Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH RADIOLOGI

PEMERIKSAAN DAN GAMBARAN RADIOLOGIS


PADA INVAGINASI

Nama dan NIM :


Indah Royhan Lubis

(120100223)

Robby Martin Simangunsong

(120100313)

Dara Novea Hutagalung

(120100461)

Hade Praja Hutasoit

(120100402)

Thamarai Somu

(120100429)

Pembimbing :
dr. Rudolf Hamonangan Pakpahan, Sp.Rad

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul Pemeriksaan dan Gambaran Radiologis pada Invaginasi.
Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
pembimbing, dr. Rudolf Hamonangan Pakpahan, Sp.Rad, yang telah meluangkan
waktunya dan memberikan banyak masukan dalam penyusunan laporan kasus ini
sehingga penulis dapat menyelesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai koreksi dalam penulisan
laporan kasus selanjutnya.Semoga makalah ini bermanfaat, akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih.

Medan, 16 Desember 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................
i
DAFTAR ISI..................................................................................................................
ii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................
1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................
1
1.2. Tujuan..........................................................................................................
2
1.3. Manfaat........................................................................................................
2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................
3
2.1. Invaginasi...................................................................................................
8
2.1.1. Definisi...........................................................................................
8
2.1.2. Epidemiologi..................................................................................
8
2.1.3. Etiologi...........................................................................................
8
2.1.4 Jenis Invaginasi ..............................................................................
8
2.1.5 Diagnosis .......................................................................................
10
2.1.5.1 Diagnosis Klinis.....................................................................
2.1.5.2 Diagnosis Penunjang..............................................................

2.1.6 Penatalaksanaan ............................................................................


33
BAB 3 KESIMPULAN.................................................................................................
35
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
24

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang.
Invaginasi atau intususepsi adalah keadaan yang umumnya terjadi

pada anak-anak, dan merupakan kejadian yang jarang terjadi pada dewasa,
intususepsi adalah masuknya segmen usus proksimal (kearah oral) kerongga
lumen usus yang lebih distal (kearah anal) sehingga menimbulkan gejala obstruksi
berlanjut strangulasi usus. Definisi lain Invaginasi atau intususepsi yaitu
masuknya segmen usus (Intesusceptum) ke dalam segment usus di dekatnya
(intususcipient). Pada umumnya usus bagian proksimal yang mengalami
invaginasi (intussuceptum) memasuki usus bagian distal (intussucipient), tetapi
walaupun jarang ada juga yang sebaliknya atau retrograd. Paling sering masuknya
ileum terminal ke kolon. Intususeptum yaitu segmen usus yang masuk dan
intususipien yaitu segmen usus yang dimasuki segmen lain. 7
Invaginasi atau intussussepsi adalah penyebab tersering dari obstruksi usus
akut pada anak. Di negara - negara barat, penderita invaginasi biasanya datang
dalam keadaan yang masih dini, sehingga angka kesakitan dan angka kematian

dapat ditekan. Diagnosis dini invaginasi ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan
ditunjang dengan pemeriksaan radiologis. Di negara-negara berkembang seperti di
Indonesia, penderita sering datang dalam keadaan yang sudah terlambat atau lebih
dari 12 jam setelah kejadian, sehingga sebagian besar memerlukan tindakan
pembedahan yang sering disertai dengan reseksi usus. 15
1.2.

Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan pembaca
khususnya bagi para dokter umum dan mahasiswa kedokteran mengenai
pemeriksaan dan gambaran radiologis pada invaginasi.

1.3.

Manfaat
Manfaat yang didapat dari penulisan makalah ini adalah pembaca dapat
mengetahui berbagai jenis pemeriksaan dan gambaran radiologis invaginasi
sehingga pembaca dapat memahami cara menegakkan diagnosis invaginasi.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Invaginasi
2.1.1 Definisi
Invaginasi adalah suatu keadaan dimana segmen usus masuk ke
dalam segmen lainnya, yang pada umumnya berakibat dengan terjadinya
obstruksi

ataupun

strangulasi.

