Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN DAN PENYESUAIAN DIRI


PESERTA DIDIK

Dosen Pembimbing:
Arjulayana, M.Pd
Disusun Oleh:
Kelompok VII

Banu Sabda Oktatillah


Fiqri Muharram
Mustika Fajrianti
Sarah Zein

NPM

1388203
1388203015
1288203109
1388203064

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
2015

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW.

Berkat

limpahan

dan rahmat-Nya penyusun

mampu

menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta
Didik.
Sebagai calon pendidik, seharusnya kita memahami tentang perkembangan peserta
didik. Terutama dalam perkembangan psikologi, sebagai sarana yang mendukung kemajuan
pendidikan dimasa depan. Seorang pendidik yang baik dan memajukan pendidikan tentu saja
adalah pendidik yang mengerti bagaimana cara mengajar yang baik, yang tentu saja tidak
lepas dari semua teori-teori pembelajaran.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan

pemikiran

kepada

pembaca

khususnya

para

mahasiswa

Universitas

Muhammadiyah Tangerang pada umumnya. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jau dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing, kami meminta
masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Tangerang, 12 November 2015

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................................i


Daftar Isi ................................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan
A. Latar belakang masalah..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................1
C. Tujuan penulisan.........................................................................................................2
BAB II Pembahasan
A. Pengertian Kemandirian............................................................................................3
B. Bentuk-bentuk Kemandirian ....................................................................................4
2

C.
D.
E.
F.

Tingkat dan karakteristik kemandirian.....................................................................4


Perkembangan dan implikasi kemandirian bagi peserta didik..................................6
Pengertian dan teori penyesuaian kemandirian.........................................................6
Aspek-aspek penyesuaian diri dan faktor-faktor yang mempengaruhi
penyesuaian diri........................................................................................................8

BAB III Penutup


A Kesimpulan .............................................................................................................12
Daftar Pustaka .......................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perkembangan kemandirian merupakan masalah penting sepanjang rentang
kehidupan manusia. Terutama bagi peserta didik yang memang dicetak sebagai
penggerak bangsa masa depan. Jadi seorang peserta didik harus tertanam sikap
kemandirian guna menjadi insane yang berguna bagi masyarakat dengan kemampuan
sendiri.
Perkembangan kemandirian sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan
fisik, yang pada gilirannya dapat memicu terjadinya perubahan emosional, perubahan
kognitif yang memberikan pemikiran tentang cara berpikir yang mendasari tingkah
laku, serta perubahan nilai dalam peran sosial melalui pengasuhan orang tua dan
aktivitas individu.
Secara spesifik, masalah kemandirian menuntut suatu kesiapan individu, baik
kesiapan fisik maupun emosional untuk mengatur, mengurus dan melakukan aktivitas
atas tanggung jawabnya sendiri tanpa banyak menngantungkan pada orang lain.
Kemandirian muncul dan berfungsi ketika peserta didik menemukan diri pada posisi
yang menuntut suatu tingkat kepercayaan diri. Menurut Steinberg (1993), kemandirian
berbeda dengan tidak tergantung, karena tidak tergantung merupakan bagian untuk
memperoleh kemandirian.
Walaupun pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang akan saling
bergantung dan membutuhkan satu sama lain. Namun, manusia juga sebagai makhluk
yang memiliki pemikiran harus bisa mengatur kehidupannya sendiri.
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertiaan kemandirian?
2

b. Apa saja tingkatan dan karakteristik kemandirian peserta didik ?


c. Bagaimana perkembangan kemandirian peserta didik dan implikasinya bagi
pendidikan?
d. Bagaimana Bentuk-bentuk kemandirian?
e. Apa saja Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian?

