DAN SEMISOLIDA
PEMBUATAN SEDIAAN SALEP TETRASIKLIN HCl
DISUSUN OLEH:
Syafira Nur H.
142210101001
Fitri Valentina S.
142210101003
Yogi Prabawasari
142210101005
Yuliana Ayu P.
142210101007
AIn Rahmania
142210101013
Laili Wafa N. K.
142210101019
Erlinda Dwi J.
142210101021
Leny Rizkiana
142210101023
KELOMPOK
: A1
BAGIAN FARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2016
1.
TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat mengetahui formula dar salpe dan evaluasinya.
Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan zat aktif
dalam sediaan salep.
Mahasiswa dapat mengetahui cara untuk meningkatkan kelarutan zat aktif dalam
formulasi salep.
2.
TEORI DASAR
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau
selaput lendir. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok yaitu :
Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah dapat diencerkan dengan air dan mudah
mengyerap cairan yang terjadi pada kelainan dermatologis.
Dasar salep larut dalam air disebut juga dasar salep tak berlemak dan terdiri dari
konstituen larut air. Dasar salep sejenis ini memberikan banyak keuntungan seperti
dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan tak larut dalam
air seperti parafin, lanolin anhidrat, atau malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut gel.
Pemilihan bahan dasar salep tergantung pada beberapa faktor seperti khasiat yang
diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan
ketahanan sediaan jadi. Dalam beberapa hal perlu menggunakan dasar salep yang
kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang diinginkan. Misalnya untuk obat-obat
yang cepat terhidrolisis, lebih stabil dalam dasar salep hidrokarbon daripada dasar salep
yang mengandung air, meskipun obat tersebut lebih bekerja efektif dalam dasar salep
yang mengandung air.
Pembuatan formulasi sediaan salep dapat dilakukan dengan 2 metode umum yaitu
metode pencampuran dan metode peleburan. Dalam metode pencampuran, komponen
salep dicampur bersama-sama sampai diperoleh massa sediaan yang homogen.
Penghalusan komponen sebelum diproses pencampuran kadang diperlukan sehingga
dapat dihasilkan salep yang tidak kasar saat digunakan. Pada metode peleburan, semua
bahan dicampur dan dilebur pada temperatur yang lebih tinggi daripada titik leleh
semua bahan, kemudian dilakukan pendinginan dengan pengadukan konstan.
Pendinginan yang terlalu cepat dapat menyebabkan sediaan menjadi keras karena
terbentuk kristal yang berukuran kecil, sedangkan pendinginan yang terlalu lambat akan
menghasilkan sedikit kristal sehingga salep menjadi lembek.
Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang
dihasilkan oleh mikroorganisme bakteri ataupun jamur. Pada dasarnya tujuan utama
penggunaan antibiotik untuk meniadakan infeksi, namun semakin luasnya penggunaan
antibiotik sekarang ini justru semakin meluas pula timbulnya infeksi baru akibat
penggunaan antibiotik yang tidak rasional.
Penggolongan Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya :
Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin, Polypeptide dan
Cephalosporin
Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone
Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan
Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline
Contoh
obatnya
yaitu
Clindamycin
(klindamisin)
dan
Linkomycin
(linkomisin).
Golongan Tetracycline
Diperoleh dari Streptomyces aureofaciens & Streptomyces rimosus. Obat
golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi jenis yang sama seperti yang diobati
penisilin dan juga untuk infeksi lainnya seperti kolera, demam berbintik Rocky
Mountain, syanker, konjungtivitis mata, dan amubiasis intestinal. Dokter ahli kulit
menggunakannya pula untuk mengobati beberapa jenis jerawat.
Contoh obatnya yaitu : Tetrasiklin, Klortetrasiklin, Oksitetrasiklin, doksisiklin
dan minosiklin.
Golongan Kloramfenikol
Bersifat bakteriostatik terhadap Enterobacter & S. aureus berdasarkan
perintangan sintesis polipeptida kuman. Bersifat bakterisid terhadap S. pneumoniae,
N. meningitidis & H. influenza. Obat golongan ini digunakan untuk mengobati
infeksi yang berbahaya yang tidak efektif bila diobati dengan antibiotik yang kurang
efektif. Penggunaannya secara oral, sejak thn 1970-an dilarang di negara barat karena
menyebabkan anemia aplastis. Sehingga hanya dianjurkan pada infeksi tifus
(salmonella typhi) dan meningitis (khusus akibat H. influenzae). Juga digunakan
sebagai salep 3% tetes/salep mata 0,25-1%.
Contoh obatnya adalah Kloramfenikol, Turunannya yaitu tiamfenikol.
