Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dialami oleh seorang
individu. Perubahan ini dapat berupa pengetahuan, keterampilan maupun sikap
dari individu setelah mengalami proses belajar. Proses belajar mengajar adalah
semua aspek dari lingkungan sekolah yang diorganisasikan. Lingkungan ini diatur
dan dirancang oleh guru agar kegiatan belajar terarah sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam segala sesuatu yang
telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Kegiatan
belajar mengajar akan melibatkan semua komponen pengajaran, kegiatan belajar
akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.
Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang sengaja diciptakan
oleh guru guna membelajarkan peserta didik. Seorang guru dituntut untuk dapat
menciptakan kondisi belajar mengajar yang menggairahkan dan menyenangkan
bagi semua peserta didik. Kondisi ini memungkinkan bagi tercapainya tujuan
pembelajaran.
Dua hal yang ikut menentukan keberhasilan kegiatan belajar mengajar,
yakni pengaturan proses belajar mengajar, dan pengajaran itu sendiri, dan
keduanya mempunyai saling ketergantungan satu sama lain. Pada kegiatan ini,
1

guru dan peserta didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran
sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu, peserta didiklah yang lebih aktif ,
sedangkan guru hanya sebagai motivator dan fasilitator bagi peserta didik.
Kemampuan guru mengatur proses belajar mengajar dengan baik, akan
menciptakan situasi yang memungkinkan anak belajar, sehingga merupakan titik
awal keberhasilan pengajaran (Djamarah dan Zain, 2006 : 33).
Metode pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar sangat
menentukan keberhasilan pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan
hendaknya dapat memberikan hasil yang baik, efisien dan efektif. Oleh karena itu,
guru dituntut harus dapat menggunakan metode pembelajaran yang dapat
merangsang aktivitas dan minat peserta didik dalam belajar serta sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Kegiatan pembelajaran itu sendiri dalam prosesnya, seringkali guru hanya
terpaku menggunakan satu metode mengajar sehingga dalam waktu yang relatif
lama peserta didik akan merasa bosan, sehingga tujuan pembelajaran dan
konsentrasi peserta didik jadi terganggu. Bila pelajaran hanya berisikan uraian dan
penjelasan-penjelasan, kemungkinan besar peserta didik berkurang minatnya.
Oleh karena itu, guru perlu mengadakan variasi, baik dalam cara menyampaikan
materi pelajaran (seperti dengan menggunakan alat peraga, gambar atau skema)
maupun dalam metode dan proses interaksi (Marno dan Idris, 2008 : 109)
Guru dalam kegiatan belajar mengajar tidak harus terpaku menggunakan
satu metode, tetapi menggunakan metode yang bervariasi sesuai dengan
karakteristik materi dan tujuan pembelajaran agar jalan nya pengajaran tidak

membosankan tetapi menarik perhatian peserta didik. Dengan penggabungan


metode mengajar, maka kelemahan metode yang satu dapat ditutupi dengan
kelebihan metode yang lain (Djamarah dan Zain, 2006 :158). Hal tersebut
menjadikan tantangan bagi guru-guru fisika untuk dapat menggunakan variasi
metode pembelajaran yang mampu meningkatkan pemahaman peseta didik,
kreativitas dan dan ide-ide serta menciptakan suasana pembelajaran yang baik
bagi peserta didik.
Berdasarkan pada uraian diatas, maka permasalahan yang diangkat adalah
bagaimana menggunakan variasi metode pembelajaran yang tepat dengan
karakteristik mata pelajaran, lebih menekankan pada interaksi antar-peserta didik
dan juga guru serta dapat merangsang kreativitas peserta didik. Metode
pembelajaran yang digunakan harus memungkinkan semua peserta didik terlibat
secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat mengembangkan
kemampuan yang dimilikinya secara maksimal.
Variasi metode yang dapat digunakan sebagai salah satu alternatif
pembelajaran fisika adalah menggabungkan antara metode brainstorming group
dengan teknik mind mapping (peta pikiran). Brainstorming (curah pendapat)
adalah suatu metode pembelajaran melalui penggalian pendapat dari peserta didik.
Guru melontarkan suatu topik permasalahan kepada peserta didik, kemudian
peserta didik diminta mengemukakan pendapat, gagasan, atau saran sebanyakbanyaknya dari suatu topik atau permasalahan tersebut. Metode ini memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan pendapat dan ide-ide
kreatif

dalam menyelesaikan suatu masalah dimana ide-ide tersebut dapat

dituangkan dalam bentuk mind mapping (peta pikiran). Mind Mapping atau
disebut juga peta pikiran adalah cara mencatat yang kreatif, efektif dan secara
harfiah akan memetakan pikiran-pikiran. Dengan menggabungkan metode ini,
diharapkan

dapat

melatih

dan

merangsang

partisipasi

peserta

didik

menyumbangkan ide-ide dalam suatu masalah dalam pembelajaran dan melatih


kreativitas bagi peserta didik.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk menyusun
penulisan makalah tentang Penggunaan Metode Brainstorming Group dan Mind
Mapping Dalam Pembelajaran Fisika.
1.2. Rumusan Masalah
1.

