DISUSUN OLEH :
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN THYPOID
Definisi
Tifus
Abdominalis
(demam
tifoid
enteric
fever)
II.
Etiologi
Tyfus
abdominalis
disebabkan
oleh
salmonella
III.
Patofisiologi
Kuman salmonella typhosa masuk kedalam saluran
bakterimia
primer
dan
mengakibatkan
usus
akan
mengakibatkan
sehingga
menekan
demam
terjadi
diare.
termoregulasi
remiten
dan
Pada
yang
terjadi
usus,
intestinal
(pnemonia,
neuropsikratrik).
perfarasi,
peritonitis)
meningitis,
dan
ekstra
kolesistitis,
IV.
Manifestasi Klinis
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih
mungkin
ditemukan
gejala
prodomal
yaitu
duhu
berangsur-angsur
meningkat,
pada
saluran
pencernaan
Nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan
pecah-pecah, lidah putih kotor (coated tongue) ujung
dan tepi kemerahan, perut kembung, hati dan limpa
membesar. disertai nyeri pada perabaan
Gangguan kesadaran
Pathways
Makanan terkontaminasi salmonella
Mulut
HCL (lambung)
Hidup
Tidak hidup
Difogosit
Tak difogosit
mati
bakteriema sekunder
Tidak
hiperemi
Usus halus
Hipotalamus
Hepar
peradangan
menekan
termoreguler
hipotasplenom
Malababsorbsi nutrien
Hipertermi
Endotoksin
merusak hepar
Hiperperistaltik usus
cepat lelah
SGOT/SGPT
diare
bedrest
konstipasi
intoleransi aktifitas
reinterkasi usus
Komplikasi
Intestinal
perdara
han usus
Revolu
si
Periton
itis
V.
1.
Ekstraintestinal
Pneumonia
Meningitis
kolesistitis
Neuropsikia
trik
Diagnosa Keperawatan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b/d arbsorpsi nutrisi
2.
3.
Resiko
tinggi
kurang
volume
cairan
b/d
5.
Kurang
pengetahuan
mengenai
kondisi
b/d
VI.
1.
Focus Intervensi
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b/d arbsorpsi nutrisi
Tujuan:
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Intervensi:
kebutuhan
penurunan
metabolic
kalori
dan
untuk
simpanan
energi
b. Anjurkan istirahat sebelum makan
Rasional:
Menenangkan peristaltic dan meningkatkan energi
makan
pemberian
nutrisi,
terapi
IV
sesuai
Program
ini
gastrointestinal,
mengistirahatkan
sementara
memberikan
saluran
nutrisi
penting.
2.
3.
Resiko
tinggi
kurang
volume
cairan
b/d
volume
cairan
adekuat
dengan
informasi
tentang
keseimbangan
kehilangan
cairan
berlebih
atau
terhadap
efek
dehidrasi
c. Kaji tanda vital
Rasional :
Dengan
menunjukkan
respon
kehilangan cairan
d. Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring
Rasional:
kemampuan
melakukan
peningkatan
toleransi aktivitas
Intervensi:
a. Tingkatkan tirah baring dan berikan lingkungan
tenang dan batasi pengunjung
Rasional:
Menyediakan
energi
yang
digunakan
untuk
penyembuhan
b. Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit
yang baik
Rasional:
Meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan
tekanan pada area tertentu untuk menurunkan
resiko kerusakan jaringan
c. Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi
Rasional :
Kurang
pengetahuan
mengenai
kondisi
b/d
makanan
yang
memuaskan
c. Kaji
ulang
proses
penyakit,
penyebab/efek
cara
menurunkan
faktor
pendukung
Rasional :
Faktor
pencetus/pemberat
kebutuhan
pasien
untuk
individu,
sehingga
waspada
terhadap
VII.
Komplikasi
Usus halus
Umumnya jarang terjadi, akan tetapi sering fatal
yaitu:
a. Perdarahan usus bila sedikit hanya ditemukan jika
dilakukan pemeriksaan tinja dengan benzidin. Bila
perdarahan banyak terjadi melena dan bila berat
dapat disertai perasaan nyari perut dengan tandatanda rejatan
b. Perforasi usus
c. Peritonitis ditemukan gejala abdomen akut yaitu:
nyeri perut yang hebat, diding abdomen dan nyeri
pada tekanan
2.
