Gagal Jantung Kongestiv
Gagal Jantung Kongestiv
PENDAHULUAN
jantung
susah
dikenali
secara
klinis, karena
beragamnya
keadaan klinis serta tidak spesifik serta hanya sedikit tanda tanda klinis pada
tahap awal penyakit. Perkembangan terkini memungkinkan untuk mengenali
gagal jantung secara dini serta perkembangan pengobatan yang memperbaiki
gejala klinis, kualitas hidup, penurunan angka perawatan, memperlambat
progresifitas penyakit dan meningkatkan kelangsungan hidup.5
BAB 2
1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
DEFINISI
Gagal jantung didefinisikan sebagai kondisi dimana jantung tidak lagi
KLASIFIKASI
Beberapa sistem klasifikasi telah dibuat untuk mempermudah dalam
berdasarkan
tampilan
klinis
Grade
I
II
III
IV
ETIOLOGI
Gagal jantung dapat disebabkan oleh banyak hal. Secara epidemiologi
Hipertensi
telah
dibuktikan
ventrikel
kiri
berhubungan
kuat
jantung.8
Penyakit katup sering disebabkan oleh penyakit jantung rematik,
walaupun saat ini sudah mulai berkurang kejadiannya di negara maju.
Penyebab utama terjadinya gagal jantung adalah regurgitasi mitral dan
stenosis
aorta.
Regusitasi
mitral
(dan
regurgitasi
aorta)
menyebabkan
bersamaan.9
Alkohol dapat berefek secara langsung pada jantung, menimbulkan gagal
jantung akut maupun gagal jantung akibat aritmia (tersering atrial fibrilasi).
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan kardiomiopati dilatasi
(penyakit otot jantung alkoholik). Alkohol menyebabkan gagal jantung 2
3% dari kasus. Alkohol juga dapat menyebabkan gangguan nutrisi dan
defisiensi tiamin. Obat obatan juga dapat menyebabkan gagal jantung. Obat
kemoterapi seperti doxorubicin dan obat antivirus seperti zidofudin juga dapat
menyebabkan gagal jantung akibat efek toksik langsung terhadap otot jantung.7
2.4
PATOFISIOLOGI
Pada awal gagal jantung, akibat cardiac output yang rendah, didalam tubuh
penurunan
cardiac
output.
Hal
ini
menyebabkan aktivasi
mekanisme
(sistem
bertujuan
untuk
output
dengan meningkatkan
denyut
jantung,
menjaga
meningkatkan
terhadap
angiotensin
reabsorbsi natrium di
II
pada
tubulus
tonus vaskuler,
renal.
sekresi
Karena peningkatan
menyebabkan
Penyebab tersering
gangguan
adalah
pada
penyakit
pengisian
jantung
ventrikel
saat
koroner, hipertensi
diastolik.
dengan
ditemukan
disfungsi
sistolik
dan
DIAGNOSIS
2.5.1
Gejala Klinis
Secara klinis pada penderita gagal jantung dapat ditemukan gejala
dan tanda seperti sesak nafas saat aktivitas, edema paru, peningkatan JVP,
hepatomegali, edema tungkai.10
Secara lebih rinci dapat dilihat di Tabel 6 :
Gambaran klinis gagal jantung kiri
Gambaran klinis gagal jantung kanan
Gejala :
Gejala :
1. Penurunan kapasitas aktivitas
1. Pembengkakan
pergelangan
2. Dipsnu (PND)
kaki
3. Letargi atau kelelahan
2. Dipsnu (bukan PND)
4. Penurunan nafsu makan dan
3. Nyeri dada
berat badan
4. Penurunan aktivitas
Tanda :
Tanda :
1. Kulit lembab
1. Denyut nadi meningkat
2. TD meningkat, rendah atau
2. Peningkatan JVP
normal
3. Edema
3. Denyut nadi (takikardi/aritmia)
4. Hepatomegali dan asites
4. Pergeseran apeks
5. Gerakan
bergelombang
5. Efusi pleura
