiperemi (-),

(+), furunkel (-), sekret

furunkel (-), sekret (-),

(+), jaringan granulasi

jaringan granulasi (-),

(-), polip (-), serumen

polip (-), serumen (-)

(-)
Membrane timpani

Intak, berwarna putih


Intak, berwarna putih

mengkilat

mengkilat

Hidung
Mukosa hidung

Cavum nasi kanan


Warna merah muda,

Cavum nasi kiri


Warna merah muda,

hiperemi (-)

hiperemi (-)

Septum

Tidak ada deviasi

Tidak ada deviasi

Konka media dan inferior

Ukuran eutrofi, edema

Ukuran eutrofi, edema (-)

Meatus media dan inferior

(-) hiperemi (-)

hiperemi (-)

Sekret (-), polip (-)

Sekret (-), polip (-)

Mulut
Mukosa bukal

Keterangan
Warna mukosa merah muda, hiperemi (-)

Mukosa gigi

Warna mukosa merah muda, hiperemi (-)

Tenggorokan
Mukosa faring

Keterangan
Hiperemis (-), edema (-), membrane (-),
ulkus (-)

Tonsil

Hiperemis (-), edema (-), ukuran T1-T1,


kripte melebar (-), detritus (-)

RINGKASAN
Dari hasil anamnesis didapatkan pasien seorang wanita 61 tahun mengeluh
telinga kanan membesar sejak 2 hari SMRS. Berwarna kemerahan (+), gatal (+),
keluar cairan dari telinga kanan (+) warna kekuningan. Riwayat penyakit dahulu
pasien mengaku didiagnosis Diabetes mellitus sejak satu tahun yang lalu, namun
pasien mengaku tidak rutin meminum obat, pasien hanya minum obat jika pasien
merasa badan tidak enak. Hasil pemeriksaan GDS terakhir 200 mg/dl.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, composmentis,
tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi 82 x/menit, RR 20 x/menit, status gizi baik.

Pemeriksaan status lokalis didapatkan pada telinga kanan aurikula edema (+),
hiperemis (+), MAE hiperemis (+), edema (+) MAE menyempit, secret (+), mucous
(+), warna kekuningan (+).

IV.

DIAGNOSIS BANDING
- Otitis Eksterna Maligna AD
- perikondritis AD

V.

DIAGNOSIS KERJA
Otitis Eksterna maligna AD

VI.

INISIAL PLAN
Ip Dx : Ip Tx :
a. Ciprofloxasin 500 mg 3x1
b. Metyl prednisolon 4 mg 3x1

c. Tarivit 2x1 tetes


Ip Mx :
a.
b.
c.
d.
e.

Mukosa liang telinga


Edema
Nyeri telinga
Secret telinga
Gula darah

Ip Ex :
a.
b.
c.
d.

Pasien diminta untuk menjaga kebersihan


Jangan kena air pada telinga kanan
Jangan mengorek telinga menggunakan cotton buds
Selalu control jika terdapat keluhan serupa.
7

VII. PROGNOSIS
Dubia ad bonam

PEMBAHASAN
Diagnosis otitits eksterna maligna pada kasus ini ditegakkan berdasarkan
anamnesis gejala klinis dan pemeriksaan fisik pasien. Dari anamnesis didapatkan
bahwa pasien mengeluh telinga kanan membesar sejak 2 hari SMRS. Berwarna
kemerahan (+), gatal (+), keluar cairan dari telinga kanan (+) warna kekuningan.
Riwayat penyakit dahulu pasien mengaku didiagnosis Diabetes mellitus sejak satu
tahun yang lalu, namun pasien mengaku tidak rutin meminum obat, pasien hanya
minum obat jika pasien merasa badan tidak enak. Hasil pemeriksaan GDS terakhir
200 mg/dl. Pemeriksaan status lokalis didapatkan pada telinga kanan aurikula edema
(+), hiperemis (+), MAE hiperemis (+), edema (+) MAE menyempit, secret (+),
mucous (+), warna kekuningan (+).
Hal ini sesuai dengan gejala otitis eksterna maligna, yaitu rasa gatal pada liang
telinga yang diikuti dengan nyeri, secret yang banyak dan pembengkakan liang
telinga. Penegakan diagnosis otitis eksterna maligna juga diperkuat dengan factor usia
pasien dan penyakit diabetes mellitus yang diderita pasien. Karena dari pengertian
otitis eksterna maligna itu sendiri adalah infeksi difus liang telinga luar dan struktur
lain disekitarnya, biasanya terjadi pada orang tua dengan penyakit diabetel mellitus.
Pada penderita diabetes pH serumennya lebih tinggi dibandingkan pada non-diabetes,
yang menyebabkan lebih mudah terjadi otitis eksterna. Akibat adanya factor
immunocompromise dan mikroangiopati, otitis eksterna berlanjut menjadi otitis
eksterna maligna. Terjadinya edema dan hiperemis pada aurikula serta MAE
disebabkan karena pada otitis eksterna maligna peradangan meluas secara progresif
ke lapisan sub kutis, tulang rawan dan tulang di sekitarnya.
Pada otitis eksterna maligna, pengobatan harus cepat diberikan, sesuai hasil
kultur dan resistensinya. Kuman penyebab tersering adalah Pseudomonas aeriginosa.
Antibiotic yang sering digunakan adalah golongan floroquinolon dosis tinggi per oral.

