Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTEK PERAWATAN DAN PERBAIKAN

Judul :
03
PENGUJIAN KOMPONEN MEKANIK DAN KOMPONEN PASIF

Disusun Oleh :
Hanna Chamad Al-Jaidi
NIM :
1314030056
Kelas :
TT-5B

PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
TAHUN 2016

I.

PENDAHULUAN
Dalam dunia Elektronika yang berkaitan erat dalam terciptanya bidang

Telekomunikasi tidak terlepas dari komponen untuk menciptakan suatu alat dengan
adanya rangkaian terlebih dahulu. Untuk mengetahui keadaan komponen baik atau rusak
dilakukan pengecekkan keadaan dengan mengukur komponen tersebut dengan alat ukur
multimeter. Spesifikasi yang dimiliki berbeda-beda tergantung pada penggunaannya.
Maka dari itu spesifikasi nilai komponen sangat diperlukan agar para teknisi dapat
menggunakan komponen untuk menciptakan suatu rangkaian dengan baik.
II.

DASAR TEORI
A. Komponen Pasif
Komponen pasif merupakan komponen-komponen yang tidak dapat dengan

sendirinya membangkitkan tegangan atau arus. Dengan kata lain, komponen pasif adalah
komponen yang dapat bekerja tanpa catu daya. Adapun yang tergolong dalam komponen
pasif yaitu resistor, kapasitor, inductor dan transformator.
1. Resistor
Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi jumlah
arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai dengan namanya resistor bersifat
resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Dari hukum Ohm diketahui, resistansi
berbanding terbalik dengan jumlah arus yang mengalir melaluinya. Satuan resistansi
dari suatu resistor disebut Ohm atau dilambangkan dengan simbol (Omega).

Gambar 1. Resistor
Untuk menyatakan resistansi sebaiknya disertakan batas kemampuan dayanya.
Berbagai macam

resistor terbuat dari bahan yang berbeda dengan sifat-sifat yang

berbeda. Spesifikasi lain yang perlu diperhatikan dalam memilih resitor pada suatu
rancangan selain besar resistansi adalah besar watt-nya. Karena resistor bekerja dengan
dialiri arus listrik, maka akan terjadi disipasi daya berupa panas sebesar W= R watt.

Semakin besar ukuran fisik suatu resistor bisa menunjukkan semakin besar kemampuan
disipasi daya resistor tersebut. Umumnya tersedia ukuran 1/8, 1/4, 1, 2, 5, 10 dan 20
watt. Resistor yang memiliki disipasi daya 5, 10 dan 20 watt umumnya berbentuk
kubik memanjang persegi empat berwarna putih, namun ada juga yang berbentuk
silinder. Tetapi biasanya untuk resistor ukuran jumbo ini nilai resistansi dicetak
langsung dibadannya, misalnya 1005W.
Macam-Macam resistor sesuai dengan bahan dan konstruksinya. Berdasarkan jenis
dan bahan yang digunakan untuk membuat resistor dibedakan menjadi resistor
kawat, resistor arang dan resistor oksida logam. Sedangkan resistor arang dan
resistor oksida logam berdasarkan susunan yang dikenal resistor komposisi dan resistor
film. Namun

demikian

dalam

perdagangan

resistor-resistor

tersebut

dibedakan

menjadi resistor tetap (fixed resistor) dan resistor variabel. Pengunaan untuk daya rendah
yang paling utama adalah jenis tahanan tetap yaitu tahanan campuran karbon yang dicetak.
Ukuran relatif semua tahanan tetap dan tidak tetap berubah terhadap rating daya
(jumlah watt
Macam-macam resistor tetap :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Metal Film Resistor


Metal Oxide Resistor
Carbon Film Resistor
Ceramic Encased Wirewound
Economy Wirewound
Zero Ohm Jumper Wire
SIP Resistor Network

Macam-macam resistor variabel :


a. Potensiometer
Linier
Logaritmis
b. Trimer-Potensiometer
c. Thermister
NTC (Negative Temperature Coefisient)
PTC (Positive Temperature Coefisient)
DR
Vdr
Karakteristik berbagai macam resistor dipengaruhi oleh bahan yang digunakan.
Resistansi resistor komposisi tidak stabil disebabkan karena pengaruh suhu, jika suhu
naik maka resistansi turun. Kurang sesuai apabila digunakan dalam rangkaian
elektronika tegangan tinggi dan arus besar. Resistansi sebuah resistor komposisi
berbeda antara kenyataan dari resistansi nominalnya. Jika perbedaan nilai sampai 10 %

