KELOMPOK 13
11020140010 NURUL AINUN B.
11020150025 KAUZAR HIDAYAT SALAM
11020150041 ANDI SUHRIYANA
11020150055 ZIYAN NAFISAH
11020150067 REZKY DARMAWAN ARIFIN
11020150092 MAULUDDIN RAHMAT SARITA
11020150118 MUH. PASCA RIVALDI ALI. S
11020150135 FIFI NURFIAH SRIYANTI
11020150141 BASO SURIADI
11020150149 SYIFA SALSABILA
TUTOR : dr. DWI ANGGITA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas limpahan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya sehinngga LAPORAN PBL dari kelompok 13 ini dapat
terselesaikan dengan baik. Dan tak lupa kami kirimkan salam dan shalawat
kepada Nabi junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW. yang telah
membawa kita dari alam yang penuh kebodohan ke alam yang penuh
kepintaran.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak yang telah
membantu dalam pembuatan laporan ini yang telah membantu selama masa
TUTORIAL khususnya kepada dr. Dwi Anggita yang telah banyak
membantu selama proses PBL berlangsung. Dan kami juga mengucapkan
permohonan maaf kepada setiap pihak jika dalam proses PBL telah berbuat
salah baik disengaja maupun tidak disengaja.
Semoga laporan hasil LAPORAN PBL ini dapat bermanfaat bagi
setiap pihak yang telah membaca laporan ini dan khususnya bagi
timpenyusun sendiri. Diharapkan setelah membaca laporan ini dapat
memperluas pengetahuan mengenai scenario ini.
SKENARIO 1
Seorang laki-laki 60 tahun datang ke rumah sakit karena sesak
napas. Keluhan ini sering disertai batuk. Ia memiliki riwayat sesak
berulang sejak 3 bulan lalu dan semakin memburuk terutama selama 1
minggu terakhir. Hasil pemeriksaan tanda vital: suhu 38.5 oC, denyut
nadi adalah 110x/menit, dan pernapasan 40x/menit yang tampak
terengah-engah pada pemeriksaan dada. Dokter melakukan tes
spirometri dan hasilnya menunjukkan PEF 60% dari nilai prediksi. Tes
oksimetri 80%. Dia adalah seorang perokok berat yang mulai merokok
sejak ia berusia 18 tahun. Dia biasanya merokok15 batang perhari,
tapi sejak gejala penyakitnya makin berat ia hanya merokok 5 batang
per hari.
mengukur
volume
dan
kecepatan
udara
inspirasi/ekspirasi.2
b. PEF
: Kecepatan ekspirasi maksimal yang bisa dicapai oleh
seseorang, dinyatakan dalam liter per menit (L/menit) atau liter per detik
(L/detik).2
c. Oksimetri
3. TENTUKAN
PROBLEM
KUNCI
DENGAN
MEMBUAT
PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
1) Jelaskan mekanisme dari sesak!
2) Kandungan apa sajakah yang terkandung dalam rokok dan penyakit apa
sajakah yang dapat disebabkan oleh merokok?
3) Bagaimana hubungan antara riwayat merokok dengan keluhan yang
diderita oleh pasien pada skenario?
4) Jelaskan interpretasi dari tes spirometry dan tes oksimetry serta
hubungannya dengan keluhan penderita!
5) Jelaskan langkah-langkah diagnosis pada skenario beserta pemeriksaan
penunjangnya!
6) Apa DD dan diagnosis dari skenario? Bagaimanakah etiologi, manifestasi
klinis, patomekanisme dan komplikasi yang dapat ditimbulkan?
7) Bagaimana penatalaksanaan dan pencegahan dari diagnosis skenario?
4. JAWABAN PERTANYAAN
1. Mekanisme sesak:
Dispnea sering disebut sebagai sesak napas, napas pendek,
breathlessness, atau shortness of breath. Dispnea adalah gejala subjektif
berupa keinginan penderita untuk meningkatkan upaya mendapatkan udara
pernapasan. Karena sifatnya subjetik, dispnea tidak dapat diukur (namun
terdapat gradasi sesak napas).3
Dispnea sebagai akibat peningkatan upaya untuk bernapas dapat
ditemui pada berbagai kondisi klinis penyakit. Penyebabnya adalah
meningkatnya tahanan jalan napas seperti pada obstruksi jalan napas
atas,asma,
dan
pada
penyakit
obstruksi
kronik.
