Anda di halaman 1dari 10

Utilitarianisme dan Deontologi

Disusun Oleh :
Agandri
Ruth
Ester
Yolanda Prytiani
Suci
Utami

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami hadapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Etika Bisnis yang berjudul
Utilitarianisme dan Deontologi .
Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kami ini dengan sebaik-baiknya. Makalah ini kami susun sedemikian rupa sehingga
dapat memperluas wawasan kita dan lebih memahami,menjelaskan dan menerapkan Teori Etika
dalam dunia bisnis.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih belum sempurna dan terdapat
beberapa kekurangan di dalamnya. Kritik dan saran dari semua pihak diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan pembenahan makalah yang kami selesaikan.

Jakarta, 28 September 2016

PENGERTIAN ETIKA UTILITARIANISME


Bertolak dari nama utilitarisme [yang di dalamnya mengandung kata utilis berguna],
telah menempatkan paham ini sebagai dasar etis dalam rangka memperbaharui hukum Inggris,
khususnya Hukum Pidana. Dan Bentham tidak bermaksud untuk menciptakan suatu teori moral
abstrak, akan tetapi mempunyai sebuah maksud yang sangat kongkrit. Ia berasumsi bahwa
hukum dibuat dalam rangka memajukan kepentingan warga negara, dan bukan memaksakan
perintah-perintah ilahi atau melindungi yang disebut hak-hak kodrati. Di samping sebagai dasar

etis, juga teori ini sering dianggap sebagai etika sukses, yaitu etika yang memberikan ciri
pengenalan kesusilaan adalah manfaat dari suatu perbuatan. Suatu perbuatan dikatakan baik jika
membawa manfaat atau kegunaan, berguna artinya memberikan kita sesuatu yang baik dan tidak
menghasilkan yang buruk. Dalam teori ini juga ditemukan sebuah semboyang yang sangat
terkenal: The greatest happiness of the greatest number (kebahagiaan terbesar dari jumlah
orang terbesar).
Utilitarianisme adalah paham dalam filsafat moral yang menekankan manfaat atau
kegunaan dalam menilai suatu tindakan sebagai prinsip moral yang paling dasar, untuk
menentukan bahwa suatu perilaku baik jika bisa memberikan manfaat kepada sebagian besar
konsumen atau masyarakat.
Menurut paham Utilitarianisme bisnis adalah etis, apabila kegiatan yang dilakukannya
dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya pada konsumen dan masyarakat. Jadi,
kebijaksanaan atau tindakan bisnis yang baik adalah kebijakan yang menghasilkan berbagai hal
yang baik, bukan sebaliknya malah memberikan kerugian.
Konsep dasar teori ini adalah suatu perbuatan yang secara moral adalah benar, jika:

Membuat hal yang terbaik untuk banyak orang

Mampu memberi manfaat bagi setiap orang

Mendapatkan manfaat terbaik dari manfaat-manfaat dari kemungkinan yang


dipertimbangkan.
Nilai Postif Etika Utilitarianisme
Menurut Keraf (1998:96) terdapat tiga nilai positif etika utilitarianisme, yaitu:
1.
Rasionalitas
Prinsip moral yang diajukan etika utilitarianisme tidak didasarkan pada aturan-aturan kaku yang
tidak dipahami atau tidak diketahui keabsahannya. Etika utilitarianisme memberikan kriteria
yang objektif dan rasional.
2.
Otonom
Etika utilitarianisme sangat menghargai kebebasan setiap pelaku moral untuk berpikir dan
bertindak dengan hanya memperhatikan tiga kriteria objektif dan rasional seperti yang telah
diuraikan sebelumnya. Tidak ada paksaan bahwa orang harus bertindak dengan cara tertentu
yang tidak diketahui alasannya.
3.
Universal
Etika utilitarianisme mengutamakan manfaat atau akibat dari suatu tindakan bagi banyak orang.
Suatu tindakan dinilai bermoral apabila tindakan tersebut memberi manfaat terbesar bagi banyak
orang.
Nilai positif Utilitarianisme terletak pada sisi rasionalnya dan universalnya. Rasionalnya adalah
kepentingan orang banyak lebih berharga daripada kepentingan individual. Secara universal
semua pebisnis dunia saat ini berlomba-lomba mensejahterakan masyarakat dunia, selain
membuat diri mereka menjadi sejahtera. berbisnis untuk kepentingan individu dan di saat yang
bersamaan mensejahterakan masyarakat luas adalah pekerjaan profesional sangat mulia. Dalam