Diluar anus
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis
(bakterimia) yaitu meningitis, kolesistitis, ensefelopati.
Terjadi
karena
infeksi
sekunder
yaitu
bronkopneumonia
VIII.
Pemeriksaan Penunjang
b.
c.
Biakan
empedu
untuk
menemukan
salmonella thyposa
d.
Pemeriksaan
widal
digunakan
untuk
Penatalaksanaan
Pengobatan/penatalaksaan
pada
penderita
typus
2.
Perawatan
yang
baik
untuk
menghindari
komplikasi
3.
4.
5.
Obat Kloramfeniko
KEBUTUHAN MOBILISASI
A. Pengertian
Mobilisasi
adalah
kemampuan
seseorang
untuk
diperlukan
kemandirian
diri,
untuk
meningkatkan
meningkatkan
kesehatan,
sekunder
terjadi
akibat
dari
JENIS IMOBILISASI
1. Imobilitas fisik
Kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan
fisik yang disebabkan oleh faktor lingkungan maupun
kondisis orang tersebut.
2. Imobilitas intelektual
Kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan untuk dapat berfungsi sebgai mana
mestinya, misalnya pada kasus kerusakan otak.
3. Imobolitas emosional
Kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan
atau kehilangan sesorang yang dicintai.
4. Imobilisasi sosial
Kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi
sosial yang sering terjadi akibat penyakit.
Dampak fisik imobilitas
Sistem muskuloskeletal:
- osteoporosis
- Atrofi otot
- Kontraktur
- Kekakuan otot dan nyeri sendi
Eliminasi urin :
- Stasis urin
- Batu ginja
- Retensi urine
- Infeksi perkemihan
Gastrointestinal : kondisi imobilitas mempengaruhi
tiga fungsi sistem pencernaan, yaitu fungsi ingesti,
dingesti, dan eliminasi. Dalam hal ini, masalah yang
umum ditemui salah satunya adalah konstipasi,
konstipasi terjadi akibat penurunan peristaltik dan
mobilitas usus, jika konstipasi terus berlanjut, terus
akan menjadi sangat keras dan diperlukan upaya
yang kuat untuk mengeluarkananya.
Respirasi : - Penurunan gerak pernafasan
-Penumpukan sekret
- Atelektasis
Sistem kardiovaskuler :
- Hipotensi ortostatik
- Pembentukan trombus
- Edema dependen
Metabolisme dan nutrisi :
- Anoreksia
Sistem integumen : - Turgor kulit menurun
-Kerusakan kulit
Tingkatan imobilitas
Tingkat imobilitas bervariasi, diantaranya adalah :
Imobilitas komplet
Imobilitas ini dilakukan pada individu yang
mengalami gangguan tingkat kesadaran.
Imobilitas parsial
Imobilitas inin dilakukan pada klien yang mengalami
fraktur, misalnya fraktur ekstremitas bawah (kaki)
imobilisasi
ASUHAN
KEPERAWATAN
KLIEN
DENGAN
GANGGUAN
MOBILISASI
Pengkajian
Saat
mengkaji
imobilitas,perawat
data
menggunakan
tentang
masalah
metode
pengkajian
imobilisasi,
mengidentifikasi
klien
maka
yang
perawat
beresiko
mengalami
(b)
penurunan
sensitivitas
perlu
(a) gizi
terhadap
nyeri,
Intervensi
- Kaji faktor penyebab :
Trauma
prosedur pembedahan
penyakit yang melemahkan
- Tingkat mobilitas dan pergerakan yang optimal
- Posisikan tibuh yang sejajar untuk mencegah
komplikasi
- Lakukan mobilitas yang progresif
-
Indikator
Memperlihatkan upaya batuk efektif dan peningktan
pertukaran gas Menjelaskan rasinal intervensi untuk
menigkatkan batuk
Intervensi
- Kaji faktor penyebab
- Ajarkan klien batuk efektif yang benar
- Lakukan fisioterapi dada dan drainase postural
sesuai kebutuhan
- Jika ada nyeri, berikan obat pereda nyeri sesuai
kebutuhan
- Kolaborasikan dengan dokter untuk tindakan suction
guna mempertahankan kepatenan jalan nafas
Rasional
- Batuk yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
kelebihan dan tidak efektif
- Pernafasan diafragma mengurangi frekuensi
pernafasan dan meninkatkan ventilasi alveolar
- Sekret harus cukup encer agar mudah dikeluarkan
- Nyeri atau rasa takut akan nyeri dapat melelahkan
dan menyakitkan.