tentu kurang baik pada rangkaian yang memerlukan ketepatan tinggi. Resistor variabel
resistansinya berubah-ubah sesuai dengan perubahan dari pengaturannya. Resistor variabel
dengan pengatur mekanik, pengaturan oleh cahaya, pengaturan oleh temperatur suhu atau
pengaturan lainnya.
Secara teori sebuah resistor dinyatakan memiliki resistansi murni akan tetapi
pada prakteknya sebuah resistor mempunyai sifat tambahan yaitu sifat induktif dan
kapasitif. Pada dasarnya bernilai rendah resistor cenderung mempunyai sifat induktif
dan resistor bernilai tinggi resistor tersebut mempunyai sifat tambahan kapasitif.
Kode Warna dan Huruf Pada Resistor
Tidak semua nilai resistansi sebuah resistor dicantumkan dengan lambang
bilangan melainkan dengan cincin kode warna. Banyaknya cincin kode warna pada setiap
resistor berjumlah 4 dan ada juga yang berjumlah 5. Resistansi yang mempunyai 5 cincin
terdiri dari cincin 1 , 2 dan 3 adalah cincin digit, cincin 4 sebagai pengali serta cincin 5
adalah toleransi. Resistansi yang mempunyai 4 cincin terdiri dari cincin 1 , 2 adalah
sebagai digit, cincin 3 adalah cincin pengali dan cincin 4 sebagai toleransi.

Gambar 2. Kode Warna Komponen Resistor

2. Potensiometer
Potensiometer adalah sebuah jenis resistor yang nilai tahanannya atau hambatannya
(resistansi) dapat dirubah atau diatur (adjustable). Potensiometer memiliki 3 terminal, 2
terminal terhubung ke kedua ujung elemen resistif, dan terminal ketiga terhubung ke
kontak geser yang disebut wiper. Posisi wiper menentukan tegangan keluaran dari
potensiometer. Berikut ini simbol dari potensiometer, simbol potensiometer dengan
standar IEC dan standar ANSI.

Gambar 3. Simbol potensiometer standar IEC

Gambar 4. Simbol potensiometer standar ANSI

Potensiometer pada dasarnya berfungsi sebagai pembagi tegangan variabel. Unsur


resistif dapat dilihat sebagai dua resistor seri, dimana posisi wiper menentukan rasio
resistensi dari resistor pertama ke resistor kedua.
Potensiometer juga dikenal sebagai potmeter atau pot. Bentuk paling umum dari
potmeter adalah potmeter putar. Jenis pot sering digunakan dalam kontrol volume suara
audio dan berbagai aplikasi lainnya. Unsur resistif pada potensiometer biasanya terbuat
dari bahan seperti karbon, keramik logam, gulungan kawat (wirewound), plastik
konduktif, atau film logam.
Jenis Potensiometer
Secara manual potensiometer dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu potensiometer
dengan gerakan berputar (potensiometer putar) dan potensiometer linier.

1. Potensiometer putar adalah jenis potensiometer yang paling umum dimana wiper
bergerak dengan jalan melingkar (memutar).

Gambar 5. Potensiometer Putar


2. Potensiometer linier adalah jenis potensiometer dimana wiper bergerak pada
sepanjang jalur linier. Potensio linier juga dikenal sebagai slider, pot slide, atau fader.

Gambar 6. Potensiometer Linier


3. Potensiometer digital adalah potensiometer yang dikontrol secara elektronik. Dalam
kebanyakan kasus mereka ada dari berbagai komponen resistif kecil secara seri.
Setiap elemen resistif dilengkapi dengan saklar yang dapat berfungsi sebagai tap-off
point atau posisi wiper sebenarnya.
4. Rheostat adalah resistor variabel dua terminal dan seringkali didesain untuk
menangani arus dan tegangan yang tinggi. Sebuah potensiometer juga dapat
digunakan sebagai rheostat, atau resistensi variabel tunggal. Cara terbaik untuk
menggunakan potensiometer sebagai rheostat adalah dengan menghubungkan wiper
dan ujung satu terminal lainnya menjadi satu. Hal ini dilakukan untuk mencegah bila
wiper menjadi hilang kontak/ putus kontak akibat kotoran atau sebagainya.

3. Kapasitor

Gambar 7. Kapasitor
Kapasitor ialah komponen elektronika yang mempunyai kemampuan menyimpan
elektron-elektron selama waktu yang tidak tertentu. Kapasitor berbeda dengan akumulator
dalam menyimpan muatan listrik terutama tidak terjadi perubahan kimia pada bahan
kapasitor, besarnya kapasitansi dari sebuah kapasitor dinyatakan dalam farad. Pengertian
lain kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan dan melepaskan
muatan listrik. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang
dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal
misalnya udara vakum, keramik, gelas dan lain-lain.
Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik, maka muatan-muatan positif
akan mengumpul pada salah satu kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang sama
muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan positif tidak
dapat mengalir menuju ujung kutup negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa
menuju ke ujung kutup positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang nonkonduktif. Muatan elektrik ini "tersimpan" selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung
kakinya.Di alam bebas, phenomena kapasitor ini terjadi pada saat terkumpulnya muatanmuatan positif dan negatif di awan. Kemampuan untuk menyimpan muatan listrik pada
kapasitor disebuat dengan kapasitansi atau kapasitas.
Fungsi kapasitor pada rangkaian elektronika adalah sebagai berikut:
1. Kapasitor sebagai kopling, dilihat dari sifat dasar kapasitor yaitu dapat dilalui arus ac
dan tidak dapat dilalui arus dc dapat dimanfaatkan untuk memisahkan 2 buah
rangkaian yang saling tidak berhubungan secara dc tetapi masih berhubungan secara
AC (signal), artinya sebuah kapasitor berfungsi sebagai kopling atau penghubung
antara 2 rangkaian yang berbeda.