Golongan Makrolida
Bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerjanya yaitu pengikatan reversibel pada
ribosom kuman, sehingga mengganggu sintesis protein. Penggunaannya merupakan
pilihan pertama pada infeksi paru-paru. Digunakan untuk mengobati infeksi saluran
nafas bagian atas seperti infeksi tenggorokan dan infeksi telinga, infeksi saluran
nafas bagian bawah seperti pneumonia, untuk infeksi kulit dan jaringan lunak, untuk
sifilis, dan efektif untuk penyakit legionnaire (penyakit yang ditularkan oleh serdadu
sewaan). Sering pula digunakan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin.
Contoh obatnya : eritromisin, klaritromisin, roxitromisin, azitromisin,
diritromisin serta spiramisin.
Golongan Kuinolon
Berkhasiat bakterisid pada fase pertumbuhan kuman, dgn menghambat enzim
DNA gyrase bakteri sehingga menghambat sintesa DNA. Digunakan untuk
mengobati sinusitis akut, infeksi saluran pernafasan bagian bawah serta pneumonia
nosokomial, infeksi kulit dan jaringan kulit, infeksi tulang sendi, infeksi saluran
kencing, dsb.
Aminoglikosida
Dihasilkan oleh fungi Streptomyces & micromonospora. Mekanisme kerjanya:
bakterisid, berpenetrasi pada dinding bakteri dan mengikatkan diri pada ribosom
dalam sel.
Contoh obatnya : streptomisin, kanamisin, gentamisin, amikasin, neomisin
Monobaktam
Dihasilkan oleh Chromobacterium violaceum Bersifat bakterisid, dengan
mekanisme yang sama dengan gol. b-laktam lainnya.Bekerja khusus pada kuman
gram negatif aerob misal Pseudomonas, H.influenza yang resisten terhadap
penisilinase.
Contoh : aztreonam
Sulfonamide
Merupakan antibiotika spektrum luas terhadap bakteri gram positrif dan
negatif. Bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerja : mencegah sintesis asam folat
dalam bakteri yang dibutuhkan oleh bakteri untuk membentuk DNA dan RNA
bakteri. Kombinasi sulfonamida : trisulfa (sulfadiazin, sulfamerazin dan sulfamezatin
dengan perbandingan sama), Kotrimoksazol (sulfametoksazol + trimetoprim dengan
perbandingan 5:1), Sulfadoksin + pirimetamin.
Vankomisin
3.
: ENPICORTYN
: Tetrasiklin HCL 30mg
Indikasi
: Pengobatan kulit baik sebagai antiperadangan
atau efek antibakteri
: dioleskan pada permukaan kulit yang terkena infeksi 2x sehari
: Tube 5 gram
: PT Global Multi Pharmalab
2. Nama produk
: TRIFACYCLINE
a. Komposisi
: Tetrasiklin 3%
b. Indikasi
: Infeksi pyogenik pada kulit
c. Kontraindikasi: anak dibawah umur 8 tahun, hipersensitif terhadap tetrasiklin
d.
Dosis : dioleskan pada permukaan kulit yang terkena infeksi 2e. Kemasan
3. Nama produk
a. Komposisi
b. Indikasi
c.
d. Kemasan
4. Nama produk
a. Komposisi
b. Indikasi
c.
d. Kemasan
4x
sehari
: Tube 5 gram
: TERIKORTIN
: Tetrasiklin HCL 3%
: dermatitis yang terinfeksi oleh kuman
Dosis : dioleskan pada permukaan kulit yang terkena infeksi 24x sehari
: Tube 5g
: TERRAMYCIN POLY TOPICAL
: Okxitetrasiklin HCL 3%
: Infeksi kulit , luka dan luka bakar
Dosis
: dioleskan pada permukaan kulit yang terkena
infeksi 2-3x sehari
: Tube 5 gram
5. Nama produk
a. Komposisi
b. Indikasi
c. Dosis
d. Kemasan
: IKACYCLIN
: Tetrasiklin HCL 3%
: Pengobatan infeksi kulit superfisialis
: dioleskan pada permukaan kulit yang terkena infeksi 1x sehari
: Salep 15gram
6. Nama produk
a. Komposisi
b. Indikasi
: ERLACYCLIN SALEP
: Tetrasiklin HCL 30mg/g salep
: infeksi karena luka terpotong, terbakar
c.
d. Kemasan
Dosis
7. Nama produk
a. Komposisi
b. Indikasi
c. Dosis
d. Kemasan
: ENPICORTYN SALEP
: Tetrasiklin HCL 30mg
: Infeksi kulit, dermatitis atopik
: dioleskan pada permukaan kulit yang terkena infeksi 2x sehari
: Tube 5 gram
8. Nama produk
a. Komposisi
b. Indikasi
c. Kemasan
: CENDOCYCLINE SALEP
: Tetrasiklin HCL 3%
: infeksi kuman peka infeksi saluran kemih
: Tube 5 gram
9. Nama produk
a. Komposisi
b. Indikasi
c.
