Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh:
POLTAK
PARULIAN
RUMAHORBO
JARA HARDIYANTI JALIH
LINDA PRAMESWARI M
55515110062
55515110115
55515110117
penginapan, walaupun dengan modal yang tidak sedikit, karena memang bisnis
dibidang ini memerlukan dana yang cukup besar
Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan hotel. Pengenaan pajak hotel tidak
mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten atau kota yang ada di Indonesia. Hal
ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan oleh pemerintah kabupaten atau
kota
untuk
mengenakan
atau
tidak
mengenakan
suatu
jenis
pajak
kabupaten/kota.Oleh karena itu, untuk dapat dipungut pada suatu daerah atau kota,
pemerintah daerah harus terlebih dahulu menerbitkan peraturan daerah tentang
Pajak Hotel.
Pajak hotel dilakukan dengan mendasarkan pada Undang-Undang Nomor
18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000; Peraturan Pemerintah
Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah, khususnya Pasal 38-42; dan
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 2 Tahun 2003 tentang Pajak Hotel.
Dari segi ekonomi, pajak merupakan pemindahan sumber daya dari sektor
privat(perusahaan) ke sektor publik. Pemindahan sumber daya tersebut akan
mempengaruhi daya beli atau kemampuan belanja dari sektor privat. Bagi negara,
pajak adalah satu sumber
upaya pemenuhan kewajiban perpajakan secara lengkap dan tepat waktu sehingga
dapat menghindari pemborosan sumberdaya secara optimal.
Manajemen pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan
cara penggelapan pajak (tax evasion) dan penghindaran pajak (tax avoidance).
Penggelapan pajak (tax evasion) merupakan pengurangan pajak yang dilakukan
dengan jalan melanggar peraturan perpajakan, seperti memberikan data keuangan
palsu atau menyembunyikan data. Sedangkan penghindaran pajak (tax avoidance)
adalah pengurangan pajak, namun tetap mematuhi ketentuan-ketentuan peraturan
perpajakan,
seperti
memanfaatkan
pengecualian
dan
potongan
yang
A.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Manajemen Perpajakan
Manajemen perpajakan adalah suatu strategi
manajemen
untuk
cara, baik yang masih memenuhi ketentuan perpajakan (lawful) maupun yang
melanggar peraturan perpajakan (unlawful), seperti tax avoidance dan tax evasion.
Perencanaan pajak umumnya selalu dimulai dengan meyakinkan apakah suatu
transaksi atau kejadian mempunyai dampak perpajakan. Apabila kejadian tersebut
mempunyai dampak pajak, apakah dampak tersebut dapat diupayakan untuk
dikecualikan atau dikurangi jumlah pajaknya.
D.
1.
peraturan perpajakan. Utang pajak berada dalam jumlah yang minimal, tetapi
masih dalam bingkai peraturan perpajakan. Namun demikian, perencanaan pajak
juga dapat diartikan sebagai perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan secara
lengkap, benar, dan tepat waktu sehingga dapat secara optimal menghindari
pemborosan sumber daya
Pada dasarnya, perencanaan pajak harus memenuhi syarat-syarat berikut:
1. tidak melanggar ketentuan perpajakan,
2. secara bisnis dapat diterima,
3. bukti-bukti pendukungnya memadai.
Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak.
Manajemen pajak itu sendiri merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban
perpajakan dengan benar, tetapi jumlah pajak yang dibayarkan dapat
ditekanseminimal mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang
diharapkan. Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax
implementation) dan pengendalian pajak (tax control).
dalam
pelaksanaan
kegiatan
operasional
perusahaan
peraturan perpajakan yang berlaku. Apabila pada tahap perencanaan pajak telah
faktor-faktor yang akan dimanfaatkan untuk melakukan penghematan pajak,
Maka langkah selanjutnya adalah mengimplementasikannya baik secara formal
maupun material. Harus dipastikan bahwa pelaksanaan kewajiban perpajakan
telah memenuhiperaturan perpajakan yang berlaku.Manajemen pajak tidak
dimaksud kan untuk melanggar peraturan dan jika dalam pelaksanaanya
menyimpang dari peraturan yang berlaku, maka praktik tsb telah menyimpang
dari tujuan manajemen pajak.
