Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
tetap?
Nur Hidayat pada tahun 2014 bekerja di perusahaan PT Sehat Sejahtera dengan memperoleh gaji
sebulan Rp4.000.000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp100.000,00. Nur Hidayat menikah
tetapi belum mempunyai anak. Pada bulan Januari penghasilan Nur Hidayat dari Sehat Sejahtera
hanya dari gaji. Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Januari adalah sebagai berikut:
*
*
*
*
*
*
*
*
Gaji
Pengurangan
Biaya Jabatan
5% x 4,000,000(maks 500,000)
luran pensiun
Penghasilan neto sebulan
Penghasilan neto setahun adalah
12 x 3,700,000
PTKP setahun
Untuk WP sendiri
Tambahan karena menikah
Penghasilan Kena Pajak setahun
PPh Pasal 21 terutang(masih lapisan tarif 5%)
PPh Pasal 21 bulan Januari
4.000.000
200.000
100.000
300.000
3.700.000
44.400.000
24.300.000
2.025.000
5% x 18,075,000
903,750 : 12
26.325.000
18.075.000
903.750
75.313
Catatan:
Biaya Jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan
yang dapat dikurangkan dari penghasilan setiap orang yang bekerja sebagai pegawai tetap
tanpa memandang mempunyai jabatan ataupun tidak.
Contoh di atas berlaku apabila pegawai yang bersangkutan sudah memiliki NPWP. Dalam
hal pegawai yang bersangkutan belum memiliki NPWP, maka jumlah PPh Pasal 21 yang
harus dipotong pada bulan Januari adalah sebesar: 120% x Rp75.313,00= Rp90.375,6
Jika bulan Februari ternyata gaji yan diterima berbeda misalnya 2.500.000 maka perhitungan PPh
21 nya adalah
*
*
Gaji
Pengurangan
Biaya Jabatan
5% x 4,000,000(maks 500,000)
2.500.000
125.000
luran pensiun
*
*
*
*
*
*
100.000
225.000
2.275.000
27.300.000
24.300.000
2.025.000
5% x 18,075,000
903,750 : 12
26.325.000
975.000
48.750
4.063
Jadi jika gaji(penghasilan tetap) yang diterima pegawai tetap setiap bulannya berbeda maka PPh
pasal 21 yang akan di potong juga akan berbeda berbeda
Ahmad Zakaria pada tahun 2015 bekerja pada perusahaan PT Zamrud Abadi dengan
memperoleh gaji sebulan Rp 6.000.000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp
100.000,00. Ahmad menikah tetapi belum mempunyai anak. Penghitungan PPh Pasal
21 adalah sebagai berikut :
Gaji sebulan
Pengurangan :
1. Biaya Jabatan :
5% x Rp 6.000.000,00
2. Iuran pensiun
Rp
= Rp
= Rp
6.000.000,00
300.000,00
100.000,00 +
Rp
Rp
Rp 67.200.000,00
400.000,00 5.600.000,00
= Rp 36.000.000,00
= Rp 3.000.000,00
Rp 39.000.000,00 -
Rp
28.200.000,00
Rp
1.410.000,00
Rp
117500,00
b. Bambang Yuliawan pegawai pada perusahaan PT Yasa Buana, menikah tanpa anak,
memperoleh gaji sebulan Rp 3.000.000,00. PT Yasa Buana mengikuti program
Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan Premi Jaminan Kematian dibayar
oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji. PT Yasa
Buana menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji
sedangkan Bambang Yuliawan membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari
gaji setiap bulan. Disamping itu PT Yasa Buana juga mengikuti program pensiun untuk
pegawainya.
PT Yasa Buana membayar iuran pensiun untuk Bambang Yuliawan ke dana pensiun,
yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp
Rp
Rp
Rp
3.000.000,00
15.000,00
9.000,00 +
Penghasilan bruto
Rp
3.024.000,00
Pengurangan :
1. Biaya jabatan
5% x Rp 3.024.000,00
2. Iuran Pensiun
3. Iuran Jaminan Hari Tua
Rp
Rp
Rp
151.200,00
50.000,00
60.000,00 +
Rp
Rp
261.200,00 2.762.800,00
Rp 33.153.600,00
Rp 36.000.000,00
Rp
3.000.000,00
Rp 39.000.000,00
Rp
Rp
Rp
Tidak ada pemotongan PPh Pasal 21 karena penghasilan Bambang Yuliawan dibawah
PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak)
Nampaknya masih banyak pegawai atau karyawan yang masih bingung tentang bagaimana cara menghitung pajak
atas gaji karyawan. Nah, untuk itu saya coba memberikan contoh sederhana tentang cara menghitung pajak
karyawan yang dalam bahasa teknis perpajakan disebut pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 untuk
pegawai tetap.
