Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Otitis adalah peradangan pada telinga yang bisa terjadi di bagian luar, tengah, dan
dalam dari telinga. Banyak orang di masyarakat menderita otitis khususnya otitis
media, terutama pada masyarakat yang kurang memperhatikan hiegeni dan kebersihan
telinga.
Otitis media kebanyakan disebabkan oleh bakteri dan sering disertai penyakitpenyakit infeksi lain seperti radang nasofaring dan sinusitis. Faktor utama terjadinya
otitis media ialah karena sumbatan pada tuba auditiva eustachii yang menghubungkan
telinga tengah dengan nasofaring. Karena terdapat sumbatan pada tuba eustachii maka
tekanan di dalam telinga tengah menjadi negatif karena fungsi dari tuba eustachii salah
satunya ialah untuk menjaga agar tekanan di dalam liang telinga selalu sama dengan
tekanan udara luar. Akibat tekanan yang negatif terjadi efusi cairan dari pembuluh
darah mukosa telinga tengah, dan cairan tersebut merupakan media pertumbuhan yang
baik bagi kuman sehingga dapat terjadi peradangan.
Banyak ahli membuat pembagian dan klasifikasi otitis media yaitu otitis media
terbagi menjadi otitis media supuratif dan non supuratif (otitis media serosa, otitis
media sekretoria, otitis media musinosa, otitis media efusi/OME). Dan masing-masing
golongan mempunyai bentuk akut dan kronis, yaitu otitis media supuratif akut (otitis
media akut/OMA) dan otitis media supuratif kronik (OMSK/OMP).

BAB II
LAPORAN KASUS
2.1. Identitas Pasien
Nama
: An. IY
Umur
: 9 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Semat
Pekerjaan
: Pelajar
Tanggal Pemeriksaan : 27 Juli 2016
2.2. Anamnesis
Keluhan utama : Keluar cairan dari telinga kanan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli THT RSUD dr. Soedjono Selong dengan keluhan keluar
cairan pada telinga kanan sejak 4 hari yang lalu. Cairan berwarna putih, berbau dan
telinga terasa sakit. Pasien mengatakan sebelumnya pasien merasakan rasa sakit di
telinga dan keluar cairan, namun rasa sakit itu tidak menghilang walaupun cairan
sudah keluar cairan di telinga. Sekarang pasien juga mengeluhkan telinga kanan
terasa gatal. Pasien mengatakan pernah berenang di laut 1 minggu yang lalu.
Pasien sedang mengalami batuk dan pilek sebelum mengalami keluar cairan di
telinga kanan hingga sekarang.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengalami keluar cariran dari telinga kanan 2 tahun yang lalu.
Riwayat Penyakin Keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak ada yang mengalami keluhan yang sama dengan
pasien.
Riwayat Kebiasaan
Pasien sering mengorek telinga dan sering mandi di kali.

2.3. Pemeriksaan Fisik


Status Generalis
2

Keadaan Umum

: Baik

Kesadaran

: Composmentis

Tanda Vital

Nadi
: 83 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu
: 36,7 C

Status Lokalis
Pemeriksaan Telinga

No
.
1.

Pemeriksaan
Telinga
Daun telinga

Telinga kanan
Bentuk
dalam

Telinga kiri

dan

ukuran Bentuk dan ukuran dalam

batas

normal, batas normal, edema (-),

edema (-), hiperemi (-), hiperemi (-),

2.

Liang telinga luar

Nyeri tekan tragus (-),

Nyeri tekan tragus (-),

Nyeri tarik aurikuler (-),

Nyeri tarik aurikuter (-),

Nyeri tekan mastoid (-).


Serumen (-), massa (-),

Nyeri tekan mastoid (-).