teori sumber daya alam dikenal istilah Backwash Effect, yaitu di mana pemanfaatan sumber daya
alam yang terus menerus akan semakin merusakan kualitas sumber daya alam itu sendiri,
sehingga diperlukan adanya upaya pelastarian alam supaya sumber daya alam yang terkuras
tidak habis ditelan jaman.
Etika Utilitarianisme Sebagai Proses dan Standar Penilaian
Secara umum etika utilitarianisme dapat dipakai dalam dua wujud yang berbeda, yaitu:
a. Etika utilitarianisme digunakan sebagai proses untuk mengambil keputusan, kebijaksanaan
atau untuk bertindak.
b. Etika utilitarianisme sebagai standar penilaian bagi tindakan atau kebijaksanaan yang telah
dilakukan dan digunakan untuk mengevaluasi tindakan yang sudah dijalankan.
Analisis Keuntungan dan Kerugian:
a. Keuntungan dan kerugian, cost and benefits yang dianalisis tidak dipusatkan pada
keuntungan dan kerugian perusahaan
b. Analisis keuntungan dan kerugian tidak ditempatkan dalam kerangka uang. Dalam analisis ini
perlu juga mendapat perhatian serius, bahwa keuntungan dan kerugian disini tidak hanya
menyangkut aspek financial, melainkan juga aspek-aspek moral.
c. Analisis keuntungan dan kerugian untuk jangka panjang. Benefits yang menjadi sasaran utama
semua perusahaan adalah long term net benefits.
Di dalam analisa pengeluaran dan keuntungan perusahaan memusatkan bisnisnya untuk
memperoleh keuntungan daripada kerugian. Proses bisnis diupayakan untuk selalu memperoleh
profit daripada kerugian. Keuntungan dan kerugian tidak hanya mengenai finansial, tapi juga
aspek-aspek moral seperti halnya mempertimbangkan hak dan kepentingan konsumen dalam
bisnis. Dalam dunia bisnis dikenal corporate social responsibility, atau tanggung jawab sosial
perusahaan. Suatu pemikiran ini sejalan dengan konsep Utilitarianisme, karena setiap perusahaan
mempunyai tanggaung jawab dalam mengembangkan dan menaikan taraf hidup masyarakat
secara umum, karena bagaimanapun juga setiap perusahaan yang berjalan pasti menggunakan
banyak sumber daya manusia dan alam, dan menghabiskan daya guna sumber daya tersebut.
Kelemahan Etika Utilitarianisme:
a.
Manfaat merupakan konsep yang begitu luas sehingga dalam kenyataan praktis akan
menimbulkan kesulitan yang tidak sedikit
b.
Etika utilitarianisme tidak pernah menganggap serius nilai suatu tindakan pada dirinya
sendiri dan hanya memperhatikan nilai suatu tindakan sejauh berkaitan dengan akibatnya.

c.

Etika utilitarianisme tidak pernah menganggap serius kemauan baik seseorang

d.

Variabel yang dinilai tidak semuanya dapat dikuantifikasi

e.
Seandainya ketiga kriteria dari etika utilitarianisme saling bertentangan, maka akan ada
kesulitan dalam menentukan proiritas di antara ketiganya
f.
Etika Utilitarianisme membenarkan hak kelompok minoritas tertentu dikorbankan demi
kepentingan mayoritas.
Pembagian Utilitarisme :
1.

Utilitarisme perbuatan (act utililitarianism)


Menyatakan bahwa kita harus memperhitungkan, kemudianmemutuskan, akibat-akibat
yang dimungkinkan dari setiap tindakanaktual ataupun yang direncanakan.

2.

Utilitarisme aturan (rule utilitarianism).


Menyatakan bahwa kita harus mengira-ngira, lalu memutuskan, hasil-hasil dari peraturan
dan hukum-hukum.

PENGERTIAN ETIKA DEONTOLOGI


Etika deontologis adalah teori filsafat moral yang mengajarkan bahwa sebuah tindakan itu benar
kalau tindakan tersebut selaras dengan prinsip kewajiban yang relevan untuknya. Akar kata
Yunani deon berarti 'kewajiban yang mengikat' dan logos berarti pengetahuan. Istilah
"deontology" dipakai pertama kali oleh C.D. Broad dalam bukunya Five Types of Ethical

Theory. Etika deontologis juga sering disebut sebagai etika yang tidak menganggap akibat
tindakan sebagai faktor yang relevan untuk diperhatikan dalam menilai moralitas suatu tindakan.

