OLEH:
ARI PUTRA UTAMA
(O1A1 14 007)
ASWAN SUDIMAN
(O1A1 14 007)
(O1A1 14 009)
(F1F1 12 051)
FISMATULLAH
(F1F1 11 111)
ISRAWATI
(O1A1 14 018)
(O1A1 14 029)
(O1A1 14 037)
((O1A1 14 040)
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Kimia Analisis II dengan judul Analisis Obat
Menggunakan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Kimia Analisis II dengan judul
Analisis Obat Menggunakan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). dapat
memberikan manfaat terhadap pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perkembangan
ilmu
pengetahuan
sejalan
dengan
perkembangan
tekhnologi. Berbagai alat dengan kecanggihan semakin meningkat. Hal ini juga
termasuk perkembangan dalam ilmu farmasi, tidak terkecuali bidang Analisis
farmasi. Dalam bidang ini, selama beberapa tahun terakhir terjadi perkembangan
yang pesat untuk teknik pemisahan. Penerapan metode seperti kromatografi
dianggap metode modern yang saat ini sering digunakan dalam berbagai riset dan
penelitian. Hal ini terbukti dengan banyaknya publikasi ilmiah yang berkaitan
dengan penggunaan metode tersebut, baik untuk tujuan analisis kualitatif maupun
kuantitatif.
Pada perkembangan metode Kromatografi saat ini pemakaian "Thin Layer
Chromato Scanner" yang lebih dikenal dengan nama densitometer makin banyak
dipakai secara luas oleh peneliti/ilmuwan. Densitometri adalah metode analisi
instrumental yang berdasarkan interaksi radiasi elektromagnetik dengan analit
yang merupakan bercak atau noda pada lempeng KLT.Interaksi radiasi
elektromagnetik dengan noda pada lempeng KLT yang ditentukan adalah
adsorpsi, transmisi, pantulan (refleksi) pendar fluor atau pemadaman pendar fluor
dari radiasi semula. Adsorbent dilapiskan pada lempeng kaca yang bertindak
sebagai penunjang fase diam. Fase bergerak akan menyerap sepanjang fase diam
dan terbentuklah kromatogram.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah
ini yaitu :
1.
2.
3.
4.
Tipis (KLT)?
5. Bagaimana prosedur kerja pemisahan sampel dengan Kromatografi Lapis
Tipis (KLT)?
6. Bagaimana cara deteksi bercak dalam Kromatografi Lapis Tipis (KLT)?
7. Bagaimana penggunaaan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) untuk analisis obatobatan?
C. Tujuan
Tujuan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui definisi Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan Kromatografi Lapis Tipis
(KLT).
3. Untuk mengetahui prinsip kerja Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
4. Untuk mengetahui fase diam dan fase gerak yang sering digunakan pada
Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
5. Untuk mengetahui prosedur kerja pemisahan sampel dengan Kromatografi
Lapis Tipis (KLT).
6. Untuk mengetahui cara deteksi bercak dalam Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
7. Untuk mengetahui cara penggunaaan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dalam
analisis obat-obatan
C. Manfaat
Manfaat makalah ini yaitu :
1. Agar mahasiswa mengetahui definisi Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFENISI KROMATOGRAFI
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) pertama kali dikembangkan oleh
Izmailoff dan Schraiber pada tahun 1938. KLT merupakan bentuk kromatografi
planar , yang fase diamnya berupa lapisan seragam (uniform) pada permukaan
bidng datar yang didukung oleh lempeng kaca, plat aluminium, atau plat plastik.
Kromatografi
adalah
teknik
pemisahan
campuran
berdasarkan
daya serap adsorben terhadap komponen kimia tidak sama, maka komponen
bergerak dengan kecepatan yang berbeda sehingga hal inilah yang menyebabkan
pemisahan.
Pada proses adsorpsi senyawa kimia dapat terpisah-pisah disebabkan oleh
daya serap adsorban terhadap tiap-tiap komponen kimia tidak sama. Sedangkan
partisi adalah kelarutan tiap-tiap komponen kimia dalam cairan pengelusi (eluen)
tidak sama dimana arah gerakan eluen disebabkan oleh gaya sentrifugal sehingga
komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda.
Kromatografi lapis tipis merupakan jenis kromatografi yang dapat
digunakan untuk menganalisis senyawa secara kualitatif maupun kuantitatif.