Apakah metode brainstorming group dan mind mapping dapat digunakan


sebagai salah satu metode dalam pembelajaran fisika?

2.

Bagaimanakah kecocokan metode brainstorming group dan mind Mapping


jika diterapkan pada materi fisika pokok bahasan lapisan ozon dan masalah
lingkungan hidup?

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah :
1.

Untuk mengetahui metode brainstorming group dan mind mapping dapat


digunakan sebagai salah satu metode dalam pembelajaran fisika.

2.

Untuk mengetahui kecocokan metode brainstorming group dan mind


mapping jika diterapkan pada materi fisika pokok bahasan lapisan ozon dan
masalah lingkungan hidup.

1.4

Batasan Masalah

1.

Materi yang akan dibahas dalam makalah ini adalah lapisan ozon dan
masalah lingkungan hidup pada SMP.

2.

Makalah ini membahas mengenai teknik penggunaan brainstorming group


dan mind mapping pada materi fisika lapisan ozon dan masalah lingkungan
hidup pada SMP.

1.5. Manfaat Penulisan


Dari pembahasan makalah ini nantinya, manfaat yang diharapkan adalah
sebagai berikut :
1.

Sebagai masukan bagi guru untuk dapat menggunakan metode pembelajaran


brainstorming group dan mind mapping dalam pembelajaran fisika.

2.

Sebagai referensi bagi bagi pembaca yang akan melakukan penelitian


selanjutnya yang berhubungan dengan metode ini.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Metode Pembelajaran


Belajar bukan menghafal bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses
yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri individu. Perubahan sebagai
hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan
pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya,
kecakapan dan kemampuannya serta daya reaksinya.
Pembelajaran menurut degeng (Uno, 2008) adalah upaya untuk
membelajarkan peserta didik. Dalam pengertian ini secara implisit, dalam
pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode
untuk mencapai hasil pengajaran yang di inginkan. Pemilihan, penetapan dan
pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada. Kegiatan
ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran.

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan
yang telah ditetapkan (Djamarah dan Zain, 2006 : 46). Metode yang digunakan
dalam pengajaran dipilih atas dasar tujuan dan bahan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Metode ini berfungsi sebagai media transformasi pelajaran terhadap
tujuan yang ingin dicapai.
Metode mengajar adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan
interaksi antara guru dengan peserta didik (Sudjana, 2005 : 97). Metode mengajar
dapat ditetapkan oleh guru dengan memperhatikan tujuan dan bahan.
Pertimbangan pokok dalam menentukan metode terletak pada keefektifan proses
belajar mengajar.
Guru dan anak didik dalam kegiatan belajar mengajar terlibat dalam sebuah
interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu anak
didiklah yang lebih aktif, bukan guru. Guru hanya berperan sebagai motivator dan
fasilitator. Metode dalam kegiatan belajar mengajar diperlukan oleh guru untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.2. Metode Brainstorming Group

Brainstorming (curah pendapat) adalah suatu metode pembelajaran melalui


penggalian pendapat dari peserta didik. guru melontarkan suatu topik
permasalahan

kepada

peserta

didik,

kemudian

peserta

didik

diminta

mengemukakan pendapat, gagasan, atau saran untuk menyelesaikan masalah yang


dilontarkan, untuk kemudian dirumuskan oleh guru (Makarao, 2009 : 147).
Sebagai metode mengajar, brainstorming merupakan usaha membantu guru
untuk membangun ide-ide baru, membuat ide-ide generasi baru muncul.

Metode brainstorming group diawali dengan anggota group atau kelompok


memberikan berbagai ide yang terlintas dipikiran mereka tentang suatu masalah,
semua

anggota

kelompok

mempunyai

kedudukan

yang

sama

dalam

mengemukakan pendapatnya, lebih baik lagi kalau semua ide yang dikumpulkan
tidak hanya disampaikan secara lisan namun lebih baik dituliskan juga. Setiap
anggota kelompok dalam mengemukakan pendapat atau idenya, mempunyai hak
dan kebebasan yang sama dan anggota kelompok yang lain tidak diperkenankan
menyanggah pendapat ide tersebut sebelum diberi kesempatan untuk menanggapi
maupun mengkritisi. Setelah semua anggota kelompok memberikan penjelasan
tentang ide dan gagasannya untuk memecahkan suatu masalah, barulah dibahas
bersama ide yang dapat diterima dan diprioritaskan dengan menempatkannya
dalam skala prioritas yang tentu saja sudah disepakati bersama.
Makarao (2009, 148) menyatakan ada beberapa tujuan yang bisa diperoleh
suatu kelompok dengan melakukan teknik brainstorming, di antaranya adalah :
1.