parasternal
6. S3 atau S4 RV
7. Efusi pleura
Tabel 6. Gambaran klinis Gagal Jantung Kanan dan Gagal Jantung Kiri
Selain itu kriteria Firmingham dapat digunakan untuk diagnosis gagal
jantung kongestif. Menurut Framingham kriterianya gagal jantung kongestif ada 2
kriteria yaitu kriteria mayor dan kriteria minor. Adapun kriterianya adalah sebagai
berikut:10
a.Kriteria mayor terdiri dari:
1) Dispnea nokturnal paroksismal atau ortopnea
2) Peningkatan vena jugularis
3) Ronchi basah tidak nyaring
4) Kardiomegali
5) Edema paru akut
6) Irama derap S3
7) Peningkatan tekanan vena > 16 cm H2O
b. Kriteria minor terdiri dari:
1) Edema pergelangan kaki
2) Batuk malam hari
3) Dyspnea
4) Hepatomegali
5) Efusi pleura
6) Kapasitas vital berkurang menjadi ? maksimum
7) Takikardi (>100 x/ menit)
*Diagnosis ditegakkan dari dua kriteria mayor atau satu kriteria mayor dan
dua kriteria minor harus ada di saat bersamaan
2.5.2
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dikerjakan untuk mendiagnosis
adanya gagal jantung antara lain foto thorax, EKG 12 lead, ekokardiografi,
pemeriksaan darah, pemeriksaan radionuklide, angiografi dan tes fungsi paru.5,15,16
Pada pemeriksaan foto dada dapat ditemukan adanya pembesaran
siluet jantung (cardio thoraxic ratio > 50%), gambaran kongesti vena
pulmonalis terutama di zona atas pada tahap awal, bila tekanan vena
pulmonal lebih dari 20 mmHg dapat timbul gambaran cairan pada fisura
horizontal dan garis Kerley B pada sudut kostofrenikus. Bila tekanan lebih
dari 25 mmHg didapatkan gambaran batwing pada lapangan paru yang
menunjukkan adanya udema paru bermakna. Dapat pula tampak gambaran
efusi pleura bilateral, tetapi bila unilateral, yang lebih banyak terkena adalah
bagian kanan.11
Pada elektrokardiografi 12 lead didapatkan gambaran abnormal pada
hampir seluruh penderita dengan gagal jantung, meskipun gambaran normal
dapat dijumpai pada 10% kasus. Gambaran yang sering didapatkan antara
lain gelombang Q, abnormalitas ST T, hipertrofi ventrikel kiri, bundle
branch block dan fibrilasi atrium. Bila gambaran EKG dan foto dada
keduanya menunjukkan gambaran yang normal, kemungkinan gagal
jantung
merupakan
mengenai
struktur
dan
fungsi
jantung. Penderita
gambaran
yang
perlu
miokard
anterior,
hipertensi
tak
sistolik,
fungsi
potassium sparring. Pada gagal jantung kongestif tes fungsi hati (bilirubin,
AST dan LDH) gambarannya abnormal karena kongesti hati. Pemeriksaan
profil lipid, albumin serum fungsi tiroid dianjurkan sesuai kebutuhan.11,17
Pemeriksaan
mengetahui
ejection
radionuklide
atau
multigated ventrikulografi
fraction, laju
pengisian
sistolik,
laju
dapat
pengosongan
gangguan
fungsi
yang
global
PENANGANAN
Penatalaksanaan
penderita
dengan
gagal jantung
meliputi
ditujukan
untuk
memperbaiki gejala
dan progosis,
meskipun
dan
penurunan
berat
badan
pada
penderita dengan
karena
mempunyai efek yang positif terhadap otot skeletal, fungsi otonom, endotel
serta neurohormonal dan juga terhadap sensitifitas terhadap insulin meskipun
efek terhadap kelengsungan hidup belum dapat dibuktikan. Gagal jantung
hidup.