Dalam pemahaman teori Deontologi memang terkesan berbeda dengan Utilitarisme. Jika dalam
Utilitarisme menggantungkan moralitas perbuatan pada konsekuensi, maka dalam Deontologi
benar-benar melepaskan sama sekali moralitas dari konsekuensi perbuatan. Deontologi
( Deontology ) berasal dari kata dalam Bahasa Yunani yaitu : deon yang artinya adalah
kewajiban. Dalam suatu perbuatan pasti ada konsekuensinya, dalam hal ini konsekuensi
perbuatan tidak boleh menjadi pertimbangan. Perbuatan menjadi baik bukan dilihat dari hasilnya
melainkan karena perbuatan tersebut wajib dilakukan. Deontologi menekankan perbuatan tidak
dihalalkan karena tujuannya. Tujuan yang baik tidak menjadi perbuatan itu juga baik. Di sini kita
tidak boleh melakukan suatu perbuatan jahat agar sesuatu yang dihasilkan itu baik, karena dalam
Teori Deontologi kewajiban itu tidak bisa ditawar lagi karena ini merupakan suatu keharusan.
Contoh : kita tidak boleh mencuri, berbohong kepada orang lain melalui ucapan dan perbuatan.
Para penganut etika deontologis, seperti Immanuel Kant (1724-1804) sebagai pelopornya
misalnya, berpendapat bahwa norma moral itu mengikat secara mutlak dan tidak tergantung dari
apakah ketaatan atas norma itu membawa hasil yang menguntungkan atau tidak. Misalnya norma
moral "jangan bohong" atau "bertindaklah secara adil" tidak perlu dipertimbangkan terlebih dulu
apakah menguntungkan atau tidak, disenangi atau tidak, melainkan selalu dan di mana saja harus
ditaati, entah apa pun akibatnya. Hukum moral mengikat mutalk semua manusia sebagai
makhluk rasional.
Konsep-konsep Deontologi
Sistem etika ini hanya menenkankan suatu perbuatan di dasarkan pada wajib tidaknya kita
melakukan perbuatan itu.
Yang disebut baik dalam arti sesungguhnya hanyalah kehendak yang baik, semua hal lain di
sebut baik secara terbatas atau dengan syarat. Contohnya : kesehatan, kekayaan, intelegensia,
adalah baik juka digunakan dengan baik oleh kehendak manusia. Tetapi jika digunakan oleh
kehendak jahat, semua hal itu menajdi jahat sekali.
Kehendak menjadi baik, jika bertindak karena kewajiban. Kalau perbuatan dilakukan dengan
suatu maksud atau motif lain, perbuatan itu tidak bisa di sebut baik, walaupun perbuatan itu
suatu kecendrungan atau watak baik.
Perbuatan dilakukan berdasarkan kewajiban, bertindak sesuai dengan kewajiban si sebut
legalitas. Dengan legalitas kita memenuhi norma hukum.
Yang termasuk dalam pandangan Teori Deontologi adalah :
a. Teori hak (right)