: BUPATETRA
: Tetrasiklin3%
: Infeksi pada kulit oleh bakteri gram positif dan negatif
Dosis
: dioleskan pada permukaan kulit yang terkena
d. Kemasan
10. Nama produk
a. Komposisi
b. Indikasi
c.
d. Kemasan
4.
Efek utama
Antibiotik,
spektrum
bakteriostatik
luas
Efek samping
- Gastrointestinal
terhadap
clamidiace,
Mycoplasma,
Ricketstsia
dan
banyak
nausea,
-
diare;
Mulut
lidah,
lainnya
-
Karakteristik fisik
Karakterisasi kimia
- Pemerian =
- Mudah
vomiting,
kering,
perubahan
warna
stomatitis,
dysphagia;
Disfungsi renal
serbuk hablur
teroksidasi,
berwarna
harus terlindung
kuning, tidak
berbau
Kelarutan
terkena
=
sangat sedikit
larut
dalam
air (1 : 2500),
larut
dalam
alkohol
dalam
kloroform
dan
eter,
larutan
metanol,
larutan asam,
alkali
udara
lembab,
warna
gelap;
praktis tidak
dan
dalam
berubah
menjadi
(1:50),
larut
matahari secara
akan
lebih
larutan
dengan pH tidak
lebih dari dua
menjadi inaktif
dan rusak pada
ph 7 sehingga
disimpan dalam
wadah tertutup
dan
untuk
sediaan injeksi
sinar
langsung
Sifat lain
Tidak
terlindung
hidroksida
dari
(Martindale,
2009).
-
cahaya
1979)
Suspensi
tetrasiklin
dalam
air
memilki pH 3-7
2.
Tetrasiklin HCl
Antibiotik
spektrum
luas Myastenia
gravis,
agranulositosis,
gram negatif.
Infeksi
kuli
jaringan
dan neutropenia,
anemia
dan
lunak: trombositopenia
pastular
dermatitis,
furunkulosis, infeksi
pada sela jari kaki,
-
dermatitis, impetigo
Infeksi
saluran
pencernaan
Infeksi saluran kemih
Pemerian
Dapat
serbuk
dalam
kristalin
tertutup
berwarna
terlindung
sediaan
kuning, tidak
cahaya matahri.
injeksi.
berbau,
Jika
Jika
higroskopis
Kelarutan =
udara
lembab
digunakan
dan
terkena
untuk
sinar
matahari
larut
dalam
air
(1:10),
sedikit
larut
dalam
alkohol
wadah
dan
dalam
untuk
sediaan
langsung, warna
injeksi
menjadi gelap.
Larutan dengan
maka
(1:
ph tidak lebih
100), praktis
dari 2 menjadi
tidak
inaktif
larut
digunakan
dan
dalam
rusak pada ph
kloroform,
harus
disimpan
diwadah
steril
kedap
dan
eter,
aseton,
larut
dalam
Tetrasiklin HCl
%
dalanm
alkalihidroksi
larutan
air
da
dan
memiliki Ph 1,8
karbonat tapi
tidak
sttabil
-
karena
udara.
2007)
Ph = 3,0 7,0
(Lewis, 1993)
mudah
dirusak
larutan alkali
dan
alkali
hidroksida
(Martindale,
3.
Tetrasiklin
Antibiotik
spektrum
kompleks fosfat
2009).
tekanan Pemerian
=serbuk Penyimpanan
luas, Peningkatan
serangga kepala,
bronchitis,
gabggua kuning
dan penglihatan,
gastroentritis
kristalin
edema
dan
berwarna wadah
dan
papila berbau.
tertutup
dalam Merupakan
suatu
dan kompleks
dari
terkena
sodium
meta
sinar phosphate
dan
udara
lembab
makan
Oxytetrasiklin
HCl
kepala,
warna gelap.
perubahan Pemerian = serbuk Pengaruh
cahaya
Kontradiksi
warna pada lapisan gigi, hablur kuning, tidak matahari kuat dan suhu dengan
penyakit
pencernaan berbau, rasa pahit dan lebih dari 90o C pada gangguan
(diare,
mual)
sensitif higroskopis.
Kelarutan
ginjal
larut
dalam potensi
rusak
dalam air.
larutan
turun,
oleh
cepat
pengaruh
alkali
hidroksida.
