1. Alamat
Jl. Selamanik No 16 A Banjarnegara
Telp (0286) 594972, 5803088
Fax (0286) 594972
Website : www.lokabanjarnegara.litbang.depkes.go.id
Email : loka_ban@litbang.depkes.go.id
loka_banjarnegara@yahoo.com
2. Visi dan Misi
Visi
Visi Sebagai centre of excellence penelitian dan pengembangan penyakit
bersumber binatang Misi
Misi
1. Menghimpun,
mengkaji,
mengembangkan,
dan
menyebarkan
3. Struktur Organisasi
Republik Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat.
Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan
banyak penyakit dapat dimulai, didukung, ditopang, atau dirangsang oleh
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Survei vektor malaria adalah kegiatan pengumpulan data yang dilakukan
untuk dokumentasi dan bahan pertimbangan menetapkan kebijaksanaan
operasional pemberantasan vektor malaria.
A. Beberapa Jenis Survei Malaria
1. Survei pendahuluan, data yang dikumpulkan mengenai data dasar
mengenai vektor malaria, yaitu: fauna nyamuk, konfirmasi vektor,
musim kepadatan vektor, kesenangan hinggap, kerentanan vektor
terhadap pestisida.
2. Survei longitudinal, survei yang dilakukan pada masa pemberantasan
vektor (biasanya untuk menilai apakah penularan telah terputus atau
masih berlangsung).
3. Survei intensif (survey khusus) dilakukan pada daerah yang terjadi
masalah malaria/KLB.
4. Survei sewaktu (spot survey), terdiri dari : survey penentuan daerah
potensial KLB, survey penentuan penghentian penyemprotan, survey
di daerah penyemprotan bermasalah, survei penentuan musim
penularan dan bionomik vektor (longitudinal survey).
B. Syarat umum tempat penangkapan catching station
1. Di daerah dengan kasus malaria tinggi atau ditemukan kasus malaria
pada bayi.
2. Dekat dengan tempat perindukan.
3. Tidak berhubungan langsung dengan angin (tidak dipinggir desa).
4. Jarak antar rumah penangkapan dengan tempat identifikasi tidak terlalu
jauh (10 menit).
5. Tidak sedang dalam masa efektif penyemprotan, kecuali untuk
uji/evaluasi.
6. Mudah didatangi setiap waktu.
Morfologi
Tikus roil
Tikus atap
Mencit rumah
Tikus ladang
1.
Tekstur rambut
Agak kasar
2.
Bentuk hidung
Kerucut terpotong
Kerucut
Kerucut
Kerucut
3.
Bentuk badan
Silindris, membesar
Silindris
Silindris
Silindris
4.
kebelakang
Coklat hitam kelabu
Coklat hitam
Coklat kelabu
5.
punggung
Warna badan bagian
kelabu
Coklat hitam
Putih kelabu
6.
perut
Warna ekor bagian
Cokelat hitam
kelabu
Cokelat hitam
Cokelat hitam
Cokelat hitam
7.
atas
Habitat
Rumah, gudang
Rumah gudang
Sawah, ladang
8.
150-600
60-300
8-30
30-85
9.
150-250
100-210
55-100
80-150
10.
(mm)
Panjang ekor (mm)
160-210
120-250
70-110
110-180
11.
18-24 (berambut)
19-23
9-12
16-20
12.
(mm)
Pjg tlpk kaki blkg
40-47
30-37
12-18
22-28
13.
(mm)
Lebar gigi pengerat
3.5
1.5
14.
(mm)
Jlh puting susu
6 (3+3) =12
5 (2+3) =10
5 (3+2) =10
(pasang)
4 (2+2)=8
dengan
antibody
lain
(antibody
sekunder)
dapat
diminimalisasi.
6. ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) INDIRECT
ELISA Indirect ini pada dasarnya juga merupakan teknik ELISA
yang paling sederhana, hanya saja dalam teknik ELISA indirect yang
dideteksi dan diukur konsentrasinya merupakan antibody. ELISA
indirect menggunakan suatu antigen spesifik (monoklonal) serta
antibody sekunder spesifik tertaut enzim signal untuk mendeteksi
keberadaan antibody yang diinginkan pada sampel yang diuji.