Berkurangnya
Asap
rokok
bersifat
siliotoksik
sehingga
mengakibatkan
maka
selanjutnya
menilai:
beratnya
obstruksi,
Derajat
Obstruksi
Ringan
Sedang
Sedang
-berat
Berat
Sangat
berat
% pred FEV 1
70 79% pred
60 69% pred
50 59% pred
35 49% pred
< 35% pred
Derajat
Restriksi
Ringan
Sedang
Sedang
-berat
Berat
Sangat
berat
% pred FVC
70 79% pred
60 69% pred
50 59% pred
35 49% pred
< 35% pred
O
b
s
t
r
u
k
s
i
&
F
V
C
F
E
V
1
>
8
0
%
p
r
e
d
(
N
)
A
t
a
u
>
8
0
%
p
r
e
R
e
s
t
r
i
k
s
i
<
N
<
N
8
0
%
P
r
e
d
<
<
N
N
/
<
N
8
0
%
P
r
F
E
V
1
/
F
V
C
(
F
E
V
1
%
)
F
V
C
/
F
V
C
d
(
N
)
N
e
d
<
<
(
>
7
0
%
)
7
0
%
>
7
0
%
>
<
8
0
%
p
r
e
d
(
F
V
C
%
)
T
L
C
8
0
<
7
0
%
2
0
%
N
o
t
e
s
8
0
%
S
e
v
e
r
i
t
y
p
r
e
d
S
e
v
e
r
i
t
y
%
p
r
e
d
F
E
V
1
(
=
F
E
V
1
/
F
E
V
1
P
r
e
p
r
e
d
F
V
C
(
=
F
V
C
/
F
V
C
p
r
e
d
d
)
b. Tes Oksimetri
Tes Oksimetri adalah suatu metode noninvasif 1 untuk mengukur
saturasi oksigen dan persentase hemoglobin yang berikatan dengan
oksigen di dalam darah. Dalam beberapa tahun terakhir oksimetri
telah mengalami kemajuan teknologi yang pesat. Karena ukurannya
kecil dan harga yang terjangkau, oksimetri telah banyak digunakan di
tempat pelayanan kesehatan yang mencakup perawatan intensif, ruang
rehabilitasi, dan monitoring pasien anestesia. Data yang ada telah
melaporkan bahwa oksimetri dapat digunakan pada pasien dengan
insufisiensi pernapasan akut2 (termasuk serangan asma akut) dan
follow up gangguan pernapasan kronik. Prinsip penggunaannya
sebagai alat untuk mengukur kejenuhan HbO2 pada pembuluh darah
tepi yang diletakkan pada ujung ibu jari atau daun telinga. Saturasi
oksigen normal dalam tubuh adalah antara 95 100 %.1
5.
Langkah-langkah diagnosis
a. Anamnesis
Keluhan awal: disebabkan adanya gangguan fisiologis akut, seperti
serangan asma bronkhial, emboli pari, pneumotoraks, atau infark
miokard. Serangan berkepanjangan selama berhari-berhari lebih
sering akibay eksaserbasi penyakit paru kronik atau perkembangan
proses sedikit demi sedikit seperti pada efusi pleura atau gagal
jantung kongestif.5
Gejala yang menyertai:
a) Nyeri dada disertai sesak kemungkinan akibat emboli paru,
infarka miokard, atau penyakir pleura.
bronkospasme
dengan
bentuk
keluhan
sesak.
menentukan
adanya
kemungkinan
udara
saraf
pusat,
misal:
strok,
edema
serebral,
pendarahan subaraknoid.
b) Gelisah nafas cepat, bisa disebabkan hipoksemia berat
karna primer penyakit paru/saluran nafas, jantung, atau
bisa juga serangan cemas ( anxiety attack ), histerical
attack.
adanya
bersangkutan
menunjukkan
adanya
gangguan
penyempitan
6.
Diagnosis Banding
a. Asma
Definisi
Gejala
Nama
penyakit
Sesak
Batuk
Suhu
Tubuh
Nadi
Pernafasan
Usia
Riwayat
Merokok
PPOK
>55
tahun
TB Paru
Anak
dan
dewasa
Asma
>5
tahun
Bronkiektasis
>50
tahun
napas
yang
mengalami
radang
kronik
bersifat
sistem saraf simpatis terletak dalam bronki. Ketika reseptor adrenergik dirangsang, terjadi bronkokonstriksi, bronkodilatasi
terjadi
ketika
reseptor
adrenergik
yang
dirangsang.