2. Kapasitor berfungsi sebagai filter pada sebuah rangkaian power supply, kapasitor
sebagai ripple filter, disini sifat dasar kapasitor yaitu dapat menyimpan muatan listrik
yang berfungsi untuk memotong tegangan ripple.
3. Kapasitor sebagai penggeser fasa.
4. Kapasitor sebagai pembangkit frekuensi pada rangkaian oscilator.
5. Kapasitor digunakan juga untuk mencegah percikan bunga api pada sebuah saklar.
4. Induktor

Gambar 8. Induktor
Sebuah induktor atau reaktor adalah sebuah komponen elektronika pasif
(kebanyakan berbentuk torus) yang dapat menyimpan energi pada medan magnet yang
ditimbulkan oleh arus listrik yang melintasinya. Kemampuan induktor untuk menyimpan
energi magnet ditentukan oleh induktansinya, dalam satuan Henry. Biasanya sebuah
induktor adalah sebuah kawat penghantar yang dibentuk menjadi kumparan, lilitan
membantu membuat medan magnet yang kuat di dalam kumparan dikarenakan hukum
induksi Faraday. Induktor adalah salah satu komponen elektronik dasar yang
digunakan dalam rangkaian yang arus dan tegangannya berubah-ubah dikarenakan
kemampuan induktor untuk memproses arus bolak-balik.
5. Transformator
Transformator merupakan suatu alat listrik yang mengubah tegangan arus bolak-balik
dari satu tingkat ke tingkat yang lain melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan
prinsip-prinsip induksi-elektromagnet. Transformator terdiri atas sebuah inti, yang
terbuat dari besi berlapis dan dua buah kumparan, yaitu kumparan primer dan kumparan
sekunder.
Penggunaan transformator yang sederhana dan handal memungkinkan dipilihnya
tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap-tiap keperluan serta merupakan salah satu
sebab penting bahwa arus bolak-balik sangat banyak dipergunakan untuk pembangkitan
dan penyaluran tenaga listrik.

Prinsip kerja transformator adalah berdasarkan hukum Ampere dan hukum Faraday,
yaitu: arus listrik dapat menimbulkan medan magnet dan sebaliknya medan magnet dapat
menimbulkan arus listrik. Jika pada salah satu kumparan pada transformator diberi arus
bolak-balik maka jumlah garis gaya magnet berubah-ubah. Akibatnya pada sisi primer
terjadi induksi. Sisi sekunder menerima garis gaya magnet dari sisi primer yang
jumlahnya berubah-ubah pula. Maka di sisi sekunder juga timbul induksi, akibatnya
antara dua ujung terdapat beda tegangan.

Gambar 9.

Komponen Dalam Transformator


Suatu transformator terdiri atas beberapa bagian yang terbagi atas bagian utama,
bagian peralatan bantu dan bagian peralatan proteksi. Berikut merupakan bagian-bagian
tersebut beserta fungsinya masing-masing :
1. Bagian Utama
a) Inti Besi
berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi, yang ditimbulkan oleh arus listrik yang
melalui kumparan. Dibuat dari lempengan-lempengan besi tipis yang berisolasi, untuk
mengurangi panas (sebagai rugi-rugi besi) yang ditimbulkan oleh Eddy Current.
b) Kumparan Trafo
Beberapa lilitan kawat berisolasi membentuk suatu kumparan. Kumparan tersebut
diisolasi baik terhadap inti besi maupun terhadap kumparan lain dengan isolasi padat
seperti karton, pertinax dan lain-lain. Umumnya pada trafo terdapat kumparan primer
dan sekunder. Bila kumparan primer dihubungkan dengan tegangan/arus bolak-balik
maka pada kumparan tersebut timbul fluksi yang menginduksikan tegangan, bila pada

