BAB I
ILUSTRASI KASUS
A. Identitas Pasien
Usia
: 18 thn
Alamat
: Dusun Sukomangu RT 01 RW 03
Pekerjaan
Agama
: Islam
No RM
: W 16-08-097785
Masuk RS
: 11 -8 - 2016
Keluar RS
: 14 -8 - 2016
B. Anamnesis
C. Keluhan Utama
Hamil dan kenceng-kenceng mulai jam 5 sore, tidak keluar apa-apa dari jalan lahir.
Hipertensi (-)
Alergi (-)
Asma (-)
Hipertensi(-)
G. Riwayat Sosial
Riwayat Sosial
Riwayat Kehamilan
Riwayat KB
: Tidak ada
H. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan tanggal 11-8-2016 jam 21.00
Kesadaran
: Compos Mentis
Keadaan gizi
: Cukup
Status gizi
: BB sekarang 53 kg
TB 159 cm
HPHT
: 4 Desember 2015
TP
: 11 September 2016
TBJ
: 2000 g
Status Generalis
I. Vital Sign:
Tensi :110/80mmHg
Nadi
Suhu :37,0derajat.celcius
Respiratory rate:20x/menit
:82x/menit
J. Kepala/Leher :
a/i/c/d
: -/-/-/-
Paru
Jantung
Abdomen
Ektremitas
K. Status Obstetric:
Leopold 1
: TFU 25 cm
Leopold 2
: Punggung kanan
Leopold 3
: Presentasi kepala
Leopold 4
: 25cm
Letak janin
: letak kepala
His
L. Pemeriksaan Dalam
Pembukaan
: 0 cm
Effacement
: 0%
Presentasi
: Letak kepala
Denominator
Hodge
:I
Panggul
: Normal
Ketuban
: Utuh (+)
M. Diagnosa Kehamilan
N. Planning Terapi
22.15 Pasang Infus RL drip, Duvadilan 2 amp, 20 tpm
22.30 Kaltrofen Supp II
Injeksi Dexamethason 16 mg IV
Presentasi Kasus PPI
Tanggal
Subjektif
Objektif
Assesment
Planning
12-8-2016
Masih terasa
A/I/C/D -/-/-/-
G1P00000 umur
Memantau keluh
Jam 05.00
keluar darah
kehamilan 35-
pasien.
36mg Tunggal
Lanjutan terapi s
Hidup+ PPI.
T:100/70
N:96x
S:36,4
Nawir, SP.OG:
RR: x/m
1. Pasang In
Abd:bu +,met -
RL drip,
v/v perdarahan +
Duvadila
TFU: 25 cm
amp, 20 t
DJJ: 148x/menit
2. Kaltrofen
Supp II
3. Injeksi
Dexamet
on 16 mg
4. Injeksi
Ceftriaxo
g IV
KIE, bedrest
Mengobservasi D
dan keluaran
pervaginam.
Tanggal
Subjektif
Objektif
Assesment
Planning
12-8-2016
Jam 15.00
Kenceng-kenceng (-)
A/I/C/D -/-/-/-
G1P00000 umur
Memantau keluhan
kehamilan 35-36mg
pasien.
Keluaran darah
pervaginam (+)
KU: Cukup
Makan +
T:120/80
Minum +
N:82x
Nawir, SP.OG:
BAK +
S:36,7
BAB +
RR:18x/m
1. Pasang Infus
RL drip,
Duvadilan 2
amp, 20 tpm.
2. Kaltrofen
Supp II
3. Injeksi
Dexamethaso
n 16 mg IV
4. Injeksi
Ceftriaxon 1 g
IV
KIE, bedrest
Mengobservasi DJJ
dan keluaran
pervaginam.
Tanggal
Subjektif
13-8-2016
Kenceng-kenceng (-)
Jam 8.00
Keluaran darah
pervaginam gelas
Objektif
Assesment
Makan +
N:82x
Minum +
S:36,7
BAK +
RR:18x/m
G1P00000 umur
kehamilan 35-36mg
Tunggal Hidup+ PPI.
Memantau ke
pasien.
Lanjutan tera
aqua.
