Anda di halaman 1dari 18

A.

Latar Belakang
Taman kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan jalur formal
yang bertujuan untuk membantu meletakkan pondasi dasar perkembangan
pembiasaan dan perkembangan kemampuan dasar bahasa, kognitif, fisik
motorik, dan seni yang diperlukan oleh anak untuk mengoptimalisasikan
kemampuan secara menyeluruh dan potensi yang dimiliki anak. Menurut
Maimunah (2009) pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang
pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya
pembinaan yang ditujukan bagi anak usia 0 sampai 6 tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan pada jalur formal,
nonformal, dan informal.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) memiliki peran yang sangat penting
untuk mendorong tumbuh kembang anak secara optimal dan menyiapkan untuk
memasuki jenjang pendidikan SD/MI secara lebih baik.
Sesuai dengan prinsip pembelajaran pada anak prasekolah di Taman
Kanak-kanan yaitu bermain sambil belajar atau belajar melalui bermain,
kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan stimulasi kepada anak yang
disesuaikan dengan tahap perkembangan yank dimiliki anak.
Pada Taman Kanak-kanak dikenal APE atau alat permainan edukatif. Alat
permainan edukatif ini merupakan alat permainan yang sengaja dibuat untuk
kepentingan pendidikan dan dibuat untuk meningkatkan aspek-aspek
perkembangan yang dimiliki oleh setiap anak. Alat permainan edukatif
merupakan alat permainan yang baik untuk membantu meningkatkan aspek
perkembangan anak, karena alat permainan edukatif ini dibuat khusus untuk
meningkatkan aspek perkembangan anak dan memiliki banyak manfaat untuk
anak.
Dengan bermain bisa membantu anak untuk meningkatkan aspek
perkembangannya. Melalui bermain anak akan memperoleh kesempatan
pengalaman dan menumbuhkan rasa ingin tahu yang akan memperkaya
pengertiannya.

Alat permainan edukatif bisa dibuat dari berbagai bahan bisa seperti bahan
bekas, bahan alam dan bahan lokal. Alat permainan edukatif sengaja dibuat
untuk meningkatkan perkembangan anak. Misalnya seperti pohon bilangan.
Bisa membantu meningkatkan aspek perkembangan yang dimiliki oleh setiap
anak.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk membuat sebuah
karya tulis mini yang berjudul Penggunaan Pemanfaatan APE dari bahan
bekas Perahu Geometri Anak Usia 4-5 Tahun.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka
rumusan masalah dalam karya tulis mini ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan alat permainan edukatif ?
2. Bagaimana hakikat anak usia dini ?
3. Bagaimana karakteristik anak usia dini ?
4. Apa yang dimaksud dengan bahan bekas ?
5. Apa yang dimaksud dengan buah pintar ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan karya tulis ini
yaitu :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan alat permainan edukatif.
2. Mengetahui bagaimana hakikat anak usia dini.
3. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik anak usia dini.
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bahan bekas.
D. Defini Operasional
1. Alat permainan edukatif adalah permainan yang bermanfaat untuk
meningkatkan aspek perkembangan yang dimiliki oleh setiap anak.
2. Bahan bekas adalah bahan sisa dari membuat sesuatu dan masih bisa
dimanfaatkan untuk keperluan lainnya.
E. Kajian Teori
1. Pengertian Alat Permainan Edukatif
Alat permainan edukatif adalah alat permainan yang dibuat secara
khusus untuk kepentingan pendidikan. Menurut Mayke Sugianto
(1995) mengemukakan pengertian APE sebagai alat permainan yang
sengaja dirancang khusus untuk kepentingan pendidikan.

Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat


mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan tingkat
usianya dan tingkat perkembangannya, serta berguna untuk :
a. Perkembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat
menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak, terdiri
dari motorik kasar dan halus. Contoh alat bermain motorik
kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik atau didorong, tali
dan sebagainya. Contoh motorik halus : balok, pensil, lidi dan
sebagainya.
b. Perkembangan bahasa dengan melatih berbicara, menggunakan
kalimat yang benar. Contoh alat permainan : buku gambar,
buku cerita, majalah dan sebagainya.
c. Aspek perkembangan kognitif, yaitu dengan pengenalan suara,
ukuran, bentuk, warna dan lainnya. Contoh alat permainan :
puzzel, boneka dan sebagainya.
d. Aspek perkembangan sosial, khususnya dalam hubungannya
dengan interaksi ibu dan anak, keluarga dengan masyarakat.
2. Hakikat Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu
proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan
selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada
masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek
sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan
hidup manusia. Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang
diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki
setiap tahapan perkembangan anak.
Berdasarkan UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional berkaitan dengan Pendidikan Anak Usia Dini tertulis pada
pasal 28 ayat 1 yang berbunyi Pendidikan