rangkaian sekunder ditutup (rangkaian beban) maka akan mengalir arus pada
kumparan ini. Jadi kumparan sebagai alat transformasi tegangan dan arus.
c) Kumparan Tertier
Kumparan tertier diperlukan untuk memperoleh tegangan tertier atau untuk kebutuhan
lain. Untuk kedua keperluan tersebut, kumparan tertier selalu dihubungkan delta.
Kumparan tertier sering dipergunakan juga untuk penyambungan peralatan bantu
seperti kondensator synchrone, kapasitor shunt dan reactor shunt, namun demikian
tidak semua trafo daya mempunyai kumparan tertier.
d) Minyak Trafo
Sebagian besar trafo tenaga kumparan-kumparan dan intinya direndam dalam
minyak-trafo, terutama trafo-trafo tenaga yang berkapasitas besar, karena minyak
trafo mempunyai sifat sebagai media pemindah panas (disirkulasi) dan bersifat pula
sebagai isolasi (daya tegangan tembus tinggi) sehingga berfungsi sebagai media
pendingin dan isolasi.
e) Bushing
Hubungan antara kumparan trafo ke jaringan luar melalui sebuah busing yaitu sebuah
konduktor yang diselubungi oleh isolator, yang sekaligus berfungsi sebagai penyekat
antara konduktor tersebut denga tangki trafo.
f) Tangki dan Konservator
Pada umumnya bagian-bagian dari trafo yang terendam minyak trafo berada
(ditempatkan) dalam tangki. Untuk menampung pemuaian minyak trafo, tangki
dilengkapi dengan konservator.
2. Bagian Peralatan Bantu
a) Pendingin
Pada inti besi dan kumparan-kumparan akan timbul panas akibat rugi-rugi besi dan
rugi-rugi tembaga. Bila panas tersebut mengakibatkan kenaikan suhu yang berlebihan,
akan merusak isolasi di dalam trafo, maka untuk mengurangi kenaikan suhu yang
berlebihan tersebut trafo perlu dilengkapi dengan sistem pendingin untuk
menyalurkan panas keluar trafo.
b) Tap Changer
Tap Changer adalah perubah perbandingan transformator untuk mendapatkan
tegangan operasi sekunder sesuai yang diinginkan dari tegangan jaringan/primer yang
berubah-ubah. Tap changer dapat dilakukan baik dalam keadaan berbeban (on-load)
atau dalam keadaan tak berbeban (off load), tergantung jenisnya.
c) Alat Pernapasan
Karena pengaruh naik turunnya beban trafo maupun suhu udara luar, maka suhu
minyakpun akan berubah-ubah mengikuti keadaan tersebut. Bila suhu minyak tinggi,

minyak akan memuai dan mendesak udara di atas permukaan minyak keluar dari
dalam tangki, sebaliknya bila suhu minyak turun, minyak menyusut maka udara luar
akan masuk ke dalam tangki. Kedua proses di atas disebut pernapasan trafo.
Permukaan minyak trafo akan selalu bersinggungan dengan udara luar yang
menurunkan nilai tegangan tembus minyak trafo, maka untuk mencegah hal tersebut,
pada ujung pipa penghubung udara luar dilengkapi tabung berisi kristal zat
hygroskopis.
d) Indikator
Untuk mengawasi selama trafo beroperasi, maka perlu adanya indikator pada trafo
sebagai berikut:
indikator suhu minyak
indikator permukaan minyak
indikator sistem pendingin
indikator kedudukan tap
dan sebagainya.
3. Bagian Peralatan Proteksi
a) Rele Bucholz
Rele Bucholz adalah rele alat/rele untuk mendeteksi dan mengamankan terhadap

b)

gangguan di dalam trafo yang menimbulkan gas.


Gas yang timbul diakibatkan oleh:
Hubung singkat antar lilitan pada/dalam phasa
Hubung singkat antar phasa
Hubung singkat antar phasa ke tanah
Busur api listrik antar laminasi
Busur api listrik karena kontak yang kurang baik.
Pengaman Tekanan Lebih
Alat ini berupa membran yang dibuat dari kaca, plastik, tembaga atau katup berpegas,
berfungsi sebagai pengaman tangki trafo terhadap kenaikan tekan gas yang timbul di
dalam tangki yang akan pecah pada tekanan tertentu dan kekuatannya lebih rendah

dari kakuatan tangi trafo.


c) Rele Tekanan Lebih
Rele ini berfungsi hampir sama seperti rele Bucholz, yakni mengamankan terhadap
gangguan di dalam trafo. Bedanya rele ini hanya bekerja oleh kenaikan tekanan gas
yang tiba-tiba dan langsung mentripkan P.M.T.
d) Rele Diferensial
Berfungsi mengamankan trafo dari gangguan di dalam trafo antara lain flash over
antara kumparan dengan kumparan atau kumparan dengan tangki atau belitan dengan
belitan di dalam kumparan ataupun beda kumparan.
e) Rele Arus Lebih