Serumen (+), massa (-),

Edema (-), hiperemi (-), Edema (-), hiperemi (-),


3.

furunkel (-) sekret (+)


furunkel (-), sekret (-)
Membran timpani Intak,
warna
putih Intak, warna putih mutiara,
mutiara, perforasi (+), perforasi (-),

bulging (-),

bulging (-), cone of light cone of light (+)


(-)
3

Pemeriksaan Hidung

Pemeriksaan
Hidung
Hidung luar

Hidung kanan

Hidung kiri

Bentuk (N), inflamasi (-), Bentuk (N), inflamasi (-),


nyeri tekan (-), deformitas nyeri tekan (-),deformitas

(-), krepitasi (-).


Rinoskopi anterior
Vestibulum nasi
N, ulkus (-), tumor (-)
Cavum nasi
Sekret (-)
Meatus nasi media Sekret pada meatus nasi
Konka nasi inferior
Septum nasi

(-), krepitasi (-).


N, ulkus (-), tumor (-)
Secret (-),
Sekret pada meatus nasi

media (-), massa (-)


media (-), massa (-)
Edema (-), hiperemi (-)
Edema (-), hiperemi (-)
Deviasi (-), benda asing Deviasi(-), benda asing(-),
(-), perdarahan (-), ulkus perdarahan (-), ulkus (-)

Palpasi sinus

(-)
Nyeri tekan (-)

Nyeri tekan (-)

maksila dan frontal


Transiluminasi

Suram (-)

Suram (-)

Pemeriksaan Tenggorokan

Bibir

Berwarna merah muda, hiperemi (-)


4

Mulut
Geligi
Lidah
Uvula
Palatum mole
Faring

Berwarna merah muda, hiperemi (-)


Normal
Normal
Normal
Ulkus (-), hiperemi (-)
Mukosa Hiperemi (-), granul (-), reflek muntah

Tonsila Palatina

(+)
Hiperemia (-), ukuran T1-T1, Kripte (-),

Fossa Tonsilaris dan Arcus Faringeus

detritus (-)
Hiperemi (-)

2.4. Diagnosis
Otitis Media Supuratif Kronis Tipe Aman Fase Aktif Dextra
2.5. Terapi
Non medikamentosa
o Ear Toilet Dextra
o Ekstraksi Serumen Sinistra

Medikamentosa
o Amoxicilin 3 x 500 mg selama 7 hari
o Pseudoefedrin 3 x 30 mg
o Ambroxol 3 x 30 mg
Edukasi
o Telinga tidak boleh kemasukan air, jika mandi tutup telinga dengan kapas
o Jangan berenang
o Jika ada batuk pilek segera obati
o Sarankan pasien untuk operasi miringoplasti

BAB III
PEMBAHASAN
Otitis Media Supuratif Kronis
3.1.

Definisi
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid.
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut congek adalah
radang kronis telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada gendang telinga
(membran timpani) dan riwayat keluarnya cairan (sekret) dari telinga (otorea) lebih dari
2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin serous, mukous, atau
purulen.

3.2.

Epidemiologi
Otitis media supuratif kronik merupakan penyakit THT yang paling banyak ditemukan di
negara sedang berkembang. Secara umum insiden OMSK dipengaruhi oleh ras dan
faktor sosioekonomi. Misalnya, OMSK lebih sering dijumpai pada orang Eskimo dan
Indian Amerika, anak-anak aborigin Australia dan orang kulit hitam di Afrika Selatan.
Walaupun demikian, lebih dari 90% beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negaranegara di Asia Tenggara, daerah Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah minoritas di
Pasifik. Kehidupan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh, dan status kesehatan
serta gizi yang jelek merupakan faktor yang menjadi dasar untuk meningkatnya
prevalensi OMSK pada negara yang sedang berkembang.
Survei prevalensi di seluruh dunia menunjukkan bahwa beban dunia akibat
OMSK melibatkan 65330 juta orang dengan telinga berair, dimana 60% di antaranya
(39200 juta) menderita kurangnya pendengaran yang signifikan.Secara umum,
prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan termasuk dalam klasifikasi tinggi dalam
tingkatan klasifikasi insidensi. Pasien OMSK meliputi 25% dari pasien-pasien yang
berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia. Berdasarkan Survei Nasional
Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran oleh Departemen Kesehatan R.I tahun
1994-1996, angka kesakitan (morbiditas) Telinga, Hidung, dan Tenggorok (THT) di
Indonesia sebesar 38,6% dengan prevalensi morbiditas tertinggi pada kasus telinga dan
6