Tiga prosedur presipitin lainnya yaitu agar gel diffusion; microplate dan
gel surface precipitin test. Pada agar gel diffusion test pakan darah dan
antiserum berdiffusi satu sama lain dan membentuk pita presipitin bila
reaksinya positif. Teknik ini kurang peka dibanding uji cincin atau kapiler.
Metode microplate hanya digunakan di laboratorium dan memiliki
kelemahan/kekurangan karena dibutuhkan pakan darah dalam jumlah besar.
Pada gel surface precipitin test antiserum dicampur dengan agar dan
diletakkan di atas slide. Pakan darah yang telah tersedia diteteskan (1 3 ml)
ke permukaan slide. Akan tetapi metode ini tidak tepat diaplikasikan untuk
spesimen
hasil
koleksi
lapangan.
Walaupun uji kapiler peka dan mudah dilakukan namun ekstrak pakan darah
dari sejumlah serangga menjadi terbuang setelah 10 15 kali uji. Modifikasi
metode CCIE (counter-current immunoelectrophoresis) presipitasi gel oleh
Culliford (1964) diadaptasi untuk identifikasi pakan darah. Metode tersebut
berdasar pada prinsip bahwa albumin pakan darah yang berada di sumuran
katode akan pindah ke anode dengan adanya arus listrik, sementara
immunoglobulin di sumuran anode akan keluar bergerak menuju katode oleh
aliran endo-osmose melalui medium perantara. Antigen dan antibodi akan
bertemu diantara kedua sumuran dalam waktu yang relatif pendek dan
hasilnya berupa terbentuknya pita presipitin. Uji ini membutuhkan lebih
sedikit material antigenik daripada uji kapiler dan tidak sulit dilakukan.
Akan tetapi dengan standard serologi sekarang, uji presipitin bukan sistem
yang spesifik dan peka. Kepekaan menjadi berkurang manakala serangga yang
diuji hanya mengisap darah dalam jumlah sangat sedikit dan uji ini tidak dapat
membedakan pakan darah dari hewan yang sangat dekat kekerabatannya.
Untuk membedakan pakan darah dari hewan yang dekat kekerabatannya,
Weitz (1956) mengadaptasi uji PHI (passive haemagglutination inhibition)
untuk mengidentifikasi pakan darah pada lalat tse-tse. Uji tersebut di atas juga
digunakan untuk culicoides dan nyamuk. Kepekaan uji tersebut hingga
ketingkat genetik namun jarang digunakan dan merupakan uji yang sulit
2 kali atau lebih, dimana gigitan terakhir dilakukan sebelum protein hasil
pengisapan
darah
pertama
cukup
tercerna
sehingga
mencegah
teridentifikasinya asal pakan darah. Hal lain yang masih berkaitan ialah faktor
intrinsik dan ekstrinsik yang mempengaruhi vektor dalam pemilihan inang.
Untuk uji presipitin dengan sampel pakan darah yang diambil menggunakan
kertas saring maka beberapa hal berikut harus diperhatikan:
1. Lokasi/tempat koleksi
2. Spesies nyamuk
3. Hewan inang yang terdapat di lokasi koleksi
4. Tanggal koleksi
Pengambilan dan pengiriman sampel
1. Tiap kertas saring dibagi menjadi 16 juring tiap juring untuk satu pakan
darah
2. Tiap kertas saring dan juring diberi bernomor
3. Angin-anginkan kertas saring sebelum dikemas
4. Untuk pengiriman, antar kertas saring dilapisi kertas anti lemak (grease)
untuk mencegah terkontaminasinya pakan darah
2.10 Bioasssay
Pengendalian vektor yaitu menerapkan bermacam 2 cara sehingga vektor
tidak nenularkan penyakit dengan tidak menimbulkan kerusakan/gangguan
terhadap lingkungan. pengendalian vektor yg tepat guna yaitu pengendalian
secara tepat sasaran, tepat waktu, tepat insektisida, tepat cara, dan tepat
dosis. Pengendalian hayati yaitu Ilmu terapan yang membicarakan
pengendalian jasad pengganggu, menggunakan musuh-musuh alaminya baik
sebagai predator, parasit maupun patogen. Bioinsektisida adalah Insektisida
biologi yang dapat digunakan untuk mengendalikan jentik vektor secara
hayati.