Tujuan
lainnya
adalah
untuk memperbaiki
prognosis serta penurunan angka rawat.Obat obat yang biasa digunakan untuk
gagal jantung kronis antara lain: diuretik (loop dan thiazide), angiotensin
converting enzyme inhibitors, blocker (carvedilol, bisoprolol, metoprolol),
digoxin,
spironolakton,
vasodilator
(hydralazine /nitrat),
antikoagulan,
dan
pendek
dapat
membantu
perbaikan
gejala karena
mengurangi
serta
syok
kardiogenik
biasanya timbul pada infark miokard luas, aritmia yang menetap (fibrilasi atrium
10
maupun ventrikel) atau adanya problem mekanis seperti ruptur otot papilari
akut maupun defek septum ventrikel pasca infark.5
Gagal jantung akut yang berat merupakan kondisi emergensi dimana
memerlukan penatalaksanaan
perbaikan
hemodinamik,
yang
tepat
termasuk
menghilangan kongesti
mengetahui penyebab,
paru,
dan
perbaikan
oksigenasi jaringan.5
Menempatkan penderita dengan posisi duduk dengan pemberian
oksigen konsentrasi tinggi dengan masker sebagai tindakan pertama yang
dapat dilakukan. Monitoring gejala serta produksi kencing yang akurat
dengan kateterisasi urin serta oksigenasi jaringan dilakukan di ruangan
khusus. Base excess menunjukkan perfusi jaringan, semakin rendah menunjukkan
adanya asidosis laktat akibat metabolisme anerob dan merupakan prognosa yang
buruk.
Koreksi
hipoperfusi
memperbaiki
asidosis, pemberian
bikarbonat
loop
diuretik
intravena
seperti furosemid
akan
gagal jantung
akut
berat
karena
dapat
menurunkan
kecemasan, nyeri dan stress, serta menurunkan kebutuhan oksigen. Opiat juga
menurunkan preload dan tekanan pengisian ventrikel serta udem paru. Dosis
pemberian 2 3 mg intravena dan dapat diulang sesuai kebutuhan.5
Pemberian
nitrat
(sublingual,
buccal
dan intravenus)
mengurangi
preload serta tekanan pengisian ventrikel dan berguna untuk pasien dengan
angina serta gagal jantung. Pada dosis rendah bertindak sebagai vasodilator
vena dan pada dosis
yang
lebih
tinggi
menyebabkan
vasodilatasi arteri
11
aldosteron
dan endotelin
di
plasma.
Pemberian
intravena
stroke volume
karena
berkurangnya
afterload.
Dosis
pemberiannya adalah bolus 2 g/kg dalam 1 menit dilanjutkan dengan infus 0,01
g/kg/menit.5
Pemberian inotropik dan inodilator ditujukan pada gagal jantung akut
yang disertai hipotensi dan hipoperfusi perifer. Obat inotropik dan / atau
vasodilator digunakan pada penderita gagal jantung akut dengan tekanan darah
85 100 mmHg. Jika tekanan sistolik < 85 mmHg maka inotropik dan/atau
vasopressor merupakan pilihan. Peningkatan tekanan darah yang berlebihan
akan dapat meningkatkan afterload. Tekanan darah dianggap cukup memenuhi
perfusi jaringan bila tekanan arteri rata - rata > 65 mmHg.2,5
Pemberian dopamin < 2 g/kg/mnt menyebabkan vasodilatasi pembuluh
darah
splanknik
reseptor adrenergik beta sehingga terjadi peningkatan laju dan curah jantung.
Pada pemberian 5 15 g/kg/mnt akan merangsang reseptor adrenergik alfa
dan
beta
yang
Pemberian dopamin
merangsang
jantung
reseptor
serta
vasokonstriksi.
adrenergik 1 dan
2,
Dosis
umumnya
g/kg/mnt, untuk
12
yang telah mendapat terapi penyekat beta, dosis yang dibutuhkan lebih tinggi
yaitu 15 20 g/kg/mnt.5
Phospodiesterase
inhibitor
menghambat penguraian
cyclic-AMP
menjadi AMP sehingga terjadi efek vasodilatasi perifer dan inotropik jantung.