gangguan pendengaran yaitu sebesar 38,6% dan prevalensi otitis media supuratif kronis
antara 2,1-5,2%.4Data poliklinik THT RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2006
menunjukkan pasien OMSK merupakan 26% dari seluruh kunjungan pasien.
3.3.

Klasifikasi
OMSK dapat dibagi atas 2 tipe, yaitu :

a) Tipe tubotimpani (tipe jinak/tipe aman/tipe rhinogen)


Proses peradangan pada OMSK tipe tubotimpani hanya terbatas pada mukosa saja dan
biasanya tidak mengenai tulang. Tipe tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi
sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan
penyakit. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba
eustachius, infeksi saluran nafas atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal
pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah. Disamping itu campuran bakteri
aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari
epitel skuamosa juga berperan dalam perkembangan tipe ini. Sekret mukoid kronis
berhubungan dengan hiperplasia goblet sel, metaplasia dari mukosa telinga tengah
pada tipe respirasi dan mukosiliar yang jelek.
b) Tipe atikoantral (tipe ganas/tipe tidak aman/tipe tulang)
Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Perforasi tipe ini letaknya
marginal atau di atik yang lebih sering mengenai pars flaksida. Karakteristik utama
dari tipe ini adalah terbentuknya kantong retraksi yang berisi

tumpukan keratin

sampai menghasilkan kolesteatom.


Kolesteatom adalah suatu massa amorf, konsistensi seperti mentega, berwarna
putih, terdiri dari lapisan epitel bertatah yang telah mengalami nekrotik. Kolesteatom
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman, yang paling sering adalah
proteus dan pseudomonas. Hal ini akan memicu respon imun lokal sehingga akan
mencetuskan pelepasan mediator inflamasi dan sitokin. Sitokin yang dapat ditemui
dalam matrik kolesteatom adalah interleukin-1, interleukin-6, tumornecrosis factor-,
dan transforming growth factor. Zat-zat ini dapat menstimulasi sel-sel keratinosit
matriks kolesteatom yang bersifat hiperproliferatif, destruktif, dan mampu
berangiogenesis. Massa kolesteatom ini dapat menekan dan mendesak organ

sekitarnya serta menimbulkan nekrosis terhadap tulang. Terjadinya proses nekrosis


terhadap tulang diperhebat oleh reaksi asam oleh pembusukan bakteri.
Kolesteatom dapat dibagi atas 2 tipe yaitu:
1. Kongenital
2. Didapat.
Kolesteatom didapat dapat terbagi atas:

Primary acquired cholesteatoma.


Kolesteatom yang terjadi tanpa didahului oleh perforasi membran timpani pada
daerah atik atau pars flasida.

Secondary acquired cholesteatoma.


Kolesteatoma yang terbentuk setelah terjadi perforasi membran timpani.
Kolesteatom terbentuk sebagai akibat dari masuknya epitel kulit dari liang telinga
atau dari pinggir perforasi membran timpani ke telinga tengah (teori migrasi) atau
terjadi akibat metaplasia mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi yang
berlansung lama (teori metaplasia)

3.4.