Invaginasi

sering

disebut

juga

sebagai

intussusepsi. Umumnya bagian yang proximal (intussuseptum) masuk ke


bagian distal (intususepien) 10

Gambar 1. Intususepsi usus halus yang masuk ke usus besar

2.1.2 Epidemiologi
Insiden penyakit ini tidak diketahui secara pasti, masing-masing
penulis mengajukan jumlah penderita yang berbeda-beda. Kelainan ini
umumnya ditemukan pada anak-anak dibawah 1 tahun dan frekuensinya
menurun dengan bertambahnya usia. Umumnya invaginasi ditemukan lebih
sering pada laki-laki dengan perbandingan antara laki-laki dan perempuan 3:2. 10
Insiden invaginasi pada bulan Maret Juni, September Oktober
menunjukkan angka yang tinggi. Hal ini mungkin berhubungan dengan musim
kemarau dan musim penghujan dimana pada musim-musim tersebut insiden
infeksi saluran dan gastroenteritis meninggi. Sehingga banyak ahli yang
menganggap bahwa motilitas usus yang meningkat merupakan salah satu
faktor penyebab 13
Invaginasi yang terjadi pada bayi prematur, sering menimbulkan salah
diagnosa dengan Necrotizing Entero Colitis (NEC), sehingga menyebabkan
salah atau tertundanya didalam penanganan intervensi bedah 4
2.1.3 Etiologi
Invaginasi terbagi atas Idiopatik dan Kausatif:
1. Idiopatik
Pada kepustakaan 95% invaginasi pada anak umur 1 bulan sampai 3 tahun
sering tidak dijumpai penyebab yang jelas, sehingga digolongkan Infatil
idiophatic

intususseption.

Pada

saat

operasi hanya ditemukan

penebalan dari dinding ileum terminal berupa hyperplasia jaringan


follikel submukosa yang diduga sebagai infeksi rotavirus. Penebalan ini
merupakan titik awal (lead point) terjadinya invaginasi 11
2. Kausatif
Pada penderita invaginasi yang berumur lebih 2 tahun biasanya
ditemukan

adanya

invaginasi, seperti:

kelainan
Inverted

usus

sebagai

penyebab

Meckels Divertikulum,

terjadinya

Hemangioma,

Lymphoma, Duplikasi usus, Polip Usus 8.

Eins dan Raffensperger, pada pengamatannya mendapatkan Specific


leading points berupa eosinophilik,granuloma dari ileum, papillary lymphoid
hyperplasiadari ileum hemangioma dan perdarahan submukosa karena
hemophilia atau Henochs purpura. Lymphosarcoma sering dijumpai sebagai
penyebab invaginasi pada anak yang berusia diatas 6 tahun 15.
Invaginasi dapat juga terjadi setelah laparotomi yang biasanya timbul
setelah dua minggu pasca bedah, hal ini terjadi akibat gangguan peristaltik usus
disebabkan manipulasi usus yang kasar dan lama, diseksi retroperitoneal
yang luas dan hipoksia lokal
2.1.4

Jenis Invaginasi
Invaginasi dapat dibagi menurut lokasinya yaitu pada bagian usus

mana yang terlibat 6


1. Ileo-ileal, adalah bagian ileum masuk ke bagian ileum.
2. Ileo-colica, adalah bagian ileo-caecal masuk ke bagian kolon.
3. Ileo-caecal, adalah bagian ileo-caecal masuk ke bagian apex dari
invaginasi.
4. Appedicial-colica, adalah bagian caput dari caecum terinvaginasi.
5. Colo-colica, adalah bagian colon masuk ke bagian kolon.
Pada kolon dikenal dengan jenis colo colica dan sekitar ileo caecal
dan ileo colica, jenis-jenis yang disebutkan di atas dikenal dengan invaginasi
tunggal dimana dindingnya terdiri dari tiga lapisan. Jika dijumpai dindingnya
terdiri dari lima lapisan, hal ini sering pada keadaan yang lebih lanjut disebut
tipe invaginasi ganda,

sebagai

contoh adalah tipe invaginasi ileo-ileo

colicaatau colo colica 9

2.1.5 Diagnosis
2.1.5.1 Diagnosis Klinis
Untuk menegakkan diagnosis invaginasi didasarkan pada anamnesis,
pemeriksaan fisik, laboratorium dan radiologi, tetapi diagnosispasti dari suatu
invaginasi adalah ditemukannya suatu keadaan dimana segmen usus masuk ke
dalam segmen lainnya, pada saat dilakukan operasi laparotomi 11