DAFTAR PUSTAKA
EGC :
Jakarta
mansjoer. A (2000). Kapikta Selekta kedokteran. edisi IV.
EGC: Jakarta
Sarwana (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi III.
FKUI: Jakarta.
TD :110/70 mmhg
N : 80 X/mnt
S : 38oC
RR: 24x/mnt
Body sistem
B1. Pernafasan
Hidung
: bersih,tidak ada polip, tidak
menggunakan alat bantu pernafasan
Thorak
: simetris, tidak ada nyeri tekan,
tidak menggunakan otot bantu pernafasan
Focal fremitus : paru-paru kanan : getaran
lebih besar
Paru-paru kiri
: getaran lebih
kecil
Suara pernafasan : normal, tidak ada ronchi,
tidak ada wheezing
B2. Kardiovaskuler
Suara jantung :S1 : lub(normal)
- S2 : dub(normal)
- Tidak ada suara tambahan
, CRF: <3detik
Tidak ada peningkatan vena jugularis
Tidak ada edema pada ekstremitas atas dan
ekstremitas bawah
B3.PERSYARATAN
Kesadaran
: CM
GCS
: E : 4, V: 5 , M: 6 nilai total : 15
Kepala dan wajah
Mata kanan
: normal
Mata kiri
: normal
Sklera
: tidak ikterik
Konjung tiva
: tidak anemis, pupil isochor
Telinga kanan : normal
Telinga kiri
: normal
Perabaan
: normal
Pemenuhan istirahat tidur : baik, 8jam/hari
Pemenuhan termoregulasi : panas
Suhu
: 38oC
Komunikasi
: baik, tidak ada
gangguan komunikasi
B4. PERKEMIHAN-ELIMNINASI URI (BAK)
BAK_produksi urin : 1200ml/24jam,
frekuensi:4x/hari
Warna
: kuning pekat
Tidak terapasang DC kateter
Intake (minum): 2000ml/24jam, Jenis :air
putih, air teh
B5. PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI
Mulut
: bersih, lidah kotor, tidak
ada karies gigi, mual
Tenggorokan : tidak ada nyeri telan
Abdomen
: inspeksi
: simetris
Auskultasi : peristaltik usus
meningkat
Palpasi
: tidak ada
nyeri tekan, tidak ada
massa
Perkusi
: timpani
Tidak ada pembesaran hepar
Rectum
: tidak ada hemoroid
Eliminasi (BAB)
: 2x/hari, konsistensi: cair
B6. TULANG-OTOT-INTEGUMEN
Simetris, tidak ada peradangan tulang
ROM : aktifitas terbatas
Ekstremitas atas
: dapat menggerakan
kedua tangan
Ekstremitas bawah : dapat menggerakan kedua
kaki
Kulit,warna.turgor : normal, tidak ada sianosis,
turgor sedang
Personal hygiene
: terjaga bersih
Kemampuan dalam aktivitas terbatas ADL
dibantu keluarga
Sistem endokrin
Tidak pernah menjalani therapi hormon
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik:
normal
Perubahan ukuran kepala, Tangan atau kaki
pada waktu dewasa:
normal
Sistem reproduksi
Laki-laki kebersihan terjaga
Tidak terpasang kateter
Psikososisal
Mendapat dukungan dari teman, keluarga
,masyarakat
Reaksi saat interaksi kooperatif, komunikasi
baik
Spiritual
Ibadah klien hanya berdoa untuk kesembuhan
Klien yakin penyakitnya dapat sembuh
ANALISA DATA
Nama :sdr.L
alamat:cabean demak
Umur : 25th
Dx.medis: thypoid
no
Data fokus
1
DS: klien mengatakan
badannya panas
DO: S: 38oC
Problem
Hipertermi
Etiologi
Proses
