Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS RISIKO

TUGAS INDIVIDU
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Praktikum
Manajemen Pengambilan Keputusan
Tahun Ajaran 2016/2017
Golongan/Kelompok
H/6
Oleh :
Ani Domiah (141510601167)

LABORATORIUM MANAJEMEN AGRIBISNIS


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016

SOAL
1. Seorang mahasiswa menganalisis besaran risiko usahatani yang dihadapi oleh
Petani di Bojonegoro yang sebagian besar menanam tembakau virginia. Petani
tembakau dihadapkan oleh kondisi risiko dimana setiap musimnya harga
tembakau berfluktuasi. Dalam menghadapi risiko tersebut, sebagian petani
melakukan kemitraan dengan PT. Gudang Garam, Tbk. dan sebagian lainnya
tidak melakukan kemitraan. Petani yang tergabung dalam kemitraan
mendapatkan jaminan harga.Dalam penelitiannya, mahasiswa mengambil
sampel 60 orang petani mitra dan 60 petani non mitra. Bantulah mahasiswa
tersebut untuk menganalisis besaran risiko dengan menggunakan analisis
standar deviasi dan koefisien variasi. Adapun data produksi tembakau petani
non mitra sebagai berikut:
Harga tembakau petani non mitra
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Nama
Budi
Pujiono
Muslikin
Sodikun
Malik
Suryono
Budiono
Taryono
Supriyo
Bagus
Jono
Khairul
Nanang
Tono
Suprayitno
Mulyono
H. Syukur
Dartono
Sultoni
Jali
Mujiono
Darmuji

Harga Tembakau (Rp/kg atau Rp/kw)


Musim Tanam I Musim Tanam II Musim Tanam III
22500
20500
21000
24000
25000
28000
25000
23000
23000
24500
19000
25000
25500
20500
24500
27500
22500
23500
24500
25000
21000
26000
19500
23500
20500
17500
26000
24000
23000
27500
25500
23000
25000
23000
17500
24500
27500
20500
27500
21000
18500
25500
22500
20000
27000
24000
23500
30000
26500
22000
25000
20000
19000
23500
22500
20500
29500
24000
18500
21000
23000
17500
30000
26500
20500
27500

23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60

Tarko
Parno
Supriyono
Sodikin
Sudarmono
Gumilang
Karyo
Sutikno
Gumintang
Darsono
Tarjo
Ngatemo
Ngadiman
Sabar
Sutarman
Ruslan
Rudiyanto
Sunaryo
Budiman
Paijo
Tukimin
Rasno
Darto
Huda
Hanafi
Junaedi
Tarmuji
Rohani
Ali
Topan
Sidik
Lam
Kikin
Musthafa
Ajik
Teguh
Sunarto
Sukliwon

25000
24500
22500
26500
21000
27000
23000
25000
24000
27500
22000
23500
25000
24500
23500
21500
27000
25000
22000
23000
24500
25000
21500
20000
23500
26000
21000
24500
22500
26000
24500
21000
25000
23500
22500
27000
22500
24500

19500
25000
23000
22500
19500
25000
17500
22500
20000
19000
23000
24500
22000
19500
25000
23000
22500
18500
17500
20000
22500
23000
18500
17500
22500
17500
18500
20500
19500
18500
17500
22000
25000
20500
22500
17500
23000
18500

23500
23000
26500
25000
27500
31000
28500
24500
26000
21000
30000
32000
23500
27500
28000
25500
24500
28000
26500
23500
26000
21000
27500
24000
23500
26000
28000
25000
27000
30000
27500
24000
21000
25000
27000
22000
27500
28000

2. Petani padi di Desa Bangsalsari diperkenalkan dengan program IP 400.


Berdasarkan pengalaman petani di Desa Lain, hasil produksi yang diperoleh
dari adanya program IP 400 relatif lebih tinggi dibandingkan dengan yang hasil
usahatani konvemsional. Namun demikian, petani dihadapkan oleh hasil

produksi yang cenderung berfluktuasi setiap musimnya. Oleh karena itu, petani
perlu mengetahui risiko yang dihadapi dengan adanya program IP 400 tersebut.
Data hasil produksi petani sebelum dan sesudah melakukan program IP 400
tersaji pada tabel di bawah.

