Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam hidup di masyarakat manusia harus dapat mengembangkan
dan melaksanakan hubungan yang harmonis baik dengan individu lain
maupun lingkungan sosialnya. Tapi dalam kenyataannya individu sering
mengalami hambatan bahkan kegagalan yang menyebabkan individu
tersebut sulit mempertahankan kestabilan dan identitas diri, sehingga konsep
diri menjadi negatif. Jika individu sering mengalami kegagalan maka
gangguan jiwa yang sering muncul adalah gangguan konsep diri misal harga
diri rendah.
Faktor psikososial merupakan faktor utama yang berpengaruh dalam
kehidupan seseorang (anak, remaja, dan dewasa). Yang mana akan
menyebabkan perubahan dalam kehidupan sehingga memaksakan untuk
mengikuti dan mengadakan adaptasi untuk menanggulangi stressor yang
timbul. Ketidakmampuan menanggulangi stressor itulah yang akan
memunculkan gangguan kejiwaan.
Salah satu gangguan jiwa yang ditemukan adalah gangguan konsep
harga diri rendah, yang mana harga diri rendah digambarkan sebagai
perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri
dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 1999). Perawat
akan mengetahui jika perilaku seperti ini tidak segera ditanggulangi, sudah
tentu berdampak pada gangguan jiwa yang lebih berat. Beberapa tandatanda harga diri rendah adalah rasa bersalah terhadap diri sendiri,
merendahkan martabat sendiri, merasa tidak mampu, gangguan hubungan
sosial seperti menarik diri, percaya diri kurang, kadang sampai mencederai
diri (Townsend, 1998).
Peristiwa traumatic, seperti kehilangan pekerjaan, harta benda, dan
orang yang dicintai dapat meninggal kan dampak yang serius. Dampak
kehilangan

tersebut

sangat

mempengaruhi

persepsi

individu

kemampuan dirinya sehingga mengganggu harga diri seseorang.

akan

Banyak dari individu-individu yang setelah mengalami suatu kejadian


yang buruk dalam hidupnya, laluakan berlanjut mengalami kehilangan
kepercayaan dirinya. Dia merasa bahwa dirinya tidak dapat melakukan apaapa lagi, semua yang telah dikerjakannya salah, merasa dirinya tidak
berguna, dan masih banyak prasangka-prasangka negative seorang individu
kepada dirinya sendiri. Untukitu, dibutuhkan bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak agar rasa percaya diri dalam individu itu dapat muncul
kembali. Termasuk bantuan dari seorang perawat. Perawat harus dapat
menangani pasien yang mengalami diagnosis keperawatan harga diri
rendah, baik menggunakan pendekatan secara individual maupun kelompok.

B. Tujuan Umum
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah wawasan
pembaca baik di kalangan tenaga kesahatan maupun public.
C. Tujuan Khusus
a. Untuk memenuhinilai tugas mata pelajaran Ilmu Keperawatan Jiwa
b. Untuk memberikan pengetahuan tentang masalah keperawatan harga diri
rendah kepada penulis maupun pembaca
c. Untuk memahami gangguan yang terjadi akibat dari harga diri rendah

BAB II
KONSEP TEORI
A. Konsep Keilmuan

Harga diri rendah adalah perkembangan persepsi negatif tentang harga


diri sebagai respon terhadap situasi saat ini (Nanda Nic Noc, 2015).
Harga diri rendah adalah suatu individu cenderung untuk menilai
dirinya negative dan merasa lebih rendah dari orang lain (Depkes RI, 2000).
Harga diri rendah adalah Perasaan negative terhadap diri sendiri,
hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan
(Keliat, 1998).
Dari teori di atas dapat dibuat kesimpulan, harga diri rendah adalah
suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri, dan
gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara langsung maupun tidak
langsung, penurunan harga diri ini dapat bersifat situasional maupun kronis
atau menahun.
B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis adalah penolakan
orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain,
ideal diri yang tidak realistis.
2. Faktor Presipitasi
Factor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian
anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami
kegagalan, serta menurunnya produktivitas. Gangguan konsep diri :
harga diri rendah kronis ini dapat terjadi secara situasional maupun
kronik.