3.
keputusan
dan
edaran,
kita
dapat
melihat
celah-celah
yang
termasuk juga rumah penginapan yang memungut bayaran. Pengenaan pajak hotel
tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten atau kota yang ada di Indonesia.
Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan oleh pemerintah kabupaten
atau kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak
kabupaten/kota. Oleh karena itu, untuk dapat dipungut pada suatu daerah atau
kota, pemerntah daerah harus terlebih dahulu menerbitkan peraturan daerah
tentang Pajak Hotel.
Dalam pemungutan Pajak Hotel terdapat beberapa terminologi yang perlu
diketahui. Terminologi tersebut dapat dilihat berikut ini :
Hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat
menginap/istirahat, memperoleh pelayanan, dan atau fasilitas lainnya
dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan lainnya yang menyatu,
dikelola, dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali oleh pertokoan dan
perkantoran.
Rumah penginapan adalah penginapan dalam bentuk dan klasifikasi apa
pun beserta fasilitasnya yang digunakan untuk menginap dan disewakan
untuk umum.
Pengusaha hotel adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun
yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya melakukan usaha di
F.
Retribusi Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.
Peraturan daerah kabupaten/kota yang mengatur tentang Pajak Hotel.
Keputusan bupati/walikota yang mengatur tentang Pajak Hotel sebagai
aturan
pelaksanaan peraturan
daerah tentang
kabupaten/kota dimaksud.
G.
1)
gubuk
pariwisata
(cottage),
motel,
wisma
pariwisata,
pajak, yaitu:
Penyewaan rumah atau kamar, apartemen, dan atau fasilitas tempat tinggal
di hotel; dan
Pelayanan perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel dan dapat
dimanfaatkan oleh umum.
2)
pembayaran kepada hotel. Sedangkan Wajib Pajak hotel adalah orang pribadi atau
badan yang mengusahakan hotel. Yang menjadi dasar pengenaan pajak adalah
jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayarkan kepada hotel dengan tarif
ditentukan paling tinggi sebesar 10%. Pengenaan tarif ini diatur dengan Peraturan
Daerah.
Jika dikaitkan dengan PPN, Pajak Hotel ini merupakan pajak atas
konsumsi yang sejenis dengan PPN. Dimana yang menjadi subjek pajak (yang
menanggung beban pajak) adalah konsumen/tamu yang memanfaatkan jasa hotel.
Contoh:
Tuan Addin menginap di Hotel ABC selama 2 malam bersama keluarga. Pada
saat check out dan harus membayar di kasir, biaya yang harus dibayar oleh Tuan
Addin adalah sebagai berikut:
No
Uraian
Service Charge
Jumlah
(7%)
Total
Rp2.000.000,-
Rp140.000,-
Rp2.140.000,-
Rp875.000,-
Rp61.250,-
Rp936.250,-
Rp300.000,-
Rp21.000,-
Rp321.000,-
Rp400.000,-
Rp28.000,-
Rp428.000,-
Rp200.000,-
Rp14.000,-
Rp214.000,-
Rp3.775.000,-
Rp264.250,-
Rp4.039.250,-
Rp403.925,-
Delux
2 malam
@Rp1.000.000,2
Tagihan
restoran Nyunda
Tagihan pusat
kebugaran
Tagihan karaoke
keluarga
Tagihan laundry
Jumlah
Rp4.443.175,-
dibayar
Berdasarkan contoh di atas, maka:
1. yang menjadi objek pajak adalah seluruh jasa/produk yang diberikan oleh
hotel
2. yang menjadi subjek pajak adalah Tuan Addin selaku tamu hotel yang
memanfaatkan jasa hotel
3. yang menjadi Wajib Pajak adalah Hotel ABC. Hotel ABC harus
menyetorkan uang pajak hotel sejumlah Rp403.925,- ke Kas Daerah sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
H.
Aspek Akuntansi
Akuntansi perhotelan merupakan akuntansi departemental. Artinya setiap
departemen hotel menyiapkan laporan keuangan sesuai dengan ciri departemen
dan pekerjaan yang dilakukannya. Misalnya departemen kamar hanya melaporkan
pendapatan kamar dan biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan
pendapatan tersebut. Sistem akuntansi perhotelan mengutamakan pentingnya
sistem kontrol. Oleh karena itu biasanya hotel memiliki 5 jenis buku memorial
yaitu buku penerimaan kas, buku penarikan cek, buku utang/biaya, buku
pendapatan, dan buku diskon. Laporan keuangan yang dihasilkan oleh hotel
meliputi laporan laba rugi, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan
keuangan.
Jenis penghasilan dan beban yang biasanya terdapat pada laporan laba rugi hotel
meliputi:
Akun
Uraian
Sumber
dan/atau
penjualan
produk
atas
jasa
yang
Jasa
kamar,
makanan
jasa
dan
penyediaan
minuman,
Pendapatan
ini
sebenarnya
karyawan
Akun ini menjelaskan mengenai
jumlah harga pokok dan biayaHarga Pokok dan
Biaya operasi
departemental
untuk
pada
departemen
yang
bersangkutan
periodenya
Adalah selisih antara seluruh
Laba departemental
biaya-biaya
operasional
suatu departemen.
Akun
Biaya-biaya
operasional yang
tidak
terdistribusikan
khusus
ini
merupakan
untuk
akun
menampung
ke
departemen-
departemen di hotel.
yang
pengeluarannya
amortisasi
Menjelaskan
jumlah
pajak
penghasilan
yang
harus
Laba bersih
Merupakan
laba
operasional
selama
periode tertentu.
sewa,
Pajak Penghasilan
manajemen,
bersih
suatu
Aspek Perpajakan
Berbicara mengenai aspek perpajakan pada industri perhotelan, mau tidak mau
kita harus membicarakan mengenai pajak daerah dan pajak pusat, mengingat baik
pajak daerah maupun pajak pusat berkepentingan dengan jenis usaha ini.
Pajak Daerah
Menurut undang-undang nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh
hotel.
Dimana
hotel
didefinisikan
sebagai
fasilitas
penyedia
jasa
(3)
Jenis jasa yang tidak dikenai PPN adalah jasa tertentu dalam
kelompok jasa sebagai berikut:
l. jasa perhotelan
Makanan dan minuman yang disajikan di restoran, hotel, dst tidak dikenai PPN
dimaksudkan untuk menghindari pengenaan pajak berganda karena sudah dikenai
pajak daerah. Sedangkan jenis jasa perhotelan yang tidak dikenai PPN meliputi:
a) jasa penyewaan kamar, termasuk tambahannya di hotel, rumah
penginapan, motel, losmen, hotel, serta fasilitas yang terkait dengan
kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap dan
b) jasa penyewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel,
rumah penginapan, motel, losmen, dan hotel.
Belum
lama
ini
Menteri
Keuangan
menerbitkan
Peraturan
nomor
lain
pelayanan
kamar (room
service), air
conditioning,
binatu (laundry and dry cleaning), kasur tambahan (extra bed), furniture
dan perlengkapan tetap (fixture), telepon, brankas (safety box), internet,
televisi satelit/kabel, dan minibar.
2. yang dimaksud dengan fasilitas yang terkait dengan dengan kegiatan
perhotelan untuk tamu menginap adalah fasilitas yang terkait secara
langsung dengan kegiatan jasa penyewaan kamar dan semata-mata
diperuntukkan bagi tamu yang menginap, antara lain fasilitas olah raga
dan hiburan, fotokopi, teleks, faksimil, dan transportasi hotel (kendaraan
antar-jemput) yang semata-mata untuk tamu yang menginap.