Uji Bioassay adalah suatu cara untuk mengukur efektivitas suatu
insektisida terhadap vektor penyakit. Ada 3 jenis Uji Bioassay yaitu :
a. Uji bioassay kontak langsung (residu)
b. Uji bioassay kontak tidak langsung (air bioassay) (residu)
c. Uji bioassay untuk pengasapan (fogging/ULV)
Proses perkembangan nyamuk merupakan peristiwa yang paling
menakjubkan. Di bawah ini uraian singkat tentang metamorfosis nyamuk
dimulai dari larva mungil melalui sejumlah fase perkembangan yang
berbeda hingga pada akhirnya menjadi nyamuk dewasa. Nyamuk betina
menaruh telurnya, yang diberi makan berupa darah agar dapat tumbuh dan
berkembang, pada dedaunan lembab atau kolam-kolam yang tak berair di
musim panas atau gugur. Sebelumnya, nyamuk betina ini menjelajahi
wilayah yang ada dengan sangat teliti menggunakan reseptornya yang
sangat peka yang terletak pada perutnya. Setelah menemukan tempat yang
cocok, nyamuk mulai meletakkan telur-telurnya. Telur yangpanjangnya
kurang dari 1 mm ini diletakkan secara teratur hingga membentuk sebuah
barisan teratur. Beberapa spesies nyamuk meletakkan telur-telurnya
sedemikian hingga berbentuk seperti sebuah sampan. Beberapa koloni telur
ini ada yang terdiri dari 300 buah telur. Telur-telur yang berwarna putih ini
kemudian berubah warna menjadi semakin gelap, dan dalam beberapa jam
menjadi hitam legam. Warna gelap ini berfungsi untuk melindungi telurtelur tersebut agar tidak terlihat oleh serangga maupun burung pemangsa.
Sejumlah larva-larva yang lain juga berubah warna, menyesuaikan dengan
warna tempat di mana mereka berada, hal ini berfungsi sebagai kamuflase
agar tidak mudah terlihat oleh pemangsa. Larva-larva ini berubah warna
melalui berbagai proses kimia yang terjadi pada tubuhnya. Tidak diragukan
lagi bahwa telur, larva maupun nyamuk betina bukanlah yang menciptakan
sendiri ataupun mengendalikan berbagai proses kimia yang mengakibatkan
perubahan warna tersebut seiring dengan perjalanan metamorfosis nyamuk.
Ketika periode inkubasi telur telah berlalu, para larva lalu keluar dari
telurtelur mereka dalam waktu yang hampir bersamaan. Larva (jentik
nyamuk) yang makan terus-menerus ini tumbuh sangat cepat hingga pada
akhirnya kulit pembungkus tubuhnya menjadi sangat ketat dan sempit. Hal
ini tidak memungkinkan tubuhnya untuk tumbuh membesar lagi. Ini
pertanda bahwa mereka harus mengganti kulit. Pada tahap ini, kulit yang
keras dan rapuh ini dengan mudah pecah dan mengelupas. Para larva
tersebut mengalami dua kali pergantian kulit sebelum menyelesaikan
periode hidup mereka sebagai larva. Jentik nyamuk mendapatkan makanan
dengan cara membuat pusaran air kecil dalam air dengan menggunakan
bagian ujung dari tubuh yang ditumbuhi bulu sehingga mirip kipas. Kisaran
tiupan angin yang sangat lembut sekalipun dapat berakibatkan kematian jika
nyamuk muda tersebut jatuh ke dalam air. Nyamuk muda ini harus keluar
dari kepompongnya dan memanjat ke atas permukaan air dengan kakikakinya sekedar menyentuh permukaan air.