Befungsi mengamankan trafo arus yang melebihi dari arus yang diperkenankan lewat
dari trafo terseut dan arus lebih ini dapat terjadi oleh karena beban lebih atau
gangguan hubung singkat.
f) Rele Tangki Tanah
Berfungsi untuk mengamankan trafo bila ada hubung singkat antara bagian yang
bertegangan dengan bagian yang tidak bertegangan pada trafo.
g) Rele Hubung Tanah
Berfungsi untuk mengamankan trafo bila terjadi gangguan hubung singkat satu phasa
ke tanah.
h) Rele Termis
Berfungsi untuk mencegah/mengamankan trafo dari kerusakan isolasi kumparan,
akibat adanya panas lebih yang ditimbulkan oleh arus lebih. Besaran yang diukur di
dalam rele ini adalah kenaikan temperatur.
Klasifikasi Transformator
Transformator mempunyai banyak sekali jenis atau macam-macamnya, baik
berdasarkan fungsi pemakaiannya, perbandingan jumlah lilitan maupun berdasarkan
penyusun intinya. Klasifikasi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
Berdasarkan perbandingan jumlah lilitan primer dan sekunder:
a) Transformator step up
transformator step up yaitu transformator yang mengubah tegangan bolak-balik
rendah menjadi tinggi, transformator ini mempunyai jumlah lilitan kumparan
sekunder lebih banyak daripada jumlah lilitan primer (Ns > Np).
b) Transformator step down
transformator step down yaitu transformator yang mengubah tegangan bolak-balik
tinggi menjadi rendah, transformator ini mempunyai jumlah lilitan kumparan primer
lebih banyak daripada jumlah lilitan sekunder (Np > Ns).
B. Komponen Penunjang
Komponen penunjang merupakan komponen pelengkap yang tidak harus ada.
1. Saklar
Saklar adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk memutuskan jaringan listrik,
atau untuk menghubungkannya. Jadi saklar pada dasarnya adalah alat penyambung atau
pemutus aliran listrik. Selain untuk jaringan listrik arus kuat, saklar berbentuk kecil juga
dipakai untuk alat komponen elektronikaarus lemah. Cara menguji kondisi dari saklar
sama dengan menguji kondisi pada relay yaitu dengan cara menempelkan ujung prober
(+) dan (-) dari multimeter analog pada ujung kiri dan ujung kanan pada saklar, apabila
jarum multimeter bergerak maka saklar dalam kondisi yang baik.

III.

LANGKAH KERJA
Langkah-langkah melakukan praktik pengujian komponen mekanik dan komponen

pasif adalah sebagai berikur :


1. Mengambil solder, penyedot timah dan miltimeter di ruang alat Laboratorium Teknik
Telekomunikasi Politeknik Negeri Jakarta yang akan dilakukan praktikan pengujian
komponen mekanik dan komponen pasif.
2. Mengambil beberapa rangkaian audio, pemancar dan sebagainya di bengkel belakang.
3. Menyalakan solder dan tunggu hingga memanas.
4. Melepas komponen-komponen pasif pada rangkaian tersebut berupa resistor,
kapasitor, switch, trafo, speaker, potensiometer, dan induktor dengan menggunakan
solder dan alat menyedot timah.
5. Melakukan pengujian pada komponen komponen pasif tersebut apakah masih dapt
berfungsi atau tidak berserta keterangan spesifikasi dan alasannya.
6. Mencatat hasil pengujian pada lembar kerja.
IV.
No

HASIL DAN ANALISA


a. Hasil

Komponen

Saklar

Tipe/Spesifikasi/
Karakteristik
Push Button
Switch DPDT,
Double Pole 6
anak kontak.

Trafo
2

Penurun
Tegangan

OKI Transformer,
lilitan Primer 0240 V, Arus= 1
Ampere.

Resistor Film
3

Resistor

Metal 220
1%

Resistor

Resistor Film

Cara Pengujian

Hasil Pengujian
Baik/Rusak:Alasan

Mengukur anak kontak

Baik, karena ketika kontak

apakah tersambung ketika

ditekan, maka anak kontak

ditekan atau tidak.

tersambung.

Pada pin 0 Volt

Rusak, karena pengukuran

dihubungkan ke ground

tahanan di tegangan 12 Volt

dan pin lainnya

dan 15 Volt tidak

dihubungkan ke VCC (+),

menghasilkan nilai tahanan

pada sisi yang berbeda

pada alat ukur multimeter

antara lilitan primer dan

sehingga tidak ada arus

lilitan sekunder.
Satu kaki resistor

yang mengalir.

dihubungkan ke ground,
dan satu kakinya
dihubungkan ke VCC (+)
dengan menggunakan
multimeter (ohmmeter).
Satu kaki resistor

Baik, karena pada saat


diukur menghasilkan nilai
tahanan yang sesuai dengan
nilai komponen resistor
aslinya.
Rusak, karena nilai

dihubungkan ke ground,
Karbon 3,3 k
5%

dan satu kakinya


dihubungkan ke VCC (+)
dengan menggunakan

resistansinya melebihi batas


toleransi.

multimeter (ohmmeter).
Mengukur tahanan resistor
dengan menghubungkan
5

Resistor

Resistor Karbon
4,7 k 5%

kaki yang satu dengan

Rusak, karena nilai

kutub (-), sedangkan kaki

resistansinya melebihi batas

yang lainnya dihubungkan

toleransi.