Patogenesis
OMSK dimulai dari episode infeksi akut terlebih dahulu. Patofisiologi dari OMSK
dimulai dari adanya iritasi dan inflamasi dari mukosa telinga tengah yang disebabkan
oleh multifaktorial, diantaranya infeksi yang dapat disebabkan oleh virus atau bakteri,
gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh turun, lingkungan dan sosial ekonomi.
Kemungkinan penyebab terpenting mudahnya anak mendapat infeksi telinga tengah
adalah struktur tuba pada anak yang berbeda dengan dewasa dan kekebalan tubuh yang
belum berkembang sempurna sehingga bila terjadi infeksi jalan napas atas, maka lebih
mudah terjadi infeksi telinga tengah berupa Otitis Media Akut (OMA). 1,3 Respon
inflamasi yang timbul adalah berupa udem mukosa. Jika proses inflamasi ini tetap
berjalan, pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya ulkus dan merusak epitel.
Mekanisme pertahanan tubuh penderita dalam menghentikan infeksi

biasanya

menyebabkan terdapatnya jaringan granulasi yang pada akhirnya dapat berkembang


menjadi polip di ruang telinga tengah. Jika lingkaran antara proses inflamasi, ulserasi,

infeksi dan terbentuknya jaringan granulasi ini berlanjut terus akan merusak jaringan
sekitarnya.

Gambar 1. Patogenesis OMSK


3.5.

Faktor Resiko
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang
dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis,
tonsilitis, rinitis, sinusitis) dan mencapai telinga tengah melalui tuba eustachius. Fungsi
tuba eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak
dengan palatoskisis dan sindrom down. Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi
nasofaring yang merupakan faktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat. Faktor
host yang berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi imun
sistemik. Kelainan humoral, seperti hipogammaglobulinemia dan cell-mediated (infeksi
HIV) dapat timbul sebagai infeksi telinga kronis.

Faktor-faktor risiko OMSK antara lain :


1. Lingkungan.
Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi terdapat
hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan sosio ekonomi, dimana kelompok
sosio ekonomi rendah memiliki insiden yang lebih tinggi. Tetapi sudah hampir
dipastikan, bahwa hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet, dan
tempat tinggal yang padat.
2. Genetik.
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden OMSK
berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik.
Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum
diketahui apakah hal ini primer atau sekunder.
3. Otitis media sebelumnya.
Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis media
akut dan atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang
menyebabkan satu telinga dan berkembangnya penyakit ke arah keadaan kronis.
4. Infeksi
Proses infeksi pada otitis media supuratif kronis sering disebabkan oleh campuran
mikroorganisme aerobik dan anaerobik yang multiresisten terhadap standar yang ada
saat ini. Kuman penyebab yang sering dijumpai pada OMSK ialah Pseudomonas
aeruginosa sekitar 50%, Proteus sp. 20% dan Staphylococcus aureus 25%.
Jenis bakteri yang ditemukan pada OMSK agak sedikit berbeda dengan
kebanyakan infeksi telinga lain, karena bakteri yang ditemukan pada OMSK pada
umumnya berasal dari luar yang masuk ke lubang perforasi tadi.
5. Infeksi saluran nafas atas.
Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas atas.
Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan menurunnya
10

daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara normal berada dalam telinga
tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri.
6. Autoimun.
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insidens lebih besar terhadap
otitis media kronis.
7. Alergi.
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi dibanding
yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian penderita yang alergi
terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteri atau toksin-toksinnya, namun hal ini
belum terbukti kebenarannya.
8. Gangguan fungsi tuba eustachius.
Hal ini terjadi pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh
edema.
3.6.

Gejala Klinis
1. Telinga berair (otorea)
Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer) tergantung
stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas kelenjar sekretorik
telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga
tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Suatu
sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.
2. Gangguan pendengaran
Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya dijumpai
tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran mungkin
ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun
kolesteatom dapat menghantar bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Pada OMSK
tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai tulang
pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara
sehingga ambang pendengaran yang didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati.
Penurunan

fungsi

koklea

biasanya

terjadi

perlahan-lahan

dengan

berulangnya infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen


11

rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya
labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat. Hantaran tulang dapat
menggambarkan sisa fungsi koklea.
3. Otalgia (nyeri telinga)
Adanya nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK dan bila ada merupakan
suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya
drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan
pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman
pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya
otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK
seperti petrositis, subperiosteal abses, atau trombosis sinus lateralis.
4. Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya. Keluhan
vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding
labirin oleh kolesteatom. Pada penderita yang sensitif, keluhan vertigo dapat terjadi
karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih
mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga
akan menyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi
serebelum. Fistula merupakan temuan yang serius, karena infeksi kemudian dapat
berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis
dan dari sana mungkin berlanjut menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada
kasus OMSK dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif
dan negatif pada membran timpani.
Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna :
a.
b.
c.
d.