2.11 Test Succepbility Test.
Suceptibility test atau uji kerentanan adalah suatu test untuk mengetahui
tingkat
kerentanan
atau
kekebalan
serangga,
terhadap
suatu
dari
kegiatan
tersebut
diperlukan
pengetahuan
dan
BAB III
ALAT DAN BAHAN
3.1 Peralatan Teknik Penangkapan Nyamuk dan Survei Nyamuk Malaria
1. Aspirator atau tabung reaksi
2. Senter dan baterai
3. Cangkir kertas / plastic
4. Kain kasa & karet
5. Kertas label
6. Kapas
7. Handuk
8. Chloroform
9. Mikroskop/Loop
10. Form pencatatan
11. Kotak Nyamuk
3.2 Peralatan Pembedahan Saliva
1. Mikroskop
2. Jarum seksi
3. Klorofom
4. Nyamuk
5. NaCl 0,05 %
6. Pipet
7. Objek Glass
8. Petri disk
9. Kapas
3.3 Peralatan Pembedahan Nyamuk
1. Mikroskop
2. Jarum seksi
3. Klorofom
4. Nyamuk
5. NaCl 0,05 %
6. Objek Glass
7. Petri disk
8. Pipet
9. Kapas
3.4 Peralatan Survei Tikus dan Penangkapan Tikus
1. Perangkap tikus hidup (live trap)
2. Kompor gas Portable
3. Gas 500 gram
4. Umpan (Kelapa/ikan asin)
5. Stiker rumah
6. Stiker lapangan
7. Meja Penyiapan contoh uji
8. GPS
3.5 Peralatan Pengambilan Ektoparasit Tikus
1. Spuit 1 cc
2. Atropin
3. Ketamin
4. Alkohol 70%
5. Sikat
6. Wadah dengan permukaan lebar dan licin /nampan putih.
7. Pinset
8. Botol kecil
3.6 Peralatan Identifikasi Tikus
1. Penggaris besi 50 cm
2. Timbangan pegas
3. Jangka sorong
4. Tikus yang sudah di bius
3.7 Peralatan Pembedahan Tikus dan Pengambilan Endoparasit
1. Dissecting kit (gunting bedah, pinset) steril 2 set
2. Nampan plastic
3. Alcohol 70%
4. Kapas
5. Vial berisi buffer
6. Plastic wrap
7. Waterproof marker
8. Trash bag
3.8 Peralatan Uji ELISA
1. Agar PCA/ NA
2. Jarum seksi
3. Plat tetes
4. Cawan petri
5. Nyamuk blood fat
6. Sarung tangan
7. Masker
3.9 Peralatan Uji Presifitin Test
1. Nyamuk
8. Tikus
9. Karung
10. Kapas
11. Alkohol
12. Tabung serum
13. Sarung tangan
14. Masker
15. Penutup Kepala
3.14 Peralatan IRS, Fogging, dan larvasiding
1. Alat IRS
Alat semprot yang dipakai adalah merk Hudson X pert dengan
volume 8.5 liter. Untuk Bendiocarb dengan kepekatan 0.5% diperlukan
Bendiocarb murni (100%) sebanyak 8.5 x 1000 ml x 0.5% = 42.5 gram.
Oleh karena pada umumnya yang dipakai adalah bentuk formulasi 80 WP
maka untuk mendapatkan Bendiocarb murni dibutuhkan :
100 x 42.5 gr = 53 gram
80
Dengan mengikuti cara yang tersebut diatas, konsentrasi suspensi
insektisida dan jumlahnya dalam bentuk formulasi yang diperlukan untuk
setiap spraycan seperti pada tabel berikut. Insektisida yang saat ini
dipakai dalam pemberantasan malaria dan banyaknya untuk setiap
spraycan.
No
1.
2.
3.
Jenis Insektisida
KonsentrasiBahan Aktif
(Dosis)
(Suspense)
Spraycan (Formulasi)
Bendiocarb
Etofenproks
Lamdasihalotrin
2. Swig fog
3. Larvasiding
3.15 Peralatan Identifikasi Pinjal Tikus.
1. Pinjal tikus dalam tabung berisi alkohol
2. Pinset
3. Objek glass
4. Paper glass
5. Pinset
53 gram
104 gram
53 ram
BAB IV
PROSEDUR KERJA
4.1 Prosedur Kerja Teknik Penangkapan Nyamuk dan Survei Nyamuk
Malaria
A. Cara penangkapan dengan aspirator
1.