3. Tidak termasuk kelompok jasa perhotelan yang tidak dikenai PPN antara
lain:
a. jasa penyewaan ruangan untuk selain kegiatan acara atau pertemuan di
hotel, rumah penginapan, motel, losmen, dan hostel antara lain
penyewaan ruangan untuk ATM, kantor, perbankan, restoran, tempat
hiburan, karaoke, apotek, toko retail, dan klinik
jasa
penyewaan
unit
dan/atau
ruangan
termasuk
Produk/Jasa
meliputi:
a. pelayanan kamar
b. air conditioning
c. binatu (laundry and dry cleaning)
d. kasur tambahan (extrabed)
e. furnitur dan perlengkapan tetap
(fixture)
f.
telepon
g. brankas (safety box)
h. internet
i.
televisi satelit/kabel
j.
minibar
Objek PPN
Objek PPN
Objek PPN
Dalam hal pengusaha hotel menyerahkan jasa yang terutang PPN (menjadi objek
PPN) dan peredaran usaha dari penyerahan jasa tersebut sudah melebihi Rp4,8
miliar maka pengusaha hotel tersebut harus meminta kepada KPP untuk
dikukuhkan sebagai PKP
Pajak Pusat: PPh
Pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) tetap akan dikenakan kepada pengusaha
hotel, tanpa melihat pengusaha hotel sudah menjadi Wajib Pajak Daerah atau
belum. Hal ini dikarenakan yang menjadi objek PPh adalah Penghasilan, yaitu
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak,
baik berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia, yang dapat dikonsumsi atau
untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan
dalam bentuk apapun. Penghasilan yang diterima oleh hotel yang menjadi objek
PPh diantaranya:
1.
Pendapatan Usaha
1. penghasilan dari penyewaan kamar
2. penghasilan dari tambahan jasa penyewaan kamar
3. penghasilan dari penyediaan makanan dan minuman
4. penghasilan dari fasilitas terkait kegiatan perhotelan untuk tamu.
2.
Aspek perpajakan pada setiap tahapan kegiatan hotel digambarkan dalam matriks
berikut ini:
No
Tahapan Kegiatan
Uraian
Aspek Perpajakan
PPN KMS (kegiatan
Pembangunan hotel
Dibangun sendiri
Jasa konstruksi
Penyewaan kamar
pendapatan usaha
service charge
Pendapatan usaha
membangun sendiri)
PPh Pasal 4 ayat (2)
Service charge
minuman
milik sendiri
pihak ke-3
Persewaan mobil
(final)
12
13
14
WP DN
WP LN
SP DN (subjek pajak )
SPLN
PPh Pasal 21
PPh Pasal 26
SPDN
SPLN
PPh Pasal 23
PPN
PPh Pasal 26
PPN
PPh Pasal 21
PPh Pasal 23
Dilakukan sendiri
PPN
parkir
Dilakukan sendiri
Pihak ke-3
Dilakukan sendiri
10 Jasa perbaikan/renovasi hotel Pihak ke-3
11
PPh Pasal 21
A.
BAB III
KASUS
Gambaran Umum Perusahaan (Pondok Sari Beach Resort)
Pondok Sari Beach Resort yang berlokasi di Singaraja Bali. Adalah hotel
bintang 4 yang memiliki fasilitas spa dan diving. Pondok Sari Resort dibuka pada
tahun 1991 dan selama bertahun-tahun satu-satunya resort hotel di wilayah
tersebut. Dimana mereka selalu bekerja dengan baik dan meningkatkan kualitas
dengan tetap melakukan yang terbaik untuk melestarikan alam dan habitat sekitar.
Sebagai salah satu penyelenggara pariwisata manajemen resor mendukung
perlindungan dan pelestarian tradisi dan cara hidup asli di Bali. Selain itu,
memandangan tersebut itulah sebagai salah satu keunggulan dari Pondok Sari
Beach Resort.