Teori hak merupakan aspek dari pendekatan deontologi, karena hak selalu berkaitan dengan
kewajiban. Manusia dalam kehidupannya memiliki berbagai macam hak, yang di antaranya :
1. Hak Moral atau asasi yang mengidentifikasikan seluruh aktivitas atau keinginan yang dapat
secara bebas dilakukan tanpa dibatasi oleh norma hukum. Misalnya hak untuk hidup
2. Hak Legal yang bersumber dari norma hukum dan dilindungi dalam lingkungan yurisdiksi
suatu system hukum.
3. Hak Warganegara, yaitu hak hak yang dapat dinikmati sebagai warga Negara, seperti hak
memilih, dan dipilih.
b. Teori Keadilan (justice)
Memberikan seseorang apa yang menjadi haknya akan menyangkut aspek keadilan (
moral Justice ) yang juga menjadi perhatian dalam pendekatan deontologi
Ada 3 unsur dalam pengertian hakiki antara lain :
a) Keadilan tertuju pada orang lain.
b) Keadilan merupakan kewajiban dan harus dilaksanakan, karena berkaitan dengan hak orang
lain.
c) Keadilan menuntut persamaan ( equality )
c. Perhatian (Care)
Pendekatan lain yang ada dalam teori deontologi adalah Ethics of Care ( teori memberi perhatian
), misalnya hubungan kekeluargaan, hubungan pertemanan, dan hubungan yang terkait dengan
pekerjaan. Dalam hal ini tidak semua hubungan menimbulkan kewajiban moral untuk diberi
perhatian. Menurut Velasques ( Satyanugraha, 2003 : 86 ) etika perhatian memberi penekanan
pada dua tuntutan moral yaitu :
Setiap orang berada dalam suatu jaringan hubungan dan seharusnya menjaga dan
memelihara hubungan yang konkret dan bernilai dengan orang orang yang ada dalam
jaringan.
Setiap orang seharusnya memberikan perhatian khusus pada mereka yang memiliki
hubungan khusus dengan memperhatikan kebutuhannya, nilainya, keinginannya, dan
kesejahteraan konkret berdasarkan persepektif pribadi dan menggapai secara positif
kebutuhan, nilai, keinginan, dan kesejahteraan mereka.
d. Teori Keutamaan (Virtue Theory)
Teori Keutamaan (Virtue Theory ) menggunakan keutamaan seperti
kejujuran,kebranian,integritas,kepedulian,kesabaran pengendalian diri dan kejelekan seperti
ketidakjujuran,keserakahan dan kekejaman sebagai awal untuk moral reasoning. Menurut
Satyanugraha,2003:89 Keutamaan didefinisikan sebagai watak yang telah dimiliki seseorang dan
yang memungkinkanya untuk bertingkah laku baik secara moral.

Contoh kasus dari etika-etika deontologi :


PT. PLN memonopoli kelistrikan nasional, kebutuhan listrik masyarakat sangat bergantung pada
PT. PLN, tetapi mereka sendiri tidak mampu secara merata dan adil memenuhi kebutuhan listrik
masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya daerah-daerah yang kebutuhan listriknya
belum terpenuhi dan juga sering terjadi pemadaman listrik secara sepihak sebagaimana contoh
diatas. Kejadian ini menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bagi masyarakat, dan investor
menjadi enggan untuk berinvestasi. Dalam kasus ini, PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero)
sesungguhnya mempunyai tujuan yang baik, yaitu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan listrik
nasional. Akan tetapi tidak diikuti dengan perbuatan atau tindakan yang baik, karena PT. PLN
belum mampu memenuhi kebutuhan listrik secara adil dan merata. Jadi menurut teori etika
deontologi tidak etis dalam kegiatan usahanya.
Contoh kasus utilitarianisme dalam bisnis :
PT Freeport Indonesia (PTFI) merupakan perusahaan afiliasi dari Freeport-McMoRan Copper &
Gold Inc.. PTFI menambang, memproses dan melakukan eksplorasi terhadap bijih yang
mengandung tembaga, emas dan perak. Beroperasi di daerah dataran tinggi di Kabupaten
Mimika Provinsi Papua, Indonesia. Kami memasarkan konsentrat yang mengandung tembaga,
emas dan perak ke seluruh penjuru dunia.
PT Freeport Indonesia merupakan jenis perusahaan multinasional (MNC),yaitu perusahaan
internasional atau transnasional yang berkantor pusat di satu negara tetapi kantor cabang di
berbagai negara maju dan berkembang.
Contoh kasus pelanggaran etika yang dilakukan oleh PT. Freeport Indonesia :
Mogoknya hampir seluruh pekerja PT Freeport Indonesia (FI) tersebut disebabkan perbedaan
indeks standar gaji yang diterapkan oleh manajemen pada operasional Freeport di seluruh dunia.
Pekerja Freeport di Indonesia diketahui mendapatkan gaji lebih rendah daripada pekerja Freeport
di negara lain untuk level jabatan yang sama. Gaji sekarang per jam USD 1,5USD 3. Padahal,
bandingan gaji di negara lain mencapai USD 15USD 35 per jam. Sejauh ini, perundingannya
masih menemui jalan buntu. Manajemen Freeport bersikeras menolak tuntutan pekerja, entah apa
dasar pertimbangannya.
Biaya CSR kepada sedikit rakyat Papua yang digembor-gemborkan itu pun tidak seberapa
karena tidak mencapai 1 persen keuntungan bersih PT FI. Malah rakyat Papua membayar lebih
mahal karena harus menanggung akibat berupa kerusakan alam serta punahnya habitat dan
vegetasi Papua yang tidak ternilai itu. Biaya reklamasi tersebut tidak akan bisa ditanggung
generasi Papua sampai tujuh turunan. Selain bertentangan dengan PP 76/2008 tentang Kewajiban
Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan, telah terjadi bukti paradoksal sikap Freeport (Davis, G.F.,
et.al., 2006).
Kestabilan siklus operasional Freeport, diakui atau tidak, adalah barometer penting kestabilan
politik koloni Papua. Induksi ekonomi yang terjadi dari berputarnya mesin anak korporasi