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan
oleh bakteri dapat terlokalisir atau difus, telinga rasa sakit. Faktor ini penyebab
timbulnya otitis eksterna ini, kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma local
dan alergi. Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang
menyebabkan edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma local
yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, inflasi dan menimbulkan eksudat.
Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah pseudomonas (41 %), strepokokus
(22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%).1 Istilah otitis eksterna akut
meliputi adanya kondisi inflasi kulit dari liang telinga bagian luar. 2,3
Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang
dapat menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh
liang telinga terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga luar dapat dianggap
pembentukan lokal otitis eksterna. Otitis eksterna difusa merupakan tipe infeksi
bakteri patogen yang paling umum disebabkan oleh pseudomonas, stafilokokus dan
proteus, atau jamur.4
Penyakit ini sering diumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab dan
jarang pada iklim-iklim sejuk dan kering. Patogenesis dari otitis eksterna sangat
komplek dan sejak tahun 1844 banyak peneliti mengemukakan faktor pencetus dari
penyakit ini seperti Branca (1953) mengatakan bahwa berenang merupakan penyebab
dan menimbulkan kekambuhan. Senturia dkk (1984) menganggap bahwa keadaan
panas, lembab dan trauma terhadap epitel dari liang telinga luar merupakan faktor
penting untuk terjadinya otitis eksterna. Howke dkk (1984) mengemukakan
pemaparan terhadap air dan penggunaan lidi kapas dapat menyebabkan terjadi otitis
eksterna baik yang akut maupun kronik.

10

TINJAUAN PUSTAKA
OTITIS EKSTERNA MALIGNA
Otitis eksterna maligna adalah suatu tipe khusus dari infeksi akut yang difus
di liang telinga luar. Toulmouche mungkin orang pertama yang melaporkan kasus
otitis eksterna maligna pada tahun 1838.Pada tahun 1959, Meltzer melaporkan kasus
osteomielitis pseudomonas pada tulang temporal. Otitis eksterna maligna atau otitis
eksterna nekrotikan dijelaskan pertama oleh Chandler yang dapat mengancam
kehidupan, merupakan infeksi bakteri yang progresif pada liang telinga luar, mastoid,
dan basis tulang tengkorak Umumnya terjadi pada pasien diabetik atau pasien dengan
gangguan imun. Otitis eksterna maligna (otitis eksterna pada pasien diabetes usia
lanjut) dimulai pada otitis eksterna P. Aeruginosa yang biasa, tetapi terutama
mengenai pasien berusia lanjut, yang tidak berespon dengan terapi yang biasa, serta
bila tidak diterapi atau diterapi dengan cara yang tidak sesuai akan menyebabkan
kematian pasien. Rata-rata mulai timbulnya otitis eksterna maligna pada sekelompok
besar pasien usia tua. Walaupun biasanya penyakit ini terjadi pada penderita diabetes ,
kadang-kadang terjadi pada pasien leukemia.
Pasien dengan otitis eksternal mengeluh otalgi dan peka terhadap pergerakan
telinga. Otore dapat timbul dan berkurangnya pendengaran karena tertutupnya liang
telinga oleh edema dan sekresi. Pada pengobatan otitis eksterna pasien lanjut usia,
perlu diingat akan kemungkinan otitis eksterna maligna yaitu suatu infeksi berat pada
tulang temporal dan jaringan lunak telinga. Pada beberapa kasus, pasien datang
dengan disfngsi saraf kranial ketujuh dan pemeriksaan telinga yang normal.
Pencitraan diagnostik yang menyeluruh termasuk CT scan, scan tulang, dan scan
gallium dapat membantu menentukan adanya penyakit ini. Scan tulang rutin saja