Lapisan yang memisahkan terdiri atas bahan berbutir (fase diam) ditempatkan
pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran
yang akan dipisah berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita, setelah
pelat/lapisan ditaruh dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang
yang cocok (fase gerak). Pemisahan terjadi setelah perambatan kapiler
(pengembangan),
selanjutnya
senyawa
yang
tidak
berwarna
harus
terlapisi, kromatotube, dan sebagainya. Kadar air dalam lapisan ini harus
terkendali agar didapat hasil analisis yang reprodusibel.
Pemilihan sistem pelarut dan komposisi lapisan tipis ditentukan oleh
prinsip kromatografi yang akan digunakan. Untuk meneteskan sampel yang akan
dipisahkan digunakan suatu mikro-syringe (penyuntik berukuran mikro). Sample
diteteskan pada salah satu bagian tepi pelat kromatografi. Pelarut harus nonpolar
dan mudah menguap. Kolom-kolom dalam pelat dapat diciptakan dengan
mengerok lapisan vertical searahgerakan pelarut. Teknik ascending digunakan
untuk melaksanakan pemisahan yang dilakukan pada temperature kamar, sampai
permukaan pelarut mencapai tinggi 15-18 cm. waktu yag diperlukan antara 20-40
menit. Semua teknik yang digunakan untuk kromatografi kertas dapat di pakai
juga untuk kromatografi lapis tipis. Resolusi KLT juah lebih tinggi daripada
kromatografi kertas karena laju difusi yang luar biasa kecilnya pada lapisan
pengadsorpsi. RRPC dapat juga dilakukan pada kromatografi lapisan ini, dengan
menggunakan lapisan yang sudah dicelupkan lebih dahulu pada perafin, minyak
silikon, dan lain-lain. Pelarut yang digunakan adalah CH 3COOH atau asetonitril.
Kadangkala untuk RPPC, waktu yang diperlukan cukup lama.
Zat-zat warna dapat terlihat langsung, tetapi dapat juga digunakan reagent
penyemprot untuk melihat bercak suatu zat. Asam kromat sering digunakan untuk
zat organic. Demikian juga penandaan secara radiokomia juga dapat digunakan.
Untuk menempatkan posisi suatu zat, reagent dapat juga disemprotkan pada
bagian tepi saja. Bagian yang lainnya dapat diperoleh kembali tanpa pengotoran
dari reagent dengan pengerokan setelah pemisahan selesai.
B.
kesetimbangan antara fase diam dan fasa gerak, dimana ada interaksi antara
permukaan fase diam dengan gugus fungsi senyawa organik yang akan
diidentifikasi yang telah berinteraksi dengan fasa geraknya. Kesetimbangan ini
dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu : kepolaran fase diam, kepolaran fase gerak, serta
kepolaran dan ukuran molekul. Berikut merupakan gambar KLT dengan
menggunakan pereaksi H2SO4.
silika terdapat ikatan Si-O-H selain Si-O-Si. Gambar ini menunjukkan bagian
kecil dari permukaan silika.
Permukaan silika gel sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa-senyawa yang sesuai disekitarnya,
sebagaimana halnya gaya van der Waals dan atraksi dipol-dipol.
Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah alumina dari aluminium
oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki gugus -OH. Pada
dasarnya sifat serta penggunaannya mirip silika gel.
Bahan padat pada penyangga : pelat elas/logam atau plastik dengan
ketebalan 0,25 mm. Fase diam yang banyak dipakai : silika gel yang dicampur
CaSO4 ; adsorben lain yang juga banyak dipakai : alumnia, kieselguhr, celite,
serbuk selulose, serbuk poliamida, kanji dan sephadex .Jenis fase diam : sama
seperti pada KCKT dikenal beberapa macam sifat polaritas. Silikal gel dikenal
sebagai fase diam polar, yang dapat dibuat menjadi non polar (RP = Reversed
Phase) setelah dilakukan pengikatan hidroksilnya dengan : C2, C8, atau C18.
Mekanisme pemisahan adalah : adsorpsi,partisi, penukar ion atau fase terbalik
(adsorpsi-partisi).
Apabila
sampel
bersifat
non
polar
maka
pelarut
pengembangnya non polar. Sedangkan bila sample bersifat polar, maka pelarut
pengembangnya bersifat polar. Ukuran fase diam 1-25 million dalam keadaan
uniform/seragam, akan menghasilkan pemisahan baik dan aliran fase gerak cepat
dan
merata.