dengan kutub (+)


multimeter.
Menghubungkan pin
unung kanan dengan kabel

Potensiomete
r Mono

(+) multimeter, pin ujung

Baik, karena nilai yang

Resistor Variabel

kiri dengan kabel

tercantum sesuai dengan

1k

multimeter (-). Proses

pengukuran dan tidak

pengukuran dengan

melebihi batas toleransi.

memutar knob ke arah

Kapasitor
7

Kapasitor

Polyester
TRACON
2A1045 (100nF)

maximum.
Menghubungkan kaki
kapasitor yang pendek ke

Baik, karena nilai pada

kabel (-) multimeter dan

spesifikasi sesuai dengan

kaki yang panjang ke

pengukuran.

kabel (+) multimeter.


Menghubungkan kaki

Kapasitor

Kapasitor

kapasitor yang pendek ke

Keramik 152

kabel (-) multimeter dan

ABC

kaki yang panjang ke


kabel (+) multimeter.

Speaker

Rusak, karena tidak ada


gerakan pada jarum
multimeter atau tidak ada
hasil nilai yang sesuai
dengan spesifikasi

Y050-01; 50nm;

Mengukur tahanan

kapasitor.
Baik, karena ketika

8 ohm; 0,5 watt

speaker dengan cara kaki

dilakukan pengukuran nilai

positif dan negatif

tahanan terbaca sebesar 8

dihubungkan pada

multimeter.
Mengukur tahanan
kapasitor dengan
10

Kapasitor

Kapasitor

menghubungkan kaki

Baik, karena nilai pada

Elektrolit 100 F;

yang lebih panjang ke

spesifikasi kapasitor sesuai

25 V

kutub (+) dan yang pendek dengan pengukuran.


ke kutub (-) pada
multimeter.
Mengukur pada kaki yang
terdapat pada induktor,

11

Induktor

Udara, 3 kaki

yaitu kabel hitam pada


ground dan kabel merah
pada salah satu kaki.

Baik, karena jarum


multimeter bergerak dan
menghasilkan nilai
pengukuran.

b. Analisa
Saklar
Dalam praktikum ini, jenis saklar yang diamati adalah Push Button Switch tipe
DPDT (Double Pole Double Throw atau Dua Kutub Dua Kumparan). Saklar ini
memiliki 6 anak kontak. Saklar DPDT itu sendiri merupakan 2 saklar SPDT yang
bergerak secara bersama-sama. Saklar DPDT ini berfungsi sebagai saklar tengah
atau pembalik polaritas. Pada satu lemparan anak saklar melakukan sambungan
dengan benar yaitu dari A terhubung ke C dan B terhubung dengan D. Pada
kumparan lainnya, anak kontak saklar melakukan hubungan negasi/negatif yaitu
A terhubung dengan D dan B terhubung dengan C. Kemudian, cara untuk
melakukan pengecekan yaitu dengan cara melakukan pengukuran anak kontak
pada kedua sisinya dimana satu posisi dihubungkan ke probe positif dan satu titik
lagi dihubungkan ke probe negatif dengan menggunakan multimeter analog
sebagai ohmmeter. Saat dilakukan pengecekan tersebut maka didapati bahwa
keadaan dari push button switch adalah baik. Hal ini dikarenakan terdapatnya
nilai tahanan ketika dilakukan pengukuran tahanan dengan cara menekan tombol
push button switch pada komponen mekanik tersebut, sehingga ketika anak
kontak ditekan maka anak kontak akan tersambung. Dari hasil praktikum ini
keadaan dari saklar push button switch yaitu dalam keadaan baik.
Resistor

Dalam praktikum ini, resistor yang diamati adalah resistor film metal, resistor
film karbon dan resistor karbon dengan spesifikasi yang telah tertera. Resistor-resistor
ini kemudian diukur nilainya dengan menggunakan multimeter analog. Multimeter
analog dalam kegiatan ini hanya digunakan untuk menentukan kondisi komponen
apakah baik atau kurang baik, dan untuk mengetahui nilai resistor yang menjadi
sumber data pada komponen-komponen resistor dan membandingkan dengan hasil
pengamatan tanpa alat, yakni sesuai dengan spesifikasi nilai resistor yang tertera pada
cincin warna. Adapun Cara pengecekannya yaitu dengan cara menempelkan ujung
prober (+) dan (-) dari multimeter analog pada setiap ujung resistor dengan catatan
kedua tangan tidak boleh menyentuh Resistor karena hambatan dalam tubuh manusia
akan terbaca. Apabila jarum dari multimeter menyimpang berarti resistor masih baik.
Berdasarkan hasil pengamatan, sebagaimana yang tertera pada tabel diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa kondisi resistor dengan bahan film metal dalam keadaan
baik karena ditunjukkan dengan kesesuaian antara pembacaan cincin warna pada
resistor (spesifikasi) dan nilai yang terbaca pada multimeter (analog). Kondisinya juga
baik karena mampu terbacanya nilai resistor oleh multimeter analog dengan
menyimpangnya jarum penunjuk. Resistor dengan bahan film karbon maupun bahan
karbon dalam keadaan rusak karena hasil pembacaan nilai resistornya (pembacaan
warna cincin) tidak sesuai dengan hasil pengukuran, serta jarum pada multimeter
analog tidak menyimpang.

