Dosen Pembimbing:
Arjulayana, M.Pd
Disusun Oleh:
Kelompok VII
NPM
1388203
1388203015
1288203109
1388203064
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW.
Berkat
limpahan
mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta
Didik.
Sebagai calon pendidik, seharusnya kita memahami tentang perkembangan peserta
didik. Terutama dalam perkembangan psikologi, sebagai sarana yang mendukung kemajuan
pendidikan dimasa depan. Seorang pendidik yang baik dan memajukan pendidikan tentu saja
adalah pendidik yang mengerti bagaimana cara mengajar yang baik, yang tentu saja tidak
lepas dari semua teori-teori pembelajaran.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan
pemikiran
kepada
pembaca
khususnya
para
mahasiswa
Universitas
Muhammadiyah Tangerang pada umumnya. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jau dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing, kami meminta
masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
C.
D.
E.
F.
C.
a.
b.
c.
d.
e.
G. BAB II
H. PEMBAHASAN
A. Pengertian Kemandirian
I. Istilah kemandirian berasal dari kata dasar diri yang dapat awalan ked an
akhran an, kemudian membentuk satu kaata keadaan atau kata benda. Karena
kemandirian berasal dri kata dasar diri maka pembahasan mengenai kemandirian tidak
bisa lepas dari pembahasan tentang perkembangan diri itu sendiri, yang dalam konsep
Carl Rogers disebut dengan istilah self, karena diri itu merupakan inti dari
kemandirian. Konsep yang sering digunak atau berdekatan, dengan kemandirian
adalah autonomy.
J. Menurut Chaplin (2002), otonomi adalah kebebasan individu manusia untuk
memilih, untuk menjadi kesatuan yang bisa memerintah, menguasai dan menentukan
dirinya sendiri. Sedangkan seifert dan hoffnug (1994) mendefinisikan otonomi atau
kemandirian sebagai the ability to govern and regulate ones own thoughts, feelings,
and actions freely and responsibly while overcoming feelings of shame and doubt.
K. Dengan demikian dapat dipahami bahwa kemandirian atau otonomi adalh
kemampuan untuk mengendalikan dan mengatur pikiran, perasaan dan tindakan
sendiri secara bebas serta berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan-perasaan malu
dan keragu-raguan.
L.
Suatu kondisi dimana seseorang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan
dirinya sendiri.
3
Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengtasi masalah yang dihadapi.
Memiliki kepercayaan diri dan melaksanakan tugas-tugasnya.
Bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.
M.
B. Bentuk-Bentuk Kemandirian
N. Robert Havighurst (1972) membedakan kemandirian atas tiga bentuk kemandirian
yaitu :
Kemandirian emosi, yaitu kemapuan mengontrol emosi sendiri dan tidak tergantungny
dihadapi.
Kemandirian sosial, yaitu kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain
dan tdak tergantung pada aksi orang lain.
O.
C. Tingkat dan karakteristik kemandirian
P. Sebagai suatu dimensi psikologis yang kompleks, kemandirian dalam
perkembangannya
memiliki
tingkatan-tingkatan.
Perkembangan
kemandirian
effect a degree of harmony between these inner and those imposed on him by the
objective world in which he lives.
AC.
mencakup respons mental dan tingkah laku, dengan mana individu berusaha untuk
dapat berhasil mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, ketegangan-ketegangan,
konflik-konflik dan frustasi yang dialaminya, sehingga terwujud tingkat keselarasan
atau harmoni antara tuntutan dari dalam diri dengan apa yang diharapkan oleh
lingkungan dimana dia tinggal.
AD.
asumsi tentang dirinya, tentang dunia luar dirinya, dan tentang relasi dirinya dengan
dunia di luar dirinya melalui self-system yang dimilikinya. Self-system ini diperoleh
dari hasil belajar sepanjang rentang hidupnya. Menurut Voleman (1971), berfungsinya
self-system pada seseorang melibatkan asumsi-asumsi yang dibuat sendiri oleh
individu yang bersangkutan. Asumsi-asumsi tersebut meliputi:
1. Reality assumption, yaitu pandangan individu mengenai dirinya sendiri, apa yang
dipikirkannya, siapa dirinya, dan apa sebenarnya sifat-sifat dari lingkungannya.
2. Possibility assumption, yaitu pandangan individu mengenai hal-hal yang mungkin
tentang
perubahan-perubahan,
tentang
kesempatan
pengembangan
diri
dan
reference yang merupakan suatu pandangan yang menetap pada diri individu dalam
hubungannya dengan lingkungan, serta merupakan hal penting untuk mengarahkan
tingkah laku individu tersebut. Dalam beberapa hal frame of reference yang dimiliki
individu merupakan dasar untuk mengevaluasi pengalaman-pengalaman baru, untuk
coping dengan dunianya. Oleh sebab itu, kosekuensi logis dari frame of reference ini
adalah individu cenderung mempertahankan asumsi-asumsi yang sudah dimiliknya
dan menolak informasi baru yang berlainan.