C. Tanda Dan Gejala


1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimistis
4. Tidak menerima pujian
5. Penurunan produktivitas
6. Penolakan terhadap kemampuan diri
7. Kurang memperhatikan perawatan diri
8. Berpakaian tidak rapi selera makan berkurang tidak berani menatap
lawan bicara
9. Lebih banyak menunduk
10. Bicara lambat dengan nada suara lemah

D. Proses Terjadinya Masalah


Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari
harga diri rendah situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat juga terjadi
karena individu tidak pernah mendapat feed back dari lingkungan tentang
perilaku klien sebelumnya bahkan mungkin kecenderungan lingkungan
yang selalu memberi respon negative mendorong individu menjadi harga
diri rendah.
Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak factor.Awalnya
individu

berada

pada

suatu

situasi

yang

penuh

dengan stressor (krisis).individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak


tuntas sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal
menjalankan fungsi dan peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri
karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri
rendah situasional, jika lingkungan tidak memberi dukungan positif atau
justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus-menerus akan
mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis.

E. Rentan Respon
Harga diri rendah merupakan komponen Episode Depresi Mayor,
dimana aktifitas merupakan bentuk hukuman atau punishment (Stuart &
Laraia, 2005). Depresi adalah emosi normal manusia, tapi secara klinis
dapat bermakna patologik apabila mengganggu perilaku sehari-hari,
menjadi pervasive dan mucul bersama penyakit lain.
Menurut NANDA (2005) tanda dan gejala yang dimunculkan sebagai
perilaku telah dipertahankan dalam waktu yang lama atau kronik yang
meliputi mengatakan hal yang negative tentang diri sendiri dalam waktu
lama dan terus menerus, mengekspresikan sikap malu/minder/rasa bersalah,
kontak

mata

kurang/tidak

ada,

selalu

mengatakan

ketidak

mampuan/kesulitan untuk mencoba sesuatu, bergantung pada orang lain,


tidak asertif, pasif dan hipoaktif, bimbang dan ragu-ragu serta menolak
umpan balik positif dan membesarkan umpan balik negative mengenai
dirinya.

Mekanisme koping jangka pendek yang biasa dilakukan klien harga


diri rendah adalah kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis,
misalnya

pemakaian

obat-obatan,

kerja

keras,

nonton

TV

terus

menerus.Kegiatan mengganti identitas sementara, misalnya ikut kelompok


social, keagamaan dan politik.Kegiatan yang memberi dukungan sementara,
seperti mengikuti suatu kompetisi atau kontes popularitas.Kegiatan
mencoba menghilangkan anti identitas sementara, seperti penyalahgunaan
obat-obatan.
Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil yang
diharapkan individu akan mengembangkan mekanisme koping jangka
panjang, antara lain adalah menutup identitas, dimana klien terlalu cepat
mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-orang yang berarti tanpa
mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri. identitas negative,
dimana asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat.
disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri
dan orang lain. terjadinya gangguan konsep diri harga diri rendah juga
dipengaruhi beberapa factor predisposisi seperti factor biologis, psikologis,
social dan cultural.
Factor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik secara yang
dapat mempengaruhi kerja hormone secara umum, yang dapat pula
berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar
serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan
pada pasien depresi kecenderungan harga diri rendah semakin besar karena
klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negative dan tidak berdaya.
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga
diri rendah adalah :
1. System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien dengan
harga diri rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa
tidak berguna atau gagal terus menerus.
2. Hipothalamus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena melihat
kondisi klien dengan harga diri rendah yang membutuhkan lebih banyak
motivasi dan dukungan dari perawat dalam melaksanakan tindakan yang
sudah dijadwalkan bersama-sama dengan perawat padahal klien

mengatakan bahwa membutuhkan latihan yang telah dijadwalkan


tersebut.
3. Thalamus, system pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk mengatur
arus informasi sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk
mencegah berlebihan di korteks. Kemungkinan pada klien dengan harga
diri rendah apabila ada kerusakan pada thalamus ini maka arus informasi
sensori yang masuk tidak dapat dicegah atau dipilah sehingga menjadi
berlebihan yang mengakibatkan perasaan negative yang ada selalu
mendominasi pikiran dari klien.
4. Amigdala yang berfungsi untuk emosi.
F. Komplikasi
Gangguan yang terjadi akibat dari harga diri rendah yaitu isolasi sosial
dan defisit perawatan diri pada pasien penderita gangguan jiwa.

