Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TUBERKULOSIS PARU
Oleh :
Pembimbing :
dr.Azizman Saad, Sp.P
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak tahun 1993, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa
TB merupakan kedaruratan global bagi kemanusiaan. Walaupun strategi DOTS
telah terbukti sangat efektif untuk pengendalian TB, tetapi beban penyakit TB di
masyarakat masih sangat tinggi. Dengan berbagai kemajuan yang dicapai sejak
tahun 2003, diperkirakan masih terdapat sekitar 9,5 juta kasus baru TB, dan
sekitar 0,5 juta orang meninggal akibat TB di seluruh dunia. Selain itu,
pengendalian TB mendapat tantangan baru seperti ko-infeksi TB/HIV, TB yang
resisten obat dan tantangan lainnya dengan tingkat kompleksitas yang makin
tinggi.1
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis dan paling sering bermanifestasi di paru.
Mikobakterium ini ditransmisikan melalui droplet di udara, sehingga seorang
penderita tuberkulosis paru merupakan sumber penyebab penularan tuberkulosis
paru
pada
populasi
di
sekitarnya.2
Menurut
Departemen
Kesehatan,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tuberkulosis paru (TB) adalah suatu penyakit yang menyerang jaringan
paru disebabkan infeksi basil Mycobacterium tuberculosis. Perhimpunan Dokter
Paru Indonesia (PDPI) mendefinisikan TB Paru sebagai penyakit yang disebabkan
oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis complex.2,4
2.2 Etiologi
Mikobacterium tuberculosis berbentuk batang, berukuran panjang 1-4 mikron
dan tebal 0,3-0,6 mikron, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan, oleh karena itu disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman
tuberculosis cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan
hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh,
kuman ini dapat atau tertidur dormant lama dalam beberapa tahun4,5
kematian
Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat. Ini yang banyak terjadi.
Kasus gagal adalah penderita BTA positif yang masih positif atau
kembali positif pada akhir bulan ke-5 sebelum akhir pengobatan
dan penderita dengan hasil BTA negatif
gambaran radiologik
positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan dan
atau gambaran radiologik ulang hasilnya perburukan.
-
Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang
paling sering dikeluhkan. Batuk terjadi karena iritasi bronkus yang
pada awalnya tidak berdahak, tetapi karena terjadi peradangan
maka batuk akan menjadi produktif.
Dahak
Dahak bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit, kemudian
berubah menjadi mukopurulen/kuning atau kuning hijau sampai
purulen. Dahak berubah menjadi kental apabila sudah terjadi
perlunakan.
Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi
radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan
nafasnya
Sesak nafas
9
Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi
kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40-41oc. Serangan
demam dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul
kembali. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh
pasien dan berat ringannya infeksi Tuberkulosis yang masuk.
Bila terdapat kavitas yang cukup besar, perkusi memberikan suara hipersonor atau
timpani dan auskultasi memberikan suara amforik.2,7
Pada pleuritis TB kelainan pemeriksaan fisik tergantung dari banyaknya
cairan di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan redup atau pekak, pada auskultasi
suara nafas yang melemah sampai tidak terdengar pada posisi yang terdapat
cairan.Pada limfadenitis TB terlihat pembesaran kelenjer getah bening tersering
didaerah leher kadang didaerah ketiak. Pembesaran terdebut dapat menjadi cold
abscess.4
b. Sputum
Hingga sekarang prinsip penemuan BTA tetap merupakan salah satu pilihan
utama, dengan beberapa alasan antara lain murah, objektif dan spesifik. Teknik
pewarnaan yang kini banyak digunakan adalah Ziehl Neelsen. Dibutuhkan tiga
11
c. Tes Tuberkulin
Dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis tuberkulosis terutama pada
anak anak (balita). Biasanya dipakai tes Mantoux yakni dengan menyuntikkan 0,1
cc tuberkulin P.D.D (Prurified Protein Derivative) intrakutan. Tes tuberkulin
hanya menyatakan apakah seorang individu sedang atau pernah mengalami infeksi
M. Tuberkulosis, M. Bovis, vaksinasi BCG dan mycobacteria patogen lainnya.
Dasar tes tuberkulin adalah reaksi alergi tipe lambat. Setelah 48-72 jam tuberkulin
disuntikkan akan timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari
infiltrat limfosit yakni reaksi persenyawaan antara antibodi seluler dengan antigen
tuberkulin.5
Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pemeriksaan foto
toraks pada kasus ini diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru BTA
positif
13
Obat-obatan tersebut tersedia dalam kemasan obat tunggal dan obat kombinasi
(Fixed Dose Combination/FDC). FDC direkomendasikan bila tidak dilakukan
pengawasan menelan obat.6
Program Nasional Penanggulangan TB paru di Indonesia menggunakan paduan
OAT:2
1. Kategori I (2HRZE/4H3R3)
Diberikan untuk penderita baru TB paru BTA positif, TB paru BTA negatif
rontgen positif yang sakit berat, dan penderita TB paru ekstra paru berat.