Potensiometer
Potensiometer atau resistor variabel merupakan salah satu jenis resistor yang dapat
diatur hambatannya. Komponen ini banyak kita temukan pada alat elektronika seperti
radio, amplifier, speaker aktif dan sebagainya. Potensio memiliki ukuran hambatan yang
bervariasi misalnya 5K ohm, 10K ohm, 50K ohm, 100K ohm dan sebagainya.
Komponen ini memiliki 3 kaki untuk yang mono dan 6 kaki untuk stereo.
Pada praktikum ini, untuk mengukur potensiometer digunakan multimeter analog
dengan cara mengarahkan saklar selektor pada posisi ohm meter. Dengan menempelkan

probe merah (pencolok merah) ke ujung kaki potensio begitu juga dengan yang hitam.
Kemudian memperhatikan jarum multimeter, jika jarum bergerak dan menghasilkan nilai
1K (sesuai ukuran hambatan maksimum potensio) maka potensiometer dalam keadaan
baik, sedangkan jika menunjuk nilai selain itu berarti hambatan kedua kaki potensio
tersebut sudah rusak. Setelah itu tempelkan pencolok merah keujung kaki potensio dan
yang satunya di kaki tengah pada potensio. Putar potensio sambil melihat jarum
multimeter, jika jarum bergerak teratur sesuai dengan putaran dan sampai pada nilai
maksimum dari potensiometer, berarti potensiometer masih bagus atau dalam keadaan
baik. Dalam hal ini untuk pengecekan potensiometer mono ALPHA 1K dapat diketahui
kondisi potensiometer masih dalam keadaan baik karena ketika pada saat posisi
potensiometer minimum ohmeter akan menunjukan nilai tahanan minimum dan pada saat
potensiometer keadaan maksimum maka akan menunjukan nilai tahanan maksimum
pada ohmeter.
Kapasitor
Dalam praktikum ini, kapasitor yang diamati adalah Kapasitor Polyester TRACON
2A1045 (100nF), Kapasitor Keramik 152 ABC dan Kapasitor Elektrolit 100 F; 25 V.
Sebagaimana perlakuan pada komponen sebelumnya, kapasitor-kapasitor ini kemudian
diukur nilainya dengan menggunakan multimeter analog. Multimeter analog dalam
kegiatan ini hanya digunakan untuk menentukan kondisi komponen apakah baik atau
kurang baik dan untuk mendapatkan nilai kapasitor yang menjadi sumber data serta
membandingkan dengan hasil pengamatan tanpa alat, yakni sesuai dengan spesifikasi
kapasitor yang tertera. Adapun cara pengecekan komponennya yaitu dengan cara
ditempelkan kedua kaki komponen pada ujung prober (+) dan (-) dari multimeter analog,
pengukuran tersebut dilakukan dengan catatan kedua tangan tidak boleh menyentuh
komponen kapasitor karena hambatan dalam tubuh manusia akan terbaca. Apabila jarum
dari multimeter menyimpang berarti kapasitor masih baik.
Berdasarkan hasil pengukuran sebagaimana yang tertera pada tabel diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa kondisi kapasitor polyester dan kapasitor elektrolit dalam keadaan
baik karena kesesuaian antara pembacaan spesifikasi dan nilai yang terbaca pada
multimeter analog. Kondisinya juga baik karena nilai kapasitor terbaca oleh multimeter
analog dengan menyimpangnya jarum penunjuk. Tetapi kapasitor dengan bahan keramik
dalam keadaan rusak karena tidak sesuai pembacaan spesifikasi nilai kapasitor yang

