Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN AKHIR TINGKAH LAKU HEWAN

SMALL RESERCH PROJECT

TINGKAH LAKU BERMAIN ME NGGUNAKAN ALAT MONYET EKOR PANJANG


(Macaca fascicularis) Di GUNUNG MERU, KECAMATAN LUBUK BEGALUNG, KOTA
PADANG

OLEH : KELOMPOK 9
1. EGGY TRIANA PUTRI (1310422040)
2. LISA NOVITA
3. FATIMAH

(1310422044)
(1310422042)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2016

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki keanekaragaman satwa liar yang tinggi dan tersebar di beberapa tipe habitat.
Bermacam-macam jenis satwa liar ini merupakan sumber daya alam yang dimanfaatkan untuk
banyak kepentingan manusia. Primata merupakan hewan pertama yang berharga bagi manusia
sebagai hewan kesayangan dan juga tercatat sebagai hewan tertua yang digunakan untuk subyek
penelitian ilmiah. Salah satu diantaranya yang sering digunakan dalam penelitian ilmiah adalah
monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dari genus Macaca (Bennet, 1995). Di Indonesia,
monyet ini dapat ditemukan di Kalimantan, Sumatera, Jawa, Sulawesi dan pulau-pulau kecil
lainnya (Napier dan Napier, 1985).
Perilaku atau tingkah laku adalah kebiasaankebiasaan satwaliar dalam aktivitas
hariannya seperti sifat kelompok, waktu aktif, wilayah pergerakan, cara mencari makan, cara
membuat sarang, hubungan sosial, tingkah laku bersuara, interaksi dengan spesies lainnya, cara
kawin dan melahirkan anak (Alikodra, 1990).
Pada Macaca fascicularis terdapat beberapa tingkah laku yang biasa diamati seperti tidur,
inaktif, grooming, kawin, bergerak, makan, mengasuh anak, ekskresi, bersuara salah satunya
bermain (Sari, Suwarno, Alanindra, dan Marjono, 2014). Pada penelitian sebelumnya didapatkan
beberapa tingkah laku bermain pada M. fascicularis yakni berkejaran, bergulingan, berlompatan,
berkejaran, berayunan, dan latihan berkelahi (Fitriana, Vivin, Jarulis, Santi, dan Nurul, 2012)
namun belum diketahui bagaimana tingkah laku dari M. fascicularis menggunakan alat. Maka
dari itu digunakan metode Focal sampling dengan perekaman Continuous sampling untuk
melihat tingkah laku bermain dari M. fascicularis menggunakan alat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut, maka muncul rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana frekuensi tingkah laku bermain menggunakan alat pada M. fascicularis?
2. Bagaimana durasi tingkah laku bermain menggunakan alat pada M. fascicularis?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui frekuensi tingkah laku bermain menggunakan alat pada M.
fascicularis
2. Untuk mengetahui durasi tingkah laku bermain menggunakan alat pada M.
fascicularis
.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Monyet ekor panjang disebut juga long-tailed macaque, crab eating monkey, dan cinomoilgus
monkey. Macaca fascicularis adalah primata yang menggunakan kaki depan dan belakang
dalam berbagai variasi untuk berjalan dan berlari (quandrapedalisme), memiliki ekor yang lebih
panjang dari panjang kepala dan badan. Disamping itu, memiliki bantalan duduk (ischial

sallosity) yang melekat pada tulang duduk (ischial) dan memiliki kantong makanan di pipi
(cheek pouches) (Napier dan Napier, 1985).
Kelas

