Anda di halaman 1dari 16

Proposal Thesis :

Analisis Pengaruh Likuiditas, Kebijakan Hutang, Dan Operating Leverage


Terhadap Price To Book Value Pada Perusahaan Manufaktur

Metode Riset Bisnis (MRB)


Prof. Dr. Ir. Noer Azam Achsani, M.Sc

Arthur Sadikin
(NIM: P056134173.51E)

Magister Manajemen Bisnis


Program Pasca Sarjana Manajemen Dan Bisnis
Institut Pertanian Bogor
Oktober 2015

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dalam era globalisasi ini, semakin banyak perusahaan yang menggunakan pasar
modal sebagai salah satu alternatif dalam menghimpun dan mengumpulkan modal dari
masyarakat pemodal atau investor. Perusahaan-perusahaan tersebut melakukannya
dengan menerbitkan saham di bursa efek. Dana yang diperoleh melalui pasar modal
tersebut kemudian dapat digunakan untuk perkembangan usaha atau ekspansi,
penambahan modal kerja dan sebagainya. Pasar modal juga bertindak sebagai penghubung
antara investor yang ingin menginvestasikan dananya dengan perusahaan yang
memerlukan dana tersebut. Bagi investor, pasar modal menyediakan alternatif investasi lain
selain tabungan, deposito, properti, maupun emas. Investasi di pasar modal memungkinkan
para investor melakukan diversifikasi atas investasinya ke berbagai aset keuangan maupun
non-keuangan. Para investor dapat turut serta memiliki sebagian perusahaan-perusahaan
besar dengan manajemen dan pengelolaan yang baik dengan membeli saham yang
diterbitkan perusahaan tersebut melalui bursa efek.
Bagi perusahaan go public, nilai pasar wajar perusahaan ditentukan mekanisme
permintaan dan penawaran di bursa, yang tercermin dalam listing price. Harga pasar
merupakan cerminan berbagai keputusan dan kebijakan manajemen, dengan demikian nilai
perusahaan merupakan akibat dari tindakan manajemen. Go public merupakan salah satu
cara badan usaha untuk memperoleh dana yaitu dengan cara menjual dan menawarkan
untuk melepaskan hak atas saham dengan pembayaran. Badan usaha dapat go public
dengan cara menjual saham baru yang berasal dari modal dasar maupun saham lama yang
berasal dari modal dasar maupun saham lama yang berasal dari modal yang sudah disetor
(Sumantoro, 1990 : 64).
Banyaknya jumlah perusahaan yang sudah go public membuat investor kebingungan
dalam menentukan keputusan investasi. Oleh karena itu, investor perlu mengumpulkan
informasi yang lengkap dan tepat mengenai perusahaan yang akan dipilih sebagai tempat
investasi. Informasi ini dapat diperoleh dengan menganalisis laporan keuangan yang
diterbitkan secara periodik oleh perusahaan. Maka dari itu, perusahaan melakukan
penyajian laporan keuangan secara tepat waktu untuk memperoleh keunggulan kompetitif
dalam menunjang keberhasilan perusahaan dan image perusahaan dimata publik menjadi
lebih baik serta menunjukkan kualitas kinerja perusahaan dan kredibilitas kualitas informasi

akuntansi yang tinggi atas apa yang dilaporkannya, yang kemudian diharapkan timbulnya
kepercayaan publik terhadap kualitas informasi yang disajikan oleh pihak perusahaan.
Permasalahan menjadi menarik pada pihak manajemen. Ketika pemegang saham
mempercayakan pengelolaan investasi kepada pihak lain, para pemilik mengharapkan pihak
manajemen akan berjuang sekuat tenaga untuk meningkatkan nilai perusahaan, yang
akhirnya akan meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Para pemegang saham
membayar jasa profesional pihak manajemen untuk mengedepankan kepentingan
pemegang saham, yaitu kesejahteraan pemegang saham. Agency theory menyatakan
berbeda, pihak manajemen bisa saja bertindak mengutamakan kepentingan dirinya sendiri
(Suharli dan Oktorina, 2006 : 24).Teori ini akan mempengaruhi kedua pihak untuk untuk
memaksimalkan kesejahteraannya masing-masing sehingga terjadilah konflik antara
pemegang saham dan pihak manajemen. Pemegang saham berusaha mengatasi masalah
tersebut dengan melakukan pengawasan terhadap manajer. Salah satu bentuk mekanisme
pengawasannya yaitu kebijakan dividen kas. Pemegang saham berusaha menjaga agar
pihak manajemen tidak terlalu banyak memegang kas karena kas yang banyak akan
menstimulus pihak manajemen untuk menikmati kas tersebut bagi kepentingan dirinya
sendiri. Pihak manajemen akan membatasi arus kas keluar berupa dividen kas yang
berjumlah terlalu besar dengan alasan mempertahankan kelangsungan hidup, menambah
investasi untuk pertumbuhan atau melunasi hutang (Suharli dan Oktorina, 2006 : 24).
Secara umum, terdapat dua jenis analisis yang digunakan para investor dalam
menentukan keputusan investasi. Yang pertama, disebut sebagai analisa teknikal. Analisa
teknikal ini menggunakan grafik maupun indikator-indikator teknis dalam menilai suatu
saham, dengan menitikberatkan pada penggunaan data historis - terutama harga dan
volume saham. Analisa teknikal ini juga dapat digunakan dalam menilai saham-saham
secara individu maupun pasar (indeks) secara keseluruhan (Husnan, 2001 : 315). Yang
kedua, disebut sebagai analisa fundamental, yang menitikberatkan pada rasio-rasio
keuangan dan informasi-informasi lainnya yang terkait dengan perusahaan yang mungkin
dapat mempengaruhi kinerja perusahaan tersebut. Analisa fundamental dilakukan dengan
memperhitungkan variabel-variabel fundamental perusahaan seperti penjualan, laba, tingkat
hutang, dividen, biaya-biaya, arus kas, dan sebagainya dalam menilai suatu saham.
Para investor, sebelum melakukan investasi, akan melakukan perhitungan terhadap
risiko yang dihadapi dan imbal hasil atau return yang akan diperolehnya. Oleh karena itu,
investor terlebih dahulu akan melakukan analisis dalam menentukan perusahaan mana
yang akan diinvestasikan. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan keuntungannya baik
melalui peningkatan nilai investasi maupun melalui dividen yang diterima. Semakin tinggi
return yang diberikan oleh perusahaan kepada investor berarti semakin meningkatnya nilai
perusahaan. Semakin banyak investor yang menanam saham akan berdampak harga

saham yang akan meningkat tinggi pula. Nilai perusahaan adalah nilai yang mencerminkan
berapa harga yang bersedia dibayar oleh investor untuk suatu perusahaan, yang biasanya
diukur dengan Price to book value (PBV). Nilai perusahaan didefinisikan sebagai persepsi
investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumber daya (Sujoko
dan Ugy, 2007 : 44).
Dalam kaitannya dengan nilai perusahaan (price to book value), likuiditas
mempengaruhi harga saham. Bila likuiditas meningkat maka investor dapat membeli saham
dengan harga yang relatif lebih rendah. Semakin tinggi tingkat likuiditas maka akan semakin
besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen yang dapat mempengaruhi
nilai perusahaan (Suharli, 2007 : 12). Penggunaan hutang diharapkan dapat mengurangi
konflik keagenan. Penambahan hutang dalam

struktur modal dapat mengurangi

penggunaan saham sehingga mengurangi biaya keagenan ekuitas. Perusahaan memiliki


kewajiban untuk mengembalikan pinjaman dan membayar beban bunga secara periodik.
Kondisi ini menyebabkan manajer bekerja keras untuk meningkatkan laba sehingga dapat
memenuhi kewajiban dari penggunaan hutang. Sebagai konsekuensi dari kebijakan ini,
perusahaan menghadapi biaya keagenan hutang dan resiko kebangkrutan. Semakin tinggi
proporsi hutang semakin tinggi harga saham, namun pada titik tertentu peningkatan hutang
akan menurunkan nilai perusahaan karena manfaaat yang diperoleh dari penggunaan
hutang lebih kecil daripada biaya yang ditimbulkannya (Soliha dan Taswan, 2002 : 149).
Operating leverage merupakan penggunaan aktiva atau operasi perusahaan yang
disertai dengan biaya tetap. Operating leverage yang menguntungkan kalau pendapatan
setelah dikurangi biaya variabel {contribution to fixed cost) lebih besar dari biaya tetapnya.
Oleh sebab itu operating leverage adalah seberapa jauh perubahan tertentu dari volume
penjualan berpengaruh terhadap laba operasi bersih. Dalam suatu perusahaan tingkat
operating leverage pada suatu tingkat hasil akan ditunjukan oleh perubahan dalam volume
penjualan yang mengakibatkan adanya perubahan yang tidak proporsional dalam laba atau
rugi operasi (Riyanto, 1997). Peningkatan operating leverage mengakibatkan peningkatan
resiko dan tingkat keuntungan sehingga penggunaannya mempengaruhi nilai perusahaan.
Dalam hal ini, pihak manajemen harus mengetahui bagaimana mengukur dan mengevaluasi
operating leverage.

Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang, penulis mencoba merumuskan masalah penelitian seperti
dibawah ini; apakah likuiditas, kebijakan hutang, operating leverage mempunyai pengaruh
terhadap price to book value pada perusahaan manufaktur?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh likuiditas, kebijakan hutang, dan
operating leverage terhadap price to book value perusahaan go public.

Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang, masalah penelitian serta tujuan, manfaat yang dapat diperoleh
dari penelitian ini adalah:

Bagi investor adalah sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk


membeli, menjual atau menahan saham berdasarkan operating leverage dan hutang
perusahaan yang ada pada perusahaan manufaktur.

Bagi akademisi penelitian ini dapat menjadi literatur tambahan yang dapat berguna
sebagai pembelajaran dan pengetahuan mengenai nilai dari suatu perusahaan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Rasio Keuangan


Definisi Analisis Rasio Keuangan
Analisis Rasio keuangan sangat bermaanfaat bagi manajemen untuk perencanaan
dan pengevaluasian prestasi dan kinerja (performance) perusahaan bila dibandingkan
dengan rata - rata industri, sedangkan bagi para kreditor dapat digunakan untuk
memperkirakan potensi resiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan adanya jaminan
kelangsungan pembayaran bunga dan pemngembalian pokok pinjamannya. Analisis rasio
juga bermanfaat bagi para investor dalam mengevaluasi nilai saham dan adanya jaminan
atas keamanan dana yang akan ditanamkan pada suatu perusahaan (Munawir, 2002 : 79).
Salah satu tujuan dan keunggulan dari rasio adalah dapat digunakan untuk
membandingkan hubungan return dan risiko dari perusahaan dengan ukuran yang berbeda.
Rasio juga dapat menunjukkan profil suatu perusahaan, karakteristik ekonomi, strategi
bersaing dan keunikan karakteristik operasi, keuangan dan investasi. Menurut Usman
(2003), analisis ini berguna sebagai analisis intern bagi manajemen perusahaan untuk
mengetahui hasil keuangan yang telah dicapai guna perencanaan yang akan datang dan
juga untuk analisis intern bagi kreditur dan investor untuk menentukan kebijakan pemberian
kredit dan penanaman modal suatu perusahaan

Jenis-Jenis Rasio Keuangan


Untuk mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan, kita membutuhkan suatu
alat atau cara yang disebut rasio keuangan. Brigham dan Houston (2004 : 77) membagi
rasio-rasio keuangan menjadi 5 kelompok :
1. Rasio likuiditas (liquidity ratios) terdiri dari current ratio dan quick ratio
2. Rasio manajemen aset {asset management ratios) terdiri dari rasio Inventory turnover,
day sales outstanding (DSO), fixed asset turnover, dan total Asset turnover
3. Rasio manajemen utang {debt management ratio) terdiri dari rasio total debt to total
assets,time interers earned (TIE), dan EBITDA coverage.
4. Rasio profitabilitas {profitability ratios) terdiri dari rasio profit margin on sales, basic
earning power, return on total assets (ROA), dan return on equity (ROE).

5. Rasio nilai pasar {market values ratios) terdiri dari rasio price/earnings (P/E) price
cashflow, dan market/book (M/B).
Nilai Perusahaan
Definisi Nilai Perusahaan
Dalam melakukan aktivitas dan pengambilan keputusan, perusahaan selalu berpatokan
pada tujuan utamanya.

Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap

perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi
membuat nilai perusahaan juga tinggi. "Harga saham merupakan harga yang terjadi pada
saat saham" (Fakhruddin & Hadianto, 2001). Nilai perusahaan lazim diindikasikan dengan
price to book value. Price to book value yang tinggi akan membuat pasar percaya atas
prospek perusahaan ke depan. Hal itu juga yang menjadi keinginan para pemilik
perusahaan, sebab juga tinggi perusahaan yang tinggi mengindikasikan kemakmuran
pemegang saham juga tinggi (Soliha & Taswan, 2002). Dalam realitasnya tidak semua
perusahaan mengingikan harga saham tinggi (mahal), karena takut tidak laku dijal atau tidak
menarik investor untuk membelinya. Nilai perusahaan merupakan konsep penting bagi
investor, karena nilai perusahaan merupakan indikator bagaimana perusahaan pasar
menilai perusahaan secara keseluruhan. Nilai perusahaan cenderung mencerminkan secara
relatif penilaian pemegang saham biasa atas keseluruhan aspek dari kinerja perusahaan
dimasa lampau dan perkiraan dimasa yang akan datang yang digunakan untuk menangkap
nilai atau karakteristik daya tarik dari suatu perusahaan. Mengenai nilai perusahaan para
pemegang saham yang merupakan cerminan dalam hal mengukur nilai perusahaan, dilihat
dari market value ratio. Menurut Margaretha (2004 : 21), market value ratio merupakan rasio
yang meningkatkan harga saham perusahaan dengan labanya dan nilai buku perusahaan.
Bila rasio likuiditas, kebijakan hutang, dan operating leverage baik maka rasio nilai pasar
akan menjadi tinggi dan harga saham akan setinggi sesuai yang diharapkan.
Pengukuran Nilai Perusahaan
Dalam mengukur nilai perusahaan dapat dilihat dari market value ratio. Menurut Astuti (2004
: 38-39), jenis-jenis market value ratio yaitu :
Price Earning Ratio (PER)
Price earning ratio (PER) adalah rasio antara harga saham per lembar yang berlaku di pasar

modal dengan tingkat keuntungan bersih yang tersedia bagi pemegang saham (Shayroni,
2006). Menurut Jogiyanto (2000), PER adalah rasio harga saham terhadap earnings-nya,
dengan kata lain menunjukkan berapa besar pemodal menilai harga saham terhadaap
kelipatan earnings. Kegunaan dari PER adalah melihat bagaimana pasar menghargai
kinerja saham suatu perusahaan terhadap kinerja perusahaan yang tercermin oleh EPSnya. Semakin besar PER suatu saham maka menyatakan saham tersebut semakin mahal
terhadap pendapatan bersih per sahamnya.
Price to Book Value (PBV)

Rasio ini memberikan indikasi bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian atas ekuitas
yang relatif tinggi biasanya menjual saham beberapa kali lebih tinggi dari nilai bukunya,
dibandingkan perusahaan dengan tingkat pengembalian yang rendah. Menurut Ratnasari
(2003), nilai price to book balue (PBV) yang semakin besar menunjukkan harga pasar dari
saham tersebut semakin tinggi pula. Jika harga pasar dari suatu saham semakin tinggi,
maka capital gain {actual return) juga akan semakin tinggi. Perusahaan yang kinerjanya baik
biasanya nilai rasio PBV-nya diatas satu, hal ini menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih
tinggi dari nilai bukunya. PBV menunjukkan komposisi nilai perusahaan dari apa yang telah
dan sedang ditanamkan oleh pemilik perusahaan, semakin tinggi PBV semakin besar
tambahan kesejahteraan yang dinikmati oleh pemilik perusahaan (Husnan, 1994 :567).
Dengan demikian, price to book value mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan
dimana nilai PBV melebihi angka 1.0 maka semakin baik manfaat yang didapat perusahaan
untuk masa depan karena investor mampu bersedia membayar lebih saham yang dimiliki
perusahaan tersebut.
LIKUIDITAS
Menurut Riyanto (2001:25), likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan
suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban financial-nya yang segera harus dipenuhi.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa likuiditas adalah kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo dan
dalam menjalankan operasi perusahaan. Perusahaan yang dapat memenuhi kewajiban
perusahaan tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran
ataupun aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang jangka pendeknya. Jumlah aktiva
lancar yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada saat tertentu merupakan kekuatan
membayar kewajiban jangka pendek dari perusahaan yang bersangkutan. Likuiditas
mengacu pada kas perusahaan dan posisi surat berharga dan dipasarkan kemampuannya

untuk memenuhi kewajiban jatuh tempo (Brigham & Ehrhardt, 2005: 967). Sebuah aset cair
adalah setiap aset yang dapat dengan cepat dijual dan diubah menjadi uang tunai. Rasio
likuiditas merupakan kemampuan aktiva untuk diubah ke dalam bentuk tunai tanpa adanya
konsesi harga yang signifikan. Nilai dari suatu aset juga bergantung pada likuiditasnya, yang
artinya kemudahan untuk menjual aset dan mengubahnya menjadi uang tunai pada suatu
nilai pasar yang wajar.
B. Pengukuran Likuiditas
Pengukuran dasar likuiditas (Margaretha, 2004 : 19) yaitu :
Rasio lancar (current ratio)
Rasio yang menunjukkan sampai sejauh mana tagihan-tagihan jangka pendek dari para
kreditor dapat dipenuhi dengan aktiva yang diharapkan akan dikonversi menjadi uang tunai
dalam waktu dekat. Current ratio sendiri merupakan salah satu indikator dari rasio
likuiditas. Current ratio merupakan rasio antara lancar dengan hutang lancar yang dimiliki
oleh perusahaan. rasio ini mengukur aktiva yang dimiliki perusahaan dalam hutang lancar
perusahaan (Husnan, 1994).Menurut Weston (1995), current ratio digunakan untuk
mengukur penyelesaian hutang jangka pendek perusahaan, dengan melihat berapa lama
tagihan kreditur jangka pendek dapat dipenuhi oleh aktiva yang diharapkan dapat dikonversi
ke kas dalam jangka waktu yang kira-kira sama dengan jatuh tempo tagihan.
Rasio cepat (quick or acid test ratio)
Menurut Sartono (2006 : 62), "quick ratio (acid test ratio) adalah rasio antara aktiva lancar
dikurangi persediaan dibagi hutang lancar. Rasio ini mengukur solvabilitas jangka pendek
tetapi tidak memperhitungkan persediaan karena persediaan merupakan aktiva lancar yang
kurang liquid". Sedangkan menurut Home (2005:69), "acid test ratio memberikan ukuran
yang mendalam tentang likuiditas daripada rasio lancar". Pengertian likuiditas mengandung
dua dimensi, yaitu waktu yang diperlukan untuk mengubah aktiva dan kepastian harga yang
akan terjadi (Sartono, 2006 : 124).
Operating Leverage
Definisi leverage
Dalam manajemen keuangan, leverage adalah penggunaan aset dan sumber dana (source

of fund) oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap dengan maksud agar meningkatkan
keuntungan potensial pemegang saham. Perusahaan yang baik mestinya memiliki
komposisi modal yang lebih besar dari hutang, nilai perusahaan yang tidak mempunyai
hutang untuk pertama kali akan naik pada saat kebutuhan tambahan modal dipenuhi oleh
hutang sehingga nilai tersebut akan mencapai puncaknya dan akhirnya nilai itu akan
menurun setelah penggunaan hutang berlebihan. Menurut Tampubolon (2005 : 37),
menjelaskan bahwa leverage digunakan untuk menjelaskan penggunaan hutang untuk
membiayai sebagian dari aktiva perusahaan. Penggunaan hutang juga memberikan subsidi
pajak atas bunga yang dapat menguntungkan pemegang saham.

Jenis-Jenis dan Teori-Teori Leverage


Menurut Astuti (2004 : 138-144), leverage dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1. Financial leverage merupakan penggunaan dana dengan beban tetap dengan harapan
untuk memperbesar pendapatan per lembar saham biasa. Financial leverage juga
mempengaruhi laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa. Financial leverage
merupakan pembiayaan sebagian dari aset perusahaan dengan sekuritas berbiaya tetap
dalam rangka meningkatkan pengembalian akhir bagi pemegang saham. Menurut Husnan
(1998 : 620), semakin besar utang yang digunakan oleh perusahaan, semakin tinggi tingkat
financial leverage dan perubahan laba operasi pada laba setelah pajak.
2. Operating leverage merupakan penggunaan aktiva dengan biaya tetap dengan harapan
bahwa revenue yang dihasilkan oleh penggunaan aktiva itu akan cukup untuk menutupi
biaya tetap dan biaya variabel. Dalam suatu perusahaan tingkat operating leverage pada
suatu tingkat hasil akan ditunjukan oleh perubahan dalam volume penjualan yang
mengakibatkan adanya perubahan yang tidak proporsional dalam laba atau rugi operasi
(Riyanto, 2001). Pengukuran yang digunakan dalam leverage operasi adalah degree of
operating leverage (DOL) yaitu rasio persentase perubahan EBIT terhadap persentase
perubahan penjualan. DOL bagi sebuah perusahaan lebih merupakan fungsi dari proses
produksi. Perubahan yang relatif kecil dalam penjualan akan mengakibatkan perubahan
laba operasi yang relatif besar. Perusahaan yang menggunakan leverage operasi yang
kecil, beban tetapnya juga kecil namun biasanya biaya variabel per unitnya cukup tinggi.
Semakin besar DOL berarti semakin besar pula pengaruh perubahan penjualan terhadap
EBIT yang dapat mempengaruhi perubahan hutang dan laba dalam nilai perusahaan
(Husnan, 1998 : 615). Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa DOL

mempengaruhi perubahan penjualan terhadap EBIT, semakin besar DOL semakin besar
pula pengaruh perubahan penjualan terhadap perubahan EBIT yang didapat. Untuk
mengukur pengaruh perubahan volume penjualan terhadap profitabilitas maka perlu dihitung
tingkat leverage operasi dengan mengukur tingkat degree of operating leverage. EBIT (laba
sebelum bunga dan pajak) merupakan jumlah yang diterima setelah total biaya operasi
dikurangkan dari total pendapatan, tetapi sebelum bunga atau pajak yang dibayarkan. Total
biaya operasi termasuk biaya pabrik langsung, ditambah biaya administrasi, penjualan dan
distribusi overhead. EBIT bagian dari dari ditribusi sebagian laba yang dihasilkan selama
periode berjalan sehingga mempengaruhi penilaian investor terhadap suatu perusahaan.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Data dan Sampel


Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia
yang dipilih dengan teknik pemilihan sampel purposive (judgemental) (Hermawan, 2006 :
155). Purposive judgemental sampling ini adalah penarikan sampel berdasarkan adanya
kriteria - kriteria tertentu. Teknik pemilihan ini dipilih atas dasar kesesuaian karakteristik
sampel dengan kriteria pemilihan yang ditentukan sebagai berikut:

Perusahaan yang dipilih adalah industri manufaktur


Perusahaan tetap aktif di pasar modal sampai sekarang.
Semua data yang dibutuhkan dalam penelitian lengkap.

Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam rentang waktu 2011 sampai 2013
Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dari perusahaanperusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan manufaktur
yang tergabung dalam Bursa Efek Indonesia seluruhnya ada 156 perusahaan. Namun
keterbatasan data yang ada, sehingga data yang dapat dijadikan sebagai sampel hanya 64
perusahaan.
Tehnik Pengumpulan Data
Semua data yang diperlukan dalam penelitian merupakan data sekunder yang diperoleh
melalui bursa efek Indonesia. Data sekunder ini dikumpulkan dari publikasi berupa laporan
keuangan tahunan yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia untuk periode tahun 2011
sampai dengan tahun 2013.
Variabel dan Pengukurannya

Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabe
independen dari penelitian ini, yaitu :
Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan diukur dengan menggunakan skala rasio {ratio scale)

Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel
lainnya, yaitu :
Likuditas
Likuditas diukur dengan menggunakan skala rasio {ratio scale).
Kebijakan Hutang
Kebijakan hutang diukur dengan menggunakan skala rasio {ratio scale).
Degree of Leverage
Degree of leverage diukur dengan menggunakan skala rasio {ratio scale). Skala rasio
memiliki definisi yaitu nilai pada variabel dapat dibandingkan, dapat dihitung jaraknya
(ditambah, dikurangi, dikali dan dibagi) tetapi nilai nol (0) pada skala rasio bersifat absolut.
Contoh : usia, lama bekerja, pendapatan, penjualan, biaya, keuntungan merupakan skala
rasio.
Definisi Operasional Variabel
Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan price to book value (PBV) ratio. Price to
book value (PBV) ratio adalah rasio yang digunakan untuk menentukan nilai perusahaan

dan mengambil keputusan investasi dengan cara membandingkan harga saham dengan
nilai buku perusahaan. Dalam penelitian ini, price to book value (PBV) ratio dihitung dengan
rumus
Price to Book Value (PBV) Ratio = Market Price per Share / Book Value

Likuiditas (X1)
Likuditas dalam penelitian ini diukur dengan current ratio karena rasio ini memberikan
indikator terbaik atas besarnya klaim kreditor jangka pendek yang ditutup oleh aktiva yang
diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek. Dari sudut pandang investor,
semakin tinggi nilai rasio lancar akan memberikan perlindungan terhadap kemungkinan
kerugian drastis bila terjadi kegagalan perusahaan.
Current Ratio = Current Asset / Current Liabilities

Kebijakan Hutang (X2)


Kebijakan hutang dalam penelitian ini diukur dengan total debt to equity ratio adalah suatu
upaya memperlihatkan, dalam format lain, proporsi relatif dari klaim pemberi pinjaman
terhadap hak kepemilikan dan digunakan sebagai ukuran peranan hutang.
DER = Total Liabilities / Shareholder Equity

Operating Leverage (X3)


Operating leverage dapat didefinisikan sebagai persentase perubahan laba sebelum bunga
dan pajak sebagai akibat persentase perubahan penjualan. DOL bagi sebuah perusahaan
lebih merupakan fungsi dari proses produksi.
DOL = % Perubahan EBIT / % Perubahan Penjualan
Metode Analisis Data
Metode statistik yang digunakan untuk menganalisis likuiditas, kebijakan hutang, dan
operating leverage terhadap nilai perusahaan manufaktur adalah dengan metode regresi

berganda dimana untuk melihat pengaruh dari sejumlah variabel independent terhadap
variabel dependent yang masing-masing memiliki skala rasio/interval.
Statistik Analisis Data
Statistik deskriptif adalah bagian dari statistik yang mempelajari cara pengumpulan dan
penyajian data sehingga mudah dipahami. Pada dasarnya statistik dekriptif ini bertujuan
untuk menjelaskan atau menggambarkan karakteristik dari data yang akan diolah. Statistik
deskriptif hanya berhubungan dengan menguraikan atau memberikan keteranganketerangan mengenai suatu data yang akan diolah, keadaan atau fenomena.
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu atau residual
memiliki distribusi normal. Sebagai dasar bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai
residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka model regresi dianggap
tidak valid dengan jumlah sampel yang ada.

Anda mungkin juga menyukai