AF.Perbedaan individu menyebabkan konsep penyesuaian diri menjadi relatif.
Menurut Schneider (1964), penyesuaian diri dikatakan relatif karena:
tidak dapat diabaikan kenyataan bahwa penyesuaian diri itu sendiri bisa baik dan
bisa tidak baik. Individu dapat menyelaraskan tuntutan dalam dirinya dengan
tuntutan lingkungannya dengan cara-cara yang dapat diterima lingkungannya.
Penyesuaian diri seperti ini dapat dikatakan penyesuaian diri yang baik. Sebaliknya,
jika reaksi-reaksinya tidak efisien, maka dikatakan sebagai penyesuaian diri yang
kurang baik.
F. Aspek-aspek
penyesuaian
penyesuaian diri
AH.
diajukan oleh beberapa ahli, seperti kepribadian normal (Cole, 1953), kepribadian
produktif (From dan Gilmore, 1974), dan psiko-higine (Sikun Pribadi, 1971), maka
secara garis besarnya penyesuaian diri yang sehat dapat dilihat dari empat aspek
kepribadian, yaitu: 1) kematangan emosional; 2) kematangan intelektual; 3)
kematangan sosial; 4) tanggung jawab.
1. Kematangan emosional mencakup aspek-aspek:
a. Kemantapan suasana hidup emosional.
b. Kemantapan suasana hidup kebersamaan dengan orang lain.
c. Kemampuan untuk santai, gembira dan menyatakan kejengkelan.
d. Sikap dan perasaan terhadap kemampuan dan kenyataan diri sendiri.
AI.
2. Kematangan intelektual mencakup aspek-aspek:
a. Kemampuan mencapai wawasan diri sendiri
b. Kemampuan memahami orang lain dan keragamannya
c. Kemampuan mengambil keputusan
d. Kemampuan dalam mengenal lingkungan
AJ.
3. Kematangan sosial mencakup aspek-aspek:
a. Keterlibatan dan partisipasi sosial.
b. Kesediaan kerja sama
c. Kemampuan kepemimpinan.
d. Sikap toleransi.
e. Keakraban dalam pergaulan.
AK.
8
AM.
1. Hubungan guru-siswa, yang merujuk pada iklim hubungan sosial dalam sekolah,
apakah hubungan tersebut bersifat demokratis atau otoriter, yang mencakup:
a. Penerimaan-penolakan guru terhadap siswa.
b. Sikap dominatif (otoriter, kaku, banyak tuntutan) atau integratif (permisif, sharing,
menghargai dan mengenal perbedaan individu).
c. Hubungan yang bebas ketegangan atau penuh ketegangan
AQ.
2. Iklim intelektual sekolah, yang merujuk pada sejauh mana perlakuan guru terhadap
siswa dalam memberikan kemudahan bagi perkembangan intelektual siswa sehingga
tumbuh perasaan kompeten, yang mencakup:
a. Perhatian terhadap perbedaan individual siswa.
b. Intesitas tugas-tugas belajar
c. Kecenderungan untuk mandiri atau berkonformitas pada siswa.
d. Sistem penilaian
e. Kegiatan ekstrakurikuler
f. Pengembangan inisiatif siswa.
AR.
AS.
AT.
AU.
AV.
AW.
AX.
AY.
AZ.
BA.
BB.
BC.
BD.
BE.
BF.
10
BG.
BH.
BI. BAB III
BJ.PENUTUP
BK.
maksud untuk menemukan dirinya melalui proses mencari identitas dan juga
merupakan perkembangan kearah individualitas yang mantap dan berdiri sendiri.
BL. Perkembangan kemandirian seseorang berlangsung secara bertahap
sesuai dengan tingkat perkembangan kemandirian. Pengaruh kompleksitas kehidupan
terhadap peserta didik terlihat dari berbagai fenomena yang sangat membutuhkan
perhatian dunia pendidikan, seperti perkelahian antar pelajar, penyalahgunaan obat
dan alkohol, perilaku agresif, dan berbagai perilaku menyimpang yang sudah
mengarahkan pada tindak kriminal.
BM.
BN.
BO.
BP.
BQ.
BR.
BS.
BT.
BU.
BV.
BW.
BX.
BY.
BZ.
11
CA.
CB.
CC.
CD.
CE.
DAFTAR PUSTAKA
Rosdakarya
CF.http://asyamforex.blogspot.co.id/2013/12/makalah-perkembangan-kemandirian.html
CG.
12