: Mamalia

Ordo

: Primata

Sub Ordo

: Anthropoidea

Infra Ordo

: Catarrhini

Super famili

: Cercopithecidea

Famili

: Cercopithecidae

Genus

: Macaca

Spesies

: Macaca fascicularis

Gambar 1. Macaca fascicularis

M. fascicularis dinamakan monyet ekor panjang karena memiliki ekor yang panjang,
berkisar antara 80% hingga 110% dari total panjang kepala dan tubuh. Ukuran tubuh jantan
adalah 412 mm hingga 648 mm dengan bobot badan 4,7 kg hingga 8,3 kg. Betina mempunyai
panjang 385 mm hingga 503 mm dengan bobot badan 2,5 hingga 5,7 kg. Ekor berbentuk silindris
dan muscular serta ditutupi oleh rambut. Monyet ekor panjang mempunyai dua warna utama
yaitu coklat keabu-abuan dan kemerah-merahan dengan berbagai variasi menurut musim, umur
dan lokasi (Lekagul dan McNeely,1977).
M. fascicularis bersifat diurnal (aktifitas pada siang hari), terrestrial (banyak melakukan
aktifitas diatas tanah) dan tidur di atas pohon untuk menghindari pemangsa (Napier dan Napier,
1985). Genus Macaca sp. memiliki lama hidup 25-30 tahun, lama bunting 167 hari, umur disapih
5-6 bulan, umur dewasa 4,5-6,5 tahun, umur dikawinkan 36-48 bulan, siklus estrus 31 hari,
periode estrus tiga sampai empat hari. Perkawinan terjadi sewaktu-waktu, ovulasi spontan pada
hari kedua belas atau ketiga belas pada siklus estrus, implantasi 15-21 hari sesudah fertilisasi,
jumlah anak satu ekor, jarang terjadi beranak dua ekor (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988)
.BAB III. PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Desember 2016. Pengambilan data akan dilakukan
di Kawasan Gunung Meru. Analisis data akan dilakukan di Laboratorium Ekologi Hewan
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas, Padang
3.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada pengamatan perilaku bermain monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis) pada penelitian ini adalah metode Focal sampling. Metode Focal sampling yaitu
pengamatan pada satu individu dalam periode tertentu dari monyet ekor panjang. Perekaman
dilakukan dengan Continuous samping dengan pengamatan selama 2 jam.
3.4 Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah stopwatch, catatan, alat tulis, dan kamera.
3.5 Prosedur Kerja
Disiapkan seluruh alat yang diperlukan. selanjutnya diamati dan dicatat tingkah laku bermain
monyet ekor panjang dengan menggunakan alat yang telah tersedia dialam yang telah disediakan
3.6 Analisis Data
Data perilaku dianalisa dari frekuensi setiap perilaku dengan total frekuensi seluruh perilaku.
Data yang terkumpul dianalisia secara deskriptif kuantitatif yaitu dengan mengidentifikasi,
mendeskripsikan dan mengkuantifikasi secara langsung variabel yang diamati

.BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hari
Pengamatan

Waktu
Mulai

Berhenti

Durasi
(bout)

10:22:30

10:24:13

43 detik

Plastik bekas
makanan

2 ekor

10:26:02

10:26:17

15 detik

Plastik bekas

10:27:06

10:27:13

7 detik

Daun Tua

10:30:34

10:26:14

40 detik

Ranting Tua

10:48:47

10:49:01

14 detik

Daun

10:48:17

10:48:34

17 detik

Biji buah

09:43:29

09:43:48

19 detik

Daun

10:11:07

10:11:29

22 detik

Benen bekas

1 ekor

10:23:38

10:24:04

26 detik

Kulit kayu

10

10:24:29

10:24:53

24 detik

Plastik bekas

1 ekor

11

09:47:13

09:47:18

5 detik

Batu

12

09:52:20

09:51:29

9 detik

Platik bekas

09:58:49

09:59:02

13 detik

Ranting Pohon

14

09:59:53

10:00:08

15 detik

Batu

15

10:01:05

10:01:28

23 detik

Plastik bekas

1 ekor

No

Alat yang
digunakan

Jumlah individu lain yang


ikut serta (ya/tidak)