Gulung celana sampai lutut
2. Penangkap menghisap nyamuk yang landing, hinggap maupun
istirahat
4.2
4.3
B. Pengambilan Ektoparasit
1. Tikus atau mencit yang telah lemas disikat atau disisir di atas nampan
putih
2. Ektoparasit yang terkumpul dinampan diseleksi jenisnya, dihitung dan
dicatat di tabel yang tersedia.
3. Bila ektoparasit ini akan diisolasi rickettsia/virus yang dikandung
maka ektoparasit dibiarkan hidup terisolasi dan apabila tidak akan
mengisolasi rickettsia/virus, maka ektoparasit dimasukan ke dalam
botol kecil berisi alkohol 70 % dan ditutup
4.6 Prosedur Kerja Identifikasi Tikus
1. Mengeluarkan tikus dari kantong kain dan meletakkan tikus di atas
meja penyiapan contoh uji.
2. Mengukur panjang total (PT) tikus, dari ujung hidung sampai ujung
ekor dengan menggunakan penggaris besi dan mencatat ke form
trapping record (dalam mm)
3. Mengukur panjang ekor (PE), dari pangkal (anus) sampai ujung ekor
dengan menggunakan penggaris besi dan mencatat ke form trapping
record(dalam mm)
4. Mengukur panjang telapak kaki belakang (KB), dari tumit sampai
ujung jari terpanjang menggunakan jangka sorong dan mencatat ke
form trapping record (dalam mm)
5. Mengukur lebar telinga dari pangkal daun telinga sampai ujung daun
telinga (T), menggunakan jangka sorong dan mencatat ke form
trapping record (dalam mm).
6. Menimbang berat tikus dengan menggunakan timbangan pegas dan
mencatat ke form trapping record (dalam gram).
7. Menghitung jumlah mammae pada tikus betina, yaitu jumlah puting
susu di bagian dada dan perut (Dada (D) + Perut (P)). Contoh 2 + 3 =
10 artinya 2 pasang di bagian dada dan 3 pasang di bagian perut sama
dengan 10 buah dan mencatat ke form trapping record .
8. Mengidentifikasi warna dan jenis rambut, warna dan panjang ekor,
bentuk dan ukuran tengkorak
4.9
a. Sampel positif
b. Sampel negatif
1.
2.
4.10
Kubus
A. Pada Dinding Bilik
1. Semprotkan insektisida sesuai dosis yang telah ditentukan atau
dapat dilihat pada label
2. Ambilah cone dan rekatkan menggunakan solatif atau paku
payung
3. Masukkan nyamuk kedalam cone sebanyak 25 ekor menggunkan
aspirator dari kadang nyamuk
4. Setelah itu lakukan pengamatan selama 30 menit
c. Nyamuk dipindahkan dikurungan nyamuk kedalam masingmasing holding tube dengan menggunakan aspirator.
d. Masing-masing nyamuk dimasukan/dikontakkan selama satu
jam, kedalam exposure tube yang sudah berisi impregnated
paper dengan tingkat konsentrasi insektisida tertentu.
e. Selama satu jam diamati dan dicatat ada tidaknya nyamuk
B.
yang mati.
Uji Lanjutan:
1. Kemudian nyamuk yang masih hidup dipindahkan kembali ke
masing- masing tabung holding tube, disini nyamuk perlu
diberi makan air gula.
2. Nyamuk disimpan selama 24 jam. Tempat penyimpanan
hendaknya kondisinya sesuai untuk hidup nyamuk dan lembab,
gelap, suhu maximum 300C, bebas dari serangga.
3. Setelah 24 jam diperiksa dan dicatat jumlah nyamuk yang
mati, temperatur udara dan kelembabannya. Interpretasi
a.
b.
c.
4.12
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
4.13
1.
70%
Menyuntikkan atropine pada bagian paha tikus
Menyuntikan Ketamin ke paha tikus.
Menunggu sampai tikus pingsan dan tidak bergerak
Ambilah tikus dalam karung dan sisirlah pinjal tikus diatas nampan
yaitu
2.8
kg/cm2.
Dalam
prakteknya
sangat
sulit
C.
D.
