Anda di halaman 1dari 21

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi
Kejang Demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal >38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.1,2
Menurut consensus statement on febrile seizures, kejang demam adalah suatu
kejadian pada bayi dan anak, biasanya terjadi antara umur 6 bulan - 5 tahun,
berhubungan dengan demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau
penyebab tertentu.1,2,3
Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang dengan
demam tidak termasuk ke dalam kejang demam. Kejang disertai demam yang dialami
oleh anak berumur di bawah satu bulan tidak termasuk ke dalam kejang demam. Bila
anak berumur kurang dari 6 bulan ataulebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului
demam, kemungkinan dapat terjadi infeksi SSP atau epilepsi yang kebetulan terjadi
bersama demam.2
1.2. Epidemiologi
Kejang demam merupakan kelaianan neurologis paling sering ditemui pada anak
dengan usia 6 bulan sampai 5 tahun. 2-5% anak usia di bawah 5 tahun pernah
mengalami kejang demam. Puncak umur mulainya adalah sekitar 14-18 bulan,
dengan insiden mendekati 3-4% anak kecil. Anak laki-laki lebih sering daripada
perempuan dengan perbandingan 1,2-1,6 : 1.1,2,7,8 Dari seluruh kejang demam 80%
kasus merupakan kejang demam sederhana, sedangkan 20% kasus merupakan kejang

demam kompleks. Kejang yang berlangsung lama atau lebih dari 15 menit sebanyak
8% dan 16% berulang dalam waktu 24 jam.1,2,5
1.3 Klasifikasi
Klasifikasi menurut konsensus penanganan kejang demam adalah:
1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit dan umumnya
akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa
gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam.
2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)
Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini:
a. Kejang berlangsung lama, lebih dari 15 menit.
b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului
kejang parsial.
c. Kejang berulang atau lebih dari satu kali dalam 24 jam.

1.4 Etiologi
Hingga kini belum dapat diketahui pasti penyebab terjadinya kejang demam.
Faktor yang penting pada kejang demam ialah demam, umur, genetik, prenatal, dan
perinatal. Demam sering disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, radang
telinga tengah, tonsillitis, bronkhitis, infeksi saluran kemih serta dapat juga timbul
pada penyakit apa saja yang disertai suhu tubuh di atas 38 oC. Adanya riwayat kejang
demam pada saudara kandung dan orang tua menunjukkan kecenderungan genetik.
Kejang demam diturunkan secara dominan autosomal.1,2,3,9

1.5 Patofisiologi
Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah
lipid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membrane sel neuron
dapat dilalui dengan mudah oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion
Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali klorida. Akibatnya konsentrasi K+
dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron
terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam
dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran
dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan
energi dan bantuan enzim Na-K ATPase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membrane ini dapat diubah oleh adanya:
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler
2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi, atau aliran
listrik dari sekitarnya.
3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen 20%. Akibatnya terjadi perubahan
keseimbangan dari membran sel otak dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion
kalium maupun Natrium melalui membran tadi, sehingga terjadi lepasnya muatan
listrik. Lepasnya muatan listrik yang cukup besar dapat meluas ke seluruh
sel/membran sel didekatnya dengan bantuan neurotransmitter, sehingga terjadi
kejang.1

Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan
tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15
menit) biasanya disertai terjadinya apneu, meningkatnya kebutuhan oksigen dan
energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya menimbulkan hipoksemia,
hiperkapnia, asidosis laktat yang disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi
arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat
disebabkan meningkatnya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme
otak meningkat. Rangkaian kejadian di atas adalah faktor penyebab hingga terjadinya
kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah
gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan
permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel
neuron otak.1,8
1.6 Manifestasi Klinik
Kejang demam ditandai oleh hilangnya kesadaran sejenak dan kekejangan otot
yang tidak dapat dikendalikan, bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi
dan cepat. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam,
berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik klonik, tonik, fokal
atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri, begitu kejang berhenti anak tidak
memberikin reaksi apapun sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak akan
terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf. Bangkitan kejang yang
lebih lama lebih sering terjadi pada kejang demam pertama.1,3,9

1.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak tidak dikerjakan secara rutin, tetapi dapat dikerjakan
untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam atau keadaan lain misalnya
gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat
dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit, gula darah, kalsium serum, urinalisis dan
biakan darah, urin atau feces.2,5,6
2. Pungsi lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6-6,7%.
Pada bayi kecil sering kali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis
meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal
dianjurkan pada:
a. Bayi kurang dari 12 bulan