11

tidak cukup untuk membedakan otitis eksterna yang berat dengan otitis eksterna
nekrotikans.
ANATOMI
Telinga luar termasuk aurikula atau pinna dan liang telinga. Liang telinga
mempunyai bagian tulang dan tulang rawan.Membran timfani memisahkan telinga
luar dan telinga tengah.Telinga luar berfungsi mengumpulkan dan menghantar
gelombang bunyi ke struktur struktur telinga tengah. Karena keunikan anatomi
aurikula serta konfigurasi liang telinga yang melengkung atau seperti spiral, maka
telinga luar mampu melindungi membrana timpani dari trauma, benda asing dan efek
termal.
Panjang liang telinga kira-kira 2,5 cm, membentang dari bibir depan konka hingga
membrana timfani. Sepertiga bagian luar adalah kartilaginosa sedangkan duapertiga
bagian dalam adalah bagian tulang. Bagian yang tersempit dari liang telinga adalah
dekat perbatasan tulang dan tulang rawan. Hanya sepertiga bagian luar atau bagian
kartilaginosa dari liang telinga dapat bergerak. Jika menggunakan otoskop, aurikula
biasanya harus ditarik ke postero lateral untuk dapat melihat bagian tulang dan
membrana timfani. Bersama dengan lapisan luar membrana timfani, liang telinga
membentuk suatu kantung berlapis epitel yang dapat memerangkap kelembapan,
sehingga daerah ini menjadi rentan infeksi pada keadaan tertentu.Kulit yang melapisi
bagian kartilaginosa lebih tebal daripada kulit bagian tulang, selain itu juga
mengandung folikel rambut yang banyaknya bervarasi antar individu namun ikut
membantu menciptakan suatu sawar dalam liang telinga. Anatomi liang telinga
bagian tulang sangat unik karena merupakan satu-satunya tempat dalam tubuh
dimana kulit langsung terletak di atas tulang tanpa adanya jaringan subkutan. Dengan
demikian daerah ini sangat peka, dan tiap pembengkakan akan sangat nyeri karena
tidak terdapat ruang untuk ekspansi.

12

EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, Otitis eksterna maligna lebih banyak timbul di tempat
dengan iklim lembab dan basah daripada iklim lain, lebih banyak pada laki-laki
dibandingkan dengan perempuan, dan dilaporkan menyerang kelompok semua umur
tetapi lebih banyak pada pasien yang lebih tua.
ETIOPATOLOGI
Otitis eksterna maligna merupakan infeksi yang menyerang liang telinga luar
dan tulang temporal. Organisme penyebab umumnya oleh Pseudomonas aeroginosa,
dan umumnya menyerang pasien diabetik yang berusia tua.Infeksi dimulai dengan
otitis eksterna yang progresif menjadi osteomielitis pada tulang temporal. Penyebaran
penyakit keluar dari liang telinga luar melalui fissura santorini dan hubungan antara
tulang dan tulang rawan.
Kecenderungan Otitis eksterna maligna umumnya ditemukan pada kondisi
berikut