Mendorong terjadinya penyampaian ide atau pengalaman peserta didik


yang akan sangat membantu terjadinya refleksi dalam kelompok.

2.

Mendapat sebanyak mungkin pendapat, ide dari peserta didik tentang


permasalahan yang dilontarkan.

3.

Membina peserta didik dalam mengkombinasikan dan mengembangkan


kreativitas berpikir melalui ide-ide yang muncul.

4.

Merangsang partisipasi peserta didik.

5.

Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam kelompok.

6.

Melatih daya kreativitas berpikir peserta didik.

7.

Melatih peserta didik untuk mengekspresikan gagasan-gagasan baru


menurut daya imajinasi mereka.

8.

Mengumpulkan sejumlah pendapat dari kelompok belajar yang berasal


dari kenyataan di lapangan.

2.2.1

Langkah-Langkah Pembelajaran Brainstorming Group


Makarao

(2009,

149)

menyatakan

langkah-langkah

dalam

pembelajaran brainstorming group yaitu sebagai berikut :


Persiapan
1.

Menentukan

dan

mempersiapkan

alat

peraga

ataupun

media

pembelajaran lainnya yang akan digunakan.


2.

Mempersiapkan jawaban yang benar tentang permasalahan yang


dibahas peserta didik.

Pelaksanaan
1.

Guru memaparkan suatu masalah dan meminta agar peserta didik


memecahkan/menanggapi masalah yang dipaparkan.

2.

Setiap tanggapan atau ide yang disampaikan peserta didik dicatat secara
ringkas di papan tulis.

3.

Guru jangan memberikan tanggapan atau kritik evaluasi atas


pendapat/ide peserta didik sampai semua peserta didik mengutarakan
pendapatnya dan tidak dapat lagi memberikan jawaban.

4.

Dibuat suatu analisa dari penyelesaian masalah yang diusulkan.

5. Hasil analisa disajikan/dipaparkan di depan kelas dan ditanggapi dan

dibahas bersama.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk melihat ;
1.

Keaktifan peserta didik dalam menyampaikan pendapat/ide yang


disampaikan.

2. Proses diskusi kelompok dalam menganalisa permasalahan yang

disampaikan.
3. Motivasi peserta didik dalam menyampaikan pendapat.

4.

Solusi yang dihasilkan.

2.2.2 Kelebihan

dan

Kelemahan

Dari

Metode

Pembelajaran

Brainstorming Group
Makarao (2009, 148) menyatakan

adapun kelebihan

Metode

Brainstorming Group dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :


1.

Merangsang semua peserta didik untuk ikut berpartisipasi dan terlibat


aktif dalam pembelajaran.

2.

Dapat dipakai pada kelompok besar maupun kelompok kecil.

3.

Mengembangkan peran serta peserta didik.

4.

Terjadi komunikasi dua arah.

10

5. Mengetahui tingkat pengetahuan dan pengalaman peserta didik

terhadap materi yang diajarkan.


6.

Bila ada yang belum terpikirkan oleh guru, dapat dimunculkan oleh
peserta didik.
Makarao (2009, 149) menyatakan adapun kelemahan dari metode

Brainstorming Group dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :


1.

Sering pendapat yang muncul terlalu banyak, sehingga menyulitkan


dalam merumuskannya secara keseluruhan.

2.

Mudah terlepas dari kontrol.

3.

Membosankan bila waktu tak dikendalikan.

4. Bisa terjadi adanya dominasi dari peserta didik yang pandai, sehingga

kurang kesempatan bagi peserta didik lainnya.

2.3. Min Mapping

Menurut Porter dan Hernacki (Kurniawati, 2010) Mind mapping juga dapat
disebut peta pikiran. Mind Mapping menggunakan pengingat-pengingat visual
dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan. Mind Mapping
dasarnya menggunakan citra visual dan dan prasarana grafis lainnya untuk
membentuk kesan pada otak.

11

Mind Mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif dan secara harfiah
akan memetakan pikiran-pikiran. Mind Mapping juga merupakan peta rute yang
memudahkan ingatan dan memungkinkan untuk menyusun fakta dan pikiran,
dengan demikian cara alami kerja otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti
mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan daripada teknik
mencatat tradisional.
Mind Mapping bertujuan membuat materi pelajaran terpola
secara visual dan grafis yang akhirnya

dapat membantu

merekam, memperkuat,dan mengingat kembali informasi yang


telah dipelajari. Mind Mapping adalah satu teknik mencatat yang
mengembangkan gaya belajar visual.
Mind Mapping memadukan dan mengembangkan potensi kerja
otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya
keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan
seseorang

untuk

mengatur

dan

mengingat

segala

bentuk

informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya


kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan
otak dalam menyerap informasi yang diterima.
Mind Mapping yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi pada
setiap materi. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan
perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap saat. Suasana
menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada di ruang
kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan

12

peta

pikiran.