: sangat dianjurkan

b. Bayi usia antara 12-18 bulan

: dianjurkan

c. Bayi usia lebih dari 18 bulan

: tidak rutin

Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal. 2,5,6
3. Elektroensefalografi
EEG dapat memperlihatkan gelombang lambat di daerah belakang yang bilateral,
sering asimetris, kadang-kadang unilateral. Perlambatan aktifitas EEG kurang
mempunyai nilai prognostik, walaupun Aicardi melaporkan bahwa pasien kejang
demam komplek lebih sering menunjukkan gambaran EEG abnormal. Pemeriksaan
EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam kompleks pada anak usia

lebih dari 6 tahun, sementara untuk kejang demam sederhana pemeriksan EEG tidak
dianjurkan.2,3,9
4. Pencitraan
Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti CT scan atau MRI jarang sekali dikerjakan,
tidak rutin dan hanya atas dasar indikasi. 2,5

1.8 Tata Laksana


Pengobatan fase akut
a. Mengatasi kejang

KEJANG
1. Diazepam rctal 0,5 mg/kgBB atau
BB < 10 Kg 5 mg
BB >10 Kg 10 mg
2. Diazepam intravena 0,3-0,5 mg/KgBB
KEJANG
Diazepam rectal
(1)
Di Rumah Sakit
(2)
KEJANG
Diazepam i.v
Kecepatan 0,5 mg/menit (3-5 menit)

Depresi pernapasan dapat terjadi

KEJANG
Fenitoin bolus i.v 10-20 mg/KgBB
Kecepatan 0,5-1 mg/KgBB/menit
(Pastikan ventilasi adekuat)

KEJANG
Transfer ke ICU

Bila dengan fenitoin kejang berhenti, dosis selanjutnya adalah 4-8mg/KgBB/hari,


yaitu 12 jam setelah dosis awal. Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya
tergantung dari jenis kejang demamnya dan faktor resikonya, apakah kejang demam
sederhana atau kompleks. 2
b. Menjaga fungsi vital tetap baik
Posisi miring untuk mencegah aspirasi
Jalan napas diperhatikan untuk mempertahankan oksigenasi
Baju dilonggarkan
Bila sianosis beri oksigen
Kompres dan antipiretik bila perlu.

Pemberian obat rumat


Indikasi pemberian obat rumat
Pengobatan rumat hanya diberika bila kejang demam menunjukkan ciri-ciri
sebagai berikut (salah satu) :
1. Kejang lama > 15 menit
2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya
hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus.
3. Kejang fokal
Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:
1. Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam
2. Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
3. Kejang demam 4 kali pertahun
Pengobatan rumatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara
bertahap selama 1-2 bulan. Obat yang digunakan adalah fenobarbital 4-5 mg/kgBB/hari.
(dalam 2 dosis setiap hari). Obat pilihan saat ini adalah asam valproat 15-40
mg/kgBB/hari (dalam 2-3 dosis); meskipun dapat menyebabkan hepatitis, tetapi
insidennya kecil.2

1.9 Prognosis
Prognosis baik bila penanggulangan dilakukan secara tepat dan cepat . Kejadian
kecacatan dan kematian sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan.

Pada anak berumur kurang dari 13 tahun, berulangnya kejang pada anak perempuan
50%, laki-laki 33%, dan pada anak berumur antara 14 bulan sampai 3 tahun dengan
riwayat keluarga adanya kejang, kemungkinan bangkitan 50%, sedangkan tanpa
riwayat keluarga kejang 25%. Faktor resiko berulangnya kejang demam adalah2 :
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia kurang dari 15 bulan
3. Temperatur yang rendah saat kejang
4. Cepat terjadinya kejang setelah demam

BAB II
ILUSTRASI KASUS

Identitas Pasien
Nama

: ADF

Umur

: 3 11/12 tahun

Jenis kelamin : Laki-Laki


Suku bangsa : Minang

Alloanamnesis
Diberikan oleh : Ibu Kandung
Seorang anak perempuan umur 3 11/12 tahun dirawat di Bangsal anak RS DR M
JAMIL Padang sejak tanggal 5 januari 2008 dengan :
Keluhan Utama:
Kejang berulang 3 jam sebelum masuk RS.
Riwayat Penyakit Sekarang:

Demam sejak 1 hari yang lalu, demam tinggi, tidak terus menerus, tidak
menggigil, tidak berkeringat.