Kecepatan Menyemprot
Mengingat larutan yang keluar per menit sebanyak 757 cc, maka
larutan yang keluar per menit untuk insektisida bendiocarb 80 WP
dosis 0.2 gram per m2 dan konsentrasi 0.5% adalah :
757 / 100 x 0.5 = 3.78 gram dibulatkan jadi 3.8 gram
Luas permukaan yang disemprot dalam 1 menit adalah 3.8 : 0.2 =
19 m2. Dengan ketentuan bahwa tinggi penyemprotan maksimal 3
meter dari lantai dengan luas 19 m2, panjang permukaan yang
4.15
1.
2.
3.
4.
5.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Dan Pembahasan Teknik Penangkapan Nyamuk dan Survei
Nyamuk Malaria
Beradasarkan hasil praktikum lapangan didapatkan data sebagai beikut
yaitu:
Tabel 1.2 Man Hour Density
N
o
1.
2.
3.
Jumlah
15 ekor
12 Orang
36 jam
o
1.
2.
Jumlah
1 ekor
1 rumah
15
12 X 3 jam
15
36 jam
0,42 jam
1
1
= 1 ekor
o
1.
2.
Jumlah
1 ekor
8 ekor
Rate
1
8
= 0,125
Jadi kelenjar saliva dan kelenjar liur nyamuk yang diperiksa
didapatkan sporozoit rate adalah sebesar 0,125
Spesies Nyamuk
o
1.
Anopheles sp
2.
Anopheles sp
Gambar
3.
Anopheles sp
o
1.
2.
Nyamuk Parrous
Jumlah nyamuk yang diperiksa
Jumlah
2 ekor
8 ekor
2
8
= 0,25
Jadi kelenjar saliva dan kelenjar liur nyamuk yang diperiksa
didapatkan parity rate adalah sebesar 0,25
Spesies Nyamuk
Anopheles sp
2.
Culex sp
3.
Anopheles sp
Jumlah
20 ekor
100 ekor
20+20
TR 100 100
TR =
40
100
100
TR = 40%
Bila :
TR > 25%
: Sangat Padat
TR > 17,5 25%
: Padat
TR > 10,0 17,5%
: Cukup Padat
TR > 0,0 10,0%
: Rendah
Jadi berdasarkan hasil perhitungan TR maka dapat disimpulkan
bahwa daerah Desa Kali deres sangat padat tikus yaitu sebesar 40%,
maka perlu diadakan pengendalian tikus sebagai binatang binatang
penggangu.
B. Survey Perkiraan (estimasi)
Asumsi :
Bila ketemu 1 ekor tikus hidup/mati, berarti :
Di suatu wilayah/daerah terdapat 20 ekor tikus untuk 10 m3
Misal
: Volume gedung 30 m3 terdapat 10 ekor tikus
Maka
: Jumlah trapping dipasang = 30/10 X 20 = 60 buah
TR = 10/60 X 100 = 16 % Cukup Padat
5.5 Hasil Dan Pembahasan Teknik Pengambilan Ektoparasit Tikus
Berdasarkan hasil penyisiran pinjal tikus didapatkan data sebagai
berikut:
Tabel 1.9 Indeks Pinjal
N
o
1.
2.
Pinjal
Tikus
Jumlah
30 Pinjal
20 ekor
IP =
30
20
IP = 1,5
Spesies Tikus
Rattus tanezumi
Rattus tanezumi
Rattus tanezumi
Rattus tanezumi
Rattus tanezumi
Rattus tanezumi
Kode
KL-001
KL-002
KL-003
KL-004
KL-005
KL-006
Bagian Organ
Hati, usus, hati, dan ginjal
Hati, usus, hati, dan ginjal
Hati, usus, hati, dan ginjal
Hati, usus, hati, dan ginjal
Hati, usus, hati, dan ginjal
Hati, usus, hati, dan ginjal
Jenis Endoparasit
Nematoda dan cestoda
Nematoda dan cestoda
Nematoda dan cestoda
Nematoda dan cestoda
Nematoda dan cestoda
Nematoda dan cestoda
dari awal sampai akhir, dan dilakukan prosesnya secara bergantian pada
tiap-tiap proses.