Image 1 : KLT
Tabel Fase diam yang sering digunakan pada KLT (Kealey dan Haines, 2002)
Fasa Diam
Mekanisme Sorpsi
Penggunaan
Silika gel
Adsorpsi
Asam amino, hidrokarbon,
vitamin, alkaloid
Serbuk selulosa
Partisi
Asam amino, nukleotida,
karbohidrat
Selulosa penukar Pertukaran ion
Asam nukleat, nukleotida, halida
ion
dan ion-ion logam
Gel sephadex
Eksklusi
Polimer, protein, kompleks logam
-siklodekstrin
Interaksi adsorpsi
Campuran enansiomer
stereospesifik
Adsorben yang sering digunakan antara lain :
a. Silika gel
Yang paling banyak digunakan dalam pengujian, bersifat asam lemah,
sering ditambah CaSO4 (gibs) sebagai pengikat agar melekat kuat pada
penyangga. Penambahan ini juga mempercepat mengeringnya lapis tipis. Juga
dapat ditambahkan indicator fluoresensi yang akan berfluoresensi di bawah sinar
UV pada 254 nm, hingga noda yang mengabsorpsi pada frekuensi ini menjadi
sangat kontras terhadap latar belakang yang berfluoresensi hijau kuning. Silica gel
sangat higroskopis, pada humaditas relative 45 75% akan menarik air sampai 7
20%. Derajat diaktivasinya ditentukan oleh kelembaban ruangan dimana
pemisahan akan dilakukan atau tempat penyimpanan lapis tipisnya. Kemurnian
juga penting karena dapat mempengaruhi watak kromatografi beberapa senyawa
tertentu. Pencemar dalam adsorben ini dapat juga menyebabkan dekomposisi
senyawa yang hendak dianalisa.
b.
Alumina
Bersifat basa lemah. Tidak sebaik silica gel dan lebih relative secara kimia
hingga untuk senyawa yang sensitive dapat terdegrasi. Juga dapat ditambah
Ca2SO4 dan indicator fluoresensi.
c.
kecil. Dapat ditambahkan sebagai campuran pada silikagel yang akan memberikan
adsorben campur yang kurang aktif. Juga dapat ditambah Ca2SO4.
d.
Selulosa
Dengan menggunakan selulosa sebagai adsorben akan didapat lapis tipis
yang sifatnya analog dengan kromatografi kertas. Memberikan lapis tipis yang
baik tanpa pengikat. Adsorben ini dapat ditambah indicator fluoresensi atau Ca
asetat. Kerugian penggunaan selulosa ini ialah tidak dapat digunakannya pereaksi
yang korosif seperti asam sulfat atau pereaksi destruktif lainnya.
e.
Poliamida
Merupakan magnesium silikat. Daya melekatnya tidak sebaik adsorben
E.
Pada KLT, fasa diam berupa plat yang biasanya disi dengan silica gel.
Sebuah garis pensil digambar dekat bagian bawah fasa diam dan setetes larutan
sampel ditempatkan di atasnya. Sampel ditotol dengan bantuan pipa kapiler. Garis
pada fasa diam berguna untuk menunjukkan posisi asli sampel. Pembuatan garis
harus menggunakan pensil karena jika semua ini dilakukan dengan tinta, pewarna
dari tinta juga akan bergerak sebagai kromatogram berkembang. Ketika titik
campuran kering, fasa diam diletakkan berdiri dalam gelas tertutup yang telah
berisi fasa gerak dengan posisi fasa gerak di bawah garis. Digunakan gelas
tertutup untuk memastikan bahwa suasana dalam gelas jenuh dengan uap pelarut.
Pelarut (fasa gerak) perlahan-lahan bergerak naik. Komponen-komponen yang
berbeda dari campuran berjalanan pada tingkat yang berbeda dan campuran
dipisahkan memiliki warna yang berbeda. Diagram menunjukkan plat setelah
pelarut telah bergerak sekitar setengah jalan. Pelarut diperbolehkan untuk naik
hingga hampir mencapai bagian atas plat yang akan memberikan pemisahan
maksimal dari komponen-komponen pewarna untuk kombinasi tertentu dari
pelarut dan fase diam. Identifikasi dari senyawa-senyawa yang terpisah pada
lapisan tipis lebih baik dikerjakan dengan pereaksi kimia dan reaksi-reaksi warna.
gerak dalam bejana harus dibawah lempeng yang telah berisi totolan sampel.
Bejana kromatografi harus tertutup rapat dan sedapat mungkin volume fase gerak
sedikit mungkin (akan tetapi harus mampu mengelusi lempeng sampai ketinggian
lempeng yang telah ditentukan. Untuk melakukan penjenuhan fase gerak,
biasanya bejana dilapisi dengan kertas saring . Jika fase gerak telah mencapai
ujung dari kertas saring, maka dapat dikatakan bahwa fase gerak telah jenuh.
