Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DAN KEBIASAAN IBU TERHADAP

KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KECAMATAN SOLEAR, KABUPATEN


TANGERANG TAHUN 2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan yang menjadi
penyebab utama kesakitan dan kematian. Penyakit diare masih menjadi masalah
global dengan derajat kesakitan dan kematian yang tinggi di berbagai negara,
terutama di negara berkembang, dan juga sebagai salah satu penyebab utama
tingginya angka kesakitan dan kematian anak di dunia (Destri, 2010).
Di Negara berkembang anak-anak balita mengalami rata-rata 3-4 kali kejadian
diare per tahun tetapi di beberapa tempat kejadian lebih dari 9 kali kejadian diare
per tahun atau hampir 15-20% waktu hidup dihabiskan untuk diare (Soebagyo,
2008).
Hal yang bisa menyebabkan balita mudah terserang penyakit diare adalah
perilaku hidup masyarakat terutama kebiasaan Ibunya yang kurang baik dan
keadaan lingkungan yang buruk. Diare dapat berakibat fatal apabila tidak ditangani
secara serius karena tubuh balita sebagian besar terdiri dari air, sehingga bila terjadi
diare sangat mudah terkena dehidrasi (Depkes RI, 2010).
Penyakit diare adalah penyakit yang sangat berbahaya dan terjadi hampir di
seluruh daerah geografis di dunia dan bisa menyerang seluruh kelompok usia baik
laki-laki maupun perempuan, tetapi penyakit diare dengan tingkat dehidrasi berat
dengan angka kematian paling tinggi banyak terjadi pada bayi dan balita. Di negara
berkembang termasuk Indonesia, anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali per
tahun dan hal ini yang menjadi penyebab kematian sebesar 15-34% dari semua
penyebab kematian (Depkes RI, 2010).
Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang utama. Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan
diare yang menimbulkan banyak kematian terutama pada balita. Di Indonesia angka

kematian akibat diare pada tahun 2010 sebanyak 73 dari 4204 penderita diare,
sedangkan data tahun 2011 sebanyak 12 dari 3003 penderita diare. Angka kejadian
diare masih tergolong tinggi di Indonesia, selain itu juga bisa menyebabkan
kematian (Kemenkes, 2011).
Sementara dari data Profil Kesehatan Provinsi Banten pada tahun 2009, jumlah
korban diare tercatat sebanyak 222.965 orang. Jumlah itu meliputi, di Kabupaten
Tangerang sebanyak 55.260 orang dengan korban meninggal 7 orang, Kota
Tangerang sebanyak 44.792 orang, Kabupaten Pandeglang 39.864 orang dengan
korban meninggal 39 orang, Kabupaten Serang sebanyak 37.904 orang dengan
korban meninggal 2 orang, Kota Serang 10.340 orang, Kabupaten Lebak 8.047
orang dengan korban meninggal 26 orang, Kota Cilegon sebanyak 6.758 orang
dengan korban meninggal 1 orang.
Faktor lingkungan yang paling dominan yaitu sarana penyediaan air bersih dan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) akan berinteraksi bersama dengan
perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar bakteri
penyebab diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula,
maka penularan diare dengan mudah dapat terjadi (Depkes RI, 2005).
Kabupaten Tangerang memiliki 29 puskesmas, 65 puskesmas pembantu, dan
beberapa posyandu yang tersebar di seluruh desa. Kejadian diare di kabupaten
tangerang pada tahun 2011 menurut data puskesmas menduduki posisi ketiga
dengan persentasi sebesar 17% dari 10 penyakit terbanyak di puskesmas. Laporan
puskesmas Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang secara umum mempunyai
persediaan air bersih yang sehat sebesar 90%, kepemilikan jamban sehat sebesar
45,5%, pemilikan tempat sampah sebesar 50% (Dinkes Kabupaten Tangerang,
2011).
Puskesmas Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang melaporkan, angka
kejadian diare yang menyerang balita di Kecamatan Solear sebanyak 350 kasus
pada bulan desember 2012, 290 kasus pada bulan januari 2013. Berdasarkan data
di Kabupaten Tangerang menunjukkan bahwa jumlah kepala keluarga Kecamatan
Solear sebanyak 2.425 KK dengan jumlah penduduk 70.350 jiwa. Penduduk
Kecamatan Solear yang memiliki jamban 50% dan memenuhi syarat sehat
sebanyak 55%, penggunaan air bersih sebanyak 42,5% dan memenuhi kriteria