Luas
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Produksi sebelum IP 400

Produksi setelah IP 400

Lahan MT I MT II
MT III MT I MT II
MT III
Ha
Kg
Kg
1 6100
5800
6300 7500
7200
6500
1 5950
5750
6125 7200
6800
6500
0,1
545
490
550
730
680
630
0,2
990
800
1000 1300
1100
900
1 6000
5800
6100 7500
7200
6300
1 5900
5600
6100 7300
7100
6800
0,2 1000
850
1050 1300
1100
950
0,1
545
505
550
730
680
630
0,8 3950
3600
4150 5200
4800
4150
0,6 3050
2750
3100 3900
3500
2900
0,25 1000
850
1150 1450
1100
950
0,2 1000
950
1050 1400
1150
800
1,5 9000
8300
9150 10950
10500
9800
0,6 2950
2400
3100 3800
3400
2900
1,2 7300
6400
7500 8900
8300
7500
1 6000
5650
6100 7300
6800
6500
0,5 2400
1950
2600 2800
2400
1950
0,5 2300
1700
2500 2900
2500
1700
0,5 2450
1900
2500 2800
2450
1900
1,5 8900
8000
9100 11100
10000
9200
1 5900
5350
6050 7700
7100
6200
0,2 1000
800
1050 1500
1000
650
0,25 1100
800
1150 1450
1100
950
0,6 3000
2600
3100 3800
3400
2750

Bantulah petani padi Desa Bangsalsari untuk menganalisis besaran risiko


produktivitas yang dihadapi sebelum dan sesudah adanya program IP400.
Bandingkan besaran risiko produktivitas yang akan dihadapi oleh petani padi
sebelum dan sesudah adanya program IP 400!

JAWAB
1. Untuk menyelesaikan perhitungan koefisien variasi seperti pada soal diatas,
kita dapat menggunakan program Microsoft Excel dengan langkah-langkah
berikut :
1.

Jalankan program Microsoft Excel sehingga keluar tampilan sebagai


berikut :

2.

Masukkan data harga tembakau petani non mitra ke dalam excel seperti
berikut :

3. Menjadikan data harga tembakau petani nonmitra dari masing-masing


musim tanam menjadi 1 baris.

4.

Urutkan data harga tembakau tersebut dengan memblok data kemudian


memilih menu short filter smallest to largest sehingga muncul sebagai berikut :

5.

Setelah mengurutkan data, data diklasifikasikan berdasarkan 3 kategori yaitu


harga terendah, harga normal, dan harga tertinggi dengan menggunakan
rumus : (harga tertinggi dikurangi harga terendah dibagi dengan jumlah
klasifikasi). Setelah dilakukan pembagan klasifikasi, diperoleh data
klasifikasi terendah hingga tertinggi yang disajikan dalam tabel berikut
kemudian memberikan warna yang berbeda pada masing-klasifikasi.

6.

Setelah dilakukan klasifikasi data, langkah selanjutnya membuat tabel yang


berisikan data harga, frekuensi kejadian, harga ekspektasi, variance, standar
deviasi, coefision variasi, dan peluang kejadian, kemudian menghitung
frekuensi masing-masing untuk harga terendah, harga normal, dan harga
tertinggi sehingga diperoleh data seperti berikut.

7.

Data yang telah dihitung berdasarkan klasifikasi, kemudian dijumlahkan


dengan menggunakan rumus [=SUM(F8:F10)] kemudian tekan enter
sehingga muncul data jumlah frekuensi.

8.

Tahapan berikutnya adalah mencari peluang kejadian dengan membagi


data frekuensi masing-masing kejadian harga rendah, normal, dan tinggi
dengan total frekuensi (total kejadian) dengan memasukkan rumus
[=SUM(F8/$F$11)] kemudian drag and drop kursor ke bawah sehingga
muncul data sebagai berikut.

9.

Mencari harga rata-rata pada masing-masing harga terendah, normal, dan


tertinggi dengan menggunakan rumus [=AVERAGE(B1:B55)] untuk harga
terendah,

[=AVERAGE(B56:B156)]

untuk

harga

normal,

dan

[=AVERAGE(B157:B180)] untuk harga tertinggi sehingga diperoleh hasil


sebagai berikut.

10. Mencari harga ekspektasi dilakukan dengan menjumlahkan semua hasil


perkalian antara masing-masing rata-rata harga terendah, normal dan
tertinggi dengan peluang kejadiannya dengan menggunakan rumus
[=(H8*G8)+(H9*G9)+(H10*G10)].