Anak Usia Dini

diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan 6 tahun dan


bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar.
Pendidikan

Anak

Usia

Dini

merupakan

salah

satu

bentuk

penyelanggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan


3

dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (Koordinasi


motorik halus dan kasar), kecerdasan (data fikir, daya cipta, kecerdasan
emosi, kecerdasan spiritual), sosio-emosional (sikap dan perilaku serta
beragama), bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahaptahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Contohnya,
ketika menyelenggarakan lembaga pendidikan seperti Kelompok
Bermain (KB), Taman Kanak-kanak (TK) atau lembaga PAUD yang
berbasis pada kebutuhan anak.
Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk
menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan
pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan
anak. Dalam Sujiono (2009) Pendidikan bagi anak usia dini merupakan
sebuah pendidikan yang dilakukan pada anak yang baru lahir sampai
dengan delapan tahun. Pendidikan pada tahap ini memfokuskan pada
physical, intelegence/cognitive, emosional, dan social education.
Sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan anak usia dini maka
penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini disesuaikan dengan
tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Upaya
PAUD bukan hanya dari sisi pendidikan saja, tetapi termasuk upaya
pemberian gizi dan kesehatan anak sehingga dalam pelaksanaan PAUD
dilakukan secara terpadu dan komperehensif.
Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh
upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam
proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan paa anak dengan
mnciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi
pengalaman

yang

memberikan

kesempatan

kepadanya

untuk

mengetahui dan memahami pengalam belajar yang diperolehnya dari


lingkungan melalui cara mengamat, meniru dan eksperimen yang
berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan
kecerdasan anak. Oleh karena anak merupakan pribadi yang unik dan
melewati berbagai tahap perkembangan kepribadian, maka lingkungan
yang diupayakan oleh pendidik dan orang tua yang dapat memberikan

kesempatan pada anak untuk mengekplorasi berbagai pengalam


dengan berbagai suasana, hendaklah memperhatikan keunikan anakanak dan disesuaikan dengan tahap perkembangan kepribadian anak.
Contoh : jika anak dibiasakan untuk berdoa sebelum melakukan
kegiatan baik dirumah maupun lingkungan sekolah dengan cara yang
paling mudah dimengerti anak, sedikit demi sedikit anak pasti akan
terbiasa untuk berdoa walaupun tidak didampingi oleh orang tua
ataupun guru mereka.
Usia dini lahir sampai enam tahun merupakan usia yang sangat
menentukan dalam pembetukan karakter dan kepribadian seorang
anak. Usia ini sebagai usia penting bagi pengembangan inteligensi
permanen dirinya, mereka juga mampu menyerap informasi yang
sangat tinggi. Informasi tentang potensi yang dimiliki anak usia itu,
sudah banyak terdapat pada media massa dan media elektronik
lainnya.
Berkaitan dengan PAUD, terdapat beberapa masa yang secara
langsung

maupun

tidak

langsung

mempengaruhi

bagaimana

seharusnya seorang pendidik menghadapi anak usia dini, antara lain


masa peka, masa egosentris, masa meniru, masa berkelompok, masa
bereksplorasi dan masa pembangkangan.
Untuk itu orang tua dan orang dewasa lainnya perlu:
1. Memberi kesempatan dan menunjukkan permainan serta alat
permainan

tertentu

yang

dapat

memicu

munculnya

masa

peka/menumbuhkembangkan potensi yang sudah memasuki masa


peka.
2. Memahami bahwa anak masih berada pada masa egosentris yang
ditandai

dengan

seolah-olah

dialah

yang

paling

benar,

keinginannya harus selalu dituruti dan sikap mau menang sendiri,


dan sikap orang tua dalam mengahadapi masa egosentris pada anak
usia dini dengan memberi pengertian secara bertahap pada anak
agar dapat menjadi makhluk sosial yang baik.
3. Pada masa ini, proses peniruan anak terhadap segala sesuatu yang
ada disekitarnya tampak semakin meningkat. Peniruan ini tidak