Penyimpanan
wadah
tertutup
dalam
rapat
Penyakit
Impetigo, keracunan makanan
bronkitis
Pneumonial
Meningitis
Enteritis
asteriosis
anthrax
Jerawat, pneumonia
didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel yang dapat dinyatakan oleh prosedur
pewarnaan. Bakteri gram negatif seperti E. Colli memilki sistem membran ganda
dimana diselimuti oleh membran luar permeabel. Penyakit-penyakit yang dapat
ditimbulakn oleh gram negatif:
Genus
Pseudomonas
Salmonella
Treponema
Chlamydia
Penyakit
Infeksi luka bakar
Salmonelosis
Sifilis
Pneumonia, urethritis
2. Tetrasiklin HCl memiliki stabilitas yang lebih baik pada sediaan semisolid dibandingkan
dalam sediaan liqid karena mudah terhidrolisis.
3. Tetrasiklin HCl bersifat relatif lebih stabil secara fisiologi pada pH basa dibanding
dengan tetrasiklin dan oksitetrasiklin yang mudah rusak pada Ph dibawah 2 dan larutan
alkali.
4. Tetrasiklin HCl memiliki kelarutan didalam air yang lebih baik dibanding dengan
tetrasiklin (1:10).
5. Tetrasiklin HCl memilim log P yang lebih tinggi = 1,37 dibanding dengan oksitetrasiklin
(log P= 0,9 ), sehingga kemampuan Tetrasiklin HCl untuk menembus membran biologis
lipid bilayer lebih besar sehingga aktivitas biologis yang ditimbulkan juga lebih besar
dibanding dengan oksitetrasiklin.
topikal
akibat
sensitisasi
dapat
mengembangkan
kontribusi
5.
: praktis tidak larut dalam aseton, etanol, etanol 95% dingin atau
panas, gliserin dan air, larut dalam benzena, carbon disulfida,
kloroform, eter, heksena dan sebagian minyak fixed dan mudah
menguap.
campuran mikrokristal.
: emmolient, lubrikan, pembawa.
: larut dalam kloroform, ether, volatile oil dan fixed oil hangat, sedikit
larutdalam ethanol, praktis tidak larut dalam aseton, etanol 95% dan air.
Inkompatibilitas: 3) BHT (Butylated Hydroxytoluene) (Excipient : 75)
Pemerian
: kristal padat berwarna putih atau kuning pucat, serbuk dengan
Fungsi
Kelarutan
4) Oleum Jasmine
Pemerian
: berbentuk cair, berminyak dan berbau khas jasmine
Fungsi
: penambah aroma
6.
SUSUNAN FORMULA
DIGUNAKAN
DAN
KOMPOSISI
BAHAN
YANG
Fungsi
Tetrasiklin
%Bahan yang
Digunakan
Jumlah
(5 gram)
Bahan Aktif
3%
0,15 gram
HCl
Vaselin Album
Basis Salep
83,39%
4,1695 gram
BHT
Antioksidan
0,01%
0.0005 gram
Propilen
Pelarut
10%
0,5 gram
Oleum
Penambah
0,1%
0.005 gram
Jasmine
Aroma
Paraffin
Basis Salep
3,5%
0,175 gram
Glikol
Liquid
Total
100%
5 gram
= 0,15 gram
2. Vaselin Album
gram
5 gram
= 4,1695 gram
3. BHT
Dalam sediaan mengandung 0,01% BHT
=
5 gram
= 0,0005 gram
4. Propilen Gilkol
Dalam sediaan mengandung 10% Propilen Glikol
=
5 gram
= 0,5 gram
5. Oleum Jasmine
Dalam sediaan mengandung 0,1% Oleum Jasmine
=
5 gram
= 0,005 gram
6. Paraffin Liquid
Dalam sediaan mengandung 3,5% Paraffin Liquid
=
5 gram
= 0,175 gram
Tabel Rancangan Formula yang Digunakan
% Bahan
No. Bahan
Fungsi
yang
Jumlah
(5 gram)
Jumlah
(20 gram)
Digunakan
1
4
5
Tetrasiklin
HCl
Vaselin
Album
BHT
Paraffin
Liquid
Oleum
Bahan Aktif
3%
0,15 gram
0,45 gram
Basis Salep
95,14%
4,757 gram
19,028 gram
Antioksidan
0,01%
Basis Salep
1,75%
Pengaroma
0,1%
0,0005
gram
0.0875
gram
0,005 gram
0,002 gram
0,35 gram
0,02 gram
Jasmine
Total
100%
5 gram
20 ram
5 gram
2. Vaselin Album
Dalam sediaan mengandung 95,14% Vaselin Album
=
5 gram
3. BHT
Dalam sediaan mengandung 0,01% BHT
=
5 gram
4. Oleum Jasmine
Dalam sediaan mengandung 0,1% Oleum Jasmine
=
5 gram
5. Paraffin Liquid
Dalam sediaan mengandung 1,75% Paraffin Liquid
=
5 gram
7.