Karena prosesnya yang berganti-gantian, didapatkan ketidak akuratan
pada hasil standart IL-6,Kemungkinan penyebab dari ketidak akuratan
standart bisa karena kekuatan pipetting dan akurasi tiap mahasiswa yang
tidak sama.Ada yang benar saat pippeting, dan mungkin saja ada yang
kurang benar saat melaksanakannya Oleh karena itu metode ELISA
seharusnya dilakukan oleh 1 orang saja sehingga keakuratan dan kekuatan
dalam melaksanakan langkah-langkah ELISA akan konsisten.
Karena standart IL-6 yang kurang akurat, maka untuk melanjutkan
pelatihan digunakan standart sampel lain yaitu (uPAR) untuk menghitung
kadar IL-6 dari sampel. Seharusnya standart yang digunakan adalah
standart yang di-running bersama dengan sampel pada saat yang sama.
Walaupun zat yang diukur sama, kita tidak boleh menggunakan standart
suatu zat dari ELISA sebelumnya untuk digunakan pada ELISA yang
sedang di-running, apalagi menggunakan standart zat yang berbeda.
Kembal lagi pada tujuan pembelajaran praktikum ini, maka hal tersebut
kami lakukan agar proses pembelajaran berjalan sesuai, dan yang
terpenting mahasiswa mengetahui mana yang benar, dan mana yang salah,
serta memahami solusi pemecahan masalahnya.
Untuk menghitung kadar dari IL-6 digunakan cara regresi linier, sama
dengan cara yang digunakan untuk elektroforesis, namun persamaan garis
yang dipakai pada standart adalah persamaan logaritma. Pertama,
absorbansi IL-6 hasil spectrophotometri dibuat pada tabel pada Ms. Exel.
Kemudian dibuat logaritma dari data absorbansi tersebut dan dibuat
logaritma dari standart,lalu dibuatlah persamaan garis terhadap Log
absorbansi dan Log konsentrasi dengan sumbu X sebagai Log konsentrasi
dan sumbu Y sebagai Log absorbansi. Absorbansi dari sampel selanjutnya
juga dibuat logaritmanya. Dengan persamaan garis tersebut, dapat dihitung
dan diketahui logaritma konsentrasi dari IL-6. Berikutnya dibuat antilogaritma dari Log konsentrasi IL-6 yang sudah didapatkan, sehingga akan
diketahui konsentrasi IL-6. Namun konsentrasi IL-6 ini adalah konsentrasi
5.10
jumlah nyamuk yang mati pada tabung exposure tube adalah 10 ekor dari
total jumlah nyamuk yaitu 10ekor. Sehingga dapat diketahui nyamuk
tersebut rentan terhadap disemprotkan sebanyak tiga kali yaitu dengan
5.12
Ciri-ciri
Femur dan Tibia Berbercak BintikBintik Pucat
2.
3.
4.
Gambar
5.13
panjang total (PT), panjang ekot (PE), panjang telapak kakai belakang
(K), panjang telinga (T). Semua data yang diperoleh dicatat dengan
teliti di tabel yang tersedia.
Selain data tersebut di atas, yang merupakan tanda-tanda khusus
spesimen, diperlukan
pula awetan
spesimennya, sebagai
teridentifikasi
voucher
untuk dibandingkan
sebatas lutut
dipotong
dengan gunting.
Gambar 1.4 Pengelupasan Kulit Dari Tulang Kaki
Kemudian dilanjutkan pelepasan kulit kearah kepala secara hatihati, pada saat sampai ditelinga, pangkal telinga kanan dan kiri
dipotong dengan pisau yang tajam (skapel), demikian pula pada bagian
mata (Gambar 1.7).
dalam dilumuri
kapas
diletakan
5.14
Hasil Dan Pembahasan IRS, Fogging, Dan Larvasiding
1. Spray can (Alat semprot bertekanan yang dioperasikan dengan
tangan (Compression Sprayer)
Gambar 1.3 Spray Can untuk Pengendalian Malaria
Mesin
penggerak
dilengkapi
dengan
sistem
untuk
mempunyai
petunjuk
mesin
kemungkinan
menggunakan
pompa
yang
sebagai berikut:
Tanpa sisir genal, pronotal, dan abdominal.
