Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Fistula preaurikular pada umunya banyak terdapat pada kelompok anak yang
terjadi akibat kegagalan penyatuan atau penutupan dari tonjolan-tonjolan
(hillocks) pada masing-masing arkus brankhilais pertama dan kedua yang akan
membentuk daun telinga pada masa pertumbuhan embrional. Biasanya terdapat
tepat di anterior tragus atau crus helicis, tetapi jarang ditemukan pada bagian
superior atau inferior perlekatan telinga1,2.
Kelainan ini pertma kali diperkenalkan oleh Heusinger pada tahun 1864.
Sering ditemukan pada suku bangsa si Asia dan Afrika, merupakan kelainan
herediter yang dominan2.
Keadaan ini sering kurang mendapat perhatian dari penderita karena pada
umumnya tidak menimbulkan gejala dank arena ukuran lubangnya yang kecil
(lebih kecil dari 1 mm). Pada keadaan tenang tampak muara fistula berbentuk
bulat atau lonjong, berukuran seujung pensil. Dari muara fistula sering keluar
sekret yang berasal dari kelenjar sebasea dan bila infeksi dapat mengeluarkan
sekret yang berbau busuk. Penderita sering datang pertama kali ke dokter karena
obstruksi dan infeksi fistula ini sehingga terjadi pioderma dan sellulitis fasial.
Kelainan ini dapat terjadi unilateral ataupun bilateral1,2.
Diagnosis fistula preaurikular dapat ditegakkan dengan ditemukannya muara
fistula di sekitar telinga yang terdapat sejak lahir 1,2. Untuk menentukan panjang
fistula dilakukan pemeriksaan radiologic (fistulografi) 1.
Terapi diperlukan bila timbul infeksi pada fistula. Infeksi ini diterapi dengan
antibiotik dan dilakukan dengan pengangkatan fistula itu seluruhnya. Oleh karena
itu, bila tidak bersih akan menyebabkan kekambuhan2.

1.2.

Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan


mengenai fistula preaurikular sehingga dapat melakukan deteksi, diagnosis dan
penatalaksanaan yang baik. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk melengkapi
tugas di Departemen Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher,
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Fistula preaurikular merupakan kelainan herediter yang dominan yang
terjadi akibat kegagalan penyatuan atau penutupan dari tonjolan-tonjolan
(hillocks) pada masing-masing arkus brankhilais pertama dan kedua yang akan
membentuk daun telinga pada masa pertumbuhan embrional1,2. Kelainan ini
merupakan malformasi benigna pada jaringan lunak aurikular. Kondisi bervariasi
ini juga dikenal sebagai lubang preaurikular, sinus preaurikular, traktus
preaurikular dan kista preaurikular 3,2.

2.2. Etiologi
Fistula preaurikular terjadi baik secara sporadis atau herediter. Lebih dari
50% adalah kasus unilateral (sering terjadi pada sisi kanan) dan penyebaran yang
paling sering adalah sporadis. Kasus bilateral cenderung herediter dengan pola
autosomal dominan tidak lengkap dengan reduksi penetrasi (sekitar 85%)4.
Pembentukan fistula preaurikular terjadi selama embriogenesis dan sangat
dipengaruhi oleh perkembangan aurikula selama minggu keenam masa gestasi.
Teori fistula preaurikular yang sering digunakan adalah adanya fusi/pembelahan
tidak lengkap cacat dari enam proliferasi mesenkimal auditori. Teori lainnya yang
kurang dikenal adalah bahwa fistula berkembang sebagai akibat dari lipatan
ectodermal tertutup selama perkembangan aurikula2,4.
2.3. Epidemiologi
Fistula preaurikular memiliki insidensi 0,1-0,9% di Amerika Serikat, 0,47%
di Hongaria, 0,9% di Inggris, 2,5% di Taiwan dan 4-10% di beberapa daerah di
Afrika. Dalam banyak kasus sering ditemukan infeksi dan discharge fistula selama
pemeriksaan rutin telinga, hidung dan tenggorokan 3,5.

2.4. Patofisiologi

Aurikula berkembang dari enam buah proliferasi mesenkim yang terletak di


ujung dorsal lengkung faring pertama dan kedua, yang mengelilingi celah faring
pertama6. Mesenkim-mesenkim ini dikenal sebagai hillocks of His; tiga dari batas
kauda arkus brankialis pertama dan tiga dari batas sefalik arkus brankialis kedua.
Arkus brankialis pertama membentuk tragus, krus heliks, dan heliks. Arkus
brankialis kedua membentuk antiheliks, scapha, dan lobulu4. Hillocks ini
bergabung membentuk aurikula 7. Fistula preaurikular kongenital terbentuk akibat
gangguan penyatuan dan penutupan arkus brankialis pertama dan kedua dari
hillocks of His. Pada usia janin 4 minggu, arkus brankialis tampak di permukaan
janin. Setelah minggu keenam, arkus hioid dan arkus mandibular menyatu dan
melintas di bawah kedudukan kanalis aurikularis eksterna, lalu kemudian
menutup. Daerah penyatuan terletak di leher pada region sub mandibular.
Gangguan penutupan celah tersebut menyebabkan fistula preaurikular kongenital,
sehingga pada umumnya muara fistula terletak pada krus helisis, sebagian yang
lain meluas dari pinggir bawah heliks ke sudut mulut. Fistula ini bisa juga terbuka
ke atas pada lantai meatus akustikus eksternus dan di bagian pinggir depan bawah
dari otot sternokleido-mastoideus pada daerah belakang sudut rahang bawah 2.
Fistula ini sering menjadi infeksi dan bakteri yang sering menyebabkan
infeksi ini adalah Staphylococcus epidermidis (31%), Staphylococcus aureus
(31%), Streptococcus viridans (15%), Peptococcus species (15%), dan Proteus
species (8%) 2.