C.
a.
b.
c.
d.
e.

Tujuan dan Manfaat


Untuk mengetahui pengertian kemandirian
Untuk memahami tingkatan dan karakteristik kemandirian peserta didik
Untuk mengetahui apa saja bentuk-bentuk kemandirian
Untuk mengetahui faktor-faktor yag mempengaruhi perkembangan peserta didik
Untuk mengetahui apa saja upaya pengembangan kemandirian peserta didik

G. BAB II
H. PEMBAHASAN
A. Pengertian Kemandirian
I. Istilah kemandirian berasal dari kata dasar diri yang dapat awalan ked an
akhran an, kemudian membentuk satu kaata keadaan atau kata benda. Karena
kemandirian berasal dri kata dasar diri maka pembahasan mengenai kemandirian tidak
bisa lepas dari pembahasan tentang perkembangan diri itu sendiri, yang dalam konsep
Carl Rogers disebut dengan istilah self, karena diri itu merupakan inti dari
kemandirian. Konsep yang sering digunak atau berdekatan, dengan kemandirian
adalah autonomy.
J. Menurut Chaplin (2002), otonomi adalah kebebasan individu manusia untuk
memilih, untuk menjadi kesatuan yang bisa memerintah, menguasai dan menentukan
dirinya sendiri. Sedangkan seifert dan hoffnug (1994) mendefinisikan otonomi atau
kemandirian sebagai the ability to govern and regulate ones own thoughts, feelings,
and actions freely and responsibly while overcoming feelings of shame and doubt.
K. Dengan demikian dapat dipahami bahwa kemandirian atau otonomi adalh
kemampuan untuk mengendalikan dan mengatur pikiran, perasaan dan tindakan
sendiri secara bebas serta berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan-perasaan malu
dan keragu-raguan.
L.

Erikson (dalam Monks, dkk, 1989), menyatakan kemandirian adalah usaha


untuk melepaskan diri dari orangtua dengan maksud untuk menemukan dirinya
melalui proses mencari identitas ego, yaitu merupakan perkembangan kearah
individualitas yang mantap dan menentukan berdiri sendiri. Kemandirian biasanya
ditandai dengan kemampuan menentukan nasib sendiri, kreatif, dan inisiatif,
mengatur tingkah laku, bertanggung jawab, mampu menahan diri, membuat
keputusan-keputusan sendiri, serta mempu mengatasi masalah tanpa ada pengaruh
dari orang lain. Kemandiran merupakan suatu sikap otonomi dimana peserta didik
secara relative bebas dari pengaruh peniaian, pendapat dan keyakinan orang lain.
Dengan otonomi tersebut, peserta didik dihrapkan akan lebih bertanggung jawab
terhadap dirinya sendiri. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa kemandirian
mengandung pengertian :

Suatu kondisi dimana seseorang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan
dirinya sendiri.
3

Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengtasi masalah yang dihadapi.
Memiliki kepercayaan diri dan melaksanakan tugas-tugasnya.
Bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.
M.
B. Bentuk-Bentuk Kemandirian
N. Robert Havighurst (1972) membedakan kemandirian atas tiga bentuk kemandirian
yaitu :

Kemandirian emosi, yaitu kemapuan mengontrol emosi sendiri dan tidak tergantungny

kebutuhn emosi terhadap orang lain.


Kemandirian ekonomi, yaitu kemampuan mengatur ekonomi sendiri dan tidak

tergantungnya kepada kebutuhan ekonomi pada orang lain.


Kemandirian intektual, yaitu kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang

dihadapi.
Kemandirian sosial, yaitu kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain
dan tdak tergantung pada aksi orang lain.
O.
C. Tingkat dan karakteristik kemandirian
P. Sebagai suatu dimensi psikologis yang kompleks, kemandirian dalam
perkembangannya

memiliki

tingkatan-tingkatan.