BAB +
Planning
advis dokter
Nawir, SP.OG
1. Pasan
RL dr
Abd: BU +,met
Duva
His (-)
amp,
2. Kaltro
Supp
3. Injeks
Dexa
n 16 m
4. Injeks
Ceftri
g IV
KIE, bedrest
Mengobserva
dan keluaran
pervaginam.
Tanggal
Subjektif
Objektif
Assesment
13-8-2016
Jam 15.00
A/I/C/D -/-/-/-
G1P00000 umur
KU: Cukup
Makan +
T:100/70
Minum +
N:92x
BAK +
S:36,0
BAB +
RR:18x/m
kehamilan 35-36mg
Tunggal Hidup+ PPI.
Planning
Memantau keluhan
pasien.
Lanjutan terapi sesuai
advis dokter Yusuf
Nawir, SP.OG:
1. Pasang Infus
RL drip,
Abd: BU +,met
Duvadilan 2
His (-)
amp, 20 tpm.
2. Kaltrofen
Supp II
3. Injeksi
Dexamethas
on 16 mg IV
4. Injeksi
Ceftriaxon 1
g IV
KIE, bedrest
Mengobservasi DJJ
dan keluaran
pervaginam.
Tanggal
subjektif
Obyektif
Assessment
14-8-2016
Jam 05.00
Kenceng-kenceng -
A/I/C/D -/-/-/-
G1P00000 umur
KU: Cukup
jalan lahir.
T:100/60
Makan +
N:80x
Minum +
S:36,4
BAK +
RR:18x/m
BAB +
Mual Muntah Flatus +
kehamilan 35-36mg
Tunggal Hidup+
PPI.
Planning
Memantau keluhan
pasien.
Lanjutan terapi sesuai
advis dokter Yusuf
Nawir, SP.OG:
5. Pasang Infus
RL drip,
Abd: BU +,met
Duvadilan 2
His (-)
amp, 20 tpm.
6. Kaltrofen
Supp II
7. Injeksi
Dexamethas
on 16 mg IV
8. Injeksi
Ceftriaxon 1
g IV
KIE, bedrest
Mengobservasi DJJ
dan keluaran
pervaginam.
10
Tanggal
Subjektif
Objektif
Assesment
Planning
14-8-2016
Jam 08.00
Kenceng-kenceng
A/I/C/D -/-/-/-
G1P00000 umur
kehamilan 35-36mg
Nawir, Sp.OG
jarang
Sudah tidak terasa
KU: Cukup
Tunggal Hidup+
1. Acc KRS
PPI.
2. Tx: Oral
T:100/60
N:82x
Duvadilan 2x
Makan +
S:36,0
tablet
Minum +
RR:20x/m
BAK +
BAB +
Mual Muntah Flatus +
Abd: BU +,met
His jarang
3. Kontrol Poli
Kandungan
(15/8/2016)
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
12
sedangkan pada wanita kulit hitam lebih umum didahului ketuban pecah dini
sebelumnya. PPI juga bisa dibagi menurut usia kehamilan: sekitar 5% PPI terjadi pada
usia kehamilan kurang dari 28 minggu (extreme prematurity), sekitar 15% terjadi pada
usia kehamilan 28-31 minggu (severe prematurity), sekitar 20% pada usia kehamilan
32-33 minggu (moderate prematurity), dan 60-70% pada usia kehamilan 34-36
minggu (near term). Dari tahun ke tahun, terjadi peningkatan angka kejadian PPI,
yang sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya jumlah kelahiran preterm atas
indikasi (Harry dkk, 2010).
C. Etiologi Dan Faktor Resiko Partus Prematurus Imminens (PPI)
Faktor resiko PPI menurut Wiknjosastro (2010) yaitu :
a) Janin dan plasenta : perdarahan trimester awal, perdarahan antepartum, KPD,
pertumbuhan janin terhambat, cacat bawaan janin, gemeli, polihidramnion
b) Ibu : DM, pre eklampsia, HT, ISK, infeksi dengan demam, kelainan bentuk
uterus, riwayat partus preterm atau abortus berulang, inkompetensi serviks,
pemakaian obat narkotik, trauma, perokok berat, kelainan imun/resus
Namun menurut Rompas (2004) ada beberapa resiko yang dapat menyebabkan partus
prematurus yaitu :
a) Faktor resiko mayor : Kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus,
serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks
mendatar/memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat
abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan pretem
sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi
konisasi, dan iritabilitas uterus.
13
14
3) Merasakan gejala seperti rasa kaku di perut menyerupai kaku menstruasi, rasa
tekanan intrapelvik dan nyeri pada punggung bawah (low back pain),
4) Mengeluarkan lendir pervaginam, mungkin bercampur darah,
5) Pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa serviks telah mendatar 50-80%, atau
telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm,
6) Selaput amnion seringkali telah pecah,
7) Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina isiadika.
Kriteria lain yang diusulkan oleh American Academy of Pediatrics dan
The American Collage of Obstetricians and Gynecologists (1997) untuk
mendiagnosis PPI ialah sebagai berikut:
1) Kontraksi yang terjadi dengan frekuensi empat kali dalam 20 menit atau
delapan kali dalam 60 menit plus perubahan progresif pada serviks,
2) Dilatasi serviks lebih dari 1 cm,
3) Pendataran serviks sebesar 80% atau lebih.
Menurut Mansjoer (2000) manifestasi klinik persalinan pretem adalah:
a. Kontraksi uterus yang teratur sedikitnya 3 sampai 5 menit sekali selama 45
detik dalam waktu minimal 2 jam .
b. Pada fase aktif, intensitas dan frekuensi kontraksi meningkat saat pasien
melakukan aktivitas.
c. Tanya dan cari gejala yang termasuk faktor risiko mayor dan minor
d. Usia kehamilan antara 20 samapi 37 minggu
e. Taksiran berat janin sesuai dengan usia kehamilan antara 20 sampai 37
minggu.
f. Presentasi janin abnormal lebih sering ditemukan pada persalinan preterm
F. Pemeriksaan Penunjang Partus Prematurus Imminens (PPI)
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk mendukung ketepatan diagnosis PPI :
1. Laboratorium
Pemeriksaan kultur urine
Pemeriksaan gas dan pH darah janin
15
16
(COXs)
yang
dibutuhkan
untuk
produksi
Oligohidramnion
Korioamnionitis berat pada ketuban pecah dini
Preeklamsia berat
Hasil nonstrees test tidak reaktif
Hasil contraction stress test positif
Perdarahan pervaginam dengan abrupsi plasenta, kecuali keadaan
17
18
tegangan
permukaan.
Bayi
prematur
seringkali
tidak
terjadi
Sindroma Distres
Pernafasan. Sindroma
ini
bisa
menyebabkan kelainan lainnya dan pada beberapa kasus bisa berakibat fatal.
Kepada bayi diberikan oksigen; jika penyakitnya berat, mungkin mereka perlu
ditempatkan dalam sebuah ventilator dan diberikan obat surfaktan (bisa
diteteskan secara langsung melalui sebuah selang yang dihubungkan dengan
trakea bayi).
19
20
karena fungsi hatinya masih belum matang dan karena kemampuan makan dan
kemampuan mencernanya masih belum sempurna. Jaundice kebanyakan
bersifat ringan dan akan menghilang sejalan dengan perbaikan fungsi
pencernaan bayi.
9) Infeksi atau septikemia.
10) Sistem kekebalan pada bayi prematur belum berkembang sempurna. Mereka
belum menerima komplemen lengkap antibodi dari ibunya melewati plasenta.
Resiko terjadinya infeksi yang serius (sepsis) pada bayi prematur lebih tinggi.
Bayi prematur juga lebih rentan terhadap enterokolitis nekrotisasi (peradangan
pada usus).
11) Anemia .
12) Bayi prematur cenderung memiliki kadar gula darah yang berubah-ubah, bisa
tinggi (hiperglikemia maupun rendah (hipoglikemia).
13) Perkembangan dan pertumbuhan yang lambat.
14) Keterbelakangan mental dan motorik.
21
22
Daftar Pustaka
Iams J.D. 2004. Preterm Labor and Delivery. In: Maternal-Fetal Medicine. 5th ed.Saunders.
Jafferson Rompas. 2004.
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/14511Persalinanpreterm.pdf/145.30
Wiknjosastro, H. ;2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka, Sarwono
Prawirohardjo.
Oxorn Harry, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan (Human Labor
and Birth). Yogyakarta : YEM.
Hariadi, R. 2004. Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Surabaya : Himpunan Kedokteran
Fetomaternal Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.