2. Kategori II (2HRZES/HRZE/5H3R3E)
Diberikan untuk penderita kambuh (relaps), penderita gagal (failure) dan
penderita dengan pengobatan lalai (drop out).
3. Kategori III (2HRZ/4H3R3)
Diberikan untuk penderita baru BTA negatif dan rontgen positif sakit
ringan, pasien ekstra paru ringan yaitu limfadenitis TB, TB kulit, TB
tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
4. Obat sisipan (HRZE)
Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif
dengan kategori I atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan
kategori II hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif.
Beberapa OAT memiliki efek samping, Efek samping yang terjadi dapat
ringan hingga berat, bila efek samping ringan dan dapat diatasi dengan obat
simptomatik maka pemberian OAT dapat dilanjutkan.2
Pengobatan yang diberikan kepada penderita TB perlu diperhatikan keadaan
klinisnya. Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat, dapat rawat jalan.
Selain OAT kadang perlu pengobatan tambahan atau suportif/simtomatik untuk
meningkatkan daya tahan tubuh atau mengatasi gejala/keluhan.4
1. Penderita rawat jalan
15
3. Evaluasi radiologik
Pemeriksaan dan evaluasi foto toraks dilakukan pada:
a. Sebelum pengobatan
b. Setelah 2 bulan pengobatan
c. Pada akhir pengobatan
Pengobatan TB pada Keadaan Khusus
Pengobatan TB pada Keadaan Khusus adalah sebagai berikut:2,3,4
1. TB paru dengan diabetes melitus (dm)
a. Paduan obat: 2 RHZ(E-S)/ 4 RH dengan regulasi baik/ gula darah
terkontrol
b. Bila gula darah tidak terkontrol, fase lanjutan 7 bulan : 2 RHZ(E-S)/ 7
RH DM harus dikontrol
c. Hati-hati dengan penggunaan etambutol, karena efek samping
etambutol ke mata; sedangkan penderita DM sering mengalami
komplikasi kelainan pada mata
d. Perlu diperhatikan penggunaan rifampisin akan mengurangi efektiviti
obat oral anti diabetes (sulfonil urea), sehingga dosisnya perlu
ditingkatkan
e. Perlu kontrol / pengawasan sesudah pengobatan selesai, untuk
mengontrol / mendeteksi dini bila terjadi kekambuhan
2. Kehamilan
Hampir semua OAT aman untuk kehamilan, kecuali streptomisin karena
bersifat permanen ototoxic dan dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
pendengaran dan keseimbangan yang menetap pada bayi yang akan dilahirkan.
3. Ibu menyusui dan bayinya
a. Semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui
b. Ibu dan bayi tidak perlu dipisahkan dan bayi tersebut dapat terus
disusui
17
2.12 Komplikasi
Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi, yang dibagi atas:5
-
19
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama pasien
: Tn. D
Alamat
: Duri
Umur
: 52 tahun
Pekerjaan
: Buru lepas
Jenis kelamin
: laki laki
MR
: 86 21 36
ANAMNESA
Auto anamnesa dan alloanamnesa
Keluhan utama:
Batuk berdarah yang semakin banyak sejak 8 hari SMRS
Riwayat penyakit sekarang:
-
ada masalah.
2 bulan SMRS, pasien mengeluhkan batuknya berdarah, volume
darah sekali batuk lebih kurang 400-600 ml. Nafsu makan menurun
namun pasien tidak ada penurunan berat badan. Sesak nafas tidak
dirasakan pasien, nyeri dada (-). BAB dan BAK tidak ada keluhan.
8 hari SMRS dibawa ke RS permata Duri dan sempat dirawat
beberapa hari lalu pasien dirujuk ke RSUD Arifin Achmad
Riwayat minum OAT pada tahun 2005 minum obat teratur selama 6 bulan
Riwayat diabetes melitus sejak 8 tahun yang lalu.
- Riwayat asma (-)
20
PEMERIKSAAN FISIK
-
Status generalis
o Keadaan umum : tampak sakit sedang
o Kesadaran
: komposmentis
o BB
: 65 kg
o TB
: 160 cm
o IMT
: 25,39
Vital sign
:
o TD
: 120/80 mmhg
o RR
: 22 kali / menit
o Nadi
: 87 kali / menit
o Suhu
: 36,8 C
Pemeriksaan kepala dan leher
- Mata :konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil bulat
isokor, reflek cahaya +/+.
