Anda di halaman 1dari 15
98 RINGKASAN 1. PENDAHULUAN Skema insentif merupakan program yarg dirancang unfuk mendorong komitmen aryawan perusahaan guna meningkatkan produktivitas atau untuk mencapai tujuan lainnya. ‘Skema insentif yang dirancang dengan baik dapat menghasilkan efek yang positif terhadap produktivitas, efisiensi, maupun kualitas pekerjaan. Scbalihuya, apabila tidah disainaune dengan baik, skema insentif tidak dapat memberikan manfuat seperti yang diharapkan oleh perusahaan, Ada berbagai macam skema insertif yang dapat diterapkan oleh perusahaan, Bonner dkk. (2000) menyebutkan empat macam skema insentif, yaitu skema insentf tetap, ‘unit hasil, kuota, dan turnamen. Sebagai salah satu bentuk dari evaluasi kinerja, skema insentif tumamen yang didasarkan pada teori tumamen telah menarik perhatian banyak perusabaan untuk ‘menerapkamnya, misalnya General Electric Co, Yahoo!, dan American Airlines. Hasil survey ‘yang dilakmkan oleh MeGregor (2006) menunjakkan bahwa sepertiga dari perusahaan di Amerika Serikat menerapkan skema insentif ttnamen, Skema insentif turnamen dapat didefinisikan sebagai skema insentif yang menzurutkan kinerja agen secara ordinal dan agen yang berada di urutan atas (sesuai dengan keteatuan perusabaan) akan memenangkan hadiah dalam bentuk kas atau promos jabatan, ‘Skema pemberian insentif berdasarkan ranking kinerja mengakibatkan terbatasnya jumlah agen yang dapat menerima insentif. Pada skema insentif turnamen, kinerja agen harus lebih baik daripada agen lainnya. Agen cituntut untuk menghasilkan kinerja terbaik agar dapat memperoleh insentif, Implikasi penerapan teori tumnamen dalam skensa insentif| adalah munculnya kinerja terbaik agen pada saat agen bekerja dengan skema insentif ‘tumamen dibandingkan ketika agen bekerja deagan skema insentif lainnya seperti skema tetap, skema unit hasil, dan skema kuota. Alasnnya karena skema selain skema insentif ‘urnamen tidak mengharuskan agen untuk menjadi yang terbaik agar dapat memperoleh insentif sehingga agen tidak terdorong untuk menghasilkan kinerja terbaiknya. Hal ini ‘memunculkan isu penelitian empiris yaitu, benarkah kinerja agen pada skema insentif 99 ‘tumamen akan lebih baik jika dibandingkan kinerja pada skema insentif lainnya seperti skema insentif tetap, skema unit hasil, dan skema kuota. Sejumlah penelitian telah dilakukan uttuk menguji teori turnamen, Pada awalnya, ceksperimen laboratorium untuk menguji teori tumamen dilakuukan dengan menyelenggarakan tumamen yang bersifat statis, yaitu tumamen yang berlangsung hanya dalam satu periode saja (Waktu tunggal). Penelitian semacam ini Gilohuhau vleh Dull, Ukk. (1987), Nilson (2987), Wright dan Anderson (1989), Gigerenzer, dkk. (1991), Hemry dan Sniezek (1993), Byram (1997), Remus, dk. (1998), Wu dan Roe (2005;2006), Avrahami (2007), dan Freeman dan Gelber (2008). Hasil eksperimen laboratorium yang mampu mendulung teoti ini hanya eksperimen yang dilakukan oleh Bull dkk. (1987) dan Avraham dkk. (2007), sedangkan eksperimen yang dilakukan penelitilainnya, belum mampu menemukan bukti cempiris yang mendukung feori tumamen. Nilson (1987), Wright & Anderson (1989), Gigerenzer, dkk. (1991), Henry dan Sniezek (1993), dan Remus, dkk. (1998), menemukan bbukti bahwa kinerja subjek eksperimennya yang menerima insentif dengan skema furnamen sama dengan kinerja subjek yang tidak menerima insentif. Sementara hasil penelitian Gigerenzer (1991) dan Byram (1997) menyimpulkan bahwa skema insentif turnamen akan, ‘menghasilkan kinerja yang sama dengan skema insentif tetap. Penelitian Wu dan Roe (2005,2006) dan Freeman dan Gelber (2008) menemukan bahwa subjek eksperimennya bekerja lebih baik pada saat insentif diberikan secara tetap, bukan pada saat insentif diberikan dengan sistem tumamen. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian teori dengan melaksanakan turnamen waktu tunggal masih bersifat equivocal (samar-sannat). Pada perkembangan berikutnya, Aoyagi (2007) menyatakan bahwa pengujian teori turnamen seharusnya dilakukan dengan menyelenggarakan tumamen multiperioda karena eksperimen dengan turnamen wakiu tunggal tidak cukup untuk menmunculkan perilaku yang diprediksi. Pendapat Aoyagi (2007) memicu dilakukannya pengujian teori turmamen dengan ‘menyelenggarakan turnamen multiperioda pada eksperimen laboratorium. Peuelitian seperti itm dilakaikan oleh Hannan dkk. (2008) dan Eriksson dkk. (2008). Hasil penelitian Hannan

Anda mungkin juga menyukai