Kegiatan usaha Pondok Sari Beach Resort
Kegiatan utama dari Pondok Sari Beach Resort adalah menyewakan kamar
kepada tamu. Untuk bisa memberikan kepuasan kepada tamu,keadaan kamar yang
disewakan harus berada dalam keadaan bersih,nyaman,menarik, dan aman
(terbebas dari berbagai kemungkinan terjadinya kecelakaan,pencurian,dan
penyakit). Terkait dengan usaha bisnis pastinya akan ada pajak yang dibayarkan
adapun jenis jenis pajak yang di bayarkan oleh Pondok Sari Beach Resort sebagai
berikut
Pajak yang dibayarkan oleh hotel :
PPH Pasal 21
Pajak Daerah (Pajak Hotel)
PPH Pasal 23
PPH Pasal 25
PPH Pasal 29 atas Badan.
Perhitungan dan pengenaan pajak adalah sesuai dengan Undang-Undang
B.
RP. 5.000.000
Rp. 250.000
Rp. 4.750.000
Rp. 57.000.000
Rp.
Rp. 24.594.999
18.894.999
Rp. 944.749,95 : 12
Rp. 78.729,16
Hutang pajak yang harus dibayarkan oleh karyawan hotel tersebut adalah Rp.
78.729,16/ bulan.
Perencanaan pajak dalam perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
terhutang
Dalam melakukan perhitungan PPh 21 dapat dilakukan dengan 3 (tiga) metode :
a. Net Method
Merupakan metode pemotongan pajak dimana perusahaan menanggung pajak
karyawannya.
b. Gross Method
Merupakan metode pemotongan pajak dimana karyawan menanggung sendiri
jumlah pajak penghasilannya.
c. Gross-Up Method
Merupakan metode pemotongan pajak dimana perusahaan memberikan tunjangan
pajak yang jumlahnya sama besar dengan jumlah pajak yang akan dipotong dari
penghasilan karyawan
Contoh Kasus :
Tuan I Gede Putu Widarshana adalah wajib pajak dengan status kawin dengan
satu anak, bekerja sebagai karyawan Pondok Sari Beach Resort. Gaji yang
diperoleh setiap bulan Rp 5.000.000,00.
Tabel
Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan
PPh Pasal 21 Ditanggung Karyawan
Gaji
Rp
5,000,000.00
Gaji
Rp
5,000,000.00
Gaji
Rp
5,000,000.00
Tunjangan Jabatan
Rp
1,000,000.00
Tunjangan Jabatan
Rp
1,000,000.00
Tunjangan Jabatan
Rp
1,000,000.00
Tunjangan Transportasi
Rp
500,000.00
Tunjangan Transportasi
Rp
500,000.00
Tunjangan Transportasi
Rp
500,000.00
Tunjangan Makan
Rp
300,000.00
Tunjangan Makan
Rp
300,000.00
Tunjangan Makan
Rp
300,000.00
Rp
17,500.00
Rp
17,500.00
Tunjangan Pajak
Rp
338,589.40
Rp
12,500.00
Rp
12,500.00
Rp
17,500.00
Penghasilan Bruto
Rp
6,830,000.00
Penghasilan Bruto
Rp
6,830,000.00
Rp
12,500.00
Penghasilan Bruto
Rp
7,168,589.40
Pengurangan:
Pengurangan:
Biaya Jabatan
Rp
341,500.00
Biaya Jabatan
Rp
341,500.00
Pengurangan:
Iuran Pensiun
Rp
40,000.00
Iuran Pensiun
Rp
40,000.00
Biaya Jabatan
Rp
358,429.47
Iuran THT
Rp
125,000.00
Iuran THT
Rp
125,000.00
Iuran Pensiun
Rp
40,000.00
Rp
6,323,500.00
Rp
6,323,500.00
Iuran THT
Rp