Adanya abses atau fistel retroaurikular


Jaringan granulasi atau polip di liang telinga yang berasal dari kavum timpani.
Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom)
Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.

12

Gambaran Perforasi Membran Timpani


3.7.

Diagnosis
Diagnosis OMSK ditegakan dengan cara:
1. Anamnesis (history-taking)
Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita seringkali
datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap. Gejala yang paling
sering dijumpai adalah telinga berair. Pada tipe tubotimpani sekretnya lebih banyak
dan seperti benang, tidak berbau busuk, dan intermiten. Sedangkan pada tipe
atikoantral sekretnya lebih sedikit, berbau busuk, kadangkala disertai pembentukan
jaringan granulasi atau polip, dan sekret yang keluar dapat bercampur darah. Ada
kalanya penderita datang dengan keluhan kurang pendengaran atau telinga keluar
darah.
2. Pemeriksaan otoskopi
Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari perforasi
dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.
3. Pemeriksaan audiologi
Evaluasi audiometri dan pembuatan audiogram nada murni untuk menilai hantaran
tulang dan udara penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan pendengaran dan
untuk menentukan gap udara dan tulang. Audiometri tutur berguna untuk menilai
speech reception threshold pada kasus dengan tujuan untuk memperbaiki
pendengaran.
4. Pemeriksaan radiologi

13

Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis memiliki nilai
diagnostik yang terbatas bila dibandingkan dengan manfaat otoskopi dan
audiometri. Pemeriksaan radiologi biasanya memperlihatkan mastoid yang tampak
sklerotik dibandingkan mastoid yang satunya atau yang normal. Erosi tulang yang
berada di daerah atik memberi kesan adanya kolesteatom. Proyeksi radiografi yang
sekarang biasa digunakan adalah proyeksi schuller dimana pada proyeksi ini akan
memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas.
Pada CT scan akan terlihat gambaran kerusakan tulang oleh kolesteatom,
ada atau tidaknya tulangtulang pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula
pada kanalis semisirkularis horizontal.
5. Pemeriksaan bakteriologi
Walaupun perkembangan dari OMSK merupakan kelanjutan dari mulainya infeksi
akut, bakteri yang ditemukan pada sekret yang kronis berbeda dengan yang
ditemukan pada otitis media supuratif akut. Bakteri yang sering dijumpai pada
OMSK adalah Pseudomonasaeruginosa, Staphylococcus aureus, dan Proteus sp.
Sedangkan bakteri pada otitis media supuratif akut adalah Streptococcus
pneumonie dan H. influenza.
Infeksi telinga biasanya masuk melalui tuba dan berasal dari hidung, sinus
paranasal, adenoid, atau faring. Dalam hal ini penyebab biasanya adalah
pneumokokus, streptokokus atau H. influenza. Akan tetapi, pada OMSK keadaan
ini agak berbeda karena adanya perforasi membran timpani maka infeksi lebih
sering berasal dari luar yang masuk melalui perforasi tadi.
3.8.

Penatalaksanaan
Pada waktu pengobatan haruslah dievaluasi faktor-faktor yang menyebabkan penyakit
menjadi kronis, perubahan-perubahan anatomi yang menghalangi penyembuhan serta
menganggu fungsi, dan proses infeksi yang terdapat di telinga. Bila didiagnosis
kolesteatom, maka mutlak harus dilakukan operasi, tetapi obat -obatan dapat digunakan
untuk mengontrol infeksi sebelum operasi.
Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luas infeksi, yang dapat
dibagi atas: konservatif dan operasi:

14

1.

Otitis media supuratif kronik benigna


A. Otitis media supuratif kronik benigna tenang
Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan
mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang
berenang dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila
fasilitas

memungkinkan

sebaiknya

dilakukan

operasi

rekonstruksi

(miringoplasti, timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan


pendengaran.
B. Otitis media supuratif kronik benigna aktif
Prinsip pengobatan OMSK adalah :

Membersihkan liang telinga dan kavum timpani (toilet telinga)


Tujuan toilet telinga adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk
perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang baik
bagi perkembangan mikroorganisme.
Cara pembersihan liang telinga (toilet telinga):

a.

Toilet telinga secara kering (dry mopping).


Telinga dibersihkan dengan kapas lidi steril, setelah dibersihkan dapat di beri
antibiotik berbentuk serbuk. Cara ini sebaiknya dilakukan di klinik atau dapat
juga dilakukan oleh anggota keluarga. Pembersihan liang telinga dapat
dilakukan setiap hari sampai telinga kering.

b.

Toilet telinga secara basah (syringing).


Telinga disemprot dengan cairan untuk membuang debris dan nanah,
kemudian dibersihkan dengan kapas lidi steril dan diberi serbuk antibiotik.
Meskipun cara ini sangat efektif untuk membersihkan telinga tengah, tetapi
dapat mengakibatkan penyebaran infeksi ke bagian lain dan ke mastoid.
Pemberian serbuk antibiotik dalam jangka panjang dapat menimbulkan reaksi

15

sensitifitas pada kulit. Dalam hal ini dapat diganti dengan serbuk antiseptik,
misalnya asam boric dengan iodine.

c.

Toilet telinga dengan pengisapan (suction toilet)


Pembersihan dengan suction pada nanah dengan bantuan mikroskopis operasi
adalah metode yang paling populer saat ini. Setelah itu dilakukan
pengangkatan mukosa yang berproliferasi dan polipoid sehingga sumber
infeksi dapat dihilangkan. Akibatnya terjadi drainase yang baik dan resorbsi
mukosa. Pada orang dewasa yang kooperatif cara ini dilakukan tanpa anastesi
tetapi pada anak-anak diperlukan anestesi. Pencucian telinga dengan H2O2 3%
akan mencapai sasarannya bila dilakukan dengan displacement methode
seperti yang dianjurkan oleh Mawson dan Ludmann.

Pemberian antibiotika :
a.
Antibiotik topikal
Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dan sekret yang banyak tanpa
dibersihkan dulu adalah tidak efektif. Bila sekret berkurang atau tidak
progresif lagi diberikan obat tetes yang mengandung antibiotik dan
kortikosteroid. Irigasi dianjurkan dengan garam faal agar lingkungan bersifat
asam yang merupakan media yang buruk untuk tumbuhnya kuman.
Mengingat pemberian obat topikal dimaksudkan agar masuk sampai
telinga tengah, maka tidak dianjurkan antibiotik yang ototoksik misalnya
neomisin dan lamanya tidak lebih dari 1 minggu. Cara pemilihan antibiotik
yang paling baik dengan berdasarkan kultur kuman penyebab dan uji
resistensi.
Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada otitis media kronik
adalah :

Polimiksin B atau polimiksin E


Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif.

16

Neomisin
Obat bakterisid pada kuman gram positif dan negatif. Toksik terhadap
ginjal dan telinga.

Kloramfenikol
Obat ini bersifat bakterisid terhadap basil gram positif dan negatif kecuali
Pseudomonas aeruginosa.

b.

Antibiotik sistemik.
Pemilihan antibiotik sistemik untuk OMSK juga sebaiknya berdasarkan kultur
kuman penyebab. Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus
disertai pembersihan sekret profus. Bila terjadi kegagalan pengobatan, perlu
diperhatikan faktor penyebab kegagalan yang ada pada penderita tersebut.
Dengan melihat konsentrasi obat dan daya bunuhnya terhadap
mikroba, antimikroba dapat dibagi menjadi 2 golongan. Golongan pertama
daya bunuhnya tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar obat, makin banyak
kuman terbunuh, misalnya golongan aminoglikosida dan kuinolon. Golongan
kedua adalah antimikroba yang pada konsentrasi tertentu daya bunuhnya
paling baik. Peninggian dosis tidak menambah daya bunuh antimikroba
golongan ini, misalnya golongan beta laktam.
Untuk

bakteri

aerob

dapat

digunakan

golongan

kuinolon

(siprofloksasin dan ofloksasin) atau golongan sefalosforin generasi III


(sefotaksim, seftazidin, dan seftriakson) yang juga efektif untuk Pseudomonas,
tetapi harus diberikan secara parenteral.
Untuk bakteri anaerob dapat digunakan metronidazol yang bersifat
bakterisid. Pada OMSK aktif dapat diberikan dengan dosis 400 mg per 8 jam
selama 2 minggu atau 200 mg per 8 jam selama 2-4 minggu.
2.

Otitis media supuratif kronik maligna.

17

Pengobatan yang tepat untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan


konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum
dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses
sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi. Ada
beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK
dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain :

Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)


Mastoidektomi radikal
Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
Miringoplasti
Timpanoplasti
Pendekatan ganda timpanoplasti (combined approach tympanoplasty)
Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki

membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan


pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.

Algoritma Terapi OMSK

18

Gambar Algoritma 1

Gambar Algoritma 2

19

3.9.

Komplikasi
Paparella dan Shumrick (1980) membagi komplikasi OMSK dalam :

A.
1.
2.
3.
4.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Komplikasi otologik
Mastoiditis koalesen
Petrositis
Paresis fasialis
Labirinitis
Komplikasi intrakranial
Abses ekstradural
Trombosis sinus lateralis
Abses subdural
Meningitis
Abses otak
Hidrosefalus otitis

20

BAB IV
PENUTUP
4.1.

Kesimpulan
Pada pasien ini, melihat dari keluhan yaitu keluar cairan pada telinga kanan sejak 4 hari
yang lalu disertai rasa sakit. Cairan yang keluar berwarna putih dan berbau. Telinga
pasien juga dirasakan gatal. Pasien sedang batuk dan pilek sekarang. Pasien memiliki
riwayat berenang di pantai 1 minggu yang lalu. Dari pemeriksaan fisik didapatkan vital
sign dalam batal normal. Dari status lokalis telinga didapatkan perforasi di bagian sentral
serta secret yang aktif pada telinga kanan. Dengan demikian saya menyimpulkan
diagnosis kerja pada pasien ini adalah OMSK tipe aman fase aktif.
Terapi yang pertama dilakukan adalah ear toilet untuk membersihkan telinga dari
secret dan ekstraksi serumen untuk membersihkan telinga dari serumen. Pasien juga
diberikan antibiotic untuk mengobati infeksi pada telinga dan diberikan pseudoefedrin
dan ambrosol untuk keluhan batuk pilek pasien.

21

DAFTAR PUSTAKA
Adam, Gl. Boies LR. Higler. 1997. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Ed 6 Jakarta: EGC.
Arifmoy.

2013.

Refrat

OMSK.

https://www.scribd.com/doc/193607131/Refrat-Omsk.

Diakses Tanggal 1 Agustus 2016.


Efianti, Nurbaiti dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan,
Kepala dan Leher. Ed 6. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Purnama, Elita. 2016. Lapsus OMSK. https://www.scribd.com/doc/315830426/LapsusOMSK. Diakses Tanggal 1 Agustus 2016.
Tedi, Andreas. 2016. Dosis Obat Anak. https://www.scribd.com/document/318953731/DosisObat-Anak. Diakses Tanggal 1 Agustus 2016.

22

Anda mungkin juga menyukai