BAB III
CONTOH KASUS DAN TERAPI
A. Contoh Kasus
Ny. R merasa sedih karena tidak tinggal bersama suami dan anakanaknya lagi, klien mengatakan tidak berguna karena sering menyusahkan
keluarganya, merasa tidak berguna menjadi seorang istri dan ibu yang tidak
bisa mengurus suami dan anak-anaknya, pembicaraan klien pelan, tidak
mampu memulai pembicaraan, kontak mata mudah beralih saat berinteraksi,
kadang tidak focus dengan pembicaraan, klien kadang tampak suka
menyendiri dan melamun, aktifitas klien dengan dimotivasi dan dibimbing,
klien malas bercakap-cakap dengan orang lain karena malu jika diejek oleh
tetangganya, klien mengatakan kepala terasa gatal karena tidak pernah
keramas, mandi 1x sehari kadang malahan tidak mandi karena malas.
penampilan terlihat kurang rapi, rambut kadang diacak- acak menggunakan
kedua tangannya, baju tidak rapi dalam pemakaian dan belum ganti baju
selama 2 hari.
Klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya, klien pernah
dirawat di RSJ Prof.Dr. Soeroyo sebanyak tujuh kali ini. Terakhir dirawat
pada tanggal 11 Maret 2012 yang lalu. Pengobatan sebelumnya kurang
6

berhasil dimana setelah pulang dirawat setahun yang lalu klien tidak mau
minum obat lagi. Klien saat mulai gangguan jiwa di rumah selalu dikurung
oleh keluarganya. klien mengalami penolakan dari tetangga- tetangganya
dan keluarga, klien tidak mengalami aniaya fisik, seksual maupun tindakan
kriminal. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan ketika dirumah sering
mendengar tetangga mengejek tentang sakitnya, di rumah klien selalu
dikurung dikamar dan klien pernah gagal melamar pekerjaan padahal sudah
dikuliahin sampai sarjana, klien juga merasa tidak bisa bekerja dan hanya
menyusahkan keluarga.
B. Terapi
Melakukan interaksi untuk mencapai tujuan intervensi klien.
Melakukan kontak dengan klien, duduk berhadapan dengan klien,
mempertahankan kontak mata, mengucapkan salam dan berjabat tangan,
memperkenalkan diri, menanyakan nama klien dan nama panggilannya yang
disukai.
Melakukan

interaksi

yang

mempunyai

tujuan

klien

dapat

mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien,


membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan,
membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai kemampuan
klien kemudian melatihnya dalam kegiatan harian klien.
Selain itu dalam menggali perasaan klien penulis menggunakan teknik
komunikasi terapeutik yaitu Refleksi dan klarifikasi. Refleksi adalah
mengarahkan kembali perasaan, pertanyaan dan isi pembicaraan kepada
pasien sedangkan klarifikasi adalah berupaya menyampaikan ide atau
pikiran pasien yang tidak jelas, meminta pasien menjelaskan maksudnya.
(Stuart, 2006).
C. Terapi Aktivitas Kelompok
Sesi 1 : Identifikasi Hal positif pada Diri
Tujuan :
Klien dapat mengidentifikasi hal positif pada dirinya.
Setting :
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang

Alat

1. Spidol sebanyak jumlah klien yang mengikuti TAK


2. Kertas putih HVS sebanyak klien peserta TAK

Metode :
1. Diskusi
2. Permainan
Langkah Kegiatan :
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan harga diri
rendah
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien
Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
b. Evaluasi / validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
Terapis menjelaskan tujuan kegiata, yaitu mengidentifikasi hal
positif diri sendiri
Terapis menjelaskan aturan main berikut
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis
Lama kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap kerja
a. Terapis memperkenalkan diri : nama lengkap dan nama panggilan
serta memakai papan nama
b. Terapis membagikan kertas dan spidol kepada klien
c. Terapis meminta klien menulis hal positif tentang diri sendiri :
kemampuan yang dimiliki, kegiatan yang biasa dilakukan dirumah
dan rumah sakit
8

Hal positif dapat berupa :

Kelebihan atau kemampuan klien yang membanggakan


Prestasi yang pernah diraih klien (saat sekolah, di tempat pekerjaan, di
lingkungan rumah)
Hal-hal yang menyenangkan dari dirinya (sifat positif, kondisi
tubuh sehat), dari keluarga (saling menyayangi, saling
memperhatikan), dari lingkungan (tetangga ramah, saling
menghargai) dsb.
Catatan : Terapis harus menuntun satu demi satu klien agar dapat
mengidentifikasi aspek positif diri sebanyak-banyaknya karena
umumnya klien harga diri rendah kesulitan mengidentifikasi hal
positif diri.

d. Terapis meminta klien membacakan hal positif yang sudah ditulis secara
bergiliran sampai semua klien mendapatkan giliran. Tanyakan perasaan
klien setelah terindetifikasi hal positif diri.
Catatan : dengan mampu mengidentifikasi aspek positif diri sebanyak
mungkin diharapkan akan menggantikan persepsi negatif diri klien
dan meningkatkan harga diri klien secara bertahap

e. Terapis memberi pujian pada peran serta klien


4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
Terapis meminta klien menulis hal positif lain yang belum tertulis
c. Kontrak yang akan datang
Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu melatih hal positif diri
yang dapat diterapkan dirumah sakit dan rumah
Menyepakati waktu dan tempat

Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap


kerja. Aspek yang dievakuasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah sesi 1, kemampuan
klien yang diharapkan adalah menuliskan pengalaman dan aspek positif
(kemampuan) yang dimiliki. Formulir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 1 : TAK
Stimulasi persepsi : Harga diri rendah
Kemampuan menulis pengalaman yang tidak menyenangkan dan hal positif
diri sendiri.

No.

Nama klien

Menulis

positif Membacakan

diri

positif diri

hal

Mengekspresikan
perasaan

aspek positif diri

1.
2.
3.
4.

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mennulis
pengalaman yang tidak menyenangkan dan aspek positif diri sendiri. Beri
tanda () jika klien mampu dan tanda (-) jika klien tidak mampu
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien.
Contoh : klien mengikuti sesi 1, TAK stimulasi persepsi harga diri rendah.
Klien mampu menuliskan tiga hal pengalaman yang tidak menyenangkan,

10

terhadap

mengalami kesulitan menyebutkan hal positif diri. Anjurkan klien menulis


kemampuan dan hal positif dirinya dan tingkatkan reinforcement (pujian)

Sesi 2 : melatih hal positif pada diri


Tujuan
1.
2.
3.
4.

Klien dapat menilai hal positif diri yang dapat digunakan


Klien dapat memilih hal positif diri yang akan dilatih/ dilakukan
Klien dapat memperagakan hal positif diri yang telah dipilih
Klien dapat menjadwalkan penggunaan kemapuan/ hal positif diri
yang telah dilatih/ dipergerakan

Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Sesuai dengan kemampuan yang akan dilatih
3. Ruangan nyaman dan tenang
Alat
1.
2.
3.
4.

Spidol dan papan tulis / flipchart.


Sesuaikan dengan kemampuan yang akan dilatih/ dipergerakan
Kertas daftar kemampuan positif pada sesi 1
Jadwal kegiatan sehari-hari dan pulpen

Metode
Alat dan bahan sesuaikan dengan hal positif yang akan dilatih atau
diperagakan. Jika memungkinkan semua anggota kelompok dapat
memperagakannya secara bergantian. Tetapi jika tidak memungkinkan,
peragaan dilakukan secara bergantian dalam sesi berikutnya. Satu sesi
untuk satu atau dua peragaan, sementara klien lain memberikan
apresiasi positifnya kepada klien yang memperagakan.