Gambar 2.1. Embriologi aurikula pada embrio manusia berumur 42 hari. Gambar
tersebut menunjukkan 6 hillocks of His yang terdistribusi antara arkus brankialis
pertama (warna hijau) dan kedua (warna ungu)8.

Gambar 2.2. A. Pandangan lateral kepala mudigah yang memperlihatkan enam


buah tonjol daun telinga yang mengelilingi ujung dorsal celah faring pertama. B-D
Memperlihatkan penyatuan dan perkembangan pesat tonjol-tonjol tersebut menjadi
daun telinga dewasa6.

2.5. Manifestasi Klinis


Kelainan ini asimptomatik. Penderita dengan fistula preaurikular kongenital
pada umumnya datang ke dokter setelah terjadi obstruksi dan infeksi fistula ini
baik infeksi yang pertama ataupun infeksi yang berulang dengan keluhan-keluhan
rasa sakit dan bengkak di depan telinga serta demam. Akibat infeksi tersering
adalah manipulasi penderita terhadap muara fistula karena timbulnya rasa gatal
atau keluarnya sekret. Sekret yang tidak dapat dikeluarkan juga merupakan media
yang baik untuk perkembangan bakteri sehingga akan timbul suatu infeksi dan
selanjutnya menjadi abses. Selain itu, juga dapat terjadi pioderma atau selulitis
fasial2.

Gambar 2.3. Fistula preaurikular9

2.6. Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang


Diagnosis fistula preaurikular kongenital dapat ditegakkan dengan
ditemukannya muara fistula didepan telinga yang terdapat sejak lahir2.
Pemeriksaan Laboratorium
Jika terdapat eksudat dari fistula, kultur sebaiknya dilakukan sehingga dapat
ditentukan antibiotik manakah yang sensitif terhadap kuman tersebut10.
6

Pemeriksaan Radiologi
Semkin VA dkk menklaim bahwa fistulografi dengan menggunakan kontras
mungkin efektif, selain itu fistulografi dapat menentukan panjang dari fistul.
Metode

radiografi

yang

lain

adalah

Ultrasonografi(USG).

USG

dapat

memperlihatkan hubungan fistul dengan arteri temporal superfisial, crus anterior


dari helix, dan tragus1,5.

2.7. Penatalaksanaan
Pada umumnya fistula preaurikular ini asimptomatik dan ditemukan secara
tidak sengaja pada pemeriksaan rutin2,7. Penatalaksanaan fistula preaurikular ini
tidak diperlukan bila tidak ada keluhan kecuali untuk pencegahan terjadinya
infeksi yaitu dengan menghindari manipulasi dan membersihkan muara dari
sumbatan dengan alkohol atau cairan antiseptik secara rutin. Pada kasus yang
telah mengalami infeksi dapat dikompres dengan air hangat dan diberi antibiotik 2.
bila telah terjadi abses, maka dilakukan insisi dan drainase dari muara fistula ini.2
Tindakan operasi baru dilakukan bila sering timbul infeksi atau keluarnya
sekret yang berkepanjangan sehingga mengganggu aktivitas. Dalam operasi,
fistula harus diangkat seluruhnya untuk mencegah kekambuhan1. Tindakan operasi
pada fistula ini susah karena adanya percabangan fistula sehingga sulit untuk
menentukan luas keseluruhan saluran ini. Pengangkatan fistula yang tidak lengkap
dapat menimbulkan sinus yang akan mengeluarkan cairan sehingga membutuhkan
pengangkatan yang lebih sulit dan radikal nantinya 2.
Untuk membantu pembedahan, dapat disuntikkan zat warna seperti methylen
blue

ke muara fistula, sehingga saluran dan cabang-cabang fistula dapat

terwarnai, sebagai petunjuk panjang dan luas fistula. Cara lain dapat dilakukan
fistulografi, yaitu dengan memasukkan zat kontras ke muara fistula, kemudian
dilakukan radiografi. Berikut ini ditampilkan gambar teknik operasi pada fistula
preaurikular 2:

Gambar 2.4. Pada saat memulai operasi, saluran diisi melalui muaranya dengan
methylen blue atau brilliant green2

Gambar 2.5. Dibuat insisi berbentuk oval mengelilingi muara fistula. Selanjutnya
diseksi diteruskan sampai ke saluran dan kantong fistula. Diseksi ini menggunakan
gunting lengkung2.