Untuk memudahkan, di sini saya ambilkan contoh perhitungan PPh Pasal 21 berdasarkan PER-31/PJ/2009 dan
PER-57/2009 yang sudah disesuaikan dengan PTKP terbaru yang berlaku tahun 2013. Untuk memudahkan saya
coba menggunakan contoh yang paling sederhana.
Misal, Tuan Sule pegawai pada perusahaan PT Opera Van Java, menikah tanpa anak, memperoleh gaji sebulan Rp.
10.000.000,00. PT Opera Van Java mengikuti program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi
Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji. PT Opera
Van Java menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji sedangkan Tuan
Sule membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji setiap bulan. Disamping itu PT Opera Van Java juga
mengikuti program pensiun untuk pegawainya.
PT Opera Van Java membayar iuran pensiun untuk Tuan Sule ke dana pensiun, yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp. 300.000,00, sedangkan Tuan Sule membayar iuran pensiun
sebesar Rp. 200.000,00.
Perhatikan, perhitungan untuk mengetahui berapa besarnya pajak (penghasilan) yang harus dipotong PT Opera Van
Java untuk satu bulannya.
Gaji sebulan
10.000.000
50.000
30.000
Jumlah
10.080.000
Penghasilan Bruto
Pengurangan :
1. Biaya Jabatan
500.000
2. Iuran Pensiun
200.000
200.000
Jumlah Pengurangan
900.000
9.180.000
110.160.000
PTKP
- Diri WP Sendiri
- Status Kawin
24.300.000
2.025.000
Jumlah PTKP
26.325.000
83.835.000
Pembulatan
83.835.000
7.575.250
631.271
Langkah pertama kita menjumlahkan penghasilan bruto. Penghasilan bruto ini adalah seluruh penghasilan yang
diterima oleh karyawan atau pegawai secara teratur dalam sebulannya. Yang termasuk dalam penghasilan bruto ini
misalnya adalah gaji, tunjangan-tunjangan, uang lembur dan premi asuransi yang ditanggung oleh perusahaan.
Tidak termasuk dalam penghasilan bruto adalah imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan. Dalam contoh di atas
penghasilan bruto yang menjadi objek PPh Pasal 21 adalah gaji, premi jaminan kecelakaan kerja (5% dari gaji) dan
premi jaminan kematian (0,3% dari gaji) yang dibayar atau ditanggung perusahaan.
Langkah berikutnya kita hitung pengurang yang diperbolehkan yaitu pada dasarnya ada dua macam yaitu biaya
jabatan dan iuran pensiun (termsuk iuran jaminan hari tua). Biaya jabatan sendiri besarnya 5% dari penghasilan
bruto 5% x Rp10.080.000,00 atau sama dengan Rp504.000,00. Jumlah ini masih di atas maksimum yang
diperkenankan yaitu sebesar Rp500.000,00 per bulan sehingga biaya jabatan adalah sebesar Rp500.000,00.
Pengurang lainnya adalah iuran pensiun dan iuran JHT yang masing-masing Rp200.000,00 dan Rp200.000,00 (2%
dari gaji) per bulan. Iuran pensiun dan iuran JHT yang dibayar atau ditanggung oleh perusahaan tidak dapat
dikurangkan. Dengan demikian, jumlah seluruh pengurang adalah Rp900.000,00.
Penghasilan bruto Rp10.080.000,00 dikurangi pengurang Rp900.000 sama dengan Rp9.180.000,00. Jumlah inilah
yang dimaksud dengan penghasilan neto sebulan. Selanjutnya penghasilan neto sebulan ini kita buat setahun
dengan cara penghasilan neto sebulan dikali 12 bulan atau Rp9.180.000 x 12 = Rp110.160.000,00.
Setelah itu barulah kita kurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang berlaku pada tahun 2013 yang
dalam hal ini jumlahnya adalah Rp26.325.000,00. Selisihnya inilah yang merupakan Penghasilan Kena Pajak
(Rp83.835.000,00).
Pajak Penghasilan terutang adalah tarif pajak (berdasarkan tarif Pasal 17 UU Pajak Penghasilan) dikalikan
Penghasilan Kena Pajak. Besarnya adalah 5% x Rp50.000.000,00 + 15% x (Rp83.835.000,00 Rp50.000.000,00) =
Rp7.575.250,00.
Nah, karena kita menghitung PPh Pasal 21 untuk satu bulan, maka PPh Pasal 21 terutang di atas tinggal dibagi 12
sehingga pajak yang dipotong oleh PT Opera Van Java atas penghasilannya Tuan Sule adalah Rp7.575.250 : 12 =
Rp631.271,00.