Kejang berulang 3 jam sebelum masuk RS, frekuensi 2 kali, lama masing-masing
2-3 menit, jarak antar kejang 1 jam, anak sadar setelah kejang. kejang seluruh
tubuh yang didahului oleh kejang pada mata saja.

Riwayat trauma kepala tidak ada.

Mual dan muntah tidak ada.

Batuk dan sesak nafas tidak ada.

BAK jumlah dan warna biasa.

BAB warna dan konsistensi biasa

10

Anak sudah berobat ke bidan, diberi obat penurun panas tetapi tidak ada
perubahan, kemudian anak dibawa ke RS DR M JAMIL, di IGD anak kembali
kejang, lamanya 2-3 menit, anak diberi diazepam supositoria dan injeksi luminal.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Anak pernah menderita kejang sebelumnya sebanyak 1 kali pada umur 3 tahun :
1. Kejang pada umur 3 tahun, frekuensi 1 kali, lama 10 menit, kejang seluruh
tubuh, dan setelah kejang anak sadar. Kejang disertai demam.
2. Kejang pada umur 2 3/12 tahun, frekuensi 1 kali, lama 15 menit, kejang seluruh
tubuh yang didahului oleh kejang pada mata saja. Anak sadar setelah kejang dan
kejang disertai demam. Anak dibawa ke Rumah Sakit dan mendapatkan
pengobatan rumat pada saat pulang.

Riwayat Penyakit Keluarga:


Sepupu orang sakit menderita kejang dengan demam.

Riwayat Kehamilan:
Selama hamil ibu tidak pernah menderita penyakit berat, tidak mengkonsumsi
obat-obatan/jamu, tidak pernah mendapatkan penyinaran, kontrol kehamilan teratur ke
bidan, mendapatkan imunisasi TT 1X dan lama hamil cukup bulan.

Riwayat Kelahiran:

11

Anak ke 2 dari 2 bersaudara. Lahir spontan, ditolong bidan, saat lahir menangis
kuat dengan berat badan lahir 2500 gr dan panjang 45 cm.
Riwayat Makanan dan Minuman:

ASI

: 0-18 bulan

PASI

: 4-5 bulan

Buah

: 8 bulan

Bubur susu

: 6 bulan

Nasi Tim

: 8 bulan

Nasi biasa

: 3 kali sehari, daging 1 kali seminggu, ikan dan telur setiap hari,
tahu tempe 3 kali seminggu dan anak hampir tidak pernah makan
sayur dalam seminggu karena tidak suka.

Kesan makanan/minuman : kualitas dan kuantitas cukup


Riwayat Imunisasi:

BCG

: umur 1 bulan, scar (-)

DPT

: umur 2, 4, 6 bulan

Polio

: umur 2, 4, 6 bulan

Campak

: umur 9 bulan

Hepatitis B

: umur 0, 1, 6 bulan

Kesan : Imunisasi dasar lengkap


Riwayat Keluarga:
Pasien merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara. pekerjaan Ayah guru
swasta.pendapatan per bulan rata-rata Rp. 1.500.000

12

Riwayat Tumbuh Kembang:


Perkembangan fisik

Tengkurap

: 4 bulan

Duduk

: 8 bulan

Merangkak

: 8 bulan

Berdiri

: 9 bulan

Berjalan

: 1 tahun

Bicara

: 1 tahun

Perkembangan mental:
Isap jempol (-), gigit kuku(-), sering mimpi(-), mengompol(-), aktif sekali(-), apati (-),
membangkang (-), ketakutan (-).
Kesan : Pertumbuhan fisik dan perkembangan mental dalam batas normal.
Riwayat Lingkungan dan Perumahan:
Tinggal di rumah permanen, sumber air minum dari sumur gali, buang air besar di WC
dalam rumah, sampah dibakar, pekarangan ada.
Kesan : higiene dan sanitasi cukup.
Pemeriksaan Fisik:
Tanda vital
Keadaan umum

: Sedang

Kesadaran

: Sadar

Tekanan darah

Frekuensi nadi

: 128x/i

Frekuensi napas

: 26x/menit

13

Suhu

: 40,3oC

Berat badan

: 14 kg

Tinggi badan

: 103 cm

Status gizi

: BB/U : 87,9%
TB/U : 99,02%
BB/TB : 82,35%
Kesan : gizi baik

Pemeriksaan Sistemik

Kulit

: Teraba hangat

Kepala

: Bentuk bulat, simetris, tidak ada deformitas, rambut hitam tidak


mudah dicabut.