berjalannya
penyakit
Anoreksia
Gangguan
mobilisasi
Kelemahan otot
INTERVENSI
N
o
1
Dx.Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Kaji TTV
R:mengetahui
kondisi klien
Beri
kompres
air biasa
pada
kedua
aksila
R:membantu
menurunkan
panas
Anjurkan
banyak
minum air
putih
para
f
R:menyeimbang
kan suhu tubuh
Kolaborasi
medis
dalam
pemberian
obat
antipiuretik
R:mempercepat
penyembuhan
Ketidakseimban
gan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
b/d
anoreksia
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawata
n 3x4 jam
diharapkan
masalah
dapat
teratasi
dengan
KH:klien
tidak
lemes,klien
tidak mual
Kaji
adanya
alergi
makanan
R:mengetahui
apa saja yang
dapat dimakan
klien
Anjurkan
klien untuk
meningkat
kan intake
makanan
R:mempertahan
kan
keseimbangan
nutrisi
Kolaborasi
medis
dalam
pemberian
obat
anti
emetik
R:Membantu
penyembuhan
Gangguan
Setelah
Ajarkan
mobilisasi
b/d dilakukan
latihan
kelemahan otot tindakan
fisik pasif
keperawata
dan aktif
n
selama R:melatih
3x24
jam pergerakan
masalah
pasien
dapat
Observasi
teratasi
mobilitas
dengan KH:
klien
klien dapat R:mengetahui
beraktivitas sejauh
mana
sendiri
mobilitas klien
Libatkan
keluarga
dalam
pemenuha
n aktifitas
klien
R:membantu
sebagian
aktfitas klien
IMPLEMENTASI
Hari/tgl/ja Dx Implementasi
m
rabu/13dx.
mengaji TTV
10-2010
1
14.30
Respon hasil
S:Klien kooperatif
O:s=36c
;TD=110/70mmHg;RR=24x/m;
N=86x/m
S:klien kooperatif
memberi
kompres air
biasa pada
kedua aksila
menganjurkan
S:klien kooperatif
banyak
minum air
S:klien kooperatif
putih
berkolaborasi
medis dalam
Rabu/1310-2010
18.30
dx.
2
Rabu/1310-2010
20.00
dx.
3
pemberian
obat
antipiuretik
mengkaji
adanya alergi
makanan
menganjurkan
klien
untuk
meningkatkan
intake
makanan
berkolaborasi
medis dalam
pemberian
obat
anti
emetik
mengajarkan
latihan
fisik
pasif dan aktif
mengobservas
i
mobilitas
klien
melibatkan
keluarga
dalam
pemenuhan
aktifitas klien
S:klien kooperatif
O:tidak ada alergi
S:klien kooperatif
S:klien kooperatif
S:klien kooperatif
S:klien kooperatif
S:klien kooperatif
EVALUASI
N
O
1.
2.
Hr/tgl/ja Dx keperawatan
m
Kamis
Hepertermi
b/d
14/10/10 proses penyakit
09.00
Evaluasi
S:
klien
mengatakan
masih panas
O: S:37,8oC
A:
masalah
teratasi sebagian
P:
lanjutkan
intervensi
Kamis
Ketidakseimbang S:
klien
14/10/10 an nutrisi kurang mengatakan
12.10
dari
kebutuhan masih
lemes,
tubuh
b/d sedikit mual
para
f
anoreksia
3.
O: klien hanya
menghabiskan
porsi
makanan
yang diberikan
A:
masalah
teratasi sebagian
P:
lanjutkan
intervensi
Kamis
Gangguan
S:
klien
14/10/10 mobilisasi
b/d mengatakan
16.00
kelemahan otot
lemes,
belum
bisa beraktivitas
seperti biasa
O: klien hanya
berbaring
di
tempat
tidur,
aktivitas dibantu
keluarga
A:
masalah
teratasi sebagian
P:
lanjutkan
intervensi