Perkembangan

kemandirian

seseorang berlangsung secara bertahap sesuai dengan tingkat perkembangan


kemandirian tersebut. Lovinger (dalam Sunaryo Kartadinata, 1988), mengemukakan
tingkatan kemandirian dan karakteristiknya, yaitu:
1. Tingkat pertama, adalah tingkat impulsive dan melindungi diri. Ciri-cirinya:
a. Peduli terhadap control dan keuntungannya yang dapat diperoleh dari interaksinya
dengan orang lain.
Mengikuti aturan secara spontanistik dan hedonistic.
Berpikir tidak logis dan tertegun pada cara berpikir tertentu (stereotype)
Cenderung melihat kehidupan sebagai zero-sum games.
Cenderung menyalahkan dan mencela orang lain serta lingkungannya.
Q.
2. Tingkat kedua, adalah tingkat konformistik. Ciri-cirinya:
a. Peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan sosial.
b. Cenderung berpikir stereotype dan klise.
c. Peduli akan konformitas terhadap eksternal.
d. Bertindak dengan motif yang dangkal untuk memperoleh pujian.
e. Menyamakan diri dalam ekspresi emosi dan kurangnya instropeksi.
f. Perbedaan kelompok didasarkan atas ciri-ciri eksternal.
g. Takut tidak diterima kelompok.
h. Tidak sensitive terhadap keindividuan.
i. Merasa berdosa jika melanggar aturan
R.
b.
c.
d.
e.

3. Tingkat ketiga, adalah tingkat sadar diri


a. Mampu berpikir alternative
b. Melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi
c. Peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada
d. Menekankan pada pentingnya memecahkan masalah
e. Memikirkan cara hidup
f. Penyesuaian terhadap situasi dan peranan
S.
4. Tingkat keempat, adalah tingkat saksama (conscientious). Cirri-cirinya adalah:
a. Bertindak atas dasar nilai-nilai internal.
b. Mampu melihat diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan
c. Mampu melihat keragaman emosi, motif,dan perspektif diri sendiri maupun orang
lain.
Sadar akan tanggung jawab
Mampu melakukan kritik dan penilaian diri
Peduli akan hubungan mutualistik
Memiliki tujuan jangka panjang
Cenderung melihat peristiwa dalam konteks sosial
Berpikir lebi kompleks dan atas dasar pola analistis
T.
5. Tingkat kelima, adalah tingkat indvidualitas. Cirri-cirinya:
a. Peningkatan kesadaran individualitas
b. Kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dan ketergantungan
c. Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain.
d. Mengenal eksistensi perbedaan individual
e. Mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dalam kehidupan
f. Membedakan kehidupan internal dengan kehidupan luar dirinya.
g. Mengenal kompleksitas diri
h. Peduli akan perkembangan dan masalah-masalah sosial
U.
6. Tingkat keenam, adalah tingkat mandiri. Cirri-cirinya:
a. Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan
b. Cenderung bersikap realistic dan objektif terhadap diri sendiri dan orang lain
c. Peduli terhadap pemahaman abstrak, seperti keadilan sosial
d. Mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan
e. Toleran terhadap ambiguitas
f. Peduli akan pemenuhan diri
g. Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik internal
h. Responsive terhadap kemandirian orang lain
i. Sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain
j. Mampu mengekspresikan perasaan dengan penuh keyakinan dan keceriaan
V.
D. Perkembangan dan implikasi kemandirian bagi peserta didik
d.
e.
f.
g.
h.
i.

W. Kemandirian adalah kecakapan yang berkembang sepanjang kehidupan


individu, yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman dan pendidikan.
Oleh sebab itu, pendidikan di sekolah perlu melakukan upaya-upaya pengembangan
kemandirian peserta didik, diantaranya:

1. Mengembangkan proses belajar mengajar yang demokratis, yang memungkinkan anak


merasa dihargai
2. Mendorong anak untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan dan dalam
berbagai kegiatan sekolah
3. Member kebebasan kepada anak untuk mengeksplorasi lingkungan, mendorong rasa
ingin tahu mereka
4. Penerimaan positif tanpa syarat kelebihan dan kekurangan anak, tidak membedabedakan anak yang satu dengan yang lain
5. Menjalin hubungan yang harmonis dan akrab dengan anak.
X.
E. Pengertian dan teori penyesuaian kemandirian
Y. Penyesuaian diri merupakan suatu konstruk psikologi yang luas dan kompleks,
serta melibatkan semua reaksi individu terhadap tuntunan baik dari lingkungan luar
maupun dari dalam diri individu itu sendiri. Proses pemenuhan kebutuhan pada
hakikatnya merupakan proses penyesuaian diri. Dalam hal ini Mustafa Fahmi (1977)
menulis:
Z. Pengertian luas tentang proses penyesuaian terbentuk sesuai dengan hubungan
individu dengan lingkungan sosialnya, yang dituntut dari individu tidak hanya mengubah
kelakuannya dalam menghadapi kebutuhan-kebutuhan dirinya dari dalam dan keadaan di
luar, dalam lingkungan di mana dia hidup, akan tetapi juga dituntut untuk menyesuaikan
diri dengan adanya orang lain dan macam-macam kegiatan mereka Jika mereka ingin
penyesuaian, maka hal itu menuntut adanya penyesuaian antara keinginan masingmasingnya dengan suasana lingkungan sosial tempat mereka bekerja.
AA.

Kualitas penyesuaian yang penting adalah dinamisme atau potensi

untuk berubah. Penyesuaian terjadi kapan saja individu menghadapi kondisi-kondisi


lingkungan baru yang membutuhkan suatu respons. Penyesuaian juga tampil dalam
bentuk menyesuaikan kebutuhan psikologis seseorang dengan norma-norma budaya.
Bahkan kebutuhan dasar secara fisiologis, seperti rasa lapar, dipenuhi menurut caracara yang ditentukan secara sosial. Apa yang kita makan dan bagaimana kita makan
merupakan ilustrasi dari tindakan yang dipelajari dari suatu pola kebudayaan suatu
masyarakat.
AB.Schneiders (1964) juga menyebut penyesuaian diri (adjustment) sebagai: A
process involving both mental and behavioral responses, by which an individual
strives to cope successfully with inner needs, tensions, frustration and conflicts, and to

effect a degree of harmony between these inner and those imposed on him by the
objective world in which he lives.
AC.

Jadi, penyesuaian diri pada prinsipnya adalah suatu proses yang

mencakup respons mental dan tingkah laku, dengan mana individu berusaha untuk
dapat berhasil mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, ketegangan-ketegangan,
konflik-konflik dan frustasi yang dialaminya, sehingga terwujud tingkat keselarasan
atau harmoni antara tuntutan dari dalam diri dengan apa yang diharapkan oleh
lingkungan dimana dia tinggal.
AD.

Dalam mempresepsikan suatu situasi, individu akan membuat sejumlah

asumsi tentang dirinya, tentang dunia luar dirinya, dan tentang relasi dirinya dengan
dunia di luar dirinya melalui self-system yang dimilikinya. Self-system ini diperoleh
dari hasil belajar sepanjang rentang hidupnya. Menurut Voleman (1971), berfungsinya
self-system pada seseorang melibatkan asumsi-asumsi yang dibuat sendiri oleh
individu yang bersangkutan. Asumsi-asumsi tersebut meliputi:
1. Reality assumption, yaitu pandangan individu mengenai dirinya sendiri, apa yang
dipikirkannya, siapa dirinya, dan apa sebenarnya sifat-sifat dari lingkungannya.
2. Possibility assumption, yaitu pandangan individu mengenai hal-hal yang mungkin
tentang

perubahan-perubahan,

tentang

kesempatan

pengembangan

diri

dan

hubungannya dengan lingkungan sosialnya.


3. Value assumption, yaitu pandangan individu tentang baik dan buruk, salah dan benar,
tentang yang diakui dan tidak diakui.
AE.

Asumsi-asumsi tersebutlah yang akhirnya membentuk frame of

reference yang merupakan suatu pandangan yang menetap pada diri individu dalam
hubungannya dengan lingkungan, serta merupakan hal penting untuk mengarahkan
tingkah laku individu tersebut. Dalam beberapa hal frame of reference yang dimiliki
individu merupakan dasar untuk mengevaluasi pengalaman-pengalaman baru, untuk
coping dengan dunianya. Oleh sebab itu, kosekuensi logis dari frame of reference ini
adalah individu cenderung mempertahankan asumsi-asumsi yang sudah dimiliknya
dan menolak informasi baru yang berlainan.
AF.Perbedaan individu menyebabkan konsep penyesuaian diri menjadi relatif.
Menurut Schneider (1964), penyesuaian diri dikatakan relatif karena:

1. Penyesuaian diri dirumuskan dan dievaluasi dalam pengertian kemauan seseorang


untuk mengubah atau mengatasi tuntutan yang mengganggunya. Kemampuan ini
berubah-ubah sesuai dengan nilai-niai kepribadian dan tahap perkembangannya.
2. Kualitas dari penyesuaian diri berubah-ubah terhadap beberapa hal yang berhubungan
dengan masyarakat dan kebudayaan.
3. Adanya variasi tertentu pada individu.
AG.

Meskipun terdapat perbedaan pola reaksi penyesuaian diri individu, namun

tidak dapat diabaikan kenyataan bahwa penyesuaian diri itu sendiri bisa baik dan
bisa tidak baik. Individu dapat menyelaraskan tuntutan dalam dirinya dengan
tuntutan lingkungannya dengan cara-cara yang dapat diterima lingkungannya.
Penyesuaian diri seperti ini dapat dikatakan penyesuaian diri yang baik. Sebaliknya,
jika reaksi-reaksinya tidak efisien, maka dikatakan sebagai penyesuaian diri yang
kurang baik.
F. Aspek-aspek

penyesuaian

diri dan faktor-faktor yang mempengaruhi

penyesuaian diri
AH.

Mengacu pada beberapa konsep tentang sehatnya kepribadian individu yang

diajukan oleh beberapa ahli, seperti kepribadian normal (Cole, 1953), kepribadian
produktif (From dan Gilmore, 1974), dan psiko-higine (Sikun Pribadi, 1971), maka
secara garis besarnya penyesuaian diri yang sehat dapat dilihat dari empat aspek
kepribadian, yaitu: 1) kematangan emosional; 2) kematangan intelektual; 3)
kematangan sosial; 4) tanggung jawab.
1. Kematangan emosional mencakup aspek-aspek:
a. Kemantapan suasana hidup emosional.
b. Kemantapan suasana hidup kebersamaan dengan orang lain.
c. Kemampuan untuk santai, gembira dan menyatakan kejengkelan.
d. Sikap dan perasaan terhadap kemampuan dan kenyataan diri sendiri.
AI.
2. Kematangan intelektual mencakup aspek-aspek:
a. Kemampuan mencapai wawasan diri sendiri
b. Kemampuan memahami orang lain dan keragamannya
c. Kemampuan mengambil keputusan
d. Kemampuan dalam mengenal lingkungan
AJ.
3. Kematangan sosial mencakup aspek-aspek:
a. Keterlibatan dan partisipasi sosial.
b. Kesediaan kerja sama
c. Kemampuan kepemimpinan.
d. Sikap toleransi.
e. Keakraban dalam pergaulan.
AK.
8

4. Tanggung jawab mencakup aspek-aspek:


a. Sikap produktif dalam mengembangkan diri.
b. Melakukan perencanaan dan melaksanakannya secara fleksibel.
c. Sikap altruisme, empati, bersahabat dalam hubungan interpersonal.
d. Kesadaran akan etika dan hidup jujur.
e. Melihat perikalu dari segi konsekuensi atas dasar sistem nilai.
f. Kemampuan bertindak independen.
g.
AL.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri

AM.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri dapat dilihat dari konsep

psikogenik dan sosiopsikogenik. Psikogenik memandang bahwa penyesuian diri


dipengaruhi oleh riwayat kehidupan sosial individu, terutama pengalaman khusus
yang membentuk perkembangan psikologis. Pengalaman khusus ini lebih banyak
berkaitan dengan latar belakang kehidupan keluarga, terutama menyangkut aspekaspek:
1. Hubungan orangtua-anak, yang merujuk pada iklim hubungan sosial dalam keluarga,
apakah hubungan tersebut bersifat demokratis atau otoriter yang mencakup:
a. Penerimaan-penolakan orangtua terhadap anak
b. Perlindungan dan kebebasan yang diberikan kepada anak
c. Sikap dominatif-integratif (permisif atau sharing)
d. Pengembangan sikap mandiri-ketergantungan
AN.
2. Iklim intelektua keluarga, yang merujuk pada sejuh mana iklim keluarga memberikan
kemudahan bagi perkembangan intelektual anak, pengembangan berpikir logis atau
irrasionnal, yang mencakup:
a. Kesempatan untuk berdialog logis, tukar pendapat dan gagasan.
b. Kegemaran membaca dan minat kultural.
c. Pengembangan kemampuan memecahkan masalah.
d. Pengembangan hobi.
e. Perhatian orangtua terhadap kegiatan belajar anak.
AO.
3. Iklim emosional keluarga, yang merujuk pada sejauhmana stabilitas hubungan dan
komunikasi di dalam keluarga terjadi, yang mencakup:
a. Intensitas kehadiran orangtua dalam keluarga.
b. Hubungan persaudaraan dalam keluarga.
c. Kehangatan hubungan ayah-ibu.
AP.Sementara itu dilihat dari konsep sosiopsikogenik, penyesuaian diri
dipengaruhi oleh faktor iklim lembaga sosial di mana individu terlibat di dalamnya.
Bagi peserta didik, faktor sosiopsokogenik yang dominan mempengaruhi penyesuaian
dirinya adalah sekolah, yang mencakup:

1. Hubungan guru-siswa, yang merujuk pada iklim hubungan sosial dalam sekolah,
apakah hubungan tersebut bersifat demokratis atau otoriter, yang mencakup:
a. Penerimaan-penolakan guru terhadap siswa.
b. Sikap dominatif (otoriter, kaku, banyak tuntutan) atau integratif (permisif, sharing,
menghargai dan mengenal perbedaan individu).
c. Hubungan yang bebas ketegangan atau penuh ketegangan
AQ.
2. Iklim intelektual sekolah, yang merujuk pada sejauh mana perlakuan guru terhadap
siswa dalam memberikan kemudahan bagi perkembangan intelektual siswa sehingga
tumbuh perasaan kompeten, yang mencakup:
a. Perhatian terhadap perbedaan individual siswa.
b. Intesitas tugas-tugas belajar
c. Kecenderungan untuk mandiri atau berkonformitas pada siswa.
d. Sistem penilaian
e. Kegiatan ekstrakurikuler
f. Pengembangan inisiatif siswa.
AR.
AS.
AT.
AU.
AV.
AW.
AX.
AY.
AZ.
BA.
BB.
BC.
BD.
BE.
BF.
10

BG.
BH.
BI. BAB III
BJ.PENUTUP
BK.

Kemandirian adalah usaha untuk melepaskan diri dari orangtua dengan

maksud untuk menemukan dirinya melalui proses mencari identitas dan juga
merupakan perkembangan kearah individualitas yang mantap dan berdiri sendiri.
BL. Perkembangan kemandirian seseorang berlangsung secara bertahap
sesuai dengan tingkat perkembangan kemandirian. Pengaruh kompleksitas kehidupan
terhadap peserta didik terlihat dari berbagai fenomena yang sangat membutuhkan
perhatian dunia pendidikan, seperti perkelahian antar pelajar, penyalahgunaan obat
dan alkohol, perilaku agresif, dan berbagai perilaku menyimpang yang sudah
mengarahkan pada tindak kriminal.
BM.
BN.
BO.
BP.
BQ.
BR.
BS.
BT.
BU.
BV.
BW.
BX.
BY.
BZ.

11

CA.
CB.
CC.
CD.
CE.

DAFTAR PUSTAKA

Desmita.2012.Psikologi Perkembangan Peserta Didik.Bandung:PT Remaja

Rosdakarya
CF.http://asyamforex.blogspot.co.id/2013/12/makalah-perkembangan-kemandirian.html
CG.

diakses pada hari Kamis, 12 November 2015, jam 00.22

12

Anda mungkin juga menyukai