saja pada perilaku yang ditunjukkan oleh orang-orang disekitarnya


tetapi juga terhadap tokoh-tokoh khayal yang sering ditampilkan
ditelevisi. Pada saat ini orang tua atau guru haruslah dapat menjadi
tokoh panutan bagi anak dalam berperilaku.
4. Masa berkelompok untuk itu biarkan anak bermain diluar rumah
bersama-sama temannya, jangan terlalu membatasi anak dalam
pergaulan sehinggan anak kelak akan dapat bersosialosasi dan
beradaptasi sesuai dengan perilaku dengan lingkungan sosialnya.
5. Memahami pentingnya eksplorasi bagi anak. Biarkan anak
memanfaatkan benda-benda yang ada disekitarnya dan biarkan
anak melakukan trial and error, karena memang anak adalah
penjelajah yang ulung.
6. Tidak boleh selalu memarahi anak saat ia membangkang karena
bagaimanapun juga ini merupakan suatu masa yang akan dilalui
oleh setiap anak. Selain itu, bila terjadi pembangkangan sebaiknya
diberi waktu pendinginan, misalnya berupa penghentikan aktivitas
anak dan membiarkan anak sendiri berada didalam kamarnya atau
disebuah sudut. Beberapa waktu kemudian barulah anak diberi
nasehat tentang mengapa anak harus melakukan itu semua. Pada
kenyataannya, masih terdapat sebagian besar orang tua dan guru
belum memahami-memahami akan potensi yang dimiliki anak usia
dini. Keterbatasan pengetahuan dan informasi yang dimiliki orang
tua dan guru menyebabkan potensi yang dimiliki anak tidak
berkembang optimal.
3. Karakteristik Anak Usia Dini
Karakteristik anak usia dini akan mengalami perubahan-perubahan
dan perkembangan sesuai usianya. Pada kenyataanya masing-masing
anak mempunyai perbedaan karakter meski dilahirkan dihari yang
sama dan dibesarkan dilingkungan yang sama pula.
Secara biologis perkembangan anak usia dini dapat dibagi ke
dalam beberapa fase yang masing-masing fase mempunyai karakter
tersendiri. Fase itu antara lain :
a. Usia 0-1 tahun
6

Pada masa bayi perkembangan fisik mengalami kecepatan luar


biasa, paling cepat dibandingkan usia selanjutnya. Berbagai
karakteristik anak usia dini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Mempelajari keterampilan motorik, mukai berguling,
2.

merangkak, duduk, berdiri dan berjalan.


Mempelajari keterampilan menggunakan panca indera seperti
melihat atau mengamati, meraba, mendengar, mencium dan

3.

mengecap dengan memasukkan setiap benda ke mulut.


Mempelajari komunikasi sosial. Bayi yang baru lahir telah siap
melaksanakan

kontak

sosial

dengan

lingkungannya.

Komunikasi responsif dari orang dewasa akan mendorong dan


4.

memperluas respon verbal dan non verbal bayi.


Berbagai kemampuan dan keterampilan dasar tersebut
merupakan modal penting bagi anak untuk menjalani proses

perkembangan selanjutnya.
b. Usia 2-3 tahun
Anak pada usia ini memiliki beberapa kesamaan karakteristik
dengan masa sebelumnya. Secara fisik anak masih mengalami
pertumbuhan yang pesat. Beberapa karakteristik khusus yang
dilalui anak usia 2-3 tahun anntara lain :
1. Anak sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada
disekitarnya. Ia memiliki kekuatan observasi yang tajam dan
keinginan belajar yang luar biasa. Eksplorasi yang dilakukan
oleh anak terhadap benda apa saja yang ditemui merupakan
proses belajar yang sangat efektif. Motivasi belajar anak pada
usia tersebut menempati grafik tertinggi dibanding sepanjang
usianya bila tidak ada hambatan dari lingkungan.
2. Anak mulai mengembangkan kemampuan berbahasa. Diawali
dengan berceloteh, kemudian satu dua kata dan kalimat yang
belum jelas maknanya. Anak terus belajar dan berkomunikasi,
memahami

pembicaraan

orang

lain

dan

belajar

mengungkapkan isi hati dan pikiran.