Karakteristik
Terkontrol
(semua di bawah ini)
Terkontrol
(muncul
sebagian
salah
aktivitas
Gejala
asma
Ada
terbangun
Tidak ada
Ada
Malam hari
pelega
( 2 kali / minggu)
paru
(APE or VEP1)
sebagian
muncul
pada
minggu
tertentu
(kejadian eksaserbasi
Normal
Komplikasi
asma
terkontrol
Fungsi
tidak
Etiologi
Penyakit Tb paru adalah suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri. Mycobakterium tuberkulosis. Bakteri
ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal
juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA).5
Sumber penularan adalah penderita tuberkulosis BTA
positif pada waktu batuk atau bersin. Penderita menyebarkan
kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak).
Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada
suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau
droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan.Setelah
kuman tuberkulosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui
pernafasan, kuman tuberkulosis tersebut dapat menyebar dari
paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah,
saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian
tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita
ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak,
makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan
dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut
dianggap tidak menular. Seseorang terinfeksi tuberkulosis
ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya
menghirup udara tersebut.5
kadar
vitamin
dalam
serum
akan
Immunocompromised,
seseorang
yang
terkena
HIV
2. Faktor lingkungan
Orang yang tinggal serumah dengan seorang penderita TB
akan berisiko untuk terkena TB. Selain itu orang yang tinggal
Patomekanisme
Kebanyakan infeksi TB terjadi melalui udara, yaitu
melalui inhalasi droplet saluran nafas yang mengandung kuman
kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya
diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga
basil. Setelah berada dalam ruang alveolus, biasanya dibagian
bawah lobus atas paru atau dibagian atas lobus bawah, basil
tuberkel
membangkitkan
reaksi
peradangan.
Leukosit
lembek
membentuk
perkejuan.
Bila
jaringan
perkejuan
Manifestasi Klinis
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak
selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala
tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas,
badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam
meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut diatas dapat
dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis,
bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingat
prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap
orang yang datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas,
dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu
dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung
(Depkes, 2007).5
Gejala klinis TB dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu
gejala lokal dan gejala sistemik. Bila organ yang terkena adalah
paru maka gejala lokal ialah gejala respiratori.5
1. Gejala respiratori
Gejala respiratori sangat bervariasi dari mulai tidak
bergejala sampai gejala yang cukup berat bergantung dari
luas lesi. Gejala respiratorik terdiri dari :
c. Sesak nafas.
d. Nyeri dada.5
2. Gejala sistemik
Gejala sistemik yang timbul dapat berupa :
a. Demam.
b. Keringat malam.
c. Anoreksia.
d. Berat badan menurun.5
Komplikasi
1) Batuk darah
2) Pneumotoraks
3) Gagal napas
4) Gagal jantung
5) Efusi pleura.5
Definisi
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit
paru kronik yang bisa dicegah dan diobati. PPOK ditandai dengan
adanya hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat
progresif nonreversibel atau reversibel parsial, serta adanya
Etiologi
Berbeda dengan asma, penyakit PPOK menyebabkan
obstruksi saluran napas yang bersifar irreversible. Gejala yang
ditimbulkan pada PPOK biasanya terjadi bersama-sama dengan
gejala primer dari penyebab penyakit ini. Etiologi PPOK yang
utama adalah emfisema, bronchitis kronik, dan perokok berat.
Yang karakteristik dari bronchitis kronik adalah adanya
penyempitan dinding bronkus, sedangkan dari emfisema adalah
diagnosis histopatologinya, sementara itu pada perokok berat
adalah diagnosis kebiasaan merokok.6
Patomekanisme
Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi
yaitu pengambilan oksigen untuk keperluan metabolisme dan
pengeluaran karbondioksida dan air sebagai hasil metabolisme.
Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi dan perfusi.
Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam
paru. Difusi adalah peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan
pembuluh darah, sedangkan perfusi adalah distribusi darah yang
kecil
berkurang
akibat
penebalan
mukosa
yang
tersebut
akan
merangsang
neutrofil
mengalami
kelumpuhan
atau
disfungsional
serta
Manifestasi Klinis
PPOK sudah dapat dicurigai pada hampir semua pasien
berdasarkan tanda dan gejala. Diagnosis lain seperti asma, TB
paru, bronkiektasis, keganasan dan penyakit paru kronik lainnya
dapat dipisahkan. Anamnesis lebih lanjut dapat menegakkan
diagnosis ( Jindal dan Gupta, 2004).6
Gejala klinis yang biasa ditemukan pada penderita PPOK
adalah sebagai berikut (COPD Health Center, 2010) :
a. Batuk
kronik
kronik
napas
Aktivitas
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK adalah gagal
napas kronik,gagal napas akut, infeksi berulang, dank or
pulmonale.6
d. Bronkiektasis
Definisi
Bronkiektasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri
dari pelebaran bronkus yang abnormal dan menetap disebabkan
kerusakan komponen elastis dan muskular dinding bronkus.