Gambar 2.6. Bagian yang bergerak dari system saluran dipegang secara hati-hati
dengan forsep dan dengan sedikit penarikan dapat membebaskan jaringan yang
tidak terlihat2.

Gambar 2.7. Menunjukkan suatu fistula preaurikular yang buntu dilengkapi oleh
dua saluran ke kartilago dari ansterior tepi heliks sesudah diseksi komplit 2

Saat dilakukan pembedahan eksisi komplit, harus diidentifikasi saraf fasialis


dan kelenjar parotis agar tidak terkena. Sebaiknya pembedahan menggunakan
bantuan lup atau mikroskop operasi2.
Menurut penelitian Leung dan Robson tahun 1992, anak dengan anomali
telinga seperti fistula preaurikular ini, biasanya dapat diikuti juga dengan anomali
ginjal. Oleh karena itu disarankan agar anak dengan anomali telinga melakukan
pemeriksaan ginjal seperti ultrasonografi ginjal7.
2.8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada fistula preaurikular yaitu perdarahan,
infeksi, paralisis fasialis, pembentukan jaringan fibrotik atau keloid, dan rekurensi
terjadinya fistula setelah operasi2.

2.9. Prognosis

Pada umumnya fistula preaurikular memiliki prognosis yang baik. Jika


fistula ini ditangani dengan terampil dan cermat maka hasilnya akan memuaskan
dan kecil kemungkinan untuk rekuren2.

BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
2.10. Kesimpulan
Fistula preaurikular merupakan kelainan herediter yang dominan yang
terjadi akibat kegagalan penyatuan atau penutupan dari tonjolan-tonjolan
(hillocks) pada masing-masing arkus brankhilais pertama dan kedua yang akan
membentuk daun telinga pada masa pertumbuhan embrional1,2. Kelainan
umumnya banyak ditemukan pada kelompok anak-anak2.

10

Penderita dengan fistula preaurikular kongenital pada umumnya datang ke


dokter setelah terjadi obstruksi dan infeksi fistula ini baik infeksi yang pertama
ataupun infeksi yang berulang dengan keluhan-keluhan rasa sakit dan bengkak di
depan telinga serta demam2.
Diagnosis

fistula

preaurikular

kongenital

dapat

ditegakkan

dengan

ditemukannya muara fistula didepan telinga yang terdapat sejak lahir 2. Bila tidak
ada keluhan tidak perlu dilakukan operasi. Tindakan operasi baru diperlukan
apabila sering timbul infeksi atau keluarnya secret yang berkepanjangan sehingga
mengganggu aktivitas1.
2.11. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan sebagai berikut:
1. Menjaga kebersihan telinga agar terhindar dari infeksi
2. Tidak mengorek-ngorek telinga dengan menggunakan benda-benda yang tidak
steril, terutama mengorek-ngorek fistula
3. Mengetahui tanda-tanda terjadinya infeksi pada fistula preaurikular sehingga
dapat segera diobati sehingga tidak terjadi komplikasi

DAFTAR PUSTAKA
1. Sosialisman, Hafil AF, Helmi,. 2007 Kelainan Telinga Luar. Dalam: Soepardi
EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD,. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Ed 6. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Hal: 62-63
2. Mardhiah, A. Fistula Preaurikular Kongenital. Departemen Ilmu Penyakit
Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher FK USU/RSUP H. Adam
Malik Medan. Majalah Kedokteran Nusantara (2005) Volume 38, No. 4.

11

3. Lee JJ, Chew JY. Removal of preauricular fistula. Northern Orange County
Ent Medical Corp
4. Ostrower, S. Preauricular Cysts, Pits, and Fissures. 2011. Medscape website.
Available from: http://emedicine.medscape.com/article/845288-overview.
5. Scheinfield NS, Nozad V, Weinberg J. Preauricular Sinuses. 2011. Available
from : http://emedicine.medscape.com/article/1118768-workup#showall
6. Sadler, T. Langmans Medical Embryology Ninth Edition. North Carolina:
Lippincott Williams & Wilkins. 2003.
7. Tan, T., Constantinides, H., Mitchell, T. The preauricular sinus: A Review of
Its Aetiology, Clinical Presentation and Management. International Journal of
Pediatric Otorhinolaryngology (2005) 69, 1469-1474
8. Dunham, B., Guttenberg, M., Morrison, W., Tom, L. The Histologic
Relationship

of

Preauricular

OtolaryngolHeadNeckSurg.

Sinuses

to

Auricular

2009;135(12):1262-1265.

Cartilage.
Available

Arch
from:

http://archotol.jamanetwork.com/article.aspx?articleid=410802
9. Snow, J., Ballenger, J. Ballengers Otorhinolaryngology Head and Neck
Surgery Sixteenth Edition. Hamilton: BC Decker Inc. 2003. p; 243
10. Semkin VA, Bezrukov VM, Rabukhina NA, Grigorian AS, Katanova NI.
Stomatologiia (Mosk). 1995;74(6):72-3. A rare case of preauricular fistula.
Abstract : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8713409.

12

Anda mungkin juga menyukai