Mata

: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, reflek


cahaya +/+ normal.

Mulut

: Bibir dan mukosa mulut basah

Telinga: Tidak ada kelainan

Hidung

Tenggorokan : Tonsil T1-T1 hiperemis, faring hiperemis

Leher

: Tidak ada pembesaran KGB, Kaku kuduk tidak ada

Dada

: Paru : I : Normochest, simetris kiri dan kanan, retraksi tidak ada

: Tidak ada kelainan

Pa : fremitus kiri sama dengan kanan


Pe : Sonor
Au : Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/Jantung : I

: Iktus tidak terlihat

14

Pa : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V


Pe : atas : RIC II, kiri : 1 jari medial LMCS RIC V,
kanan : linea sternalis dextra
Au : Irama teratur, bising (-)

Abdomen

: I : distensi (-)
Pa : supel, hepar tidak ada pembesaran, lien tidak teraba
Pe : timpani
Au: Bising usus (+) normal

Punggung

: Tidak ada kelainan

Alat kelamin : Tidak ada kelainan

Ekstremitas

: Akral hangat, refilling kapiler baik, reflek fisiologis +/+, reflek


patologis -/-

Tanda rangsangan meningeal:

Kernigs sign (-)

Brudzinsky I (-)

Brudzinsky II (-)

Pemeriksaan Laboratorium:
Hb

10,6 gr/dl

Jumlah leukosit

18.600/mm3

Hitung jenis lekosit

0/2/6/63/19/10

Urin
protein

sedimen

Reduksi

lekosit
Ertrosit

15

Bilirubin

Silinder

Urobilin +
Feses

Epitel

Makroskopik

Mikroskopik

Warna kuning

Eritrosit

Konsistensi lembek

Leukosit

Darah

Telur cacing

Lendir
Diagnosis Kerja:

Kejang Demam Kompleks

Tonsilofaringitis akut

Rencana Pemeriksaan Selanjutnya:


Pemeriksaan laboratorium rutin dan EEG
Terapi:

Luminal injeksi 75 mg IM

Luminal oral 2 x 60 mg

Parasetamol 150 mg ( tiap T>38,50C)

Amoksisilin 2 x 250 mg

ML 1200 Kkal/ hari

Follow up 6 januari 2008


A/ : Demam ada, batuk pilek ada, kejang tidak ada, sesak nafas tidak ada
PF/ :

KU

: Sakit sedang
16

Kesadaran

: Sadar

Nadi

: 144x/menit

Nafas

: 40x/menit

Suhu

: 39,7oC

Mata

: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor,


reflek cahaya +/+ normal.

KGB

: Tidak terdapat pembesaran

Mulut

: Mukosa bibir dan mulut basah

Tenggorok

: Tonsil T1-T1 hiperemis, Faring hiperemis

Leher

: Kaku kuduk tidak ada

Thorak

: Tidak ditemukan kelainan

Abdomen

: distensi (-), bising usus + normal

Ekstremitas

: akral hangat, perfusi baik, reflek fisiologis +/+, reflek patologis


-/-

Terapi : Parasetamol 150 mg jika suhu >38,50C


Amoksisilin 3 x 250 mg
Luminal oral 2 x 60 mg
ML 1200 KKal/ hari

Follow up 7 januari 2008


A/ : Demam tidak ada, demam tinggi, terus menerus, tidak menggigil, tidak disertai
kejang, batuk pilek tidak ada, kejang tidak ada, sesak nafas tidak ada
PF/ :
17

KU

: Sakit sedang

Kesadaran

: Sadar

Nadi

: 126x/menit

Nafas

: 24x/menit

Suhu

: 37,3oC

Mata

: Konjunctiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor,


reflek cahaya +/+ normal.

KGB

: Tidak terdapat pembesaran

Mulut

: Mukosa bibir dan mulut basah

Tenggorok

: Tonsil T1-T1 hiperemis, Faring hiperemis

Leher

: Kaku kuduk tidak ada

Thorak

: Tidak ditemukan kelainan

Abdomen

: distensi (-), bising usus + normal

Ekstremitas

: Akral hangat, Perfusi baik, Reflek fisiologis +/+, Reflek patologis


-/-

Terapi : dilanjutkan
Follow up 8 januari 2008
A/

: Demam ada, demam tinggi, terus menerus, tidak menggigil, tidak disertai

kejang, batuk pilek tidak ada, kejang tidak ada, sesak nafas tidak ada
PF/ :

KU

: Sakit sedang

Kesadaran

: Sadar

18

Nadi

: 96x/menit

Nafas

: 31x/menit

Suhu

: 38,5oC

Mata

: Konjunctiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor,


reflek cahaya +/+ normal.