Leher : pembesaran KGB (-)
Pemeriksaan paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pemeriksaan jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pemeriksaan abdomen
Inspeksi
: Sedikit mencembung, scar (-), venektasi (-)
Palpasi
: supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi
: timpani
Auskultasi
: bising usus (+) normal
Pemeriksaan ektremitas
Akral hangat
CRT 2 detik
Edema (-)
Sensasi rasa berkurang di kedua tungkai bawah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
-
29 Oktober 2014
HGB : 10,6 gr/dl
HCT : 31,5 %
RBC : 3,6 6/uL
WBC : 9,8 /ul
22
Dari pemeriksaan radiologi pada pasien ini terlihat adanya infiltrat pada
lubus bawah paru kanan dan sudut costiphrenicus angel terselubung.
RESUME
Tn. P, 52 tahun datang dengan keluhan batuk berdarah yang semakin
banyak. Dari anamnesis didapatkan sejak 6 bulan SMRS pasien mengeluhkan
batuk berdahak, dahak berwarna putih dan kental, darah (-), dahak paling banyak
pada pagi hari, Demam dirasakan setiap malam, berkeringat, badan terasa lemas. 2
bulan SMRS, pasien mengeluhkan batuknya berdarah, volume darah sekali batuk
lebih kurang 400-600 ml. Nafsu makan menurun namun pasien tidak ada
penurunan berat badan. Pasien sudah pernah meminum OAT lengkap selama
enam bulan pada tahun 2005.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan suara nafas Bronkial (+/+) pada kedua
lapangan paru. Dari pemeriksaan mikroskopis pada tanggal 27 dan 28 oktober
2014 ditemukan kuman BTA positif 3, Namun Rontgen paru tidak menunjukkan
terdapatnya lesi aktif TB.
DIAGNOSIS
Tuberkulosis paru kasus relaps BTA positif 3 lesi minimal + DM tipe 2 tidak
terkontrol.
RENCANA PENATALAKSANAAN
a. Non farmakologi
-
Bed rest
b. Farmakologi :
-IVFD NaCl 20 tetes/menit
-Inj. Kalnex 3x1
-Inj. Vit K 3x1
-OAT kategori 2
23
batuk berdahak
14
dengan darah
(+), berkeringat
ulosis
N = 80 x/i
paru
kasus
-OAT kategori 2
RR = 22 x/i
relaps
T = 36,5
BTA
dingin(+)
T = 37,5oC
positif
3+ DM
tipe 2
tidak
terkont
rol
Follow Up
Tanggal
30/10/20
batuk berdahak
14
(+) tidak
berdarah
ulosis
N = 85 x/i
paru
kasus
-OAT kategori 2
relaps
BTA
RR = 23 x/i
T = 36,5
T = 37,5oC
positif
3+ DM
tipe 2
tidak
terkont
rol
24
Tanggal
31/10/20
batuk berdahak
14
(+) tidak
berdarah
N = 80 x/i
RR = 21 x/i
T = 36,5
T = 37,5oC
PEMBAHASAN
Pada pasien ini ditegakkan diagnosis TB paru berdasarkan Anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan teori pasien TB paru
memiliki gejala klinis berupa gejala respiratorik dan gejala sistemik. Adapun
25
gejala respiratorik dapat berupa batuk yang lebih dari tiga minggu, batuk berdarah
sesak nafas dan nyeri dada. Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai
tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Gejala
sistemik berupa demam, malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan
menurun. Pada pasien ini dari anamnesis ditemukan batuk berdarah, berkeringat
malam, nafsu makan menurun namun gejala lain seperti sesak nafas, nyeri dada
tidak ditemukan pada pasien ini.
Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan
struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak
(atau sulit sekali) menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di
daerah lobus superior terutama daerah apex dan segmen posterior , serta daerah
apex lobus inferior. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan antara lain suara
napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan
paru, diafragma & mediastinum. Auskultasi pada pasien ini ditemukan suara nafas
bronkial.
Untuk diagnosis pasti TB
dengan cara pemeriksaan BTA sputum, Cara pengambilan dahak 3 kali, setiap
pagi 3 hari berturut-turut atau dengan cara sewaktu/spot (dahak sewaktu saat
kunjungan), dahak Pagi ( keesokan harinya ), Sewaktu/spot ( pada saat
mengantarkan dahak pagi). Untuk lnterpretasi hasil pemeriksaan mikroskopik dari
3 kali pemeriksaan ialah bila 2 kali positif, 1 kali negatif berarti mikroskopik
positif, jika 1 kali positif, 2 kali negatif periksa ulang BTA 3 kali , kemudian bila
1 kali positif, 2 kali negatif
26
DAFTAR PUSTAKA
27
pada
25
Juni
2014].
Diakses
pada:
http//ppl.depkes
.id/./STRANAS-TB.pdf.p.1-19
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2: cetakan II. Jakarta. 2008.
3. Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia.
Pelatihan
Penanggulangan
2013.
7. Kasper dkk. Harrisons Principles of Internal Medicine 16th edition. New
28