1. Diabetik (90 % ),
diabetik merupakan faktor resiko utama berkembangnya otitis eksterna maligna.
Vaskulopati pembuluh darah kecil dan disfungsi immun yang berhubungan dengan
13

diabetik merupakan penyebab utama predisposisi ini.Serumen pada pasien diabetik


mempunyai pH yang tinggi dan menurunnya konsentrasi lisosim mempengaruhi
aktifitas antibakteri lokal.Tidak perbedaan antara DM tipe I dan II.
2. Immunodefisiensi seperti gangguan proliferasi limfosit atau adanya immunosupresi
karena penggunaan obat
3. AIDS
4. Irigasi telinga, dilaporkan sebanyak 50% kasus otitis eksterna maligna karena
trauma irigasi telinga pada pasien diabetik.
GEJALA KLINIK
Gejalanya dapat dimulai dengan rasa gatal pada liang telinga yang dengan
cepat diikuti oleh nyeri yang hebat dan sekret yang banyak dan pembengkakan liang
telinga. Rasa nyeri tersebut semakin meningkat menghebat, liang telinga tertutup oleh
tumbuhnya jaringan granulasi secara subur. Saraf fasial dapat terkena, sehingga
menimbulkan paresis dan paralisis fasial.Kelainan patologik yang penting adalah
osteomielitis yang progresif, yang disebabkan akibat oleh infeksi kuman
pseudomonas aeroginosa. Penebalan endotel yang mengiringi diabetes melitus berat
bersama-sama dengan kadar gula darah yan tinggi yang diakibatkan oleh infeksi yang
sedang aktif menimbulkan kesulitan pengobatan yang adekuat.

14

DIAGNOSIS
1. Anamnesis
- penderita diabetik (90 %) atau immunosupresi ( penyakit atau pengobatan)
- Otalgi hebat, nyeri tak tertahankan serta agak dalam
- Sakit kepala temporal
- Otore purulent
- Mungkin disfagi, suara serak, dan/atau disfungsi nervus fasialis
2. Pemeriksaan fisik
Adanya inflamasi yang terlihat pada liang telinga luar dan jaringan lunak
periaurikuler
Nyeri yang hebat, yang ditandai adanya kekakuan pada jaringan lunak pada
ramus mandibula dan mastoid.
Jaringan granulasi terdapat pada dasar hubungan tulan dan tulang rawan.
Jaringan ini patognomonik pada otitis eksterna maligna. Pemeriksaan otoskopi
juga dapat melihat keterlibatan tulang.
Nervus kranialis harus (V-XII) diperiksa
Status mental harus diperiksa. Gangguan status mental dapat menunjukkan
komplikasi intracranial
Membran timfani biasanya intak
15

Demam tidak umum terjadi.

3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Jumlah leukosit
- Jumlah leukosit biasanya normal atau sedikit meninggi
- Adanya pergeseran ke kiri
Laju endap darah
- Laju endap darah meningkat bervariasi dengan rata-rata 87 mm/jam
- Laju endap darah dapat digunakan untuk mendukung diagnosis klinik dari otitis
eksternal akut atau keganasan pada telinga yang tidak menyebabkan
peningkatan
tes ini.
Kimia darah
- Pasien yang diketahui dengan diabetik perlu pemeriksaan kimia darah untuk
menentukan intoleransi glukosa basal.
- Pasien tanpa riwayat diabetes perlu diperiksa toleransi glukosanya
Kultur dan tes sensivitas dari liang telinga
- Kultur dari drainase telinga perlu dilakukan sebelum pemberian antibiotic
- Organisme penyebab utama otitis eksterna maligna adalah P. Aeruginosa (95 %).
Organisme ini anaerobik, gram negatif.Spesies pseudomonas mempunyai lapisan
mukoid untuk fagositosis. Eksotoksin ( yaitu eksotoksin A, kolagenase, elastase)
dapat
16

menyebabkan nekrosis jaringan, dan beberapa strain menghasilkan neurotoksin yang


menyebabkan neuropati kranial.
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan ini penting untuk menentukan adanya osteomielitis, perluasan penyakit,
dan respon terapi.

STAGING
Stage I

: Otitis eksterna nekrotikan( otalgi yang menetap, terbatas pada liang


telinga luar, tidak ada kelumpuhan n. fasialis)

Stage II

: osteomielitis pada basis tengkorak yang terbatas (kelumpuhan nevus


fasialis pada foramen jugualar bagian lateral)

Stage III

: Osteomielitis pada basis tengkorak yang ekstensif(Ekstensi sampai


foramen jugular dan lebih medial bawah dari kepala)

DIAGNOSIS BANDING
Salah satu diagnosis banding yang sesuai dengan gejala otits eksterna Maligna
adalah Tumor ganas pada tulang temporal