KGB

: Tidak terdapat pembesaran

Mulut

: Mukosa bibir dan mulut basah

Tenggorok

: Tonsil T1-T1 hiperemis, Faring hiperemis

Leher

: Kaku kuduk tidak ada

Thorak

: Tidak ditemukan kelainan

Abdomen

: distensi (-), bising usus + normal

Ekstremitas

: Akral hangat, Perfusi baik, Reflek fisiologis +/+, Reflek patologis


-/-

Terapi : Parasetamol 150 mg jika suhu >38,50C


Amoksisilin 3 x 250 mg
Luminal oral 2 x 30 mg
ML 1200 KKal/ hari
Orang tua pasien meminta pulang.

BAB III
DISKUSI

19

Telah dilaporkan suatu kasus, seorang pasien laki-laki berumur 3 11/12 tahun
dengan diagnosis kerja Kejang demam kompleks. Dasar diagnosis pada pasien ini adalah
dari anamnesis didapatkan usia 3 11/12 tahun, kejang didahului oleh demam, frekuensi 2
kali dan lama kejang 5 menit.. Kejang pada seluruh tubuh dan setelah kejang anak
sadar. Pasien telah pernah kejang sebelumnya dan sekarang dalam masa pengobatan
rumatan kejang demam.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan suhu aksila 40,3C, yang berarti bahwa pasien
masih dalam keadaan demam pada saat datang ke Rumah Sakit. Tidak ditemukan tandatanda peningkatan tekanan intrakranial seperti penurunan kesadaran, muntah yang
menyemprot, refleks patologis yang positif dan tanda-tanda rangsangan meningeal seperti
kaku kuduk, brudzinski I dan II, dan Kernig Sign juga tidak ada. Selain dari itu terdapat
tonsil dan faring yang hiperemis yang menyokong diagnosis tonsilofaringitis akut.
Penatalaksanaan pada pasien ini adalah dengan pemberian Injeksi diazepam 75
mg IM, Amoksisilin 2 x 250 mg, parasetamol 150 mg dalam bentuk puyer ( diberikan
setiap kali suhu > 38,50C, Luminal oral 2 x 60 mg untuk hari pertama dan kedua,
sedangkan pada hari ketiga dan seterusnya diberikan luminal oral 2 x 30 mg, dan diet
makanan lunak 1200 Kkal per hari.

DAFTAR PUSTAKA

20

1.

Staf Pengajar IKA FKUI. Kejang Demam. Dalam: Hassan R, Alatas H, Editors.
Buku kuliah 1 ilmu kesehatan anak. Jakarta : FKUI ; 1985. hlm. 847-855.

2.

Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Konsensus


Penanganan Kejang Demam. Jakarta : IDAI, 2006. hlm. 1-13.

3.

Soetomonggolo TS. Kejang demam. Dalam : Ismail S, Soetomonggolo TS,


penyunting. Buku neurologi anak. Edisi kedua. Jakarta : BP IDAI ; 1999. hlm. 244251.

4.

Kejang Demam. Dalam : Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WL, editor. Kapita


Selekta Kedokteran ed 3, jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius, 2000. hlm. 434-437.

5.

Garna H, Nataprawira HMD. Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak..
Ed 3. Bandung: FK UNPAD Bandung, 2005. hlm 598-600.

6.

Hardiono DP, Sri RSH. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Ed 1. Badan
Penerbit IDAI. Jakarta: 2005. hlm 209-12.

7.

Deliana M. Tata laksana kejang demam pada anak. Dalam: Sari Pediatri,
vol.4,no.2 ; 2002. hlm. 59-62.

8.

Tien Y Hidayat. Mungkinkah Si Kecil Mengidap Epilepsi?. 2005. Diakses dari:


http://www. pikiran rakyat.co.id.

9.

Behrman, Kliegman. Ilmu kesehatan anak Nelson, vol 3, ed 15. Jakarta : EGC.
2000. hlm. 1354-1361.

21

Anda mungkin juga menyukai