Yang sering digunakan dalam klinik adalah milrinone dan enoximone. Biasanya
digunakan untuk terapi penderia gagal jantung akut dengan hipotensi yang
telah mendapat terapi penyekat beta yang memerlukan inotropik positif. Dosis
milrinone intravena 25 g/kg bolus 10 20 menit kemudian infus 0,375
075 g/kg/mnt. Dosis enoximone 0,25 0,75 g/kg bolus kemudian 1,25 7,5
g/kg/mnt.5
Pemberian vasopressor ditujukan pada penderita gagal jantung akut
yang disertai syok kardiogenik dengan tekanan darah <
70 mmHg.
Penderita dengan syok kardiogenik biasanya dengan tekanan darah < 90 mmHg
atau terjadi penurunan tekanan darah sistolik 30 mmHg selama 30 menit.
Obat yang biasa digunakan adalah epinefrin dan norepinefrin. Epinefrin
diberikan infus kontinyu dengan dosis 0,05 0,5 g/kg/mnt. Norepinefrin
diberikan dengan dosis 0,2 1 g/kg/mnt.18
Penanganan
yang
lain
adalah
terapi
penyakit penyerta
yang
preload
dan
afterload.
Tekanan
darah diturunkan
dengan
pemasangan
pacu jantung,
implantable
cardioverter
defibrilator,
13
ventricular assist device. Pompa balon intra aorta ditujukan pada penderita
gagal jantung berat atau syok kardiogenik yang tidak memberikan respon
terhadap pengobatan, disertai regurgitasi mitral atau ruptur septum interventrikel.
Pemasangan pacu jantung bertujuan untuk mempertahankan laju jantung dan
mempertahankan
sinkronisasi
atrium dan
ventrikel,
diindikasikan
pada
tinggi.
Implantable
14
BAB 3
KESIMPULAN
Gagal jantung Kongestif ( Congestive Heart Failure/ CHF ) merupakan
salah satu penyakit kardiovaskular dengan prevalensi yang terus meningkat. Gagal
jantung merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan merupakan
penyebab peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien jantung. Kurangnya
kepatuhan terhadap rekomendasi diet atau terapi obat merupakan penyebab paling
umum dimana pasien gagal jantung masuk ke instalasi gawat darurat.
Penatalaksanaan
secara
penderita
non farmakologis
farmakologis,
penalaksanaan
keduanya dibutuhkan
kita
mengetahui penyebab
gagal
jantung
akan
semakin
baik
prognosisnya.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
2006
[cited
2011
Apr
10].
Available
from
www.ashpadvantage.com/website_images/pdf/adhf_scios_06.pdf.
Maryono HH, Santoso A. Gagal Jantung. Jurnal Penyakit Dalam. 2007. (J
Penyakit dalam): 85-94.
15
3.
4.
ailure_guideline_sec_12.pdf.
Dickstein K, Cohen SA, Filippatos G, McMurray JJV, Ponikowski P, Atar
D et al. ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and
chronic heart failure 2008. European Journal of Heart Failure [serial on the
internet].
2008
Aug
[cited
2011
Apr
11].
Available
from
5.
http://www.oxfordjournals.org/content/10/10/933.full.pdf
Santoso A, Erwinanto, Munawar M, Suryawan R, Rifqi S, Soerianata S.
6.
7.
1981;64:1227-1234.
Davis RC, Hobbs FDR, Lip GYH. ABC of heart failure: History and
8.
9.
10.
2010;55;283-293
Davis RC, Hobbs FDR, Lip GYH. ABC of heart failure: History and
11.
12.
BMJ 2000;320:104-7.
Kabo P, Sjukri K. EKG dan Penanggulangan Beberapa Penyakit Jantung
untuk Dokter Umum: Gagal jantung Kongestif. 1996. Jakarta: Balai
13.
Penerbit FK UI:187-205.
Jackson G, Gibbs CR, Davies MK, Lip GYH.ABC of heart failure:
14.
16
15.
16.
17.
the older patient. British Medical Bulletin 2005;75 and 76: 49-62.
Abraham WT, Scarpinato L. Higher expectations for management of
heart
18.
failure: current
recommendations. J
Am
failure:
Board
clinical
Fam Pract
2002;15:39-49
Harun S. Infark Miokard Akut. dalam : Sudoyo AW, Setiohadi B, Setiani
S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi 3. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia ; 2000 : Hal: 1090-1108.
17