Gejala klinis yang menonjol dari invaginasi dikenal dengan Trias


Invaginasi, yang terdiri dari 5
1. Nyeri perut yang datangnya secara tiba-tiba, nyeri bersifat serang
serangan, nyeri menghilang selama 10-20 menit, kemudian timbul
lagi serangan (colicky abdominal pain).
2. Teraba massa tumor di perut bentuk bujur pada bagian kanan atas,
kanan bawah, atas tengah, kiri bawah atau kiri atas (palpebra abdominal
mass).
3. Buang air besar campur darah dan lendir ataupun terjadi diare (red
currant jelly stools).
Bila penderita terlambat datang ke rumah sakit, sumbatan atau
obstruksi pada usus yang disebabkan oleh invaginasi dapat menyebabkan perut
sangat menggembung atau distensi sehingga pada saat pemeriksaan sukar untuk
meraba adanya massa tumor, oleh karena itu untuk kepentingan diagnosis harus
berpegang kepada gejala trias invaginasi yang lainnya 5
Mengingat invaginasi sering terjadi pada anak berumur di bawah 1
tahun, sedangkan penyakit diare umumnya juga terjadi pada anak usia di
bawah 1 tahun maka apabila ada pasien datang berumur di bawah satu tahun
dengan keluhan sakit perut yang bersifat kolik sehingga anak menjadi rewel
sepanjang hari atau malam, ada muntah, buang air besar campur darah dan
lendir maka dapat dipikirkan kemungkinan terjadinya invaginasi

2.1.5.2 Diagnosis Penunjang


1. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah rutin ditemukan peningkatan jumlah neutrofil
segmen (>70%) 8
2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologis dengan Barium enema dan atau USG akan sangat
membantu dalam menegakkan diagnose invaginasi. Foto abdomen 3 posisi
biasanya normal, kadang didapatkan gambaran dilatasi ringan bagian proksimal

usus atau tidak tampak gambaran udara pada abdomen kanan bawah. Sedangkan
pada keadaan invaginasi yang lanjut, tampak tanda-tanda ileus obstruktif dan
bayangan massa.15
Foto Polos Abdomen
Gambaran foto polos sebagai berikut:7
1.

Tanda-tanda obstruksi mekanik usus halus bagian distal, kadang-kadang


tampak sebagai bayangan meyerupai sosis dibagian tengah abdomen.
Multipel air fluid level dan tidak ada bayangan udara pada bagian distal usus.

2.

Bayangan masa tubular pada abdomen yang merupakan bayangan dari usus
yang masuk ke lumen usus yang lain

10

Gambar 2. A. tampak bayangan massa (tanda panah) merupakan bagian


usus yang masuk ke lumen usus proksimal. B. invaginasi lanjut, sudah
tampak tanda-tanda obstruksi.

11

Gambar 3: Jaringan lunak yang berbentuk sosis di tengah-tengah foto. X-ray


menunjukkan opasitas jaringan lunak yang besar di kuadran kanan atas
yang tampaknya menonjol ke dalam suatu intralumen (mungkin kolon
transversum).

Pada keadaan lanjut telah terlihat tanda-tanda obstruksi usus berupa


multiple air fluid level, dilatasi loop usus atau minimal feses pada kolon. Tanda
obstruksi (+) : Distensi, Air fluid level, Hering bone (gambaran plika circularis
usus)

12

13

Gambar 4: 1) Foto polos abdomen obstruksi usus halus. 2) Foto polos


abdomen obstruksi usus besar.

Barium enema (Colon in loop)


Colon In loop berfungsi sebagai :16

Diagnosis : cupping sign, letak invaginasi

Terapi : Reposisi dengan tekanan tinggi, bila belum ada tanda obstruksi

dan kejadian <24 jam.


Reposisi dianggap berhasil bila setelah rectal tube ditarik dari anus barium keluar
bersama feses dan udara. Pada orang dewasa diagnosis preoperatif keadaan
intususepsi sangatlah sulit, meskipun pada umumnya diagnoasis preoperatifnya
adalah obstruksi usus tanpa dapat memastikan kausanya adalah intususepsi,
pemerikasaan fisik saja tidaklah cukup sehingga diagnosis memerlukan
pemeriksaan penunjang yaitu dengan radiologi (barium enema, ultra sonography
dan computed tomography), meskipun umumnya diagnosisnya didapat saat
melakukan pembedahan. 3
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan riwayat yang khas dan pemeriksaan fisik.
Pada penderita dengan intususepsi yang mengenai kolon, barium enema mungkin
dapat memberi konfirmasi diagnosis. Mungkin akan didapatkan obstruksi aliran
barium pada apex dari intususepsi dan suatu cupshaped appearance pada barium
ditempat ini. Ketika tekanan ditingkatkan, sebagian atau keseluruhan intususepsi
mungkin akan tereduksi. Jika barium dapat melewati tempat obstruksi, mungkin

akan diperoleh suatu coil spring appearance yang merupakan diagnostik untuk
intususepsi. Jika salah satu atau semua tanda-tanda ini ditemukan, dan suatu masa
dapat diraba pada tempat obstruksi, diagnosis telah dapat ditegakkan. 2

Gambar 5: A.Colon in loop pada intussusception, bagian usus masuk hingga


fleksura lienalis. B. Intussusception di daerah colon ascenden.