11. Perhitungan variance dilakukan dengan mengalikan masing-masing peluang


kejadian masing-masing dengan hasil pengurangan harga terendah, normal,
dan tertinggi dengan harga ekspektasi yang dikuadratkan. Rumusnya adalah
[=(G8*((H8-E13)^2))+(G9*((H9-E13)^2))+(G10*((H10-E13)^2))]

12. Standar deviasi diperoleh dengan mangakar kuadratkan varian dengan


rumus [=(E15^(0,5))]

13. Tahapan terakhir adalah mencari koefisien variasi dengan membagi


standar deviasi dengan harga ekspektasi dengan menggunakan rumus
[=SUM(E16/E13)] sehingga akan diperoeh hasil sebagai berikut.

INTERPRETASI HASIL
Hasil perhitungan untuk petani mitra

Hasil perhitungan untuk petani nonmitra

1. Risiko harga ditunjukkan dengan adanya fluktuasi harga tembakau yang


diterima oleh petani.
2. Harga tertinggi yang diterima petani merupakan harga yang paling tinggi
yang pernah diterima oleh petani selama mengusahatanikan dan menjual hasil
produksi tembakaunya. Sedangkan yang dimaksud dengan harga terendah
adalah harga yang paling rendah yang pernah diterima oleh petani ketika
menjual hasil produksinya. Adapun harga normal adalah merupakan harga
yang sering diterima oleh petani tembakau ketika mengusahakan dan menjual
hasil produksinya.
3. Rata-rata nilai peluang petani tembakau nonmitra memperoleh harga terendah
0,31 (31%) yang dapat diartikan jika petani melakukan penjualan tembakau
sebanyak 100 kali maka frekuensi petani tembakau sampel nonmitra dapat
mencapai harga terendah sebanyak 31 kali, sedangkan peluang memperoleh
harga normal sebanyak 56 kali dan harga tertinggi sebanyak 13 kali.
4. Dengan diketahui harga tertinggi, normal dan terendah serta peluang masingmasing maka dapat diketahui harga yang diharapkan oleh petani nonmitra
(harga ekspektasi) adalah sebesar Rp 23.517.
5. Nilai varian menunjuukan besarnya fluktuasi harga yang terjadi pada
usahatani tembakau. Semakin besar nilai varian maka semakin tinggi risiko
yang dihadapi. Namun nilai varian tidak bisa diperbandingkan karena produk

yang diperbandingkan tidak pada kondisi yang sama, sehingga untuk


memperbandingkan besaran risiko lebih tepat menggunakan koefisien variasi.
6. Nilai koefisien variasi petani non mitra sebesar 0,119 yang artinya setiap
rupiah yang yang diharapkan oleh petani nonmitra terhadap penjualan
tembakaunya, maka terdapat risiko sebesar Rp 0,119. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa petani yang melakukan kemitraan memiliki risiko harga
lebih rendah yaitu sebesar Rp 0,106 sehingga petani yang akan menanam
tembakau lebih baik melakukan kemitraan guna mengurangi risiko harga
tembakau yang dihadapi.
2. Untuk membandingkan besaran risiko produksi yang akan dihadapi oleh petani
padi sebelum dan sesudah adanya program IP 400, kita dapat menggunakan
program Microsoft Excel dengan langkah-langkah berikut :
Perhitungan risiko petani padi sebelum mengikuti program IP400.
1. Jalankan program Microsoft Excel sehingga keluar tampilan sebagai
berikut :

2. Masukkan data produktivitas padi sebelum adanya program IP400 ke dalam


excel dengan cara membagi hasil produksi pada masing masing musim tanam
dengan luas lahan seperti berikut :

3. Menjadikan data produktivitas padi dari masing-masing musim tanam


menjadi 1 baris.

4. Urutkan data produktivitas padi tersebut dengan memblok data kemudian


memilih menu short filter smalllest to largest sehingga muncul sebagai
berikut :

5. Setelah mengurutkan data, data diklasifikasikan berdasarkan 3 kategori


yaitu produkstivitas terendah, produktivitas normal, dan produktivitas
tertinggi dengan menggunakan rumus : (produktivitas tertinggi dikurangi
produktivitas terendah dibagi dengan jumlah klasifikasi). Setelah dilakukan
pembagian klasifikasi, diperoleh data klasifikasi terendah hingga tertinggi
yang disajikan dalam tabel berikut kemudian memberikan warna yang
berbeda pada masing-klasifikasi.