3. Anak mulai belajar mngembangkan emosi. Perkembangan
emosi

anak

didasarkan

pada

bagaimana

lingkungan

memperlakukan dia. Sebab emosi bukan ditentukan oleh


bawaan, namun lebih banyak pada lingkungan.
c. Anak usi 4-6 tahun
Anak usia 4-6 tahun memiliki karakteristik antara lain :
1. Berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif
melakukan berbagai kegiatan. Hal itu bermanfaat untuk
mengembangkan otot-otot kecil maupun besar, seperti
memanjar, melompat dan berlari.
2. Perkembangan bahsa juga semakin baik. Anak sudah mampu
memahami

pembicaraan

orang

lain

dan

mampu

mengungkapkan pikirannya dalam batas-batas tertentu seperti


meniru, mengulang pembicaraan.
3. Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat, ditunjukan
dengan rasa ingin tahu anak yang luar biasa terhadap
lingkungan sekitar. Hal itu terlihat dari seringnya anak
menanyakan segala sesuatu yang dilihat.
4. Bentuk permainan anak masih bersifat individu, bukan
permainan sosial, walaupun aktivitas bermain dilakukan anak
secara bersama.
Semua tahapan perkembangan di atas mempunyai konsekuensi
bagi orang tua dan para pendidik dalam cara pembelajarannya.
Ketidaktepatan metode dengan karakter anak sesuai perkembangan
usia atapun cara belajar anak akan membuat pembelajaran tidak
efektif atau bahkan kontra produktif. Baik guru maupun orang tua
idealnya memiliki bekal pemahaman tentang pembelajaran anak usia
dini yang mengutamakan konsep belajar sambil bermain. Termasuk
seperti

apa

materi

pembelajarannya

dan

bagaimana

proses

penyampaiannya dengan tidak mengabaikan karakteristik anak


sebagai individu pembelajaran yang unik.
Dengan demikian dapat dipahami

bahwa

pemahaman

karakteristik anak usia dini sesuai pertumbuhan dan perkembangannya


menjadi kunci dai PAUD yang akan sanagt membantu dalam
menyesuaikan proses belajar bagi anak dengan usia, kebutuhan, dan
kondisi masing-masing, baik secara intelektual, emosional dan sosial.
8

Guru dan orang tua yang kreatif sangat berperan dalam proses
pendidikan anak usia dini. Mereka dituntut memiliki kreativitas yang
tinggi agar dapat menciptakan berbagai cara yang menyenangkan
untuk anak dalam kegiatan tersebut.
4.

Bahan Bekas untuk Membuat APE


Bahan bekas atau sisa adalah bahan-bahan yang berasal dari
barang-barang yang sudah tidak terpakai lagi dan dapat didaur ulang
kembali menjadi sesuatu yang bisa dimanfaatkan. Seperti : kertas
bekas, koran, majalah, kardus, karton, kain, plastik, kaleng, styrofoam,
busa, tali, tutup botol, sedotan, sendok es krim, botol plastik,
keranjang buah dan karet.
Bahan bekas atau bahan sisa yang digunakan dalam membuat APE
haruslah bahan yang tidak berbahaya untuk anak, dan mudah didapat
dilingkungan sekitar.

5.

Buah pintar
Buah pintar adalah sebuah mainan yang dirancang secara khusus
untuk mengembangkan aspek perkembangan yang dimiliki oleh anak.
Buah pintar ini merupakan permainan dimana anak melompati kolom
yang berisi buah dan sayur. Sebelum anak memulai bermain buah
pintar, guru akan menjelaskan cara bermain dan aturan bermain buah
pintar tersebut. Dengan begitu, bukan hanya perkembangan kognitif
anak saja yang meningkat melainkan juga aspek perkembangan
bahasa, seni, motorik, sosial-emosional dan nilai agama dan moral
anak juga akan meningkat.

F. PEMBAHASAN
1.

Mengembangkan Aspek Perkembangan Anak dengan buah pintar


Dengan bermain buah pintar, aspek-aspek perkembangan anak
yang dapat dikembangkan antara lain seperti :
1. Aspek moral dan nilai-nilai agama
A.4. Berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan
9