sehat sebanyak 92,4% memiliki tempat sampah sebanyak 29% dan yang
mempunyai kriteria sehat sebanyak 60% serta memiliki pengelolaan air limbah
sebanyak 20% dan yang mempunyai kriteria sehat 65% (Puskesmas Kecamatan
Solear, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian (Wulandari, 2009), ada hubungan antara faktor
lingkungan yang meliputi sumber air minum, jenis tempat pembuangan tinja, jenis
lantai rumah dengan kejadian diare pada balita. Sedangkan hasil penelitian
(Apriyanti, dkk, 2009), menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
pemberian ASI ekslusif, kebiasaan mencuci tangan, dan penggunaan jamban
dengan kejadian diare pada anak. Serta hasil penelitian (Wardayu, 2010), tidak ada
hubungan yang signifikan antara kebersihan botol susu, pengolahan air bersih, dan
efektivitas penyuluhan kesehatan dengan kejadian diare pada anak. Berdasarkan
uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang hubungan antara sanitasi
lingkungan dan kebiasaan ibu terhadap kejadian diare di Kecamatan Solear,
Kabupaten Tangerang tahun 2015.
1.2 Rumusan Masalah
Diare merupakan masalah yang cukup penting karena angka kesakitannya yang
tinggi. Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang utama. Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan
diare yang menimbulkan banyak kematian terutama pada balita.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang berkaitan dengan
kejadian diare pada balita disebabkan oleh Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
yang belum membudaya, kondisi sanitasi dasar yang belum optimal dan lingkungan
yang kurang sesuai dengan syarat kesehatan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
meneliti mengenai sanitasi lingkungan dan kebiasaan Ibu terhadap kejadian diare pada
balita di Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan dan Kebiasaan Ibu Terhadap
Kejadian Diare pada Balita di Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang Tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui hubungan sumber air minum terhadap kejadian diare pada Balita di
Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang tahun 2015.
2. Mengetahui hubungan tempat pembuangan tinja terhadap kejadian diare pada
Balita di Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang tahun 2015.
3. Mengetahui hubungan jenis lantai rumah terhadap kejadian diare pada Balita di
Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang tahun 2015.
4. Mengetahui hubungan tempat pembuangan sampah terhadap kejadian diare
pada Balita di Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang tahun 2015.
5. Mengetahui hubungan pemberian ASI ekslusif terhadap kejadian diare pada
Balita di Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang tahun 2015.
6. Mengetahui hubungan kebiasaan Ibu mencuci tangan terhadap kejadian diare
pada Balita di Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang tahun 2015.
7. Mengetahui hubungan kebiasaan Ibu membersihkan botol susu terhadap
kejadian diare pada Balita di Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang tahun
2015.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti
Hasil penelitian dapat menambah pengetahuan, pengalaman, dan acuan bagi
penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan masalah diare.

1.4.2 Manfaat Bagi Lahan Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi mengenai hubungan
sanitasi lingkungan dan kebiasaan ibu terhadap kejadian diare pada balita di
Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang.
1.4.3 Manfaat Bagi Institusi
Bagi Institusi (FIKES UHAMKA), penelitian ini dapat menjadi pengetahuan lebih
jelasnya mengenai penyakit diare sehingga untuk peneliti selanjutnya bisa
menjadi referensi bagi penelitiannya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah faktor-faktor yang menyebabkan kejadian diare
pada Balita di Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten tahun 2015.
Responden penelitian ini adalah seluruh Ibu yang memiliki Balita (2-5 tahun) yang

memeriksakan balitanya ke Puskesmas, Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang.


Sampel penelitian berjumlah 30 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan September
sampai bulan oktober 2015. Data yang dikumpulkan berasal dari data sekunder di
Puskesmas Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang dan data primer, yaitu dengan
menggunakan angket kuesioner yang dibagikan kepada responden. Responden
mengisi sendiri angket tersebut setelah mendapat penjelasan dari peneliti ini. Metode
penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan metode cross sectional.
Sedangkan uji data yang dilakukan dengan menggunakan uji univariat dan uji bivariat.

Anda mungkin juga menyukai