CUPPING
SIGN

Gambar 6: Cupping sign pada pemakain barium enema.

COILED
SPRING

Gambar 7: Coiled spring pada pemakain enema kontras.

Ultrasonografi (USG)
Pada scan transversal (potongan melintang) dari invaginasi, USG memberikan
gambaran khas berupa targets appearance atau gambaran seperti kue donat. 15

Gambar 8: Target appeareance atau gambaran donat pada irisan melintang


invaginasi pemeriksaan USG

Gambar 9: A. Irisan melintang dan B. Irisan melintang dari invaginasi pada


USG.

CT Scan
Modalitas pilihan untuk penilaian dan keluhan abdomen akut pada orang dewasa.
Gambaran terbaik adalah apa yang disebut sebagai gambaran usus-dalam-usus,
di mana lapisan usus yang banyak membentuk cincin konsentris (CT setara
dengan target sign pada ultrasonografi) ketika dicitrakan dari sudut kanan ke
lumen, dan gambaran jaringan lunak seperti sosis ketika dicitrakan longitudinal.

Gambar 10 : CT Scan abdomen pada pasien invaginasi (target sign)


2.1.6 Penatalaksanaan Invaginasi
Dasar pengobatan pada invaginasi ialah reposisi usus yang masuk ke
lumen usus lainnya. Reposisi dapat dicapai dengan barium enema, reposisi
pneumostatik atau melalui pembedahan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Eds. Pediatric Surgery 4 th edition.Year book.Chicago 2007 p:868,882.
2. Gabriel Conder , John Rendre, et all. Abdominal Radiology
Intussusception , Cambrige University Press. 2009.
3. Hooker RL, Schulman MH, Yu Chang. Radiographic Evaluation of
Intussusception: Utility of Left-Side-Down Decubitus View. RSNA:Vol
248. 2008.
4. Jeffrey R, et all. Clinical Features and Treatment Outcome of
Intussuception in Premature Neonates.Journal of Pediatric Surgery,
Vol 38, No 12 (December), 2003: pp 1818-1821
5. Mahen, Mac., R.A., Ms FRCS FRACS, An Aid to Pediatric Surgery.,
Queen Victoria childrens Hospital, Monash Medical Centre, Second
Edition, 66-79,1991.
6. Pickering, L.K., Snyder, J.D., 2000. Ileus, Adhesi, Intususepsi, dan
Obstruksi Lingkar-Tertutup. In: Behrman, R.E., Kliegman, R.M., Arvin,
Ann.M., Ilmu Kesehatan Anak Nelsoned 15, jilid 2. Jakarta: EGC,13191321
7. Rasad, Syahriar. Radiologi Diagnostik edisi kedua. Jakarta : Balai
penerbit FKUI.2008. p 245-253, p 256-258, p 415-416.
8. RaviTch, M.M., Intussusception. In. Welch kj, randolph J.G.,
Ravitch M.M., et all.
9. Sabiston DC. Buku Ajar Bedah. Edisi ke-1. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran. 2010.p270-272.
10. Sjamsuhidayat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran. 2005. p627-629.
11. Stringer, M.D., Pledger, G., Drake, D.P., childhood deaths from
intussusceptions.In England and wales, 1984 Br mid J 304:737,1992.
12. Stringer, MD., Pabwt, SM., Brerectom, R.J., Pediatric Intussusception,
Br. J sung., 46:434,1992.
13. Wood, B.P., Intussusception, Child. eMedicine. Available on line at:
http://emedicine.medscape.com/article/409870-overview(Accessed
4
November 2012)
14. Zakaria, Iskandar. Peranan Radiologi dalam Diagnosis dan Terapi
Invaginasi. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Volume 7. 2007.
15. Raffensperger JG. Intussusception, Swensons Pediatrics Surgery, 5th
edition, Appleton Century Crofts, New York; 1990. h. 221 229.

Anda mungkin juga menyukai