Gambar berikut ini menunjukkan posisi dari totolan sampel, posisi
lempeng dalam bejana serta ketinggian eluen dalam bejana :
dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia ditempatkan
beberapa kertas saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas
kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut. Karena pelarut bergerak lambat
pada lempengan, komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna
akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan
bercak warna.
akan sulit sehingga didapat noda berekor. (4) Penotolan harus tepat sehingga
didapatkan jumlah noda yang baik. (5) Eluen yang digunakan harus murni
sehingga tidak menghasilkan noda lain. Noda-noda yang diperoleh biasanya
berekor disebabkan karena Penotolan yang berulang-ulang dan letaknya tidak
tepat, kandungan senyawa yang terlalu asam atau basa dan Lempeng yang tidak
rata
Identifikasi dari senyawa-senyawa yang terpisah pada lapisan tipis lebih
baik dikerjakan dengan pereaksi kimia dan reaksi-reaksi warna. Untuk identifikasi
menggunakan harga Rf meskipun harga-harga Rf dalam lapisan tipis kurang tepat
bila dibandingkan pada kertas. Harga-harga Rf untuk senyawa-senyawa murni
dapat dibandingkan dengan harga-harga standard. Perlu diperhatikan bahwa
harga-harga Rf yang diperoleh berlaku untuk campuran tertentu dari pelarut dan
penyerap yang digunakan, meskipun daftar dari harga-harga Rf untuk berbagai
campuran dari pelarut dan penyerap dapat diperoleh.
F.
DETEKSI BERCAK
Ada dua cara untuk menyelesaikan analisis sampel yang tidak berwarna,
yaitu:
1. Menggunakan pendarflour
Fase diam pada sebuah lempengan lapis tipis seringkali memiliki substansi
yang ditambahkan kedalamnya, supaya menghasilkan pendaran flour ketika
diberikan sinar ultraviolet (UV). Itu berarti jika sinar UV disinarkan, maka sampel
akan berpendar. Pendaran ini ditutupi pada posisi dimana bercak pada
kromatogram berada, meskipun bercak-bercak itu tidak tampak berwarna jika
dilihat dengan mata. Itu berarti bahwa jika disinarkan sinar UV pada lempengan,
akan timbul pendaran dari posisi yang berbeda dengan posisi bercak-bercak.
Bercak tampak sebagai bidang kecil yang gelap.
Deteksi bercak pada KLT dapat dilakukan secara kimia dan fisika. Cara
kimia yang biasa digunakan adalah dengan mereaksikan bercak dengan suatu
pereaksi melalui cara penyemproton pada fase diam sehingga bercak menjadi jelas
seperti asam sulfat untuk semua golongan senyawa, serium sulfat digunakan
umumnya untuk golongan senyawa alkaloid, steroid sapogenin, terpenoid, serta
penampak bercak spesifik yakni dragendorff yang akan menampakkan warna
bercak jingga.
Berikut adalah cara-cara kimiawi untuk mendeteksi bercak :
a) Menyemprot lempeng KLT dengan reagen kromogenik yang akan bereaksi
secara kimia dengan solute yang mengandung gugus fungsional tertentu
sehingga bercak menjadi berwarna. Kadang-kadang dipanaskan terlebih
dahulu untuk mempercepat reaksi pembentukan warna dan intensitas
warna bercak.
b) Mengamati lempeng dibawah lampu ultraviolet yang dipasang panjang
gelombang emisi 254 atau 366 untuk menampakkan solute sebagai bercak
yang gelap atau bercak yang berfluorosensi terang pada dasar yang
berfluorosensi seragam. Lempeng yag diperdagangkan dapat dibeli dalam
bentuk lempeng yang sudah diberi dengan senyawa fliorosen yang tidak
larut yang dimasukkan ke dalam fase diam untuk memberikan dasar
fluorosensi atau dapat pula dengan menyemprot lempeng dengan reagen
fluorosensi setelah dilakukan pengembangan.
c) Menyemprot lempeng dengan asam sulfat pekat atau asam nitrat pekat lalu
dipanaskan untuk mengoksidasi solute-solut organic yang akan Nampak
sebagai bercak hitam sampai kecoklat-coklatan.
d) Memaparkan lempeng dengan uap iodium dalam chamber tertutup.