6. Setelah dilakukan klasifikasi data, langkah selanjutnya membuat tabel yang


berisikan data produktivitas, frekuensi kejadian, rata rata produktivitas,
produksi ekspektasi, nilai variance, standar devasi dan coefisien variasi.
kemudian menghitung frekuensi masing-masing untuk produktivitas
terendah, normal, dan tertinggi sehingga diperoleh data seperti berikut.

7. Data yang telah dihitung berdasarkan klasifikasi, kemudian dijumlahkan


dengan menggunakan rumus [=SUM(O8:O10)] kemudian tekan enter
sehingga muncul data jumlah frekuensi.

8. Tahapan berikutnya adalah mencari peluang kejadian dengan membagi


data frekuensi masing-masing kejadian produktivitas rendah, normal, dan
tinggi dengan total frekuensi (total kejadian) dengan memasukkan rumus
[=(O8/$O$11)] kemudian drag and drop kursor ke bawah sehingga
muncul data sebagai berikut.

9. Mencari produktivitas rata-rata pada masing-masing produktivitas terendah,


normal, dan tertinggi dengan menggunakan rumus [=AVERAGE(K1:K9)]
untuk produktivitas terendah, [=AVERAGE(K10:K41)] untuk produktivitas
normal, dan [=AVERAGE(K42:K72)] untuk produktivitas tertinggi
sehingga diperoleh hasil sebagai berikut.

10. Mencari produktivitas ekspektasi dilakukan dengan menjumlahkan semua


hasil perkalian antara masing-masing rata-rata produktivitas terendah,
normal dan tertinggi dengan peluang kejadiannya dengan menggunakan
rumus [=(P8*Q8)+(P9*Q9)+(P10*Q10)].

11. Perhitungan variance dilakukan dengan mengalikan masing-masing peluang


kejadian masing-masing dengan hasil pengurangan produktivitas terendah,
normal, dan tertinggi dengan produktivitas ekspektasi yang dikuadratkan.
Rumusnya adalah [=(P8*((Q8-N13)^2))+(P9*((Q9-N13)^2))+(P10*((Q10N13)^2))].

12. Standar deviasi diperoleh dengan mangakar kuadratkan varian dengan


rumus [=((N15)^(0,5))]

13. Tahapan terakhir adalah mencari koefisien variasi dengan membagi


standar deviasi dengan produktivitas ekspektasi dengan menggunakan
rumus [=(N16/N13)] sehingga akan diperoleh hasil sebagai berikut.

Perhitungan risiko petani padi setelah mengikuti program IP400.


1. Jalankan program Microsoft Excel sehingga keluar tampilan sebagai
berikut :

2. Masukkan data produktivitas padi setelah adanya program IP400 ke dalam


excel dengan cara membagi hasil produksi pada masing masing musim tanam
dengan luas lahan seperti berikut :

3. Menjadikan data produktivitas padi dari masing-masing musim tanam


menjadi 1 baris.

4. Urutkan data produktivitas padi tersebut dengan memblok data kemudian


memilih menu short filter smalllest to largest sehingga muncul sebagai
berikut :

5. Setelah mengurutkan data, data diklasifikasikan berdasarkan 3 kategori


yaitu produkstivitas terendah, produktivitas normal, dan produktivitas
tertinggi dengan menggunakan rumus : (produktivitas tertinggi dikurangi
produktivitas terendah dibagi dengan jumlah klasifikasi). Setelah dilakukan
pembagian klasifikasi, diperoleh data klasifikasi terendah hingga tertinggi
yang disajikan dalam tabel berikut kemudian memberikan warna yang
berbeda pada masing-klasifikasi.

6. Setelah dilakukan klasifikasi data, langkah selanjutnya membuat tabel yang


berisikan data produktivitas, frekuensi kejadian, rata rata produktivitas,
produksi ekspektasi, nilai variance, standar devasi dan coefisien variasi.
kemudian menghitung frekuensi masing-masing untuk produktivitas
terendah, normal, dan tertinggi sehingga diperoleh data seperti berikut.

7. Data yang telah dihitung berdasarkan klasifikasi, kemudian dijumlahkan


dengan menggunakan rumus [=SUM(O8:O10)] kemudian tekan enter
sehingga muncul data jumlah frekuensi.

8. Tahapan berikutnya adalah mencari peluang kejadian dengan membagi


data frekuensi masing-masing kejadian produktivitas rendah, normal, dan
tinggi dengan total frekuensi (total kejadian) dengan memasukkan rumus
[=(O8/$O$11)] kemudian drag and drop kursor ke bawah sehingga
muncul data sebagai berikut.