1. Diskusi dan tanya jawab


2. Bermain peran.
Langkah kegiatan
1. Persiapan
11

a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 1


b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien
Klien dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi / validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
Menanyakan apakah ada tambahan hal positif klien
c. Kontrak
Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu melatih / memperagakan
hal positif pada klien
Terapis menjelaskan aturan main berikut.
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, hnarus meminta
izin kepda terapis.
Lama kegiotan 45 menit.
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3. Tahap kerja
a. Terapis meminta semua klien membaca ulang daftar kemapuan positif
pada sesi 1 dan memilih satu untuk dilatih
b. Terapis meminta klien menyebutkan pilihannya dan ditulis di whiteboard
c. Terapis meminta semua klien untuk memilih satu dari daftar di
whiteboard. Kegiatan yang paling banyak dipilih di ambil untuk dilatih
d. Terapis melatih / meminta klien memperagakan cara pelaksaan kegiatan/
kemampuan yang dipilih dengan cara berikut.
Terapis memperagakan
Klien memperagakan ulang ( semua klien mendapatkan giliran).
Berikan pujian sesuai dengan keberhasilan klien.

Jika kemampuan positif yang dipilih oleh klien bermacam-macam,


jadwalkan dalam sesi-sesi berikutnya. Untuk hal positf yang sama dapat
diberi kesempatan dalam sesi yang sama. Untuk itu jumlah sesi dapat
bervarias, tidak terbatas dalam 2 sesi. Terapis dapat merencanakan
jumlah sesi sesuai kebutuhan. Targer yang ingin di capai adalah semua
anggota kelompok dapat memperagakan aspek positif dan mendaptakan
apresiasi dari anggota kelompok lain sehingga petasaan berharga
dapat ditingkatkan untuk seluruh anggota kelompok. Untuk itu, masingCara
memberikan
apresiasi positif:
masing
anggota kelompok
dilatih memberikan apresiasi positif kepada
anggota yang telah memperagakan hal positif diri.
Memberikan pujian untuk setiap aspek positif
Jika mau memberikan kritik, berikan pujian aspek positifnya ,
yang sudah sangat bagus dari yang diperagakan adalah... luar
biasa / bagus sekali untuk... dan kritikan di sampaikan dengan
12
kata-kata : yang perlu ditingkatkan
adalah....kalau itu dilakukan

maka hasilnya akan jauh lebih baik lagi...

e. Kegiatan a sampai dengan d, dapat diulang untuk kemampuan / kegiatan


yang berbeda.

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
Terapis yang menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
TAK ( terutama perasaannya setelah memperagakan hal positif
diri yang mendapatkan apresiasi dari orang lain).
Terapis memberikan pujian kepada kelompok.
b. Tindak lanjut
Terapis meminta klien memasukkan kegiatan yang telah dilatih
pada jadwal kegiatan sehari-hari.
c. Kontrak yang akan datang
Menyepakati TAK yang akan datang untuk hal positif lainnya.
Menyepakati waktu dan tempat sampai aspek positif selesai
dilatih.
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang evaluasia adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK stimulus persepsi harga diri rendah sesi 2,

13

kemampuan klien yang diharapkan adalah memiliki satu hal positif yang
akan dilatih dan memperagakannya. Formulir evaluasi sebagai berikut.

Sesi 2
Stimulus persepsi : harga diri
Kemampuan melatih kegiatan positif

No

Nama Klien

Membaca daftar
hal positif

Memilih satu
hal positif yang
akan dilatih

Memperagakan
kegiatan positif

1
2
3
4
5
6
7
8

Petunjuk:
Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama untuk tiap klien,
beri penilaian tentang kemampuan membaca ulang daftar hal positif dirinya,
memilih satu hal positif untuk dilatih dan memperagakan kegiatan positif
tersebut. Beri tanda (v) jika klien mampu dan tanda (-) jika klien tidak mampu.
14

Catatan : untuk sesi 3 dan seterusnya dapat dilakukan dengan menjadwalkan


kesempatan memperagakan aspek positif masing-masing anggota kelompok.
Bahkan bisa dilakukan tidak hanya sekali, tetapi sampai beberapa kali
sampai dengan anggota kelompok merasakan hingga dirinya meningkat.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
kepetawatan tiap klien contoh: klien megikuti sesi 2, TAK stimulus persepsi:
harga diri rendah. Klien telah melatih merapikan tempat tidur. Anjurkan dan
jadwalkan agar klien melakukannya serta berikan pujian.

15

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab perbandingan ini penulis akan mencoba membahas mengenai


perbandingan antara konsep dasar (teori), fakta dan opini pada klien gangguan
kejiwaan dengan masalah harga diri rendah.
Fakta
Pasien

merasa

Teori
tidak Dalam

kasus

harga

Opini
diri Dalam makalah yang

berguna karena sering rendah di tandai dengan

kami

menyusahkan

tidak ada perbedaan

1. Mengkritik diri sendiri


keluarganya.
Merasa 2. Perasaan tidak mampu
tidak berguna menjadi 3. Pandangan hidup yang
pesimistis
seorang istri dan ibu
4. Tidak menerima pujian
yang
tidak
bisa 5. Penurunan produktivitas
mengurus suami dan 6. Penolakan terhadap
kemampuan diri
anak-anaknya,
7. Kurang memperhatikan
pembicaraan klien pelan,
perawatan diri
tidak mampu memulai 8. Berpakaian tidak rapi
pembicaraan,
kontak
selera makan berkurang
mata mudah beralih saat
berinteraksi,

tidak berani menatap

kadang

lawan bicara
9.
Lebih banyak menunduk
tidak
focus
dengan
10. Bicara lambat dengan
pembicaraan,
klien
nada suara lemah
kadang tampak suka
menyendiri

dan

melamun, aktifitas klien


dengan dimotivasi dan
dibimbing, klien malas
16

buat

yang

disini,
bertolak

belakang antara teori


dan fakta kasus yang
kami ambil sehingga
tidak

memunculkan

terjadinya
perbandingan

antara

teori, fakta dan opini.

bercakap-cakap

dengan

orang lain karena malu


jika

diejek

oleh

tetangganya.

Klien

mengatakan

kepala

terasa gatal karena tidak


pernah keramas, mandi
1x

sehari

malahan

kadang

tidak

mandi

karena

malas.

penampilan

terlihat

kurang

rapi,

rambut

kadang

diacak-

menggunakan
tangannya,

baju

acak
kedua
tidak

rapi dalam pemakaian


dan belum ganti baju
selama 2 hari

17

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri,
hilangnya kepercayaan diri, dan gagal mencapai tujuan yang diekspresikan
secara langsung maupun tidak langsung, penurunan harga diri ini dapat bersifat
situasional maupun kronis atau menahun.
Gangguan yang terjadi akibat dari harga diri rendah yaitu isolasi sosial
dan defisit perawatan diri pada pasien penderita gangguan jiwa. Hal ini sangat
penting sekali untuk membina hubungan saling percaya

dan juga

membutuhkan kolaborasi yang baik dengan tenaga medis (dokter dan perawat),
keluarga dan juga lingkungan (tetangga dan masarakat) terapeutik, agar semua
maksud dan tujuan klien dirawat maupun perawat yang merawat tercapai.
B. Saran
1. Klien
Libatkan klien dalam aktivitas positif
Minum obat secara rutin dengan prinsip 5B
Memahami aspek positif dan kemampuan yang dimilikinya
Berlatih untuk berinteraksi dengan orang lain
2. Keluarga
Mau dan mampu berperan serta dalam pemusatan kemajuan klien
Membantu klien dalam pemenuhan aktivitas positif
Menerima klien apa adanya
Hindari pemberian penilaian negatif
3. Perawat
Lebih mengingatkan terapi theraupetik terhadap klien
Menyarankan keluarga untuk menyiapkan lingkungan dirumah
Meningkatkan pemenuhan kebutuhan dan perawatan klien
Memberi reinforcement
DAFTAR PUSTAKA

18

Anda mungkin juga menyukai