13

Dari tabel diatas maka dilakukan perhitungan frekuensi penggunaan alat oleh M. fascicularis
sebagai berikut :
Frekuensi Hari-1 : 7 / 7200 detik = 0,00097 / detik
Frekuensi Hari-1 : 4 / 7200 detik = 0,00054 / detik
Frekuensi Hari-1 : 5 / 7200 detik = 0,00069 / detik
Rata Rata : 0,00097 + 0,00054 + 0,00069 / 3 = 0,00073
Selanjutnya juga dilakukan perhitungan durasi penggunaan alat oleh M. fascicularis sebagai
berikut :
Durasi Hari-1 : 136 / 7200 detik = 0,018 detik
Durasi Hari-1 : 91 / 7200 detik = 0,012 detik
Durasi Hari-1 : 65 / 7200 detik = 0,009 detik
Rata Rata : 0,018 + 0,012 + 0,009 / 3 = 0,013
Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa frekuensi dari penggunaan alat oleh M. fascicularis juvenil
memiliki nilai yang relativ kecil yakni sebesar 0,00073 kali perdetik dan durasi penggunaan alat
oleh M. fascicularis memiliki nilai yang relativ kecil pula yakni 0,013 detik dalam 2 jam
pengamatan. Dari hasil pengamatan juvenile M. fascicularis lebih menghabiskan waktunya
dengan bergerak aktif yakni bermain secara langsung, moving, bergelantungan, memanjat dan
mencari makan. Hal ini sesuai dengan literatur dari Dewi dkk (2016) bahwa pada masa juvenile
persentase dari M. fascicularis untuk bersosialisasi sangat kecil, hal ini karena pada saat masa
juvenil merasa bahwa individu lain merupakan pesaing. Maka dari itu mereka lebih sering hidup
dengan cara individual, sehingga pada masa juvenile ini sangat sering melakukan moving hal ini
sekaligus dalam rangka mencari makanan. Aktifitas makan merupakan aktifitas rutinitas harian
yang dilakukan oleh monyet ekor panjang. Mooving dari satu pohon ke pohon lainnya dengan
banyak cara yang dilakukan yaitu bergelantungan pada akar-akar gantung pohon dengan kedua
tangannya, berjalan dengan empat kaki (quandrapedalisme) yang dilakukan diatas tanah maupun
pada dahan-dahan pohon, dan memanjat batang pohon. Perilaku sosial pada juvenil biasanya dilakukan
dengan betina dewasa yaitu grooming (allogrooming) ataupun yang dilakukan sendiri (autogrooming).

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra HS. 1990. Studi ekologi bekantan (Nasalis larvatus) di Hutan Lindung Bukit Soeharto
Kalimantan Timur. Laporan penelitian kerjasama Depdikbud dan JICA.
Napier, J. R. and P. H. Napier. 1985. The Natural History of the Primates. The MIT Press,
Cambridge, Massachusetts.
Bennet, B. T., R. C. Abee, and R. Henrickson. 1995. Nonhuman Primates in Biomedical
Research Biology ang Management. Academic Press. New York.
Lekagul, B dan J. A. McNeely. 1977. Mammals of Thailand. The Association for The
Conservation of Wildlife. Bangkok.
Smith, J.B., Mangkoewidjojo, S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan
Percobaan di Daerah Tropis. Tikus Laboratorium (Rattus norvegicus): 37-57. Penerbit
Universitas Indonesia
Sari, Suwarno, Alanindra, dan Marjono. 2014. Studi Perilaku Monyet Ekor Panjang (Macaca
fascicularis) di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Tawangmangu Karanganyar. FKIP
UNS
Fitriana, Vivin, Jarulis, Santi, dan Nurul. 2012. Perilaku Bermain Macaca fascicularis (Raffles,
1821) Juvenil di Taman Hutan Raya Rajolelo Bengkulu. Skripsi Universitas Bengkulu.
Bengkulu

Anda mungkin juga menyukai