Mesotoraks dengan garis pleural.
Bulga spermateka tidak lebih lebar dari pangkal hilla.
4. Hilla panjang, pangkal hilla ramping dan lebih meluas daripada
bulga spermateka.
2.
Xenopsylla cheopis
Gambar
BAB VI
KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan Teknik Penangkapan Nyamuk dan Survei Nyamuk
Malaria
diperiksa adalah nematoda dan cestoda, namun dalam penelitian ini kami
tidak mengindentifikasi nematoda dan cestoda lebih lanjut untuk
mengetahui jenis nematoda dan cestoda harus dilanjutkan uji yang berikut.
6.8 Kesimpulan Uji Elisa
ELISA adalah suatu metode yang dikerjakan sebagai sarana
mengukur kadar antigen atau antibodi dalam suatu medium cair, seperti
serum atau organ yang telah dicairkan/dilarutkan. Metode ELISA yang
dilakukan dalam praktikum ini merupakan metode untuk mengukur kadar
IL-6 dalam serum pasien. Prinsipnya adalah adanya ikatan antigenantibodi yang akan dibaca dengan reaksi enzimatis yang dapat
mengakibatkan terjadinya perubahan intensitas warna pada larutan.
Intensitas warna ini kemudian akan diukur pada ELISA reader.
Metode ELISA dengan cara diatas adalah model ELISA indirek atau
tidak langsung. Metode ini menggunakan ikatan antara antibodi primer
dengan antibodi sekunder yang telah dikonjugasikan dengan biotin dan
biotin ini akan diikat oleh enzim SAHRP yang akan bereaksi dengan
substrat TMB. Penggunaan model ELISA ini bertujuan supaya terjadi
amplifikasi reaksi enzimatis yang sehingga intensitas warna yang terjadi
akan lebih kuat dan pembacaannya juga lebih mudah.
6.12
panjang total (PT), panjang ekot (PE), panjang telapak kakai belakang
(K), panjang telinga (T). Semua data yang diperoleh dicatat dengan
teliti di tabel yang tersedia.
Selain data tersebut di atas, yang merupakan tanda-tanda khusus
spesimen, diperlukan
pula awetan
spesimennya, sebagai
teridentifikasi
voucher
untuk dibandingkan
Mesin
penggerak
dilengkapi
dengan
sistem
untuk
mempunyai
petunjuk
Beberapa
mesin
kemungkinan
menggunakan
pompa
yang
DAFTAR PUSTAKA
Admin.
2008.
Ctenocephalides
felis
pada
/Ctenocephalides-felis-pada-kucing.html.
kucing
Diakses
.www.vet-klinik.com/
pada
tanggal
21
Desember 2016
Anonim.
Tanpa
tahun.
Integrated
Pes
http://www.p2pays.org/ref/14/13183.pdf.
Management
Diakses
pada
for
Fleas.
tanggal
21
Desember 2016
Anonim.
Tanpa
tahun.
Least-toxic
Control
of
Fleas.
http://www.beyondpesicides.org/alternatives/factsheets/FLEA
%20CONTROL.pdf. Diakses pada tanggal 21 Desember 2016
Anonim.
Tanpa
tahun.
Fleas.
http://www.vetmed.vt.edu/vth/sa/clin/cp_handouts/Flea_Information.pdf.
Diakses pada tanggal 21 Desember 2016
Anonim. Tanpa tahun. Kapita Selekta Kedokteran Hewan: Dermatose dan
ektoparasit.http://books.google.co.id/books?
id=sCvWX2OvjMcC&pg=PA134&lpg=PA134&dq=pendahuluan+permasal
ahan+pinjal+pada+kucing&source=bl&ot.
Desember 2016
Diakses
pada
tanggal
21
2010.
Kutu
loncat
pinjal
(flea)
dan
caplak
(tick).
pada tanggal 21
Desember 2016
Anonim.
Tanpa
tahun.
Oriental
Tikus
Kutu.
pada
tanggal
20
Mei
2011.
Diakses
Pada
Kucing
Di
Bogor.
Bogor
IPB
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/21339/B01dms.pdf?
sequence=2.