METODE
7.1. Alat dan Bahan
Alat :
-
Mortir
Stemper
Pipet tetes
Sudip
Etiket
Perkamen
Cawan porselen
Oven
Tube
Bahan :
- Tetrasiklin HCL
- Vaselin album
- Parafin Liquid
- BHT
- Oleum jasmine
7.2. Prosedur Pembuatan
Prinsip kerja : Salep sebanyak 1 gram diletakkan pada lempeng kaca berskala,
lalu di atasnya ditutup lempeng kaca dan diberi beban 5 gram, lalu diamkan
selama 2 menit. Kemudian, beban ditambah dengan beban 5 gram serta amati
penyebaran yang terjadi.
4. Uji Daya Lekat
Tahapan pengujian :
- Salep dengan berat 0,25 gram diletakkan di atas dua gelas objek yang telah
-
ditentukan
Tekan dengan beban 1 kg selama 5 menit
Pasang objek glass pada alat uji
Tambahkan beban 80 gram pada alat uji
Catat waktu pelepasan krim dari gelas objek
5. Uji Viskositas
Bertujuan untuk mengetahui kekentalan dari sediaan salep. Kekentalan atau
viskositas sediaan termasuk salah satu hal yang harus diperhatikan dalam
pembuatan sediaan salep.
Alat : Viskotester VT-04
Tahapan pengujian:
- Ambil beberapa gram sediaan salep
- Pasang rotor no. 2 pada alat
- Masukkan bagian bawah rotor pada sediaan sehingga semua bagian
tercelup
Jalankan alat sampai jarum penunjuk menunjukkan angka yang konstan
Catat hasil dan matikan alat
Prinsip kerja : Cairan dimasukkan antara cup dan bob sampai temperature
seimbang. Beban ditempatkan seimbang. Beban ditempatkan pada
penggantung. Catat waktu untuk berputar 100 kali.
6. UJI pH
Untuk mengukur pH digunakan kertas pH indokator langsung pada sediaan.
Tahapan pengujian :
- Larutkan sejumlah salep dengan aquadest
- Celupkan kertas universal
- Amati perubahan pada kertas universal, cocokkan dengan standart
- pH sediaan salep yang kami buat memiliki rentang nilai pH 4,5-6,5
7. Uji Penetapan Kadar
a. Standar Oksitetrasiklin dan Kalibrasi Kurva
Dibuat standar oksitetrasiklin dengan menimbang sejumlah tertentu larutan
standar oksitetrasiklin dengan pelarut metanol hingga diperoleh kadar
100ng/l dan disimpan pada suhu - 18C. Sebanyak 10 larutan baku kerja
kisaran 0,5-20 ng/l ad metanol. Semua larutan oksitetrasiklin dihindarkan
dari sinar matahari langsung.
b. Preparasi Sampel
- Ditimbang secara saksama sediaan salep oksitetrasiklin sebanyak 2 gram
-
ditambahkan metanol.
Dari baku tersebut dibuat/diencerkan menjadi 1,2 dan 3 ppm.
Periksa konsentrasi standar pada panjang gelombang maksimal dan
PICHALINE
Tetracycline HCl 3%
Salep kulit
Komposisi:
Tiap gram mengandung Tetracycline HCl 3%.
CARA KERJA OBAT:
Tetracycline HCl merupakan antibiotic dengan spectrum luas. Untuk
mengobati penyakit / gangguan kulit seperti jerawat, eksim, dermatitis,
kudis, bisul, kurap yang hanya menyerang pada bagian epidermis kulit
yaitu folikel rambut dan pori-pori pada kulit yang tersumbat, serta
saluran keringat yang tersumbat akibat bakteri, kuman atau benda asing
lain.
INDIKASI:
Pengobatan infeksi pada bagian permukaan kulit (epidermis) yang
disebabkan oleh bakteri yang peka terhadap Tetrasycline HCl.
9.
10.
11.
KONTRA INDIKASI:
Penderita yang peka terhadap obat-obatan golongan Tetrasiklin dan
penderita gangguan fungsi ginjal (pielonefritis akut dan kronis).
DOSIS:
Dewasa dan anak: oleskan 3 kali sehari.
EFEK SAMPING:
Myasthenia gravis, agranulositosis, anemia aplastik, anemia hemolitik,
neutropienia, trombositopenia.