Dengan

demikian,

guru

diharapkan

dapat

menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi belajar


siswa terutama dalam proses pembuatan Mind Mapping. Proses
belajar yang dialami seseorang sangat bergantung kepada
lingkungan

tempat

belajar.

Jika

lingkungan

belajar

dapat

memberikan sugesti positif, maka akan baik dampaknya bagi


proses dan hasil belajar, sebaliknya jika lingkungan tersebut
memberikan sugesti negatif maka akan buruk dampaknya bagi
proses dan hasil belajar.
Mind mapping dilakukan dengan membuat suatu sajian visual atau suatu
diagram tentang bagaimana ide-ide penting atas suatu topik tertentu dihubungkan
satu sama lain. Untuk membuat suatu mind mapping, anak didik dilatih untuk
mengidentifikasi ide-ide kunci yang berhubungan dengan suatu topik dan
menyusun ide-ide tersebut dalam suatu pola logis. Gambar 2.1 menunjukkan
bagaimana topik utama dan subtopik-subtopik di ilustrasikan dalam suatu peta.

13

Gambar 2.1. Contoh Mind Mapping


Disadur dari
mapping/

http://pkab.wordpress.com/2008/02/29/peta-pikiran-mind-

Langkah-langkah dalam membuat peta pikiran adalah sebagai berikut :


1.

Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi materi yang akan
dibahas.

2.

Mengidentifikasi ide-ide sekunder yang menunjang ide utama tersebut.

3.

Tempatkan ide utama ditengah-tengah peta tersebut.

4.

Kelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide-ide utama yang secara


visual menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama (Nur, 2000
: 37)
Adapun kelebihan Mind Mapping menurut Mahmuddin (Kurniawati, 2010)

adalah sebagai berikut:


1.

Dapat mengemukakan pendapat secara bebas.

2.

Dapat bekerjasama dengan teman lainnya.

3.

Catatan lebih padat dan jelas.

4.

Lebih mudah mencari catatan jika diperlukan.

5.

Catatan lebih terfokus pada inti materi

6.

Mudah melihat gambaran keseluruhan.

7.

Membantu

Otak

untuk

mengatur,

membandingkan
dan membuat hubungan.
8.

Memudahkan penambahan informasi baru.

9.

Setiap peta bersifat unik.


14

mengingat,

Mahmuddin

(Kurniawati,

2010)

menyatakan

adapun

kelemahan Mind mapping adalah sebagai berikut :


1.

Hanya siswa yang aktif yang terlibat.

2.

Tidak sepenuhnya murid yang belajar.

3.

Mind map siswa bervariasi sehingga guru akan kewalahan


memeriksa mind map siswa.

2.4. Lapisan Ozon dan Masalah Lingkungan hidup

2.4.1.

Proses Pelapukan di Permukaan Bumi

Semua kehidupan terjadi di lapisan litosfer mulai dari tumbuhan ,


hewan hingga manusia. Litosfer berasal dari kata lithos yang berarti batuan,
dan spheros yang berarti lapisan. Litosfer juga disebut kerak bumi, yaitu
lapisan bumi yang paling luar yang terdiri atas batuan. Litosfer tersusun dari
batuan beku, batuan endapan dan batuan metamort. Batuan beku terjadi
karena batuan cair pijar membeku yang berasal dari magma. Batuan endapan
atau sedimen terjadi karena perombakan batuan lain atau karena proses
kimia. Batuan metamorf terjadi setelah mengalami prposes peralihan akibat
tekanan berat dan suhu bertambah dalam waktu yang cukup lama (Tim Abdi
Guru, 2008 : 178).

a. Pengikisan Tanah
Pengikisan tanah atau erosi dapat terjadi karena aliran air di
permukaan tanah, gerakan tanah dan oleh gelombang laut.
1.

Pengikisan Tanah oleh Aliran Air

15

Pengikisan tanah oleh air dapat terjadi secara alami (denudasi),


tetapi dapat juga dapat terjadi karena ulah manusia melalui pembukaan
lahan baru, misalnya dengan penebangan hutan. Air hujan tidak dapat
ditampung terlebih dahulu dalam tanah oleh akar-akar tumbuhan,
sehingga mengakibatkan banjir. Banjir itu membawa lapisan tanah
(sedimen) yang dapat menyebabkan tanah menjadi tandus.
Pengikisan tanah akibat banjir yang disebabkan penebangan
hutan dapat diatasi dengan cara mengadakan penghijauan kembali
(reboisasi).
2.