A.6. Menyanyi lagu-lagu keagamaan


B.1. Menyebutkan ciptaan tuhan
B.2. Berbuat baik terhadap sesama teman
C.8. Tidak mengganggu teman
C.12. Menghargai teman atau orang lain
2. Aspek Sosial-emosional
B.1. Berani bertanya dan menjawab
C.5. Mengerjakan tugas sendiri
C.3. Mentaati peraturan yang berlaku
F.2. Melaksanakan kegiatan sendiri sampai selesai
F.3. Bertanggung jawab atas tugas yang di berikan
3. Aspek perkembangan bahasa
A.4. Melakukan 3-5 perintah secara berurutan dengan benar
A.5. Menunjukkan beberapa gambar yang diminta
B.8. Menyebutkan nama benda yang di perlihatkan
4. Aspek perkembangan kognitif
C.1. Membilang / menyebutkan urutan bilangan dari 1 - 20
C.2. Membilang dengan menunjukkan benda ( mengenal konsep
bilangan dengan benda- benda sampai 10
C.3. Menunjukkan urutan benda untuk bilangan sampai 10
5. Aspek perkembangan fisik-motorik
A.1. Memutar dan mengayunkan lengan
A.2. Meliukkan badan
A.3. Membungkukkan badan
B.2. Melompat ke berbagai arah
B.3. Meloncat dari ketinggian 30-40 cm
B.5. Berdiri dengan tumit, berdiri di atas satu kaki dengan
seimbang
D.3. Melempar objek ke berbagai arah dengan tangan kiri/kanan
6. Aspek perkemabangan seni
E.1. Menyanyi lebih dari 20 lagu anak

5. Cara Membuat Buah pintar


Sebelum membuat buah pintar ini, dibawah ini adalah alat dan
bahan yang diperlukan untuk membuat buah pintar :
Alat :
Gunting
Pisau/cutter
Penggaris
Spidol permanen

10

Bahan :
Kardus bekas
Kertas warna
Lem fox
Kertas hvs
Cat krayon
Lakban hitam

11

Cara membuat perahu kertas ini yaitu :


1. Buat garis kolom dalam spanduk sebanyak 9 kolom.

2. Tempelkan gambar buah dan sayur ke dalam spanduk kemudian


cat gambar buah tersebut dengan krayon.

3. Gunting kardus bekas berbentuk persegi 4 sebanyak 5 buah.


Kemudian satukan potongan kardus tersebut dengan lakban hingga
menjadi berbentuk kubus

4. Bungkus kardus tersebut dangan kertas warna ungu dan tempelkan


motif bintang pasa samping kibus

5. Gunting kardus bekas berbentuk segi 4 dengan p = 6 cm dan lebar


4 cm sebanyak 6 buah
6. Kemudian satukan

guntingan

kardus

tersebut

dengan

menggunakan lakban hitam hingga berbentuk kubud kecil


7. Kubus tersebut dibungkus dengan kertas warna, kemudian buat
titik bilangan seperti dadu permainan
8. Gunting kardus berbentuk bintang lalu tempelkan kartas warna
kuning pada permukaan bintang

6. Cara Menggunakan buah pintar


1. Sebelum di mulai guru mengajak anak berdoa
2. Guru menjelaskan cara / aturan bermain buah pintar
3. Anak-anak mengambil no antrian yang sudah di sediakan guru
4. Bagi anak yang mendapat giliran yang pertama, kemudian guru
menyuruh anak tersebut untuk menggurilkan dadu
5. Kemudian jika misal anak mendapatkan no 3 maka anak
melompat ke arah kolom no 3 dengan mengikuti urutan angka
6. Guru menanyakan nama dan warna buah tersebut
7. Jika anak salah menyebutkan nama dan warna buah tersebut maka
anak di suruh menyanyikan lagu agama ,setelah itu anak harus
mulai lagi dri star
8. Dan jika anak benar menyebutkan nama dan warna buah tersebut,
maka anak melanjutkan permainan tersebut hingga selesai

9. Anak yang berhasil di beri bintang


G. Kesimpulan
Alat permainan edukatif adalah alat permainan yang dirancang
secara khusus untuk kepentingan pendidikan dan meningkatkan aspek
perkembangan yang dimiliki oleh setiap anak. Pada hakikatnya anak
usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses
perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan
selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun.
Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai
aspek

sedang

mengalami

masa

yang

cepat

dalam

rentang

perkembangan hidup manusia. Karakteristik anak usia dini akan


mengalami perubahan-perubahan dan perkembangan sesuai usianya.
Pada kenyataanya masing-masing anak mempunyai perbedaan karakter
meski dilahirkan dihari yang sama dan dibesarkan dilingkungan yang
sama pula.
Dalam membuat APE dari bahan bekas atau bahan sisa haruslah
bahan yang tidak berbahaya untuk anak dan dapat dimanfaatkan untuk
anak. Salah satu Alat Permainan Edukatif (APE) yang dibuat dari
bahan bekas yaitu perahu geometri. Dengan perahu geometri ini akan
membantu mengembangkan aspek perkembangan yang dimiliki anak,
baik aspek agama, sosial-emosional, bahasa, kognitif, fisik-motorik
maupun

seninya

akan

perkembangan anak tersebut.

berkembang

sesuai

dengat

tingkat

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai