1
Pendahuluan
Diagnosis kanker Jeher rahim masih sering terlambat dibuat dan penangan.
annyapun ternyata tidak -memberi hasl yang baik. Keterlambatan diagnosis terjadi
arene penderita sering datang terlambat ke dokter ataupun disebabkan leh Ket
dakmampuan dokter menemukan penyakit tersebut pada tingkat dini, Biasanya
ppenderita datang ke dokter sesudah terjai gejala perdarahan, ateupun keputihan
yang berbau. Jika terjadi perdarahan per vaginam yang tidak semestinya atau
terdapat keputihan, sering wanita tidak segera pergi ke dokter tetapi mengusaha-
kan sendiri mengatasinya dengan meminum jamu atau pergi ke dukun. Kala
dengan usahe tersebut gejala tidak dapat diatasi atau makin menghebat, barulah dia
‘meminta pertolongan dokter.
‘Hal tersebut di atas sebenarnya discbabkan kurangnya pengertian akan bahaya
Kanker, Karena pendidikan yang kurang atau kurangnys penerangan mengenai
Kanker umumnya, kanker Ieher rahim khususnya, Tidak jarang pula penderita
‘tidak dapat perpi ke dokter Karena persoalan biaya, ataupun takut Kalau-kalau
dokter menermukan kanker pada dirinya. Ketakutan yang tidak beralasan tersebut
disebabkan pendapat umum bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubung-
kan dengan kematian.
Ska terjadi perdarahan per vaginam yang tidak semestinya tentu ada pembuluh
darah yang pecah dan jika perdarshan tersebut oleh kanker leher rahim biasanya
‘proses Keganasin tidak dini lagi.
Keterlambatan pembuatan diagnosis dari pihak dokter terjadi jika dokter
‘kurang berussha mencari yenyakit tersebut pada tingkat (stadium) dni di samping
peralatan yang kurang dimiliki dokter tersebut.
Pendapat umum yang mengaitkan kanker dengan kematian memang beralasan
jika kanker ditemukan sudah invasif (jnfiltratif), tidak dint lagi
Hasil penanganan' kanker Ieher rahim yang infiltraif [tingkat Klink 1b sampai
IV] memang masih mengecewakan, baik dengan radiasi, operas radikal, ataupun
gabungan keduanya yang di sanasini dtunjang oleh kemoterapi ataupun imuno-
terapi.[Neoplasia Intraepital pala Serviks (NES)
-[éeqeep TA oF0y] snp ep rene mens ‘uyeL sy BuPyEIPR sTNG BPE AOEN-| “1 PQUEDPendehuluen 3
Harahap dkk. (1) melaporkan hasil (5 year survival rete) dengan radiasi sebanyak
48,2% dari 1.027 kasuskasus kanker leher rahim yang dirawat selama tahun 1970—
1974, sedangkan Rutledge (2) sebanyak 6,19 dari 2.000 penderita yang ditemu-
kan selama 25 tahun,
Dengan operasiradikal hasl yang diperoleh kira-kira sama dengan hasilradiast
4,5).
Operasi radikal yang sebeiknya dilakukan untuk tingkat klik { (6) ternyata
lianjurkan pula untuk tingkat Klinik IL oleh Natsume (7) yang melaporkan hast
5 tahun sebanyak 910% untuk tingkat Klinik 1-dan 87,0% untuk tngkat: link
an
Hasil $ tahun yang lebih baik dilaporkan oleh Einhorn dkk. (8) dengan meng-
sgunakan gebungan operasi radikal dan radiasi. Dengan cara seperti itu Funnel
‘dkk, (9) melaporkan hasil $ tahun sebanyak 81,7% untuk tingkat klinik 1, 11, dan
m1.
Dengan hasil $ tahun umumaya dimaksudkan dalam $ tahun terhitung sejak
penanganan, penderita masih hidup dan bebas dari kanker. Jadi hasil S tahun
tersebut hanyalah merupakan pembatasan cacat dan sesudah 5 tahun angka keber-
hasilan masth akan menurun. Namun makin rendah tingkat klinik makin baik hasil
5 tahun diperoleh seperti dilaporkan oleh Gad (10) dan Natsume (7).
Hal yang tidak boleh dilupakan islah penyulit yang dapat terjdi dengan tin-
akan radiasi, operasi radikal (11), terlebih-lebih, dengan gabungan keduanya
8,12),
Dengan radiasi dapat terjadi Kematian, fistulas akibat nekrosis pada saluran
perkencingan dan usus (13, 14, 15, 16). Timbulnya keganasan pada badan rahim
semudah radiasi kanker leher rahim, mungkin sebagai akibat penyinaran tersebut
(27). Penyulit_ yang tidak banyak diperhatikan tetapi sebenaraya. merupakan
ppenderitaan yang sangat besar pada penderta ialah penyulit berupa aspek-aspek
sosial yang terjadi sesudah penanganan dengan penyinaran.
Dengan operasi radikal penyulit dapat terjadi berupa kematian (walaupun
jrang), fistulas! saluran perkencingan dan usus (18), limfokista (19). Gangguan
fungsi soks pada usia muda dapat dihindari dengan Konservastindung telur karona
ternyata penyebaran Ke organ. tersebut tidak ditemukan pada tingkat Klinik 1
(6, 20). Walaupun jarang, Kecelakaan pada pembuluh darah dapat pula teyjadi
ddan memerlukan penanganan khusus (21).
‘Karena hasil penanganan hanyalah berupa hasil $ tahun dan penyulittindskan
dapat terjadi walaupun telah dikorbankan banyak waktu, tenaga, pikiran, dan
‘materi, maka harus diusahakan agar Kanker leher rahim dapat ditemukan sebelum
‘menjadi invasf.
‘Telah umum diterima bahwa neoplasma pada Ieher rahim dimulai dalam ben:
‘uk digplasiaringan dan menghebat menjadi displasia sedang, displasa berat, dan
terus menjadi karsinoma insitu (CIS). Jika tidak terganggu, kebanyakan displasia4 Neoplesi Intrepial pad Serviks (NI)
akan berkembang menjadi CIS, hanya 6% beregresi menjadi normal sepert terihat
pada laporan Richart dan Barron (22). Kelainan dalam bentuk displasia tersebut
bersamasama dengan CIS dimasukkan dalam golongan neoplasia intracpitel pada
serviks (NIS; 22, 23).
Karena belum ada parameter yang dapat digunakan untuk menentukan displa-
sia yang mana akan beregresi, yang mana akan berkembang menjadi lebih berat,
maka jika ditemukan NiS harus ditangani (24). Dari bentuk CIS terlebih dul
terjadi mikroinvasi ke stroma serviks (early stromal invasion) baru Kermudian sel
tumor ganas menyebar (mengifiltrasi jauh ke stroma leherrahim (23,25)
Karena 61% dari penderita CIS tidak akan mengalami keluhan (25) maka
penemuan CIS tidaklah mungkin dengan menunggu agar penderita datang sendiri
ke dokter yang biasanya terjadi kalau keluhan ada. Untuk menemukan CIS seba-
yak mungkin maka pemeriksean-pemerikssan berkala dan teratur harus dilakukan.
Penggunaan sitologlusapan leher rahim ternyata meningkatkan penemuan CIS.
(26) namun demikian masih terdapat hasil positif palsu (27) dan hasil negatit
palsu (28).
Perubahan-perubahan pembulul darah dan permukaan leher rahim yang terjadi
pada displasia dan CIS dapat diintip dengan kolposkop (24) sehingga lesi yang
‘melepas sel abnormal dapat ditentukan. Seperti pemeriksaan sitologik, pemeriksa-
an kolposkopik juga tidak akurat 100% (24, 28, 29, 30).
‘Kalau NIS dapat ditemukan dan dilakukan pengobatan yang sesuai, maka dapat
diharapkan kanker leher rahim yang infltratif (jenis epidermoid) dapat dicegah.
Di Indonesia ini masih jarang sekali ditemukan NIS karena pemeriksaan kol-
poskopik mash jarang dilekukan sedangkan pemeriksaan sitologik sudah mulai di
sans-sini, Laporandaporan dari Hutabarat dan Oci (31), Roesman (32), Sini (33),
Soemargo dan Joedosepoetro (34), Wiraatmadja dan Harahap (35), Wulur dan
Sopacua (36), Soebagijo dkk. (37), Sudarman dkk. (38), Soerohardjo dkk. (39),
dan laindain hanyalah mengemukakan Kasus-Kasus yang sudah invasif dan hasilnya
tontw tidak memuaskan. Demikian pula laporan Sutedjo dan Lumbanradja (40),
Lapau (41), Murait-Manoe dk, (42), Pamuwun dkk. (43), Sopacua dan Andan (44)
Gumay dan Sumartono (45). Namun angin baik agaknya mulai bethembus se-
perti terlihat pada tulisan Iskandar (46), Harahap (47), Aziz dkk. (48), Bahauddin
ddan Tocloes (49), Harahap (SO), Tarigan dan Napitupulu (51), dan Harahap (52).
Tetdorong oleh Keinginan agar kematin wanita oleh kankerIeher rahim dapat
sangat dikurangi dan jika mungkin ditiadakan, maka penulis mengemukakan pem-
bbahasan mengenai cara menemukan dan menangani NIS.