Pengikisan Tanah oleh Gerakan Tanah


Gerakan tanah meliputi tanah longsor, tanah runtuh dan aliran

tanah. Gerakan tanah biasa terjadi di daerah pegunungan, terutama di


daerah berlereng curam, dan sering terjadi pada musim penghujan.
Longsoran tanah bergerak perlahan-lahan, tetapi terus- menerus.
Runtuhan tanah bergerak lebih cepat dibandingkan longsoran tanah.
Runtuhan tanah biasanya terjadi di daerah lereng yang curam.
3.

Pengikisan Tanah oleh Gelombang Laut


Garis pantai setiap saat dapat berubah akibat terkikis oleh

gelombang air laut. Hal ini mengakibatkan pantai mundur atau daratan
berkurang. Pengikisan tanah di daerah pantai ini dapat mengancam
keamanan dan ketenangan penduduk yang tinggal daerah pantai
tersebut. Pengikisan tanah di daerah pantai ini dapat ditanggulangi

16

dengan cara membuat tembok penahan atau pemecah gelombang (Tim


Abdi Guru, 2008 : 179).
b. Vulkanisme
Vulkanisme adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
naiknya magma dan air panas dari dalam bumi. Keluarnya magma ini
diakibatkan karena adanya tekanan yang cukup tinggi dari dalam tanah.
Magma dari gunung berapi yang telah bercampur dengan air disebut lahar.
Lahar dari letusan gunung berapi dapat menimbulkan bencana,
seperti korban jiwa manusia, ternak, persawahan dan fasilitas umum.
Sumber bahaya lain dari letusan gunung berapi adalah gempa bumi dan
awan panas dengan suhu yang dapat mencapai ratusan derajat celsius.
Keberadaan gunung berapi selain dapat menimbulkan bencana juga dapat
menimbulkan kesuburan tanah di wilayah sekitarnya. Setiap kali terjadi
letusan tanahnya mengalami peremajaan dan seolah-olah mendapat pupuk
alam (Tim Abdi Guru, 2008 : 181).
c. Gempa Bumi

Gempa bumi terjadi karena dua lapisan tanah mendorong satu


sama lain di bawah tekanan sehingga kedua lapisan itu teregang dan
akhirnya putus. Putusnya kedua lapisan tanah itu menghasilkan energi
dalam bentuk getaran yang dahsyat yang disebut gempa bumi. Titik di
permukaan bumi yang berada di atas pusat gempa disebut episentrum.
Kekuatan gempa bumi dapat diukur dengan seismograf. Alat ini
dapat

menghasilkan

garis

gelombang

17

pada

sebuah

kertas

dan

menghasilkan rekaman getaran gempa. Hasil rekaman garis gelombang itu


disebut seismogram. Kekuatan gempa bumi dinyatakan dengan skala
Richter. Skala Richter digunakan untuk mengukur kekuatan pada pusat
gempa.
Gempa bumi merupakan bencana alam yang besar, karena
disamping merenggut jiwa manusia dapat juga menyebabkan kerusakan
sarana prasarana dan segala fasilitas umum, seperti terputusnya aliran
listrik, telepon, serta kerusakan bangunan dan rumah-rumah penduduk
(Tim Abdi Guru, 2008 : 182).
2.4.2. Proses Pemanasan Global

Lapisan udara yang menyelimuti bumi disebut atmosfer. Di atmosfer


bumi terdapat berbagai macam gas termasuk gas

oksigen dan karbon

dioksida. Oksigen diperlukan oleh makhluk hidup untuk bernapas,


sedangkan karbon dioksida merupakan salah satu gas yang berfungsi untuk
menjebak panas di atmosfer sehingga panas di bumi yang diperlukan oleh
makhluk hidup tetap terjaga. Peristiwa terjebaknya sinar matahari yang
masuk ke atmosfer bumi sehingga panas di bumi tetap terjaga disebut efek
rumah kaca.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini
menyebabkan banyak pabrik berdiri dan banyak kendaraan umum dan
pribadi, sehingga kadar karbon dioksida di udara meningkat tajam akibat
asap yang dihasilkan pabrik dan kendaraan. Gas karbon dioksida yang
meningkat tajam di atmosfer menyebabkan meningkatnya panas yang

18

terjebak oleh gas itu sehingga bumi bertambah panas. Pengaruh kenaikan
suhu tersebut dapat menyebabkan es di daerah kutub-kutub bumi akan
meleleh. Hal ini akan menyebabkan banjir khususnya di kota-kota sekitar
daerah pantai karena permukaan air laut meningkat (Tim abdi Guru, 2008 : :
183).
2.4.3.

Lingkungan dan Kesehatan Manusia

a.

Proses-Proses di Lingkungan dan Kesehatan Manusia


Jumlah manusia yang terus bertambah mengakibatkan beban

berat bagi lingkungan. Kegiatan manusia yang tidak diatur dan


direncanakan dengan baik akan menyebabkan kerusakan lingkungan.
Contoh-contohnya sebagai berikut :
1.

Lingkungan menjadi kumuh. Di kota-kota besar banyak

perkampungan kumuh yang rumah-rumahnya terkesan seadanya


jauh dari syarat-syarat rumah sehat sehingga warganya mudah
terserang penyakit.
2.

Air sungai menjadi keruh akibat penggundulan hutan yang

tak terkendali sehingga humus tanah terbawa air waktu turun


hujan sehingga tanah menjadi tandus.
3.

Lapisan ozon di atmosfer bumi menjadi berlubang akibat

pemakaian CFC (Chlorofluorocarbon) pada lemari es, alat


semprot dan alat penyejuk udara (AC). Akibatnya, lapisan
atmosfer yang menahan radiasi sinar ultraviolet dari matahari

19

berkurang. Radiasi sinar ultraviolet ini berbahaya karena dapat


menyebabkan kanker kulit (Tim Abdi Guru, 2008 : 185) .
b.

Polusi Tanah
1.

Limbah Zat Kimia Berbahaya


Tanah bisa mengalami polusi akibat pembuangan limbah yang

berbahaya. Polutan itu bisa berupa sisa zat kimia yang dihasilkan
dari rumah tangga, pabrik, rumah sakit, dan lain sebagainya. Polutan
yang akan dibuang ke tanah akan berpengaruh pada kehidupan
tumbuhan. Apabila tumbuhan itu dikonsumsi manusia, maka
kesehatan manusia akan terganggu.
2.

Sampah Plastik
Sampah plastik tidak mudah hancur. Sampah plastik baru akan

hancur setelah puluhan bahkan ratusan tahun. Jika sampah plastik ini
dibuang di sembarang tempat, maka akan menutup permukaan tanah
sehingga kesuburan tanah terganggu. Usaha yang dilakukan adalah
mendaur ulang sampah plastik menjadi bahan-bahan keperluan
rumah tangga yang berguna (Tim Abdi Guru, 2008 : 186).

c.Polusi Udara
1.

Suara Dengan Intensitas Tinggi


WHO (World Health Organisation) atau badan kesehatan

dunia menganggap bahwa suara bising sebagai pencemaran udara.

20

Frekuensi bunyi yang tinggi pada batas-batas tertentu dapat


mengganggu. Bunyi dengan intensitas yang tinggi ternyata
merupakan polutan yang dapat mengganggu kesehatan. Batas
kesanggupan pendengaran manusia berada pada ukuran 140 dB (dB
singkatan dari desibel, yaitu satuan intensitas bunyi). Sumber
pencemaran dan intensitas bunyi berdasarkan hasil penelitian adalah
sebagai berikut :

Roket, kapal terbang (pesawat), dan sejenisnya 170 dB

Sirine 150 dB

Sepeda motor 110 dB

Kereta api 90 dB

Pasar dan supermarket 60 dB, dan sebagainya.

Berada dalam daerah dengan intensitas kebisingan yang tinggi


dapat mengakibatkan gangguan pendengaran, gangguan denyut
jantung, gangguan ritme pernapasan, gangguaan pencernaan,
gangguan saraf pusat (otak), megakibatkan stress sehingga orang
merasa cemas, resah, mudah marah, takut, dan sebagainya. Suatu
daerah dapat dijaga dari kebisingan dengan melakukan langkahlangkah sebagai berikut :

Lapangan

terbang

dibangun

jauh

dari

pemukiman

penduduk.

Gedung-gedung pertunjukan, supermarket dan sebagainya

dibuat kedap suara.

21

Tidak menggunakan mobil/motor dengan knalpot terbuka.

Penggunaaan sound system hendaknya memperhatikan

keadaaan lingkungan.
2.

Gas-Gas Berbahaya
Gas-gas berbahaya seperti karbon monoksida (CO) dan karbon

dioksida dapat menyebabkan polusi udara. Gas buangan hasil


pembakaran pada mobil berupa karbon monoksida (CO) dapat
mematikan. Karbon dioksida yang dihasilkan pabrik industri dan
transportasi dapat menyesakkan pernapasan dan merusak lapisan
ozon di atmosfer (bila kadar karbon dioksida berlebihan) sehingga
radiasi ultraviolet yang dapat mengakibatkan kanker kulit mampu
menembus lapisan atmosfer bumi dengan mudah.
3.

Gangguan Medan Elektromagnetik


Gangguan Medan Elektromagnetik berasal dari jaringan listrik

tegangan tinggi. Gelombang elektromagnetik ini mengakibatkan


penyakit jantung, tekanan darah tinggi (hipertensi), gangguan
pembuluh darah, dan sebagainya. Oleh karena itu, instalasi listrik
tegangan tinggi dibangun jauh dari pemukiman penduduk (Tim Abdi
Guru, 2008 : 186-188).

d.

Polusi Air

22

Air yang telah tercemari limbah pabrik atau bahan kimia lainnya
jika dikonsumsi dapat menyebabkan bermacam penyakit. Berikut
beberapa contoh pencemaran air.
1.