Bronkiektasis diklasifikasikan dalam bronkiektasis silindris,
fusiform, dan kistik atau sakular.5
Etiologi
Bronkiektasis biasanya didapat pada masa anak-anak.
Kerusakan bronkus pada penyakit ini hampir selalu disebabkan
oleh infeksi. Penyebab infeksi tersering adalah H. Influenza dan
P. Aeruginosa. Infeksi oleh bakteri lain, seperti Klebsiela dan
Staphylococus Aureus disebabkan oleh absen atau terlambatnya
pemberian antibiotik pada pengobatan pneumonia. Bronkiektasis
ditemukan pula pada pasien dengan infeksi HIV atau virus
lainnya, seperti adenovirus atau virus influenza.5
Faktor penyebab noninfeksi yang dapat menyebabkan
penyakit ini adalah paparan substansi toksik, misalnya terhirup
gas toksik (amonia, aspirasi asam dari cairan lambung dan lainlain). Kemungkinan adanya faktor imun yang terlibat belum
diketahui dengan pasti karena bronkektasis dapat ditemukan pula
pada pasien kolitis ulseratif, reumathoid artritis, dan sindrom
Sjorgen.5
Faktor predisposisi terjadinya bronkiektasis dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu :
1. Kekurangan mekanisme pertahanan yang didapat atau
kongenital, biasanya kelainan imunologi berupa kekurangan
globulin gamma atau kelainan imunitas selular atau
kekurangan alfa-1antitripsin.
2. Kelainan struktur kongenital seperti fibrosis kistik, sindrom
Kartagener, kekurangan kartilago bronkus, dan kifoskoliosis
kongenital.
3. Penyakit paru primer seperti tumor paru, benda asing, atau
tuberkulosis paru.5
Manifestasi Klinis
Gejala sering dimulai pada saat anak-anak, 60% gejala
timbul sejak pasien berusia 10 tahun. Gejala yang timbul
tergantung dari luas, berat, lokasi, serta ada atau tidaknya
komplikasi. Gejala tersering adalah batuk kronik dengan sputum
yang banyak. Batuk dan pengeluaran sputum dialami paling
sering pada pagi hari, setelah tiduran atau berbaring pada posisi
yang berlawanan dengan sisi yang mengandung kelainan
bronkektasis.5
Pada bronkektasis ringan atau yang hanya mengenai satu
lobus saja, mungkin tidak terdapat gejala. Kalaupun ada biasanya
batuk bersputum yang menyertai batuk-pilek selama 1-2 minggu.
Komplikasi pneumonia jarang dan progresivitasnya lambat.5
Pada bronkiektasis berat, pasien mengalami batuk terusmenerus dengan sputum yang banyak (200-300 ml) yang
bertambah berat bila terjadi infeksi saluran napas atas. Biasanya
dapat diikuti dengan demam, nafsu makan berkurang, berat badan
turun, anemia, nyeri pleura, malaise. Sesak napas dan sianosis
timbul pada kelainan yang luas. Hemoptisis mungkin merupakan
satu-satunya gejala, sebab itu bronkiektasis harus dipikirkan bila
terdapat hemoptisis yang tidak jelas sebabnya.5
Pada pemeriksaan fisik yang terpenting adalah terdapat
rongki basah sedang sampai kasar pada daerah yang terkena dan
menetap pada pemeriksaan yang berulang. Kadang-kadang dapat
ditemukan rongki kering dan bising mengi. Ditemukan perkusi
yang redup dan suara napas yang melemah bila terdapat
komplikasi empiema. Clubbing Finger didapatkan pada 30-50%
kasus. Pada kasus yang berat mungkin terdapat sianosis dan tanda
kor pulmonal.5
Komplikasi
1) Bronkhitis kronik
2) Pneumonia dengan atau tanpa atelectasis
3) Pleuritic
4) Efusi pleura
5) Empyema
6) Hemoptysis
7) Kor Pulmonal Kronik (KPK).5
7. Pencegahan dan Penatalaksanaan.
a. Penatalaksanaan
Berdasarakan dari keluhan yang dialami si pasien dan dari tanda
pemeriksaan penunjang. Diagnosa utama yaitu PPOK. Adapun
penatapelaksanaan dari penyakit PPOK di kelompokkan menjadi 2
kondisi.7
Tata Laksana PPOK Stabil
Penata laksanaan non farmakologi dan farmakologi. Penata
pelaksanan non-farmakologi pada pasien PPOK berdasarkan
penilian resiko eksaserbasi dan gejala, yaitu:
1. Pasien kelompok A: smoking cessation ( konseling terapi
pengganti nikotin), aktivitas fisik.
2. Pasien kelompok B,C,D : smoking cessastion
rehabilitasi
Rekomendasi
pasien
A
pertama
Antikolinergik kerja
cepat
Atau B2 agonis kerja
cepat
kerja lama
Atau
B2
Agonis kerja
lama
Terapi
lain
memungkinkan
Teofilin
yang
Atau
B2
Agoni kerja
cepat+
Antikolinerg
ik
B
Antikolinergik kerja
lama
Atau
cepat
Antikolinerg
ik lama + B2 dan/
B2
Agonis
kerja lama
kerja
Kortikosteroid
atau
kerja
lama
cepat
Anti
Teofilin
B2 agonis kerja
Inhalasi + B2 agonis
kolinergik
kerja lama
Atau Antikolinergik
kerja lama
Atau
antikolinergik
kerja lama
kerja cepat
anatikolinerg
ik kerja lama Teofilin
+ inhibitor
fosfodiestera
se-4 (PDE-4)
Atau
B2
Agonis kerja
lama
inhibitor
D
Kortikosteroid
PDE-4
Kortikosteroi Karbosistein
inhalasi + B2 Agonis
d inhalasi +
kerja lama
Dan / atau
B2
anti
antikolinergi
antikolinergik
tau
kerja
inhalasi + B2
Agonis kerja Teofilin
lama+
inhibitor
PED-4
Atau
antikolinergi
k
kerja
lama+
B2
Agonis kerja
lama
Atau
antikolinergi
k
kerja
lama+
inhibitor
PED-4
Sumber : GOLD 2014
Dianjurkan
untuk
menggunakan
antibiotik
8. Pandangan Islam
Rokok mengandung ribuan racun yang secara kedokteran telah
terbukti membahayakan kesehatan. Bahkan membunuh penggunanya
secara perlahan, padahal Allah telah berfirman:
Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu. (QS. An-Nisaa: 29).9
Jika berbicara mengenai hukum merokok maka akan banyak pendapat
yang bermunculan. Bahkan diantara para ulama sendiripun mengalami
perbedaan pendapat.9
Pada dasarnya terdapat nash bersifat umum yang menjadi
patokan hukum merokok, yakni larangan melakukan segala
sesuatu yang dapat membawa kerusakan, kemudaratan atau
kemafsadatan.9
Tidak boleh melakukan perbuatan yang membuat mudharat bagi
orang lain baik permulaan ataupun balasan. (HR. Ibnu Majah. Hadis ini di
shahihkan oleh Albani).9
Hasil penelitian kedokteran di zaman sekarang memperkuat penemuan
dunia kedoktera di masa lampau bahwa merokok menyebabkan berbagai
jenis penyakit kanker, penyakit pernafasan, penyakit jantung, penyakit
pencernaan, berefek buruk bagi janin, juga merusak sistem reproduksi,
pendeknya merokok merusak seluruh sistem tubuh.9
DAFTAR PUSTAKA
1. Arvien, Kliegman, Behrman, Nelson. Ilmu Kesehatan Anak Vol.1 Edisi 15.
Hal: 321.
2. Anna Uyainah, Zulkifli Amin, Feisal Thufeilsyah. Spirometri. Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Vol.1. May 2014.
3. Djojodibroto, R.Darmanto. 2014. Respirologi ( Respiratory Medicine ). Ed. 2.
EGC: Jakarta.
4. Repository.usu.ac.id
5. Perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam Indonesia. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing. 2015.
6. Digilib.unimus.ac.id
7. Pradipta, Eka Adip & dkk. Kapita Selekta Kedokteran essentials of medicine
. 2014. Jakarta : Media Aesculapius. Edisi IV. jilid II halaman 825-826.
8. Alwi, Idrus & dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.2014. Jakarta: Interna
Publishing. Edisi VI. Jilid II halaman 1606-1607.