instrument
yang
dapat
mengukur
intensitas
radiasi
yang
G. PENERAPAN KLT
KLT bisanya merupakan metode pilihan pertama jika sesorang ingin
memisahkan suatu campuran. Hal ini disebabkan karena KLT merupakan metode
yang sederhana dan cepat. KLT digunakan secara luas untk analisis obat. Berikut
adalah penggunaan KLT untuk analisis beberapa sediaan farmasi:
Tabel Penerapan KLT untuk analisis obat (gandjar dan Rohman, 2007)
Obat (sediaan)
Fase diam
Fase gerak
Deteksi
Asetaminofen
Silika gel
Heksan:aseton (75:25)
UV
(serbuk)
UV panjang
Albendazol
Metilen klorid-asam
Silika
gelombang
(serbuk)
aseat- eter (6:1:1)
pendek
Amoksisilin
Metanol-piridin(tablet, kapsul,
suspensi)
Ampisilin (kapsul,
suspensi oral)
Vitamin C
(serbuk)
Silika
Silika
silika
kloroform-air
(90:10:80:10)
Aseton-toluen-air-asam
asetat (650:100:10025)
Metanol-aseton-air
(20:40:3)
Ninhidrin
Ninhidrin
UV
Silika
Dosisiklin
disemprot
Metilen klorid-metanol-
EDTA 10%,
air (59:35:6)
UV 280 nm
pH 9,0
Benzen-metanolKetamin (serbuk)
Silika
amonium hidroksida
Dragendorff
(80:20:1)
Dikembangkan dengan
Morfin
(penyalahgunaan
obat)
Nifedipin (serbuk)
Nitrofurantoin
(serbuk)
Nistatin (salep
dengan kliquinol)
Silika
cara 2 dimensi:
(dijenuhkan
sikloheksan-toluen-
dengan NaOH
dietilamin (75:15:10)
0,1 N)
lalu kloroform-metanol
Silika
(9:1)
Diisopropill eter
Nitrometan-metanol
UV 254
Dipanaskan,
(9:1)
UV 254
Benzen-metanol (9:1)
UV 254 nm
Silika
Silika
UV 279 nm
Silika (yang
Progesteron
(serbuk)
telah
diaktifkan
pada suhu
Kloroform-etil asetat
(2:1)
UV 241 nm
105oC)
Prostaglandin
(serbuk)
Etil asetat-isooktanSilika
etanol-asam format
(35:0,5;0,1)
Asam
fosfomolibdat
Teofilin (kapsul
dengan
guuaifensin)
Vinblastin
(serbuk)
Vinkristin
(injeksi)
Selulosa
Silika
Silika
Metanol-air
UV 254 nm
Benzen-kloroform-
UV 254 nm
dietilamin (40:20:3)
Eter-metanol-metilamin Amonium
40% (40:20:3)
sulfat
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan:
1) KLT merupakan bentuk kromatografi planar , yang fase diamnya berupa
lapisan seragam (uniform) pada permukaan bidng datar yang didukung
oleh lempeng kaca, plat aluminium, atau plat plastik.
2) Keuntungan KLT yaitu ketepatan penentuan kadar baik karena komponen
yang akan ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak. Kerugiannya
memerlukan waktu untuk menentuan sistem eluen yang cocok.
3) Prinsip
KLT
yaitu
pemisahan
komponen-komponen
berdasarkan
perbedaan adsorpsi atau partisi oleh fase diam dibawah gerakan pelarut
pengembang.
4) Fase diam yang sering digunakan pada KLT yaitu silika gel sedangkan
fase gerak (eluen) merupakan campuran dari dua pelarut atau lebih.
5) Kerja dengan KLT dimulai dari (1) penyiapan plat, eluen dan sampel, (2)
penotolan, (3) elusi, (4) deteksi bercak/noda.
6) Cara mendeteksi bercak ada 2 yaitu menggunakan UV dan campuran zat
kimia tertentu.
7) KLT bisa digunakan untuk analisis obat seperti Asetaminofen, Albendazol,
Amoksisilin, Ampisilin, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A., & Underwood, L.A., 2002, Analisa Kimia Kuantitatif, Erlangga,
Jakarta.
Gandjar, IG dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Gritter RJ, Bobbit JM, Arthur SE. 1991. Pengantar Kromatografi. Penerbit ITB.
Bandung
Hostettmann K, Hostettmann M, Marston A. 1995. Cara Kromatografi Preparatif.
Penerbit ITB. Bandung.
Khopkar, S.M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI-Press, Jakarta.
Sastroharmidjojo H. 1985. Kromatografi. Penerbit Liberty. Yogyakarta.
Sudjadi.1988. Metode Pemisahan. Penerbit Kanisius.Yogyakarta.
Watson, DG. 2010. Analisis Farmasi. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.