125,000.00
Rp
75,882,000.00
Rp
75,882,000.00
Rp
6,645,159.93
PTKP
Rp
18,840,000.00
PTKP
Rp
18,840,000.00
Rp
79,741,919.16
PKP
Rp
57,042,000.00
PKP
Rp
57,042,000.00
PTKP
Rp
18,840,000.00
PKP
Rp
60,901,919.16
5% x Rp 50.000.000 =
Rp
2,500,000.00
5% x Rp 50.000.000 =
Rp
2,500,000.00
5% x Rp 50.000.000 =
Rp
2,500,000.00
15% x Rp 7.042.000 =
Rp
1,056,300.00
15% x Rp 7.042.000 =
Rp
1,056,300.00
15% x Rp 10,420,484.96 =
Rp
1,563,072.74
Rp
3,556,300.00
Rp
3,556,300.00
Rp
4,063,072.74
Rp
296,358.33
Rp
296,358.33
Rp
338,589.40
Rp
296,358.33
Tunjangan Pajak
Rp
338,589.40
Rp
0.00
296,358.33
Rp
(0.00)
Pajak yang
Dihemat
(a-b)
Karyawan
PPh Ditanggung
Rp 14,260,500.00
Rp 3,556,300.00
Rp 10,704,200.00
Perusahaan
PPh Ditunjang
Rp 14,260,500.00
Rp 3,556,300.00
Rp 10,704,200.00
Perusahaan
Rp 15,225,479.79
Rp 4,063,072.74
Rp 11,162,407.05
Tabel
Perbandingan Jumlah Gaji yang Dibawa Pulang Karyawan
Ditanggung
Karyawan
Ditanggung
Perusahaan
Ditunjang
Perusahaan
Rp 6,830,000.00
Rp 6,830,000.00
Rp 7,168,589.40
Rp
40,000.00
Rp 125,000.00
Rp 296,358.33
Rp 6,368,641.67
Rp
40,000.00
Rp 125,000.00
Rp
0.00
Rp 6,665,000.00
Rp
40,000.00
Rp 125,000.00
Rp 338,589.40
Rp 6,665,000.00
expense sehingga dapat menggurangi PPh badan perusahaan. Dan selain itu juga
keuntungan yang diperoleh perusahaan apabila di gross up adalah pada saat terjadi
kenaikan gaji, perusahaan tidak harus menanggung tunjangan pajak yang ikut
meningkat, sehingga rencana penganggaran perusahaan tidak terganggu.
Perencanaan pajak dalam perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23
terhutang
Jasa Perbaikan dan Pemeliharaan
Jasa Perbaikan dan Pemeliharaan Pemakaian jasa perbaikan dan pemeliharaan alat
dapat dihitung melalui transaksi yang berhubungan dengan jasa tersebut sebesar
Rp 20.500.000
1) Perhitungan Pasal 23 Sebelum di Gross Up
2% x 20.500.000
Jadi PPh Pasal 23 yang harus di potong sebesar
= Rp 410.000
Rp 410.000
Rp 20.500.000
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dalam makalah ini adalah :
didasarkan
pada
peraturan
perundang-undangan
yang
mendasarinya.
3. Dalam melakukan perhitungan PPH 21 dan PPH 23 Pondok Sari
Beach Resort menggunakan metode gross up sebagai salah satu bagian
dari perencanaan pajak
DAFTAR PUSTAKA
Suandy Early. 2011. Perencanaan Pajak. Salemba Empat, Jakarta Selatan. Waluyo. 2013.
Perpajakan Indonesia. Salemba Empat, Jakarta Selatan. ----------, 2012. Akuntansi Pajak.
Salemba Empat, Jakarta
Mardiasmo. 2013. Perpajakan. Andi, Yogyakarta
Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Jakarta
http://pondoksari.com/
https://nasikhudinisme.com/2015/07/15/memahami-aspek-perpajakan-pada-industriperhotelan/