PERINGATAN DAN PERHATIAN:
Penggunaan antibiotik mengakibatkan pertumbuhan organisme yang
resisten terhadap antibiotik ini.
KEMASAN:
Dus, Pot berisi 5 g salep kulit TETRASIKLIN HCl.
CARA PENYIMPANAN:
Simpan pada suhu dibawah 30oC, terlindung dari cahaya.
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
No. Reg. :
7206313731 A1
PT. PICHA FARMA
Jember- Indonesia
PEMBAHASAN
HASIL PENGAMATAN
% Bahan
No. Bahan
Fungsi
yang
Jumlah
(5 gram)
Jumlah
(20 gram)
Digunakan
1
Tetrasiklin
HCl
Vaselin
Album
BHT
Paraffin
Liquid
Oleum
Jasmine
Total
Bahan Aktif
3%
Basis Salep
95,14%
Antioksidan
0,01%
Basis Salep
1,75%
Pengaroma
0,1%
100%
0,15 gram
4,757
gram
0,0005
gram
0.0875
gram
0,005
gram
0,45 gram
19,028 gram
0,002 gram
0,35 gram
0,02 gram
5 gram
20 ram
Uji organoleptis
Warna : kuning
Bau
: aroma melati atau jasmine karena menggunakan digunakan
pengaroma oleum jasmine
Bentuk : semisolida dalam bentuk salep
Uji pH
Nilai pH yang didapat yaitu 4.
Uji Viskositas
Nilai viskositas yang didapat dengan menggunakan viskotester yaitu 100
mpas.
Uji Homogenitas
Uji homogenitas yang dilakukan selama 5 menit didapatkan bahwa tidak
terdapat gumpalan-gimpalan berwarna kuning yang artinya sediaan yang
didapat adalah homogen.
FORMULASI
Tabel Rancangan Formula yang Direncanakan
No. Bahan
2
3
4
%Bahan yang
Fungsi
Tetrasiklin
Jumlah
(5 gram)
Digunakan
Bahan Aktif
3%
0,15 gram
Basis Salep
83,39%
4,1695 gram
BHT
Antioksidan
0,01%
0.0005 gram
Propilen
Pelarut
10%
0,5 gram
Oleum
Penambah
0,1%
0.005 gram
Jasmine
Aroma
Paraffin
Basis Salep
3,5%
0,175 gram
HCl
Vaselin
Album
Glikol
Liquid
Total
100%
gram
Fungsi
yang
Jumlah
(5 gram)
Jumlah
(20 gram)
Digunakan
1
2
3
Tetrasiklin
HCl
Vaselin
Album
BHT
Bahan Aktif
3%
Basis Salep
95,14%
Antioksidan
0,01%
0,15 gram
4,757
gram
0,0005
0,45 gram
19,028 gram
0,002 gram
gram
4
Paraffin
Liquid
Oleum
Jasmine
Total
Basis Salep
1,75%
Pengaroma
0,1%
100%
0.0875
gram
0,005
gram
5 gram
0,35 gram
0,02 gram
21 ram
tetrasiklin hidroklorida. Bahan aktif tetrasiklin HCl ini dibuat dalam sediaan salep
diindikasikan untuk bakteri gram negatif dan gram positif. Penggunaan batas
konsentrasi 3% untuk sediaan salep ini mengacu pada Martindale edisi 28th
dimana konsentrasi yang biasa digunakan untuk sediaan salep adalah 3%.
Dasar salep yang dipilih tidak boleh mengiritasi, memungkinkan difusi obat
pada kulit dan tetap mempertahankan aktivitas obat dalam jangka waktu tertentu
pada kondisi penyimpanan yang tepat. Pada praktikum kali ini, dasar salep yang
digunakan berupa vaselin album dengan jumlah 4,757 g tiap 5 g salep. Basis ini
dipilih karena bersifat lipofilik, sehingga waktu kontak yang lebih lama jadi
jumlah obat yang diabsorbsi lebih tinggi. Selain itu, bahan aktif tidak stabil dalam
air, jadi dibuat basis yang berminyak supaya zat aktif lebih stabil. Pada awalnya
vaselin yang digunakan dilelehkan terlebih dahulu sebelum dicampurkan dengan
bahan lainnya, namun setelah dievaluasi kembali ternyata kurang efisien sehingga
pada formula kedua vaselin yang digunakan tidak perlu dilelehkan dulu melainkan
langsung dicampur dan digerus dengan bahan lainnya.