9. Mencari produktivitas rata-rata pada masing-masing produktivitas terendah,


normal, dan tertinggi dengan menggunakan rumus [=AVERAGE(K1:K11)]
untuk produktivitas terendah, [=AVERAGE(K12:K33)] untuk produktivitas
normal, dan [=AVERAGE(K33:K72)] untuk produktivitas tertinggi
sehingga diperoleh hasil sebagai berikut.

10. Mencari produktivitas ekspektasi dilakukan dengan menjumlahkan semua


hasil perkalian antara masing-masing rata-rata produktivitas terendah,
normal dan tertinggi dengan peluang kejadiannya dengan menggunakan
rumus [=(Q8*P8)+(Q9*P9)+(Q10*P10)].

11. Perhitungan variance dilakukan dengan mengalikan masing-masing peluang


kejadian masing-masing dengan hasil pengurangan produktivitas terendah,
normal, dan tertinggi dengan produktivitas ekspektasi yang dikuadratkan.
Rumusnya adalah [=(P8*((Q8-N13)^2))+(P9*((Q9-N13)^2))+(P10*((Q10N13)^2))].

12. Standar deviasi diperoleh dengan mangakar kuadratkan varian dengan


rumus [=((N15)^(0,5))].

13. Tahapan terakhir adalah mencari koefisien variasi dengan membagi


standar deviasi dengan produktivitas ekspektasi dengan menggunakan
rumus [=(N16/N13)] sehingga akan diperoeh hasil sebagai berikut.

INTERPRETASI HASIL

Hasil perhitungan sebelum mengikuti program IP400

Hasil perhitungan setelah mengikuti program IP400

1. Risiko produksi ditunjukkan dengan adanya fluktuasi produktivitas yang


diterima oleh petani.
2.

Produktivitas tertinggi yang diterima petani merupakan produktivitas yang


paling tinggi yang pernah diterima oleh petani selama berusahatani padi.
Sedangkan

yang

dimaksud

dengan

produktivitas

terendah

adalah

produktivitas yang paling rendah yang pernah diterima oleh petani ketika
berusahatani padi. Adapun produktivitas normal adalah produktivitas yang
wajar diterima oleh petani padi
3.

Rata-rata nilai peluang petani padi sebelum adanya program IP400


memperoleh produktivitas terendah 0,13 (13%) yang dapat diartikan jika
petani melakukan usahatani padi sebanyak 100 kali maka peluang frekuensi
petani padi sebelum mengikuti program IP400 dapat mencapai produktivitas
terendah sebanyak 13 kali, produktivitas normal sebanyak 44 kali dan
produktivitas tertinggi sebanyak 43 kali. Sedangkan setelah adanya program
IP400, apabila petani melakukan usahatani padi sebanyak 100 kali maka
peluang frekuensi petani padi memperoleh produktivitas terendah adalah 15
kali, produktivitas normal 31 kali dan produktivitas tertinggi 54 kali

4.

Dengan diketahui produktivitas tertinggi, normal dan terendah serta peluang


masing-masing maka dapat diketahui produktivitas yang diharapkan oleh
petani padi (produktivitas ekspektasi) sebelum adanya program IP400
adalah sebesar 5161,11 kg/ha. Namun setelah adanya program IP400
produktivitas ekspektasi petani padi meningkat menjadi 6010,24 kg/ha.

5.

Nilai varian menunjukkan besarnya fluktuasi produktivitas yang terjadi pada


usahatani padi. Semakin besar nilai varian maka semakin tinggi risiko yang
dihadapi. Namun nilai varian tidak bisa diperbandingkan karena produk
yang diperbandingkan tidak pada kondisi yang sama, sehingga untuk
memperbandingkan besaran risiko lebih tepat menggunakan koefisien
variasi.

6.

Nilai koefisien variasi petani padi sebelum adanya program IP400 sebesar
0,13 yang artinya setiap kilogram produksi yang diharapkan oleh petani padi
terhadap hasil produksinya, maka terdapat risiko sebesar 0,69 kilogram.
Sedangkan nilai koefisien variasi petani padi setelah adanya program IP400
sebesar 0,18 yang artinya setiap kilogram produksi yang diharapkan oleh
petani padi terhadap hasil produksinya, maka terdapat risiko sebesar 0,18
kilogram. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya program
IP400 tidak dapat membantu petani dalam mengurangi risiko produksi padi
yang dihadapi.

Anda mungkin juga menyukai