terbaca pada multimeter analog, sehingga jarum pada multimeter analog tidak
menyimpang.
Induktor
Dalam praktikum ini, induktor yang diamati adalah induktor udara dengan 3 kaki.
Sebagaimana perlakuan pada komponen sebelumnya, induktor ini kemudian diukur
nilainya dengan menggunakan multimeter analog. Multimeter analog dalam kegiatan ini
hanya digunakan untuk menentukan kondisi komponen apakah baik atau kurang baik dan
untuk mendapatkan nilai induktor yang menjadi sumber data serta membandingkan
dengan hasil pengamatan tanpa alat. Adapun cara pengecekan komponennya yaitu dengan
cara menempelkan kedua kaki komponen (yang mana saja) pada ujung prober (+) dan (-)
dari multimeter analog, pengukuran tersebut dilakukan dengan catatan kedua tangan
tidak boleh menyentuh komponennya karena hambatan dalam tubuh manusia akan
terbaca. Apabila jarum dari multimeter menyimpang maka induktor dalam keadaan baik.
Berdasarkan hasil pengamatan, sebagaimana yang tertera pada tabel diatas, maka
disimpulkan bahwa kondisi induktor dalam keadaan baik ditunjukkan dengan terbacanya
nilai induktor oleh multimeter analog dengan menyimpangnya jarum penunjuk. Namun
sebelumnya, komponen ini hanya diperiksa kondisinya apakah baik atau buruk, tanpa
menentukan berapa nilainya.
Transformator
Transformator atau sering disingkat dengan istilah Trafo adalah suatu alat listrik yang
dapat mengubah taraf suatu tegangan AC ke taraf yang lain. Maksud dari pengubahan
taraf tersebut diantaranya seperti menurunkan Tegangan AC dari 220VAC ke 12 VAC
ataupun menaikkan Tegangan dari 110VAC ke 220 VAC.
Cara mengukur trafo step down adalah dengan mengarahkan selector multimeter pada
ohm meter, sebaiknya x 10. Kemudian tempelkan probe merah ke kaki 0 pada lilitan
primer dan probe hitam ke kaki lainnya, mulai dari yang terkecil, misalnya 110V.
Perhatikan jarum pada multimeter analog, maka jarum harus bergerak menunjuk nilai
ohm rendah atau mendekati 0 namun tidak sampai ke 0. Selanjutnya pindahkan probe
hitam ke kaki lainnya, misalkan 220V. Maka jarum pada multimeter analog harus
bergerak menunjuk nilai ohm yang rendah, tetapi nilai hambatannya sedikit lebih tinggi
dari sebelumnya. Kemudian pindahkan probe merah dan hitam pada kaki skunder.

Tempelkan probe merah pada kaki trafo 0V dan hitam ke kaki lainnya misalkan 6V, maka
jarum pada multimeter analog harus bergerak ke 0. Selanjutnya pindahkan probe hitam
kekaki berikutnya, dan hasilnya juga harus sama seperti sebelumnya. Setelah semua
tahapan diatas selesai, selanjutnya adalah tempelkan probe merah kekaki primer dan
probe hitam ke badan trafo, maka jarum pada multimeter analog tidak boleh bergerak
sama sekali. Kemudian pindahkan probe merah ke salah satu kaki sekunder trafo, dan
hasilnya juga harus sama seperti pada kaki primer trafo. Jika langkah diatas sudah sesuai,
berarti trafo masih dalam keadaan baik, jika tidak sesuai berarti trafo dalam keadaan
rusak. Dalam praktikum ini dilakukan pengecekan terhadap trafo step down OKI
Transformer, lilitan Primer 0-240 V, Arus= 1 Ampere, dari hasil pengecekan tersebut
dengan menggunakan multimeter dapat diketahui bahwa fungsi masing-masing kaki
ketika dilakukan pengetesan dengan multimeter analog, tidak terbaca nilai tahanannya
pada multimeter, dan semua kondisi kaki pada transformator tersebut dalam keadaan
rusak karena tidak menghasilkan nilai yang sesuai dengan spesifikasinya.
Speaker
Dalam praktikum ini, speaker yang diamati adalah speaker kecil dengan spesifikasi
yang telah tertera. Speaker ini memiliki tahanan sebesar 8, pada saat dilakukan
pengamatan dengan membongkar atau mengeluarkan speaker dari rangkaian, kemudian
melakukan pengecekan pada speaker menggunakan multimeter analog (ohmmeter) yang
dihubungkan dengan kabel + dan - pada multimeter analog. Pada saat dilakukan
pengukuran tahanan pada speaker didapatkan speaker masih mempunyai tahanan yang
sesuai dengan spesifikasinya yang tertera pada multimeter, sehingga dapat disimpulkan
speaker dalam keadaan baik dan masih dapat berfungsi.

V.

PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Hasil laporan ini dapat disimpulkan bahwa:
Pengecekkan keadaan komponen dilakukan dengan menggunakan alat ukur
multimeter dengan cara menempelkan probe atau kabel positif (merah) dan negatif
(hitam) pada kaki komponen. Jika jarum pada multimeter bergerak dan hasil nilainya
sesuai dengan spesifikasi komponennya, maka komponen tersebut dalam keadaan
baik. tetapi sebaliknya, jika jarum pada multimeter tidak bergerak dan juga tidak
menghasilkan nilai spesifikasi komponen, maka komponen tersebut dalam keadaan

rusak.

Jenis komponen yang digunakan yaitu apa saja, seperti komponen pasif,

komponen aktif dan juga komponen penunjang.

LAMPIRAN

KOMPONEN:

Anda mungkin juga menyukai