Anda di halaman 1dari 7

Laporan Praktikum Mata Kuliah Manajemen Kualitas Air dan Tanah

Teknologi Produksi& Manajemen Perikanan Budi Daya


Program Diploma
Institut Pertanian Bogor
2016

Teknik penanganan biologi air dan pengolahan limbah budidaya


Kelompok 2
Deva Revit Ariska (J3H115013), Navi Sintia Putri (J3H115005), Auliya Rachmahani P
(J3H115027), Cecep Nursobah (J3H115028), Verly Houdson L (J3H115042), Ahmad
Syauqi Jafani (J3H215061)
Asisten :
Azka Faris, Rifa Syarifah
Abstrak
Logam berat apabila diperairan jumlahnya melebihi ambang batas maka sangat
berbahaya bagi ikan. Perlu adanya penanganan yang khusus dalam penanganan limbah
logam berat. Salah satu cara penanganan limbah logam berat yaitu dengan cara filtrasi
dan tumbuhan air. Dalam praktikum yang dilakukan cara ini cukup efektif mengurangi
jumlah logam berat Fe dalam perairan. jika suat perairan memiliki nilai logam berat yang
tinggi melebihi batas maksimal, ikan akan stres dan pada akhirnya akan mati. Filter fisik
yang digunakan menggunakan sistem double bottom. Logam berat yang ada diperairan
akan terserap oleh substrat yang digunakan dalam sisitem double bottom. Tumbuhan air
yang digunakan adalah eceng gondok, tumbuhan eceng gondok mampu menyerap logam
berat melalui akarnya.
kata kunci: logam berat, filter, eceng gondok
Abstract
Heavy metals in waters where the amount exceeds the threshold then it is very
dangerous for the fish. The need for special handling in the treatment of heavy metal
waste. One way of handling heavy metal waste that is by filtration and water plants. In
practicum done this way is quite effective in reducing the amount of heavy metals Fe
waters. if divulging waters have a high value heavy metals exceeding the maximum limit,
the fish will be stressed and will eventually die. Physical filters used to use double bottom
system. Heavy metals the waters will be absorbed by the substrate used in sisitem double
bottom. Water plants used are water hyacinth, eceng gondok plants are able to absorb
heavy metals through their roots.
keywords: heavy metals, filter, eceng gondok
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lingkungan yang baik bagi ikan
adalah lingkungan yang mampu
membuat ikan dapat hidup dengan baik.
Dalam lingkungan ikan banyak sekali
bahan yang membuat ikan mati
contohnya
seperti
logam
berat.
Kandungan logam berat diperairan
sangat berbahaya bagi ikan ataupun

manusia jika memakan ikan yang


terakumulasi logam berat. Logam berat
seperti Fe jika berlebih di dalam
perairan akan berbahaya karena akan
membuat suasana pH air menjadi asam.
Kelarutan besi akan meningkat dengan
semakin menurunnya nilai pH. Oleh
karena itu sumber air yang mengandung
besi tinggi harus ditreatmen terlebih
dahulu sebelum masuk ke wadah
budidaya (Darmono 2001).