raksasa Freeport-McMoran tersebut di kawasan Papua memiliki magnitude luar biasa terhadap
pergerakan ekonomi kawasan, nasional, bahkan global.
Sebagai perusahaan berlabel MNC (multinational company) yang otomatis berkelas dunia,
apalagi umumnya korporasi berasal dari AS, pekerja adalah bagian dari aset perusahaan.
Menjaga hubungan baik dengan pekerja adalah suatu keharusan. Sebab, di situlah terjadi
hubungan mutualisme satu dengan yang lain. Perusahaan membutuhkan dedikasi dan loyalitas
agar produksi semakin baik, sementara pekerja membutuhkan komitmen manajemen dalam hal
pemberian gaji yang layak.
Pemerintah dalam hal ini pantas malu. Sebab, hadirnya MNC di Indonesia terbukti tidak
memberikan teladan untuk menghindari perselisihan soal normatif yang sangat mendasar.
Kebijakan dengan memberikan diskresi luar biasa kepada PT FI, privilege berlebihan, ternyata
sia-sia.
Berkali-kali perjanjian kontrak karya dengan PT FI diperpanjang kendati bertentangan dengan
UU Nomor 11/1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan dan sudah diubah
dengan UU Nomor 4/2009 tentang Minerba. Alasan yang dikemukakan hanya klasik, untuk
menambah kocek negara. Padahal, tidak terbukti secara signifikan sumbangan PT FI benar-benar
untuk negara. Kalimat yang lebih tepat, sebetulnya, sumbangan Freeport untuk negara Amerika,
bukan Indonesia.
Justru negara ini tampak dibodohi luar biasa karena PT FI berizin penambangan tembaga, namun
mendapat bahan mineral lain, seperti emas, perak, dan konon uranium. Bahan-bahan itu dibawa
langsung ke luar negeri dan tidak mengalami pengolahan untuk meningkatkan value di
Indonesia. Ironisnya, PT FI bahkan tidak listing di bursa pasar modal Indonesia, apalagi
Freeport-McMoran sebagai induknya.
Keuntungan berlipat justru didapatkan oleh PT FI dengan hanya sedikit memberikan pajak PNBP
kepada Indonesia atau sekadar PPh badan dan pekerja lokal serta beberapa tenaga kerja asing
(TKA). Optimis penulis, karena PT FI memiliki pesawat dan lapangan terbang sendiri, jumlah
pasti TKA itu tidak akan bisa diketahui oleh pihak imigrasi.
Kasus PT. Freeport Indonesia ditinjau dari berbagai teori etika bisnis :
Teori etika utilitarianisme
Berasal dari bahasa latin utilis yang berarti bermanfaat.
Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus
menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan.
Berdasarkan teori utilitarianisme, PT.Freeport Indonesia dalam hal ini sangat bertentangan
karena keuntungan yang di dapat tidak digunakan untuk mensejahterakan masyarakat sekitar,
melainkan untuk Negara Amerika.
Teori Hak
Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang paling

banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku.
Teori Hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena berkaitan dengan kewajiban. Hak
dan kewajiban bagaikan dua sisi uang logam yang sama.
Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena itu hak
sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis.
Dalam kasus ini, PT Freeport Indonesia sangat tidak etis dimana kewajiban terhadap para
karyawan tidak terpenuhi karena gaji yang diterima tidak layak dibandingkan dengan pekerja
Freeport di Negara lain. Padahal PT Freeport Indonesia merupakan tambang emas dengan
kualitas emas terbaik di dunia.

Anda mungkin juga menyukai