Pada sediaan tidak digunakan pengawet, melainkan antioksidan karena
sediaan tidak mengandung air. Antioksidan digunakan untuk menghindari
terjadinya oksidasi pada sediaan. Pada awalnya, kami menggunakan BHA sebagai
antioksidan, namun karena ketidak tersediaannya di lab, maka kelompok kami
menggunakan BHT. Fungsi BHT adalah sebagai antioksidan dengan konsentrasi
0,01%. Pada salep tidak digunakan pengawet melainkan BHT, karena fungsi
pengawet adalah mencegah tumbuhnya jamur, sedangkan jamur dan bakteri
mudah tumbuh pada lingkungan berair dan minyak tidak berair tapi minyak
mudah teroksidasi dan tengik, sehingga digunakan BHT sebagai antioksidan.
Digunakan 2 basis dengan tujuan untuk meningkatkan stabilitas sediaan
salep. Namun ternyata dengan digunakannya 2 basis, sediaan yang dihasilkan
menjadi kurang homogen sehingga formulasi salep diubah.
Parafin liquid digunakan sebagai basis salep yang kedua dengan konsentrasi
3,5% pada formulasi awal. Pada formulasi kedua digunakan parafin liquid 1,75%.
Penggunaan parafin cair sebagai basis konsentrasinya diturunkan karena saat
penambahan parafin cair, zat aktif yang awalnya sudah menyatu, setelah dibiarkan
beberapa saat tanpa pengadukan akan terpisah kembali membentuk gumpalan,
sehingga dilakukan penurunan konsentrasi parafin cair. Setelah konsentrasinya
diturunkan barulah didapatkan sediaan salep yang homogen dan stabil.
Dilihat dari pemeriannya, Tetrasiklin HCl memiliki kelarutan yang cukup
dalam air (1:10). Tetapi pada kali ini sediaan yang diperlukan yaitu sediaaan salep.
Oleh karena dalam salep tidak mengandung air digunakan propilen glikol sebagai
pelarutnya. Propilen glikol digunakan sebagai solven dengan konsentrasi 10%
pada formulasi awal. Penggunaan propilen glikol ternyata membuat sediaan
menjadi terlalu berair (lebih menyerupai krim) sehingga pada formulasi kedua
penggunaan propilen glikol dihilangkan karena adanya propilen glikol membuat
zat aktif menggumpal dan tidak homogen.
Bau sediaan salep yang dihasilkan menjadikan salep menjadi kurang
acceptable sehingga dibutuhkan penambahan pengaroma untuk membuat aroma
salep menjadi lebih baik lagi. Pada praktikum kali ini digunakan pengaroma
dengan bau melati (Oleum jasmine).
Perhitungan dosis
Kandungan
: 3% Tetrasiklin HCl
Pemakaian
: 3-4x sehari
Untuk 1 hari
: 200-300 mg x 3 = 600-900 mg
200-300 mg x 4 =800-1200 mg
Untuk 1 minggu
Pada praktikum Teknologi Sediaan Semisolid dan Liquid kali ini dilakukan
formulasi dab evaluasi sediaan Salep Tetrasiklin. Evaluasi yang dilakukan pada
praktikum kali ini adalah:
1. Uji Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis meliputi bentuk, warna, dan bau yang diamati
secara visual. Prinsip pemeriksaan organoleptis yaitu dilakukan
pengamatan
secara kualitatif meliputi warna, bau, serta konsistensi sediaan secara visual.
Tujuan pemeriksaan organoleptis adalah untuk mengetahui sediaan yang dibuat
sudah sesuai dengan standar salep yang ada, dalam arti sediaan salep tersebut
stabil secara kimia dan tidak menyimpang dari standar salep. Karena salep yang
baik harus memenuhi persyaratan mutu yang baik antara lain harus memiliki
stabilitas kimia yang baik.
Stabilitas kimia yang baik untuk salep yaitu secara kimia inert sehingga
tidak menimbulkan perubahan warna, pH, dan bentuk sediaan (USP XII, p.1703).
Sediaan dibuat pada pH 3-6 diharapkan tidak mengalami perubahan potensi.
Dari hasil uji organoleptis didapatkan hasil sebagai berikut:
Warna
: kuning
Bau
: aroma melati atau jasmine karena menggunakan digunakan
pengaroma oleum jasmine
Bentuk
: semisolida dalam bentuk salep
Sediaan disimpan selama 2 minggu, kemudian diamati lagi organoleptisnya.
Setelah diamati organoleptisnya, ternyata sediaan tidak mengalami perubahan
organoleptis. Sediaan salep tetrasiklin tetap berwarna kuning, beraroma melati,
dan konsistensinya sebagai salep tidak berubah. Jadi dapat dikatakan salep
tersebut memiliki stabilitas kimia yang baik dilihat dari segi organoleptis, karena
tidak mengalami perubahan.