Pencemaran yang terjadi di sungai berupa limbah industri

pabrik dalam bentuk zat kimia berbahaya yang dibuang ke sungai


yang dimanfaatkan untuk air minum, mandi, dan mencuci dapat
mengakibatkan berbagai macam penyakit, seperti penyakit kulit,
diare dan disentri.
2.

Sungai-sungai yang menjadi tempat pembuangan limbah

kimia yang berasal dari pabrik-pabrik seperti senyawa merkuri


menyebabkan pencemaran. Senyawa ini larut di air dan bisa
mengendap dalam tubuh ikan. Air yang sudah tercemar jika diminum
dan ikannya dimakan, akan mengakibatkan keracunan. Senyawa ini
dapat mengendap dalam tubuh manusia. Manusia yang dalam
tubuhnya terjadi pengendapan senyawa ini akan mengalami
gangguan pertumbuhan badan dan kecerdasan/keterbelakangan
mental (Tim Abdi Guru, 2008 : 188).

2.5. Implementasi Metode Brainstorming Group dan Mind Mapping Pada

Pembelajaran Fisika Materi Pokok Lapisan Ozon dan Masalah


Lingkungan Hidup

23

Materi pokok lapisan ozon dan masalah lingkungan hidup merupakan


materi fisika yang menarik untuk dipelajari. Materi ini banyak menyajikan bahan
bacaan yang menjelaskan proses-proses yang terjadi di lapisan-lapisan litosfer dan
berbagai pengaruh dari global warming atau pemanasan global serta berbagai
masalah yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Oleh karena itu, metode yang
digunakan dalam menyampaikan materi tersebut juga harus membuat peserta
didik kreatif dan aktif dalam pembelajaran sesuai dengan karakteristik dari materi
tersebut, dimana peserta didik diharapkan dapat menemukan sendiri ide-ide pada
materi fisika lapisan ozon dan masalah lingkungan hidup.
Berikut

adalah

contoh

pola

pembelajaran

menggunakan

metode

brainstorming group dan mind mapping pada materi fisika lapisan ozon dan
masalah lingkungan hidup. Guru memberitahukan peserta didik materi yang akan
diajarkan pada pertemuan yang akan datang. Satu minggu sebelum kegiatan
dimulai, guru memberitahukan peserta didik membawa sumber belajar seperti
buku yang berkaitan dengan materi pembelajaran dan pelengkapan lainnya seperti
spidol atau pensil gambar. Tahapan-tahapan dalam pembelajaran dapat dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Tahap Persiapan
1. Guru mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam

proses pembelajaran seperti kertas karton atau kertas gambar, dan


jawaban yang benar terhadap permasalahan yang dibahas sebelum
kegiatan pembelajaran dimulai.
Tahap Pelaksanaan

24

a. Kegiatan Pendahuluan ( 5 menit)


1. Guru membuka pelajaran dengan memberi salam kepada peserta

didik.
2. Guru mengingatkan peserta didik dengan bertanya : apakah mereka

masih ingat materi yang akan dipelajarinya dimana materi yang


akan dipelajarinya tersebut sudah diberitahukan pada pertemuan
sebelumnya, kegiatan ini dilakukan untunk mengarahkan perhatian
dan memotivasi peserta didik. Kemudian, guru menanyakan
apakah peserta didik

membawa sumber belajar

yang telah

diberitahukan pada pertemuan sebelumnya?


3. Setelah semua peserta didik menunjukkan alat dan bahan yang
mereka bawa, kemudian guru menjelaskan bahwa mereka akan
belajar dengan cara yang menarik dan berbeda dengan pertemuan
sebelumnya mengenai materi lapisan ozon dan masalah lingkungan
hidup.
4. Guru menuliskan materi pembelajaran di papan tulis.
5. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada

pembelajaran tersebut.

b. Kegiatan Inti ( 70 menit)


1. Guru memaparkan masalah mengenai materi fisika lapisan ozon

dan masalah lingkungan hidup, peserta didik diarahkan untuk

25

menyimak permasalahan yang dipaparkan tersebut. Kemudian


untuk memecahkan masalah tersebut, guru meminta peserta didik
untuk mendiskusikannya di dalam kelompok.
2. Guru membagi peserta didik dalam kelompok. Setiap kelompok

terdiri dari 4 orang, kemudian mengatur posisi dan mengarahkan


peserta didik dalam kelompok agar kondisi kelas tetap tertib.
3. Guru menjelaskan tugas yang akan mereka lakukan dalam
kelompoknya, berkaitan dengan masalah yang telah dipaparkan
tadi.
4. Guru Membagikan Kertas karton dan dan meminta masing-masing
kelompok menuliskan gagasan dan ide-idenya mengenai masalah
yang telah dipaparkan.
5. Guru menjelaskan agar ide-ide dan gagasan dituliskan dalam

bentuk mind mapping. Kemudian Guru menjelaskan cara membuat


mind mapping.
6. Guru membagikan lembar kegiatan (berisi masalah yang akan di

diskusikan dan juga cara membuat mind mapping) sebagai panduan


bagi peserta didik dalam bekerja kelompok dan menjelaskannya
jika ada yang masih belum paham.
7. Guru meminta dan memotivasi peserta didik agar setiap anggota

kelompok terlibat aktif dalam memberikan gagasan dan ikut ambil


bagian dalam kerja kelompok.