Menurut Aspinall (2001) dalam


budidaya perairan, ada tiga komponen
utama yang saring terlibat yaitu biota
yang dipelihara, lingkungan dan pakan.
Lingkungan akan memberikan pengaruh
langsung terhadap kelangsungan hidup
ikan. Lingkungan budidaya perairan
adalah air. Oleh karena itu, air sebagai
media hidup ikan harus terjaga
kualitasnya. Jika kualitas air sangat
bagus maka hasil yang akan di peroleh
juga akan maksimal. Upaya menjaga
kualitas air dengan manajemen kualitas
air
melalui
filter
fisik
akan
mempengaruhi secara langsung terhadap
fungsi fisiologis yang ada di dalam
tubuh ikan.
Pencemaran logam berat adalah
permasalahan yang harus ditangani,
karena merugikan lingkungan dan
ekosistem secara umum. Logam berat
bersifat racun terhadap makhluk hidup
namun beberapa diantaranya diperlukan
dalam
jumlah kecil. Logam berat
sebenarnya merupakan unsur esensial
yang sangat dibutuhkan setiap makhluk
hidup, namun beberapa di antaranya
(dalam kadar tertentu) bersifat racun. Di
alam, unsur ini biasanya terdapat dalam
bentuk terlarut atau tersuspensi serta
terdapat sebagai bentuk ionik. Dampak
dari pencemaran logam berat ini sangat
berbahaya baik pada organisme perairan
manusia dan lingkungan (Aditriawan
2013).
Apabila pencemaran sudah terjadi
maka perlu diadakannya pengurangan
jumlah logam berat supaya jumlah
logam berat dalam perairan tidak
menumpuk.
Banyak
cara
untuk
menangani adanya pencemaran oleh
logam berat bail fisika, kimai, dan
biologi. Salah satu cara yaitu dengan
filter fisik dan tanaman air. penggunaan
jenis substrat yang mempunyai sifat
dapat mengikat logam berat dapat
digunakan dalam masalah pencemaran
oleh logam berat. Logam berat yang
berada dalam perairan akan terserap oleh
substrat yang digunakan dalam filter dan
hasilnya air menjadi jernih dan logam
berat menjadi turun. Tanaman air juga
mampu dalam mengurangi jumlah kadar

logam berat dalam air (Roekmijati


2004).
Tujuan

Praktikum
Teknik
penanganan
biologi
air
dan
pengolahan
limbah
budidaya
bertujuan agar mahasiswa dapat
mengetahui manfaat densifektan dan
mampu mengelola limbah budidaya
mengunakan probiotik
.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Praktikum teknik penanganan
logam berat (Fe) dengan filter fisik dan
tumbuhan air dilaksanakan pada hari
Jumat 17 November 2016 di Bak
Perikanan dan penelitian kekeruhan di
Lab GG KIM 3, Gunung Gede, Institut
Pertanian Bogor, Bogor, Jawa Barat.
Alat dan Bahan
Alat-alat
yang
digunakan
meliputi: 5 akuarium, pipa, kain strimin,
plastik fiber glass, selang aerasi, dan
aerator. Sedangkan bahan-bahan yang
digunakan pada praktikum ini yaitu
substra fisik (pasir malang, batu zeolite,
pasir silika, batu bata), tumbuhan air,
logam Fe dan air.
METODE KERJA
Persiapan Wadah
Alat dan bahan yang akan
digunakan disiapkan terlebih dahulu.
Lima Akuarium dicuci dengan bersih
lalu substra (pasir malang, batu zeolite,
pasir silika, batu bata) yang akan
digunakan dibersihkan. Pipa paralon
dipotong dengan tinggi yang sama 5
cm digunakan sebagai tiang penyangga
fiber glass didasar akuarium dan sebagai
saluran pembawa air bersih digunakan
pipa setinggi bagian akuarium dengan
ujungnya disambungkan dengan pipa L.
Pada kepala pipa L dilubangi sebagai
tempat masuknya selang aerasi dengan
ujung selang mencapai dasar akuaium,
sedangkan ujung yang lain di

sambungkan dengan aerator. Fiber glass


dipotong sesuai ukuran dasar akuarium
dan dilubangi. Kemudian pipa ukuran
5cm disusun didasar akuarium dan
diatasnya diletakkan fiber glass. Pipa
penyalur air bersih ditancapkan disalah
satu sisi fiber glass. Substrat diletakkan
diatas dengan ketinggi 5cm dan
diatasnya dilapisi oleh kain strimin.
Selanjutnya setiap akuarium diisi
dengan air yang mengandung Fe
(konsentrasi 1 ppm) sampai volume
80%. Eceng gondok dimasukan di
akuarium kelompok satu. Air sampel
diambil sebanyak 50 ml pada hari ke 0,
3, 5, dan 7, lalu diberi label setiap
sampel dan simpan di kulkas, terakhir
kadar Fe semua sampel diukur.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Praktikum teknik penanganan
logam berat (Fe) dengan filter fisik dan
tumbuhan air ini dilakukan dengan
menggunkan substrat yang berbedabeda. Eceng gondok di gunakan oleh
kelompok satu, pasir silika oleh
kelompok dua, batu bata digunakan
kelompok tiga, zeolit digunakan oleh
kelompok empat, dan pasir malang
digunakan oleh
kelompok
lima.
Diperoleh hasil seperti pada tabel
dibawah ini.
Tabel 1 hasil pengukuran logam berat.
Substra
t