2. Uji pH
Uji pH digunakan untuk mengukur pH digunakan kertas pH indokator
langsung pada sediaan. Pada pengujian pH kali ini tidak dihunakan pH meter
melainkan digunakan kertas universal pH indikator.
Tahapan pengujian :
1. Larutkan sejumlah salep dengan aquadest
2. Celupkan kertas universal
3. Amati perubahan pada kertas universal, cocokkan dengan standart pH sediaan
salep yang kami buat memiliki rentang nilai pH 4,5-6,5
Hasil uji pH salep tetrasiklin sebesar 4 , nilai ini tidak sesuai dengan
rentang Ph sediaan yang akan dibuat. Tapi ph 4 masih masuk dalam criteria
dalam literature (martindale p.1216) bahwa tetrasiklin tidak aktif pada pH
dibawah 2 dan rusak pada pH di atas 7. Jadi, pada Ph tersebut tetrasiklin masih
dapat memberikan efek terapeutik.
Selain itu penyebab pH yang tidak sesuai, kemungkinan disebabkan karena
pengukuran pH hanya menggunakan pH
selama 3 kali setiap pemeriksaan salep dan diperoleh hasil diameter sebar rataratanya 2,95 cm. Dan meletakkan beban terakhir 250 gram pada kaca dan biarkan
1 menit diulangi selama 3 kali setiap pemeriksaan salep, setelah itu diukur lagi
diameter sebarnya, diperoleh 3,08 cm.
Hasil uji daya sebar, menunjukkan diameter penyebaran salep setelah
ditutupi dengan kaca adalah 2,5 cm. Setelah diberi beban 50, 100, 200, 250 gram
diameter masing-masing yaitu 2,6;2,87;2,93;2,95;3,03 cm. Persyaratan daya sebar
untuk sediaan topikal yaitu sekitar 5-7 cm, maka berdasarkan hasil uji daya sebar
pada sediaan dapat dikatakan bahwa sediaan tidak memenuhi syarat daya sebar
yang baik. Hasil seperti ini dimungkinkan karena kurang homogennya salep dan
formulasi yang kurang tepat.
Daya sebar yang baik menyebabkan kontak antara obat dengan kulit
menjadi luas, sehingga absorpsi obat ke kulit berlangsung cepat. Viskositas suatu
sediaan berpengaruh pada luas penyebarannya. Semakin rendah viskositas suatu
sediaan maka penyebarannya akan semakin besar sehingga kontak antara obat
dengan kulit semakin luas dan absorbsi obat ke kulit akan semakin cepat
(Maulidaniar dkk, 2011)
5. Uji Homogenitas
Uji homogenitas salep adalah untuk mengetahui apakah seluruh bahan telah
tercampur secara merata serta untuk menjamin zat aktif terkandung di dalam
bahan telah terdistribusi merata pada saat dioleskan di kulit tidak boleh terasa ada
bagian yang padat (Voight,1995). Hasil uji evaluasi salep didapatkan hasil bahwa
semua bahan pada sediaan salep homogen. Hal ini didasarkan pada saat pengujian
menggunakan gelas objek dan dapat dilihat tidak terdapat butrian kuning-kuning
yang menggumpal pada basis salep yang menunjukkan bahan aktif tidak
tercampur secara merata. Pada sediaan salep,meskipun tidak terdapat butiran
kuning menggumpal yang kasar,perbedaan warna pada hasil pengamatan namun
masih menunjukkan pemisahan antara basis salep padat dan cair berupa paraffin
liquid yang nampak memisah. Hal ini dapat menunjukkan bahwa salep tidak
stabil. Ketidakstabilan antara basis salep yang padat dan cair mungkin
dikarenakan pengadukan kedua basis yang kurang homogen.
KESIMPULAN
1. Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau
selaput lendir. Alasan pemilihan bentuk sediaan salep yaitu,
DAFTAR PUSTAKA
Anonim . 2002. United States Pharmacopeia Book 2. United Stated Pharmacopeia
Convention Inc. Rockville.
Martin,Alfred.1993.Farmasi Fisik Jilid I Edisi III. Jakarta : UI-Press.
Papadoyannis, L. N dkk. 2000. A rapid high performance liquid chromatographic
(HPLC) assay for the determination of oxytetracycline in commercial
pharmaceuticals.Thessaloniki : Aristoteles University of Thessaloniki.
Reynolds, James E.F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia 28th Edition. The
Pharmaceutical Press. London.
Schramm, G.1998.A Practical Approach to Rheology and Rheometry, 2nd Edition, 2021. Gebrueder HAAKE GmbH Karlsruh. Federal Republic of Germany.
Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi (Terjemahan) Noeron .S, Edisi V.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.