26

8. Guru membimbing peserta didik dalam bekerja dan berdiskusi


dalam kelompok.
9. Guru memantau peserta didik dalam kerja kelompok.
10. Setelah

waktu yang ditentukan, semua anggota kelompok

diharapkan sudah selesai semua mengerjakan tugasnya, kemudian


secara bergiliran setiap kelompok diminta mempresentasikan hasil
diskusi nya yang telah dituliskan dalam bentuk mind mapping
dengan syarat kelompok lain tidak boleh menanggapi sampai
semua kelompok mendapatkan kesempatan untuk presentasi.
11. Guru dan peserta didik bersama-sama membahas dan menanggapi
ide-ide yang telah dipresentasikan
c. Kegiatan Penutup ( 5 menit)
1.

Guru merumuskan ide-ide yang telah didapatkan untuk

dapat digunakan dalam pemecahan masalah, kemudian jika belum


ada yang terpikirkan oleh peserta didik dapat dimunculkan ataau
dilengkapi oleh guru.
2.

Kumpulan ide-ide yang telah dituliskan dalam bentuk Mind

mapping dari masing-masing kelompok dikumpulkan, untuk


melihat bagaimana kreativitas dan solusi yang dihasilkan peserta
didik.
Tahap Evaluasi
Evaluasi dilihat dari :

27

1. Keaktifan peserta didik dalam menyampaikan pendapat/ide yang

disampaikan baik melalui proses diskusi dalam kelompok maupun


pada saat kegiatan presentasi.
2. Proses diskusi kelompok.
3. Kepahaman peserta didik dalam membuat mind mapping pada

materi fisika lapisan ozon dan masalah lingkungan hidup yaitu dengan
melihat dari mind mapping yang telah dibuat peserta didik.

28

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang dan pembahasan dalam makalah ini, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Metode brainstorming group dan mind mapping merupakan gabungan

dua metode pembelajaran yang dapat memotivasi peserta didik dalam


menyampaikan pendapat, ide-ide dan merangsang kreativitas peserta
didik dalam pembelajaran. Metode ini memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk terlibat aktif dan kreatif dalam kegiatan
pembelajaran. Dengan demikian, diharapkan metode ini dapat
digunakan sebagai salah salah satu metode dalam pembelajaran fisika.
2. Materi pokok lapisan ozon dan masalah lingkungan hidup

merupakan materi yang banyak memberikan uraian dan bahan bacaan,


sehingga dengan metode brainstorming group dan mind mapping,
peserta didik dapat berperan aktif dalam pembelajaran dengan
menemukan sendiri ide-ide dalam mata pelajaran tersebut kemudian

29

dapat mengemukakan nya dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena


itu, materi tersebut memiliki kecocokan jika diajarkan dengan
menggunakan metode brainstorming group dan mind mapping.

3.2. Saran
1. Penggunaan metode brainstorming group dan mind mapping ini

membutuhkan kemampuan dan keaktifan yang cukup besar dari semua


peserta didik, sehingga tidak semua peserta didik bisa berperan aktif
dalam proses pembelajaran. Untuk itu diharapkan bimbingan dan
panduan guru dalam memotivasi peserta didik agar terlibat dan
berperan aktif dalam proses pembelajaran.

30

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta : Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar edisi
revisi. Jakarta : Rineka Cipta.
(http://pkab.wordpress.com/2008/02/29/peta-pikiran-mind-mapping/).

Kurniawati, D. 2010. Pengaruh metode Mind Mapping dan


Keaktifan Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Ilmu
Pengetahuan

Sosial.

Tersedia

pada :http//etd.eprints.ums.ac.id/8677/2/A210060103.pdf.
Diakses pada tanggal 20 November 2010.
Makarao, N. Ramadani. 2009. Metode Mengajar Dalam Bidang Kesehatan.
Bandung : Alfabeta.

31

Marno dan Idris, M. 2008. Strategi dan Metode Pengajaran. Jogjakarta : Ar-Ruzz
Media.
Nur, Mohamad. 2000. Strategi-Strategi Belajar. Surabaya : Universitas Negeri
Surabaya University Press.
Sudjana, Nana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar
Baru Algesindo.
Tim Abdi Guru. 2007. IPA Fisika Untuk SMP Kelas IX. Jakarta : Erlangga.
Uno, B. Hamzah. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

32

33

Anda mungkin juga menyukai