Pengukuran hari ke0


3
5
7

Eceng
gondok

0,07
3

0,08

0,08
4

0,0
85

Pasir
silika
Batu
bata
Zeolit

0,07
7
0,12
8
0,08
2
0,07
3

0,06
7
0,08
2
0,07
3
0,06
7

0,06
9
0,07
8
0,07
2
0,06
7

0,0
73
0,0
80
0,0
73
0,0
67

Pasir
Malang

Pers
enta
se
Pen
uru
nan
(%)
16,4
4
5,19
37,5
0
10,9
8
8,22

Dari tabel di atas dapat dilihat


bahwa nilai persentase penurunan kadar
logam tertinggi pada batu bata yaitu
sebesar 37,50 %. Persentase nilai
penurunan kadar logam terendah adalah
eceng gondok yaitu sebesar -16,44 %.
Pasir malang memiliki persentase nilai
penurunan kadar logam sebesar 8,22 %.
Nilai persentase penurunan kadar logam
pada pasir silika sebesar 5,19 %. Zeolit
memiliki nilai persentase penurunan
sebesar 10,98 %.
Berikut ini adalah grafik dari hasil
pengukuran kadar logam dalam air.
Gambar 1 grafik pengukuran kadar
logam.

Pengukuran kadar logam

nilai logam berat (mg/l)

Eceng
gondok
Pasir silika
Batu bata
Zeolit
Malang

hari ke-

Berdasar kan grafik diatas Eceng


gondok pada hari ke nol memiliki nilai
kadar logam sebesar 0,073 mg/l, hari ke
tiga sebesar 0,08 mg/l, untuk hari ke
lima sebesar 0,084 mg/l, dan untuk hari
ke tujuh sebesar 0,085 mg/l. Pasir silika
dan pasir malan memiliki nilai kadar
logam yang sama pada hari ke tiga
sebesar 0,067 mg/l. Pada hari ke lima
zeolit memiliki nilai kadar logam
sebesar 0,072 mg/l. Batu bata di hari ke
tujuh memiliki nilai kadar logam sebesar
0,080 mg/l.
Pembahasan
Logam berat mempunyai sifat
yang mudah mengikat dan mengendap
di dasar perairan dan bersatu dengan
sedimen, sehingga kadar logam berat
dalam
sedimen
lebih
tinggi
dibandingkan dalam air (Aditriawan
2013). Konsentrasi logam berat pada

sedimen tergantung pada beberapa


faktor yang berinteraksi. Faktor-faktor
tersebut adalah sumber dari mineral
sedimen antara sumber alami atau hasil
aktifitas manusia, melalui partikel pada
lapisan permukaan atau lapisan dasar
sedimen, melalui partikel yang terbawa
sampai ke lapisan dasar, melalui
penyerapan dari logam berat terlarut dari
air yang bersentuhan.
Logam berat Besi (Fe) adalah
logam berwarna putih keperakan, liat
dan dapat dibentuk. Fe di dalam susunan
unsur berkala termasuk logam golongan
VIII, dengan berat atom 55,85g.mol -1,
nomor atom 26, dan mempunyai berat
jenis 7.86g.cm-3. Besi (Fe) adalah logam
yang dihasilkan dari bijih besi, dan
jarang dijumpai dalam keadaan bebas,
untuk
mendapatkan
unsur
besi,
campuran lain harus dipisahkan melalui
penguraian kimia. Kadar alamiah besi
adalah 0.05-0.2 mg/L (Effendi 2003).
Besi di dalam perairan dimanfaatkan
algae sebagai penyusun sitokrom dan
klorofil. Besi berfungsi sebagai enzim
dan transfer elektron pada proses
fotosintesis. Namun, kadar besi di
perairan
yang
berlebihan
dapat
menghambat fiksasi unsur lainnya.
Unsur besi ini juga berpengaruh
terhadap ketersediaan phosphate dalam
perairan. Batas maksimal kandungan
besi dalam air adalah 0.3 mg/L
(Aditriawan 2013)
Filtrasi yaitu proses penjernihan
atau penyaringan air limbah melalui
media, selama air melalui media akan
terjadi perbaikan kualitas air. Sistem
pengendapan pada masing-masing filter
secara umum memiliki mekanisme yang
sama. Kotoran dari buangan feses ikan
serta pakan akan mengendap pada dasar
akuarium serta masuk pada sela-sela
filter fisik seperti batu split, batu bata,
zeolit dan lainnya. Karena filter yang
digunakan bukan sistem under gravel
maka kotoran akan mengendap di dasar
batuan filter. Pengendapan tersebut
disebabkan karena adanya tarikan gaya
gravitasi bumi (Edahwati et al 2010).
Sistem resirkulasi adalah suatu
wadah pemeliharaan biota perairan