PENATALAKSANAAN
Pengobatan otitis eksterna maligna termasuk memperbaiki imunosupresi (kalau bisa),
pengobatan lokal pada liang telinga, terapi sistemik antibiotik jangka panjang, pada
pasien tertentu dilakukan pembedahan. Pengobatan tidak boleh ditunda-tunda sebab
17

penyakit akan segera menyerang bagian-bagian penting di sekitarnya. Pasien otitis


eksterna maligna harus dirumahsakitkan minimum 4-6 minggu.Pasang cairan IV
untuk pemberian obat.Gentamisin sulfat IM atau tobramisin IM, 3-5 perkilogram
berat badan harus diberikan dalam dosisi terbagi setiap 8 jam.Karbenisilin harus
diberikan IV dengan dosis 4-5 mg setiap 4 jam.Terapi antibiotik parenteral harus
diteruskan selama 2 minggu sampai infeksi terlihat telah teratasi. Karena gentamisin
dan tobramisin bersifat nefrotoksik dan ototoksik, maka kadar kreatinin dan urin
harus diawasi ketat dan pendengaran diperiksa secara periodik.
Telinga harus dibersihkan dengan teliti setiap hari dan diolesi salep gentamisin.
Diantara waktu membersihkan, harus diberikan obat tetes gentamisin setiap 4-6 jam.
Setelah terapi diberikan dan infeksi terkontrol, maka pengangkatan jaringan granulasi
manapun yang menetap di liang telinga dan biasanya dilakukan dengan obat anastesi
lokal, akan mempercepat penyembuhan. Kecuali kadang-kadang diperlukan
debrideman meatus akustikus eksternus. Biasanya tidak dperlukan pembedahan dan
ia dihindarkan. Tetapi bila keadaan pasien konstan atau memburuk walaupun telah
diberikan terapi medis, mungkin diperlukan mastoidektomi radikal.Meskipun
mastoidektomi yang diperluas merupakan bentuk terapi yang banyak dipilih, namun
dengan temuan antibiotik spesifik pseudomonas, maka kini intervensi dengan
antibiotik sistemik merupakan bentuk utama terapi. Ada dugaan bahwa pembedahan
invasif tanpa perlindungan antibiotik akan mendukung penyebaran infeksi pada
pasien-pasien yang telah mengalami kemunduran ini. Oleh sebab itu pembedahan
sebaiknya dibatasi pada pengangkatan sekuestra, drainase abses, debridemant lokal
jaringan granulasi.
PROGNOSIS
Rekurensi penyakit dilaporkan sekitar 9-27 % dari pasien.Hal ini berhubungan
dengan lamanya pemberian terapi yang tidak cukup dan manifestasinya biasanya
berupa sakit kepala dan otalgi.Laju endap darah mulai meningkat.Otitis eksterna
18

maligna kambuh sekitar satu tahun pengobatan komplit.Chandler melaporkan ratarata kematian 50 % tanpa pengobatan.Kematian berkurang sampai 20 % dengan
ditemukannya antibiotik yang cocok dan perbaikan modalitas imaging.Penelitian
sekarang melaporkan kematian turun sampai 10 %, tetapi kematian tetap tinggi pada
pasien dengan neuropati atau adanya komplikasi intrakranial.

DAFTAR PUSTAKA
1. Oghalai,

J.S.

2003.

Otitis

Eksterna.

Available

from

bcm.tme.edu/oto/grand/101295.htm. Accessed : 2008, March 28.

19

http://www.

2. Kotton, C. 2004. Otitis Eksterna. Available from : http:sav-ondrugs.


com/shop/templates/encyclopedia/ ENCY/ artcle/000622. asp. Accessed : 2008,
March 28.
3. Carr,

MM.

2000.

Otitis

Eksterna.

Available

from

http://www.

icarus.med.utoronto.ea/carr/manual/otitisexterna. htm. Accessed : 2008, March


28.
4. Fatih,

M.

2007.

Otitis

Eksterna.

Available

from

http://hennykartika.wordpress.com/2007/12/29/otitis-eksterna/. Accessed : 2008,


March 27.
5. Sosialisman & Helmi. 2001. Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-5. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
6. Anonim. 2006. Otitis Eksterna. Available from : http://www.kalbe.co.id. Accessed
: 2008, March 27.

20

Anda mungkin juga menyukai