menggunakan sistem perputaran air.


Kondisi
air dialirkan dari wadah
pemeliharaan ikan ke wadah filter lalu
dialirkan ke wadah pemeliharaan.
Komponen sistem resirkulasi adalah
filter mekanik, filter biologi, filter kimia.
Salah satu bentuk sistem resirkulasi
sederhana ialah double bottom filter
(Edahwati et al 2010).
Mekanisme kerja dari double
bottom adalah resirkulasi dan filtrasi air
media di dalam akuarium. Udara
hembusan aerasi akan menyebabkan air
di dasar akuarium terangkat ke atas
sehingga air tersebut akan keluar dari
bagian atas paralon penyalur air. Air
yang keluar dari paralon penyalur akan
masuk kembali ke dalam akuarium,
sedangkan udara akan terlepas ke
atmosfir. Dengan terangkatnya air dasar,
air yang berada di dalam akuarium
bagian atas akan mengisi kekosongan
ruang di bagian bawah akuarium. Ketika
air mengalir ke bagian bawah akuarium,
air akan tersaring oleh komponen
penyaring double bottom yaitu batu
zeolite dan kerikil. Mekanisme filtrasi
dan resirkulasi yang diterapkan pada
sistem double bottom menguntungkan
dari segi efisiensi penggunaan air.
Penggunaan air pada akuarium yang
dilengkapi sistem double bottom akan
lebih efisien karena air dapat
dipertahankan dalam kondisi yang
cukup optimal selama komponen
penyaring yang digunakan masih dapat
bekerja secara optimal (Boszke et al
2003).
Menurut
Roekmijati
(2004)
tumbuhan air pada dasarnya mempunyai
kemampuan menyerap logam berat dari
media lingkungan. Akan tetapi jenis
tumbuhan yang dipergunakan dalam
pengolahan limbah seperti limbah logam
berat di lingkungan masih sangat sedikit.
Macam-macam tumbuhan air yang
suidah dijadikan sebagai filter adalah
eceng gondok, kangkung, jeruju,
kiambang,
Hydrocotyle
umbellata,
lemna minor dan Azolla pinnata.
Pada
praktikum
teknik
penanganan logam berat (Fe) dengan
filter fisik dan tumbuhan air ini

menggunakan substrat yang berbedabeda. Macam-macam substrat yang


digunakan adalah pasir silika, batu bata,
batu zeolit, pasir malang. Tanaman air
yang digunakan adalah eceng gondok.
Eceng gondok (Eichhornia crassipes)
adalah tumbuhan yang sering diangga
sebagai gulma karena kecepatan tumbuh
yang sangat tinggi, akan tetapi tanaman
ini ternyata memiliki manfaat yaitu
dapat menyerap logam berat seperti Fe.
Menurut Roekmijati (2004) logam berat
dalam proses penyerapan membentuk
kompleks koordinat kovalen dengan
bahan biologi di dalam jaringan
tumbuhan Eichornia crassipes. Oleh
karena itu Eichornia crassipes mampu
menyerap polutan pada perairan.
Tumbuhan
Eichornia
crassipes
membutuhkan waktu 12 hari untuk
menurunkan konsentrasi logam berat
plumbum sebesar dua kali lipat dari
konsentrasi awal logam berat tersebut
yakni 0,40 ppm (Hasim 2003).
Berdasarkan praktikum yang
sudah dilakukan pada eceng gondok
mengalami kenaikan kadar logam berat
dari hari pertama hingga hari ketujuh
yaitu dengan persentase sebesar -16,44
%. Hal ini dimungkinkan karena
kurangnya jumlah eceng gondok atau
kurang lama waktu yang digunakan.
Berdasarkan literatur yang ada eceng
gondok memerlukan waktu menurunkan
kadar logam berat selama 12 hari
(Hasim 2003).
Hasim (2003) mengatakan bahwa
tumbuhan eceng gondok selain memiliki
kelebihan sebagai penyerap logam berat
namun tumbuhan ini juga memiliki
dampak negatif. Kekurangan dari
tumbuhan ini seperti menurunkan kadar
oksigen, mempercepat pendangkalan
suat perairan, mengurangi jumlah air,
meningkatnya
habitat
baru,
dan
mengganggu lalu lintas di perairan. Jadi
jika menggunakan eceng gondok
sebaiknya secukupnya saja dalam
pemakain, dan pemakaian harus
terkontrol.
Dalam filter fisik yang digunakan
dalam
praktikum
ada
yang
menggunakan substrat batu zeolit. Zeolit

memiliki struktur berongga yang terisi


oleh air dan kation yang bisa
dipertukarkan,
serta
memiliki
kemampuan untuk melepaskan dan
menyerap kembali air dan menukarkan
ion tanpa merusak atau merubah struktur
atomnya. Ion-ion pada rongga atau
kerangka elektrolit berguna untuk
menjaga kenetralan zeolit. Ion-ion ini
dapat
bergerak
bebas
sehingga
pertukaran
ion-ion
yang
terjadi
bergantung pada ukuran dan muatan
maupun jenis zeolitnya. Kelebihan zeolit
yang mempunyai sifat sebagai penukar
ion, memungkinkan pemanfaatan zeolit
untuk mengurangi konsentrasi logamlogam berat yang terdapat pada air
limbah melalui penyerapan. Berdasarkan
hasil penelitian Husaeni (2000), zeolit
dapat menurunkan kadar besi (Fe) dari
1,466 mg/l menjadi 0,12 mg/l, kemudian
mangan (Mn) dari 2,22 mg/l menjadi
0,06 mg/l, tembaga (Cu) dari 0,43 mg/l
menjadi 0,03 mg/l dan seng (Zn) dari
0,18 mg/l menjadi 0,11 mg/l. Batu zeolit
yang digunakan dalm praktikum mampu
menurunkan kandungan logam berat
sebesar 10,98 %.
Kegunaan substrat pasir silika
adalah untuk menghilangkan sifat fisik
air, seperti kekeruhan/air berlumpur dan
menghilangkan bau pada air. Pada
umumnya pasir silika digunakan pada
tahap awal sebagai saringan dalam
pengolahan air kotor menjadi air bersih.
Pasir Silika banyak digunakan untuk
menyaring lumpur, tanah dan partikel
besar /kecil dalam air dan biasa
digunakan untuk penyaringan tahap
awal (pre-treatment). Pasir silika mampu
untuk menghilangkan kandungan besi
(Fe), menghilangkan sedikit Mangan
(Mn2+) dan warna kuning pada air tanah
atau sumber air lainnya (Darmono
2001). Fe dan Mn dalam air biasanya
diturunkan dengan cara aerasi air pada
pH>7 sehingga kedua logam ini
mengendap sebagai oksidanya. Baik
pasir silica banyak digunakan pada
system
penyaringan
air
secara
konvensional dan dapat memperbaiki
kualitas fisik air seperti kekeruhan.
Substrat pasir silika cukup efektif

menurunkan logam berat dari hasil yang


diperloleh dalam praktikum pasir silika
mampu menurunkan logam berat hingga
5,19 %.
Batu bata dibentuk dari tanah liat
dan lumpur yang dikeringkan atau
dibakar sampai berwarna kemerahan.
Menurut Sudarmono (2010) tanah liat
merupakan komposit yang tersusun dari
senyawa Al2O2 dan oksida silica
(SiO2). Seperti halnya pasir, batu bata
juga memiliki rongga udara sehingga
dapat melekatkan padatan halus tidak
mengendap dan daya serapnya tinggi.
Batu bata memiliki daya serap air cukup
tinggi terlebih lagi bila butiran lempung
penyusunnya kasar, sehingga batu bata
dapat menyerap air yang mengandung
padatan kotoran tidak mengendap dalam
rongganya. Saat praktikum batu bata
dilakukan penumbukan dan pencucian
terlebih dahulu. Substrat batu bata yang
digunakan untuk praktikum ternyata
juga mampu menurunkan kandungan
logam berat bahkan menurut hasilyang
didapat dalam praktikum batu bata
memiliki persentasi penurunan logam
berat yang tertinggi yaitu 37,50 %.
Pasir malang merupakan pasir
yang berasal dari gunung berapi atau
biasanya disebut dengan pasir vulkanik.
Pasir malang memiliki tekstur yang
ringan, memiliki rongga-rongga dan
porous.
Pasir
malang
biasanya
digunakan sebagai substrat pasir pada
akuarium dan karena pada umumnya
material gunung berapi mengandung
banyak mineral maka pasir malang baik
untuk pertumbuhan tanaman (Edahwati
et al 2010). Substrat pasir malang yang
digunakan dalam praktikum juga
mampu menurunkan kandungan logam
berat sebesar 8,22 %.
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa
treatment menggunakan substrat batu
bata lebih efektif menurunkan kadar
logam berat Fe dibandingkan dengan
substrat yang lain. Batu bata mampu

menurunkan kadar logam berat dengan


persentase 37,50 %.
DAFTAR PUSTAKA
Aditriawan, R.M. 2013. Akumulasi
logam berat pada ikan nila
(Oreochromis niloticus) yang
dipelihara pada media berisi
sedimen dari waduk cirata.
Skripsi. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan IPB. Bogor.
Aspinall, C. 2001. Small-scale mining in
Indonesia. International Institute
for
Environment
and
Development and the World
Business Council for Sustainable
Development. England.
Boszke, L., A.Kowalski, G.Glosinska,
R.Szarek, and J.Siepak. 2003.
Environmental factors affecting
speciation of mercury in the
bottom sediment; an overview.
Polish Journal of Environmental
Studies. 12(1): 5-13.
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan
Pencemaran. UI Press. Jakarta.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air
Bagi Pengelolaan Sumber Daya
dan
Lingkungan
Perairan.
Yogyakarta : Kanisius. 249 hlm
Edhawati, Luluk dan Suprihatin. 2010.
Kombinasi
Proses
Aerasi,
Adsorpsi dan Filtrasi Pada
Pengolahan Air Limbah Industri
Perikanan. Jurnal Ilmiah Teknik
Lingkungan Vol 1. No 2 ;
Surabaya
Hasim. 2003. Eceng Gongok Pembersih
Polutan Logam Berat. Kompas
dalamkolom Inspirasi. Jakarta
Husaeni. 2000. Pengolahan Zeolit Alam.
Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan
Teknologi
Mineral, Bandung.
Roekmijati. 2004. Kesetimbangan Antar
Pertumbuhan
dan
Panenan
Dalam Rangka Pemanfaatan
Eceng
gondok.
Lingkungan
Pembangunan. Hal.116-132
Sudarmono Hari. 2010. Penentuan
Setting Level Optimal Media
Penjernih Air Terhadap Tingkat
Kekeruhan Dan Kandungan Fe

Dengan Metode Full Factorial 22


Dan
Principal
Component
Analysis. Skripsi. Teknik Industri

Universitas
Surakarta

Sebelas

Maret

Anda mungkin juga menyukai